Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Kebaktian Pekan Doa Wari II tahun 2021 ; Efesus 6 : 18-20

Invocatio      : “Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu” (Mazmur 109:26).

Khotbah        : Efesus 6:18-20       

Tema              : Berjaga-jaga Dan Tekun Berdoa (Erjaga-jaga Dingen Tutus Ertoto)

PENDAHULUAN

Di Salah satu tulisan ilustrasi menyatakan, “Pada saat mengunjungi sebuah museum, saya terpesona oleh sebuah catatan yang memberikan uraian tentang sekelompok gladiator Romawi-orang Retiarii-yang bertarung, kerap kali sampai mati, hanya dengan menggunakan sebuah jaring dan trisula. Dari antara semua senjata menakutkan dan mematikan yang tersedia, orang-orang ini hanya diberi dua benda, yaitu sebuah jaring dan trisula. Saat memasuki arena, kelangsungan hidup mereka bergantung pada seberapa baik mereka menggunakan senjata”.

Dalam peperangan rohani kita sebagai orang kristiani, Allah telah memilihkan perlengkapan senjata bagi kita. Hal ini dijelaskan demikian: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (2 Korintus 10:3,4). Orang Kristen harus tetap berjaga-jaga dan tekun, tidak boleh lengah, oleh karena itu Doa adalah kekuatan yang memungkinkan prajurit Kristen memakai perlengkapan senjatanya dan menggunakan pedangnya. Kita tidak dapat berjuang dengan kekuatan kita sendiri, betapa pun kuatnya atau pandainya kita menurut ukuran kita. Doa adalah kekuatan untuk memperoleh kemenangan, tetapi bukan asal berdoa saja. Paulus memberitahukan bagaimana caranya berdoa jika kita ingin menang dalam peperangan rohani.

ISI/PENDALAMAN NATS

Efesus 6: 18-20 merupakan bagian dari Efesus 6: 1-20 berbicara tentang bagaimana iblis berusaha menjatuhkan orang-orang percaya, dan orang-orang percaya diberikan kapasitas untuk menang melalui alat-alat perlengkapan senjata rohani yang digunakan.

Dalam nats renungan Efesus 6:18-20 ini Paulus menjelaskan bahwa Peperangan orang Kristen melawan kekuatan Iblis menuntut kesungguhan dalam doa, yaitu berdoa "di dalam Roh", "setiap waktu", "dengan permohonan yang tak putus-putus", "untuk segala orang kudus", dan "berdoalah senantiasa". Doa jangan dipandang sebagai sekadar senjata yang lain, tetapi sebagai bagian dari peperangan itu sendiri, di mana kemenangan diperoleh bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekerja sama dengan Allah. Gagal berdoa dengan rajin, dengan permohonan yang tak putus-putus dalam segala situasi, berarti menyerah kepada musuh. Oleh karena itu perlu :

1.      Berdoa setiap waktu. Kata “berdoa setiap waktu” berarti juga “Kesempatan” yaitu suatu waktu tertentu saat terjadinya suatu pristiwa atau mungkin lebih jelas diterjemahkan:”Untuk itu berdoalah setiap kali kalian melakukan sesuatu”. Seorang Kristen harus berdoa setiap waktu, setiap kali melakukan sesuatu, karena ia selalu menjadi sasaran pencobaan dan serangan Iblis. Doa harus menjadi gaya hidup orang Kristen, menjadi sebuah model dan kebutuhan komunikasi kita yang terus menerus dengan Allah dan ini berarti kita tidak hanya berdoa ketika tercekam dengan kesulitan. Jangan berhenti berdoa pada saat Allah sudah memberikan semua kemenangan atas pergumulan, sebab masih akan ada banyak pergumulan lain yang menanti, dalam rangka proses pendewasaan iman kita.

2.      Berdoa di dalam Roh. Rumus doa dalam Alkitab ialah bahwa kita berdoa kepada Allah Bapa, melalui Allah Anak dan dengan kuasa Allah Roh Kudus. Roma 8: 26-27 mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan kuasa Rohlah kita dapat berdoa sesuai kehendak Allah. Kalau tidak, doa kita bersifat mementingkan diri sendiri dan tidak sesuai dengan kehendak Allah.

3.      Berdoa dengan berjaga-jaga. Berdoa tidak pernah menggantikan tanggung jawab kita untuk menghadapi peperangan yang sesungguhnya. Tidak bisa hanya dengan berdoa memohon Tuhan mengampuni dosa orang yang sudah menyakiti kita tetapi kita sendiri tidak mau mengampuni. Berdoa harus dilakukan bersamaan dengan usaha aktif ‘menjaga’ hidup kita agar tidak kalah dalam peperangan rohani.

4.      Berdoa bagi segala orang kudus. Kita berdoa sebagai bagian dari suatu keluarga besar orang percaya, dan kita harus berdoa bagi anggota-anggota lain. Karena itu Paulus langsung melanjutkan nasihatnya dengan meminta dukungan doa dari jemaat bagi pelayanannya. Sama dengan poin no.2, doa yang benar pada akhirnya tidak pernah mementingkan diri sendiri, tetapi juga bagi anggota tubuh Kristus yang lainnya.

5. juga untuk aku (Paulus), supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil.” Dalam konteks ini, Paulus tidak minta didoakan untuk kepentingannya sendiri. Ia memang mengalami banyak kesulitan, penganiayaan dan penderitaan serta sering keluar masuk penjara. Namun ia memiliki jiwa yang memikirkan kehendak Allah. Itulah doa sejati di mana si pendoa rindu untuk mewujudkan isi hati Tuhan dalam kehidupannya di tengah dunia ini hingga terjadi kesamaan visi antara Bapa di Surga dengan dirinya. Paulus mengatakan demikian karena ia merasa belum sempurna, khususnya kegentarannya selama berada di dalam penjara. Namun doa sejati sanggup menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia.

APLIKASI

1.  Tema Berjaga-jaga dan tekun. Arti kata Berjaga-jaga (kbbi), tidak tidur semalam suntuk, bersiap-siap; bersiap sedia; berawas-awas; berhati-hati. Tekun (kbbi) rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Berjaga-jaga dan tekun mempunyai arti, Selalu bersiap-sedia, berawas-awas, tidak boleh lengah dan bersungguh-sungguh dalam doa untuk berperang melawan iblis. Orang Kristen harus selalu mengisi dirinya dengan bersungguh-sungguh meningkatkan spiritualitasnya dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun secara persekutuan.

2.  Invocatio menyatakan pemasmur berseru dan memohon kepada Tuhan agar Tuhan bertindak memberikan keselamatan baginya, karena hati pemasmur sangat sakit akibat fitnahan dan kutukan terhadap dirinya dari orang yang membencinya. Orang Kristen mengandalkan Tuhan dalam setiap tantangannya dengan berseru kepada Tuhan, terlebih ditengah situasi covid-19 yang sudah lebih 1 tahun dijalani, begitu juga bencana alam yang terjadi tentu banyak membawa dampak kesulitan dari berbagai aspek. Pemasmur mengajak kita, berseru dan memohon kepada Tuhan, andalkan Tuhan. Karena hanya Tuhan sumber segala kekuatan dan pengharapan yang penuh Kasih bagi semua orang yang berseru kepadaNya.

Pdt Nur Elly Tarigan

GBKP Karawang

Kebaktian Pekan Doa Wari I Tahun 2021 : Filipi 1 : 3-8

Invocatio : (Dan. 6:10?) Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)

Khotbah   : Filipi 1:3-8

Thema      : Berdoa Dengan Suka Cita (Karo; Ertoto Alu Meriah Ukur)

Pengantar.

Mengucap syukur mudah di lakukan orang-orang tertentu saja, pada sebahagian orang mengucap syukur bukanlah hal yang mudah. Kemampuan mengucap syukur akan teruji ketika menghadapi pergumulan, keadaan sususah, gagal atau mengalami bencana dan lain lain. Menghadapi kesulitan biasanya orang akan mengeluh,  bersungut sungut, menyalahkan dan berputus asa. Tapi kali ini di dalam bahasan Firman Tuhan ini kita melihat hal yang berbeda dengan kebiasaan orang-orang tertentu seperti yang kami sampaikan di atas.

Pembahasan teks dan pemberitaan.

Rasul Paulus yang telah menyerahkan hidupnya sepenuhnya di dalam Tuhan memiliki kebahagiaan yang teguh yang sudah paten yang tidak luntur oleh segala situasi susah dan kesulitan.  Di dalam bahasan Firman Tuhan ini Rasul Paulus menuliskan suratnya yang disampaikannya dalam penuh bahagia, gembira dan suka cita walaupun pada saat itu ia sedang menghadapi “kegagalan” sebab oleh karena memberitakan injil ia dipenjarakan (Fil.1:13-14). Dari dalam penjara itu oleh karena mengingat kasih dan kesetiaan jemaat di Efesus kepada Kristus, bagaimana jemaat di Efesus telah menerima injil Yesus Kristus dan menjadi percaya, menjadi penghiburan besar bagi Rasul Paulus. Bukti kebahagiaan itu Rasul Paulus mengatakan Kristus adalah saksinya (hal ini menjelaskan betapa sulitnya memahami kebahagiaan di dalam menghadapi kesulitan terutama seperti keadaan Rasul Paulus yang dipenjarakan). Pertimbangan manusia sering mengecewakan tetapi Kristus bukan hanya menjadi saksi kesetiaan bagi Rasul Paulus tetapi di yakininya jika ia dipenjarakan berita injil akan diteruskan oleh Yesus Kristus yang bukan hanya menjadi saksi kebenaran tetapi juga yang akan meneruskan pelayanan itu di tengah tengah jemaat Filipi. Rasul Palus tidak mau penjara membelenggu sukacita dan syukurnya, ia terus bersyukur kepada Allah.

Setiap kali Rasul Paulus mengingat jemaat Filipi selalu saja membuatnya bersukacita, mengucap syukur kepada Allah, sebab jemaat ini ada di dalam hatinya oleh karena Rasul Paulus telah mendapatkan perhatian jemaat, bantuan dari jemaat seperti ketika Rasul Paulus di Tesalonika beberapa kali ia mendapatkan bantuan dari jemaat Filipi (Fil. 4:16), juga ketika ia di penjarakan (ayt. 7). Mungkin kita akan menduga sangat pantas Rasul Paulus berbahagia sebab semua orang juga akan berbahagia jika mendapatkan perhatian dan mengingat serta menyukai orang yang telah memberinya bantuan. Tetapi bukan kebaikan hati jemaat Filipi itu yang menjadi alasan satu satunya mengapa Rasul Paulus bersyukur setiap kali mengingat mereka dan setiap kali mendoakan mereka penuh dengan suka cita tetapi sesuai pengajarannya “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi ku katakana bersukacitalah!” (Fil. 4:4). Bagi Rasul Paulus semua situasi harus dibuat mendatangkan sukacita, sehingga keadaannya terpenjara tidak dibuatnya menjadi alasan menghentikan perhatiannya kepada penginjilan, tetapi ia meneruskan penginjilan itu dari penjara melalui surat. Ia yang terpenjara seharusnya menjadi perhatian jemaat untuk di dukung di dalam doa syafaat mereka tetapi justru dari penjara Rasul Paulus menjadi pendoa syafaat. Selama masih hidup apapun keadaannya tidak membuat alasan berhenti melayani sebab dalam semua keadaan bagi Rasul Paulus selalu masih dapat melayani jemaat melalui doa syafaat.

Tuhan Yesus mengajarkan  di dalam Matius 5:44 “Tetapi Aku berkata kepada kamu: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Tabiat “manusia duniawi” pada umumnya mengingat musuh musuhnya akan marah, mengutuk atau mencelakainya. Semakin mengingat musuh musuhnya maka hatinya semakin tidak tentram, semakin tidak damai, sehingga dapat membuat kambuh penyakitnya, stres, tensi tinggi, gula darah tinggi, susah tidur dan lain lain, hilang suka cita dan kedamaiannya. Perintah Tuhan Yesus supaya mengasihi musuh dan mendoakan orang yang menganiaya kita bukan hal yang mudah untuk di lakukan, tetapi mungkin di lakukan oleh orang-orang yang sungguh sungguh percaya dan mengalami hidup baru di dalam Tuhan Yesus maka keuntungannya sangat besar sebab membantu kita senantiasa bersukacita, tetap sehat dan sejahtera. Jika mendoakan musuh dan orang yang menganiaya kita pun kita sudah berbahagia, bersukacita oleh karenanya sunggut teramat bahagianya hanti Rasul Paulus mendoakan jemaat Filipi yang mendukung pelayanannya.

Kerinduan Rasul Paulus jemaat Filipi semakin hari semakin bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan segala pengertian, hidup semakin lebih baik, suci dan sempurna menjelang kedatangan Kristus. Untuk harapan yang mulia itu Rasul Paulus akan terus mendukung mereka di dalam doa doanya. Doa Rasul Paulus adalah doa yang digerakkan oleh kerinduan yang dalam akan persekutuan jemaat dengan Tuhan Yesus Kristus, karena itu pastilah setiap kali ia memanjatkan doanya untuk jemaat Filipi sukacitanya juga semakin melimpah. Rasul Paulus bukan hanya percaya kepada Yesus dan mengasihi jemaat Filipi tetapi dia tahu penderitaan karena dipenjarakan oleh karena injil yang dialaminya juga adalah panggilan imannya (Fil.1:29). Menyadari terpenjara juga adalah panggilan menderita untuk Kristus tentu akan membuat situasi hatinya tetap tentram dan damai melayani dengan doa meski terbelenggu di dalam penjara.

Penutup

Di dalam invocatio di katakan: “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”( Daniel 6:11). Ketaatan Daniel ditunjukkannya dengan kesetiaannya berdoa kepada Tuhan Allah, meskipun raja Darius melarang menyembah Allah selain dirinya dan setiap pelanggar perintah raja itu akan di lemparkan ke dalam gua singa, namun Daniel dengan suka cita tanpa ras takut kepada perintah raja dan ancaman hukuman mati itu ia tetap setia dan penuh sukacita tiga kali sehari berdoa kepada Tuhan Allah seperti yang biasa di lakukannya. Doa bukan menjadi kebiasaan tetapi doa menjadi kebutuhan pokok untuk mendukung kehidupan yang penuh sukacita. Tidak ada alasan yang dapat di benarkan yang membenarkan orang percaya tidak melakukan doa syafaat.

Menjadi pendoa syafaat yang setiap kali berdoa penuh dengan sukacita terlebih dahulu  haruslah menjadi orang yang selalu memelihara kedamaian hati, cinta damai, pemaaf, tidak memelihara kemarahan, dendam dan kebencian supaya setiap orang baik lawan lawan yang memusuhi, yang menyakiti kita tetap dapat dibawa di dalam doa yang penuh sukacita. Jika mendoakan lawan lawan dan orang yang menganiaya kita sudah dapat kita lakukan dengan sukacita apalagi mendoakan orang orang yang selalu mendukung kita akan lebih membahagiakan lagi bagi kita melakukannya.

Penginjilan sering diperhadapkan dengan penolakan dan seperti perjalanan pengembaraan yang menemukan jalan buntu atau terjal. Pertanyaan bagi kita, apakah tugas penginjilan yang mulia itu harus berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak, melayani dengan memanjatkan doa syafaat adalah pelayanan yang tidak dapat di hambat dengan cara apapun dan oleh siapapun, yang terpenting kesetiaan melakukan doa syafaat dan menjadikan doa sebagai pelayanan penguatan jemaat oleh persekutuan di dalam Yesus Kristus dan penyertaan Roh kudus.

Pdt Ekwin WGM

Ketua Klasis Bekasi-Denpasar

Suplemen PA Mamre : Jeremia 29:4-9 ; Tgl 22-29 Mei 2021

Ogen           : Yeremia 29 4-9

Thema        : “Jadilah Usihen Ibas Erdahin Ras Ertoto”

Tujun          : Gelah Mamre:

1.   Jadi usihen man anak ipupusna bagepe anak-anak Gereja ibas erdahin dingen ertoto guna kiniulin kegeluhen.

2.   Ngajarken  anak-anakna ibas nikapken diri ku  kegeluhen perjabun.

1.    Melawan arus. Masa Yeremia adalah masa yang penting dalam sejarah Yehuda yang penuh dengan tantangan. Sepanjang empat puluh tahun yang penuh kekacauan, Yeremia mewartakan Firman Allah kepada raja dan rakyat dengan penuh pengorbanan. Ia menunjukkan tidak hanya apa yang seharusnya dikatakan oleh seorang nabi tetapi bagaimana seharusnya seorang nabi hidup. Kitab Yeremia ini menceritakan kehidupan dan pemberitaannya, dan merupakan teladan dari nubuat yang benar di tengah-tengah banyaknya nabi-nabi yang menubuatkan yang tidak benar. Meski ada beberapa nubuatan yang tidak benar tetapi Yeremia berani melawan arus di zamannya. Secara pribadi, Yeremia mengalami banyak pergumulan. Orang-orang di kotanya dan keluarganya melawan dia (Yer. 11:21-23; 12:6). Kemudian, komplotan para imam dan nabi menuduh dia menghujat Allah karena ia menubuatkan kehancuran Rumah Allah (Yer. 26:1-6), terancam maut oleh sebab pemberitaannya tetapi diselamatkan oleh Ahikam (Yer. 26:24), Yeremia dipukul dan dipasung oleh Imam Pasyhur (Yer. 20:1-6), dan pernah mau dibiarkan mati dan bahkan Yeremia dan juru tulisnya Barukh pernah terancam oleh sebab kemarahan raja tetapi selamat oleh karena perlindungan Allah (36:26). Di tengah pergumulan pribadi yang demikian, Yeremia tidak mundur dan gentar, dia tetap memberitakan kebenaran meski melawan arus.

Meski ada perlawanan dari musuh-musuhnya, tetapi dia tidak mengubah atau mengurangi pemberitaannya. Ia tahu apa yang harus ia kerjakan, tidak selalu menyenangkan hati orang lain namun dia selalu jujur dan berani.

2.    Pengajaran yang salah menyebabkan tidak mampu memilih yang benar. Meski Yeremia sudah menyampaikan nubuatan dari Allah bahwa hukuman pasti terjadi. Tetapi ada juga perlawanan dari nabi-nabi palsu. Mereka lebih senang mengikuti kehendak rakyat daripada firman Allah sendiri. Mereka tidak mendukung ajaran Yeremia, malah menentangnya dengan menubuatkan damai dan keamanan bukan penghukuman. Para nabi palsu itu hidup bersama-sama dosa bangsanya (Yer. 23:14). Hebatnya lagi, mereka menyatakan mengetahui firman Tuhan, tetapi apa yang mereka katakan kosong belaka (23:21-22). Pertentangan yang hebat terjadi antara Yeremia dan Hananya (Yer. 28:1-17). Yeremia menyatakan penghukuman, sedang Hananya yang telah mengaku mendengar firman Tuhan berkata bahwa pembuangan ke Babel akan berlangsung singkat dan mereka akan kembali dalam jangka waktu 2 tahun (28:2-5). Ada kuan-kuan dalam bahasa Karo “salah benana, lepak pendungina”. Persis seperti istilah tersebut, pengajaran yang salah menyebabkan Yehuda tidak mampu memilih yang benar dan akhirnya lebih memilih apa yang “enak” di dengar telinga daripada pemberitaan dari Yeremia. Sebagai Mamre, kita juga harus memperhatikan ajaran kita kepada anak-anak, apakah sudah sesuai dengan Firman Tuhan atau belum? Apakah pengajaran kita memberi kesenangan semu atau membawa mereka kepada kebenaran?

3.    Akibat pemberitaan dan pengajaran yang salah tersebut, sebagian umat bersikap malas-malasan, pasif dalam kehidupan bermasyarakat di Babel. Sebagian lagi mulai melupakan jati diri sebagai umat Allah dan menyesuaikan diri dengan budaya berdosa penduduk Babel. Mereka mengabaikan janji Tuhan tentang lamanya masa pembuangan dan rencana Allah memulihkan mereka (29:10-14). Sikap seperti itu akan menuai hukuman Allah yang lebih keras seperti yang dialami saudara-saudara mereka yang tidak ikut terbuang dan terus mengabaikan firman Tuhan (29:16-23). Oleh karena itu, Yeremia mengemukakan hukuman Allah bagi para nabi palsu (29:24-32) dan perintah Allah agar umat Allah hidup dan bergaul secara normal, bahkan berusaha menjadi berkat bagi kesejahteraan kota yang mereka tempati (29:4-9). Di negeri pembuangan pun, panggilan sebagai bangsa yang diberkati dan menjadi berkat tidak dibatalkan!

4.    Semu dan realistis. Di tengah pandemi seperti ini, mungkin ada persamaan dengan Yehuda yang dibuang ke Babel pada waktu itu. Ada di antara mereka yang dibuang tersebut memilih semakin jauh dari Tuhan. Akhirnya, nyaman jauh dari Tuhan. Tetapi seharusnya tidak demikian di tengah krisis harusnya kita mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita tidak tahu kapan ini akan berakhir, dulu kita mengira tidak akan sampai setahun, ternyata sampai hari ini masih berlanjut. Maka ditengah keberlanjutan pandemi ini, jangan abai dan lalai menjalin relasi dengan Tuhan, upayakanlah hal-hal yang membangun seperti menata keluarga kita lebih baik dan membangun masa depan yang lebih baik.

5.    Ada beberapa hal yang disampaikan oleh Yeremia kepada mereka yang telah berada di Babel:

·         Agar seluruh umat mendirikan rumah untuk mereka diami. Membangun rumah, bukan membangun kemah. Itu berarti untuk menetap, bukan berpindah-pindah dan tentunya untuk jangka waktu yang panjang. Ini berarti

·         Membuat dan mengelola kebun untuk dinikmati hasilnya. Bekerja dengan rajin sehingga mendapatkan hasil. Mengingatkan kita, bahwa Alkitab tidak pernah memerintahkan untuk bermalas-malasan.

·         Mengambil isteri untuk anak-anak laki-laki dan mencarikan suami untuk anak perempuan mereka agar mereka melahirkan anak-anak sehingga mereka bertambah banyak. Memasuki pernikahan bukan dengan sembarangan. Perlu bagi kita Mamre supaya bertekun berdoa buat pasangan hidup anak-anak kita. Supaya dalam hal mengambil keputusan bukan hanya keputusan kita sendiri tetapi keputusan Allah yang berdaulat.

·         Mengusahakan kesejahteraan kota di mana mereka tinggal dan mendoakan kota tersebut agar kesejahteraan kota tersebut menjadi kesejahteraan umat Israel.

Yeremia tersebut mengajak umat Israel untuk segera belajar menyesuaikan diri dengan situasi yang baru dan mengabaikan nubuatan yang menyatakan penghukuman Allah hanya 2 tahun tersebut, bahwa mereka akan berada di pembuangan Babel selama 70 tahun, ini yang benar!

Umat Israel diajak untuk memaknai kehidupan mereka di Babel dengan mendirikan rumah untuk didiami, menanam dan mengelola kebun, membangun keluarga yang baru, dan mengusahakan kesejahteraan kota serta mendoakan kota tersebut. Di tengah-tengah situasi umat Israel yang waktu itu sedang putus asa dan depresi, nabi Yeremia berhasil membangun harapan yang baru agar umat Israel tidak makin terpuruk dan hancur. Sebaliknya umat Israel dapat menata kembali masa depan yang telah disediakan oleh Allah. Di Yer. 29:11, Allah berfirman: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai-sejahera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.

Pesan yang disampaikan Yeremia ini mungkin tidak lama berselang setelah mereka tiba di Babel sebagai buangan. Selain pesan, Tuhan juga menyampaikan janji pemeliharaan-Nya melalui nabi Yeremia.

6.    Tidak toleran terhadap dosa. Kita mungkin sering berkata sitik labo dalih. Yeremia memandang dosa sebagai hal yang sungguh serius karena ia menanggapi kebenaran Allah dengan sungguh-sungguh. Adakah Mamre juga memandang dosa sebagai hal yang serius? Atau biasa nge, sitik labo dalih?  Yeremia sangat peka akan dosa. Maka Mamre juga harusnya demikian, supaya bukan hanya perkataan kita yang benar, tetapi tindakan kita juga benar. Meski berada di pembuangan, tidak seharusnya membuat mereka sama dengan orang-orang Babel. Di pembuangan sekalipun, harus nyata perbedaan orang-orang pilihan Tuhan dengan yang lain. Kita juga demikian, meski kita hidup di dunia ini, tidak harus mengikuti keinginan dunia ini.

7.    Hal konkrit yang perlu Mamre lakukan, bagi yang sudah melakukan puji Tuhan, bagi yang belum silahkan dimulai hari ini juga. Adapun aksi ini adalah “berdoa menyebut nama”. Bagi Mamre yang sudah memiliki anak di tengah keluarga atau bahkan kempu, berdoalah setiap hari untuk mereka dengan menyebut nama mereka di dalam doa kita. Berdoa buat Moria di tengah keluarga dan berdoa buat anak-anak sampai ke kempu tanpa putus-putus.

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip

GBKP Palangka Raya

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate