Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Kebaktian Pekan Doa Wari V Tahun 2021 ; 1 Raja-raja 3 : 1-9

INVOCATIO : Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga , tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah  dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Fil.4:6)

KHOTBAH   : 1 Raja-Raja 3:1-9

THEMA          : ERTOTO GUNA PENTAR

Syalom, saudara yang terkasih,

Ada sebuah buku dengan judul menarik yang ditulis oleh salah seorang public figur di negara kita. Buku tersebut diberi judul GANTI HATI. Buku ini dituliskan oleh Dahkan Iskan dan berisi mengenai pengalaman sakit yang dia alami. Pada tahun 2007, menurut diagosa dokter, dia mengalami penyakit yang disebut sirosis hati. Menurut dokter, yang bisa dilakukan utuk mengatasi penyakit ini adalah dengan melaksanakan operasi transplantasi hati. Dengan kata lain, karena organ hati mengalami pengerasan dan penurunan fungsi pada tubuh jadi hati tersebut harus dibuang dan digantikan dengan hati yang baru. Tentu tindakan operasi ini memiliki resiko tinggi dan juga biaya yang luar biasa. Tentu demi kesehatan, setiap orang pasti akan melakukan segala tindakan yang dapat ditempuh. Hikmah dari pengalaman ini menurut Dahlan Iskan adalah dia jadi memiliki cara pandang baru terhadap banyak hal dalam hidup ini. Jemaat yang terkasih, sesuai dengan tema kita, untuk beroleh hikmat dan kepintaran tidak sama seperti operasi hati yang menggantikan hati lama dengan hati yang baru. Saat ini kita dihadapkan dengan berbagai kepungan tantangan dan bencana yang membuat kita perlu memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang baru pula. Bila kita hanya mengandalkan pengetahuan kita, mungkin kita akan “patah” saat diperhadapkan dengan tantangan zaman ini. Menurut firman Tuhan, kita memerlukan hati yang baru, yang diisi dengan hikmat dan kebijaksanaan yang datang dari Tuhan. Entah dari sisi manapun kita memandang kehidupan ini, kita perlu hikmat dan kepintaran agar tidak salah dalam mengambil pilihan-pilihan hidup. Dalam berbagai tantangan kehidupan, kita perlu menjadi pribadi yang berhikmat agar kita tetap melihat kehidupan ini dalam bingkai iman dan pengharapan kepada Tuhan.

Bagaimana caranya agar kita menjadi orang-orang yang berhikmat dan bijaksana?  Yang pertama: Tuhan memberikan hikmat kepada kita ketika kita menyadari bekas dan jejak perbuatan Tuhan bagi kita. I Raj.3:6 jelas mengatakan kepintaran dan pengetahuan kita tidak cukup sebab tak ada sesuatu pun yang boleh terjadi tanpa tangan Tuhan berperan disana. Salomo pun jelas-jelas mengatakan: karena Tuhan telah menunjukkan kasih setia dan memberi jaminan kepada Daud sehingga ia dapat menggantikan ayahnya sebagai raja. Jadi Salomo mengakui ada Tuhan dibalik keberhasilannya. Salomo sangat sadar jabatan yang dia peroleh bukan semata-mata karena dia anak raja yang berhak mendapatkan takhta. Inilah saatnya kita pun mengaku pengetahuan dan keberhasilan kita bukan terjadi karena kita sendiri tetapi karena Tuhan campur tangan didalamnya. Kita boleh punya segudang pengalaman dan prestasi yg dibutuhkan manusia, tetapi jika Tuhan tidak berkenan tidak ada satu perbuatan tangan kita yang jadi.

Yang kedua; Tuhan mengalirkan hikmatNya kepada orang yang sadar diri di hadapan Tuhan. Dalam I raj.3: 7 Salomo sendiri mengakui bahwa dia masih muda dan belum berpengalaman. Ada kerendahan hati saat dia mengakui kekurangannya serta meminta Tuhan untuk menolongnya. Orang yang sadar diri di hadapan Tuhan akan mengakui kelemahannya lalu mengulurkan tangannya kepada Tuhan dengan tangan yang terbuka supaya Tuhan yang mengisi dan memenuhinya. Tidak ada orang yang meminta dengan gestur tangan yang mengancam/menggenggam kecuali  dia seorang preman. Biasanya ketika seseorang meminta sesuatu, tentu dia melakukannya dengan gestur  tangan terbuka yang artinya kosong dan ada sesuatu yang dapat diletakkan disana. Saat kita meminta hikmat Tuhan dengan tangan terbuka serta mengakui keterbatasan kita, niscaya hikmat dan kepintaran itu akan dialirkan dalam kehidupan kita.

 Yang ketiga; hikmat diberikan kepada mereka yang mengakui betapa rumitnya hidup ini dengan semua kompleksitas yang ada di dalamnya. I raj 3:8-9 Salomo menyadari tantangan yang akan dia hadapi dalam masa mendatang. Salomo ada ditengah bangsa yang besar,  dan kelak  pasti akan sangat sulit mengaturnya. Dia tahu persis karakter bangsanya yang memiliki predikat tegar tengkuk-keras kepala. Oleh karena itu hikmat dan kebijaksanaan diberikan kepada mereka yang menyadari apa yang mereka punyai selama ini tidaklah cukup untuk mengatasi semua tantangan yang harus dihadapi.  Bukankah demikian juga yang terjadi dalam hidup kita. Kadang kita berpikir kita untung, malah yang terjadi kita buntung. Kita yakin ini keputusan yang baik, ternyata dalam sekejap mata berbalik menjadi keputusan yang buruk. Bukankah situasi ini lalu menjadi ajakan Tuhan untuk kita mendekatkan diri kepada Dia?

Jemaat Tuhan yang terkasih, Salomo dalam hal ini mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan meminta di dalam doanya agar Tuhan memberikan hati yang bijaksana, pengetahuan untuk mengolah dan menimbang segala perkara yang terjadi agar pada akhirnya keadilan dan kebaikan terwujud saat dia memimpin bangsanya. Dan ketika dia berdoa dan meminta, Tuhan menjawab doanya dan memberikan hikmat itu kepada Salomo. Kita diingatkan bahwa penting bagi kita untuk dekat dengan Tuhan agar kita berhikmat. Hikmat itu ada dalam hubungan yang relasional. Semakin dekat dengan Tuhan, berarti kita akan semakin bijak dan berhikmat. Semakin jauh dari Tuhan, saat kita berpuas diri  lalu mengatakan: berdoa nggak berdoa sama saja kok… disitu kita patut berhati-hati sebab; dimana ada kesombongan kehancuran akan segera datang.

Biarlah kesaksian hidup Salomo yang menjadi teguran keras bagi kita semua. Di awal pemerintahannya, dia adalah sosok yang sangat bergantung pada Tuhan dan ia begitu terkenal dengan hikmatnya sebagai pemimpin dan raja. Tetapi semakin hari,  dia semakin menjauh dari Tuhan. Akibatnya dia tidak dapat mengontrol diri sendiri (istri banyak, gundik banyak), tidak dapat mengatur istrinya, tidak dapat mengajar anak-anaknya, sehingga diakhir kekuasaannya kerajaannya terpecah, perang terus menerus dan banyak darah yang tertumpah. Jemaat Tuhan, dekatkanlah diri kita kepada Tuhan, mintalah dalam doa kita hati yang berhikmat untuk menimbang segala perkara yang terjadi dalam hidup kita yang lalu atau yang akan datang. Alami pertolongan dan kasihNya niscaya kita beroleh kehidupan serta sejahtera yang melampaui akal pikiran kita. Tuhan memberkati kita sekalian.

Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S.Si (Teol)

GBKP Perpulungen Kupang

Kebaktian Pekan Doa Wari IV Tahun 2021 ; Kisah Para Rasul 2 : 43-47

Invocatio      : Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban  bakaran di atas mezbah itu. (Kejadian 8:20)

Khotbah        : Kisah Para Rasul 2:43-47        

Tema              : Tetap Menyembah dan Saling Mengasihi (Tetap Ersembah Ras SIkelengen)

1. PENDAHULUAN

Sebagai makhluk social, manusia tidak dapat lepas dari orang lain. Dalam rangka memenuhi kebutuhan ini, orang-orang bergabung untuk membentuk suatu komunitas. Biasanya, komunitas terbentuk karena latar belakang dan tujuan yang sama. Begitu pula yang terjadi pada jemaat mula-mula. Mereka membangun persekutuan sebagai sesama orang yang mengaku percaya kepada Kristus. Di dalam persekutuan itulah mereka tumbuh bersama dan membangun dalam iman dan kasih.

2. PENDALAMAN NATS, APLIKASI & PENUTUP

Dalam ayat-ayat ini kita mendapati firman Allah sebagai sarana untuk memulai dan melanjutkan pekerjaan anugerah yang baik dalam hati banyak orang, sebab Roh Tuhan bekerja dengannya. Marilah kita lihat cara kerjanya.

Mereka tetap menjaga dengan baik ketetapan-ketetapan yang kudus, dan memberikan segala contoh kesalehan dan ibadah secara berlimpah, sebab Kekristenan, jika kuasanya diakui, akan mencondongkan jiwa untuk bersekutu dengan Allah dalam segala cara yang sudah ditunjuk-Nya bagi kita untuk menemui-Nya, dan yang di dalamnya Ia berjanji untuk menemui kita.

Mereka tekun dan setia mengikuti pemberitaan firman. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, dan tidak pernah mengingkari atau meninggalkannya. Atau, seperti yang bisa dibaca, mereka bertekun dalam ajaran atau perintah rasul-rasul. Dengan baptisan mereka dimuridkan untuk diajar, dan mereka bersedia diajar. Perhatikanlah, orang-orang yang sudah menyerahkan nama mereka kepada Kristus harus dengan kesadaran hati nurani mendengarkan firman-Nya. Sebab dengan berbuat demikian kita memberikan kehormatan kepada Dia, dan membangun diri kita di atas dasar iman kita yang paling suci.

Mereka menjaga persekutuan orang-orang kudus. Mereka bertekun dalam persekutuan (ay.42), dan dengan sehati berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah (ay.46). Mereka tidak saja mengasihi satu sama lain, tetapi juga banyak bergaul satu sama lain. Mereka sering bersama-sama. Ketika mereka menarik diri dari angkatan yang jahat itu, mereka tidak lantas menjadi para pertapa, tetapi sangat akrab satu dengan yang lain, dan memanfaatkan segala kesempatan untuk saling bertemu. Di mana kita melihat satu murid, kita akan melihat lebih banyak murid lain, seperti sekawanan burung. Lihatlah bagaimana orang-orang Kristen ini saling mengasihi. Mereka saling peduli, saling berbela rasa, dan dengan sepenuh hati mendukung kepentingan satu sama lain. Mereka bersekutu dalam ibadah. Mereka bertemu dalam Bait Allah: di sanalah tempat mereka bertemu. Sebab persekutuan bersama Allah adalah persekutuan terbaik yang dapat kita miliki satu sama lain (1Yoh. 1:3). Amatilah:

(a) Mereka setiap hari ada di Bait Allah, bukan hanya pada hari-hari Sabat dan hari-hari raya, melainkan juga pada hari-hari lain, setiap hari. Menyembah Allah haruslah menjadi pekerjaan kita sehari-hari, dan, bila ada kesempatan, semakin sering dilakukan secara umum, semakin baik. Allah mengasihi pintu-pintu gerbang Sion, begitu pula seharusnya kita.

(b) Mereka sehati. Bukan hanya tidak ada pertengkaran atau perselisihan, melainkan justru ada kasih suci yang melimpah di antara mereka. Dan mereka dengan sepenuh hati bergabung dalam ibadah-ibadah bersama. Meskipun mereka bertemu dengan orang-orang Yahudi di pelataran Bait Allah, orang-orang Kristen membentuk kumpulan sendiri, dan sehati sejiwa dalam melakukan ibadah mereka sendiri.

Mereka sering kali berkumpul untuk melaksanakan ketetapan perjamuan Tuhan. Mereka terus memecahkan roti, untuk merayakan kenangan akan kematian Guru mereka itu, seperti orang-orang yang tidak malu mengakui hubungan mereka dengan, dan kebergantungan mereka kepada, Kristus dan Dia yang disalibkan. Mereka tidak bisa melupakan kematian Kristus, tetapi sebaliknya, mereka tetap menjaga kenangan akan kematian-Nya itu, dan menjadikannya sebagai kegiatan mereka yang tetap, karena hal itu sudah ditetapkan Kristus, untuk diteruskan kepada angkatan-angkatan jemaat yang berikutnya. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing. Mereka memandangnya tidak pantas merayakan perjamuan Tuhan di Bait Allah, sebab ini adalah ketetapan khas Kristen, dan oleh sebab itu mereka menjalankan ketetapan itu di rumah-rumah pribadi, memilih rumah-rumah milik orang yang sudah menjadi Kristen, yang dianggap nyaman, dan yang menjadi pangkalan utama di lingkungan setempat. Dan mereka pergi dari tempat-tempat ibadah kecil atau kapel-kapel keluarga ini, yakni rumah-rumah yang berfungsi sebagai tempat ibadah, dan di sana mereka merayakan perjamuan Tuhan dengan orang-orang yang biasa bertemu untuk menyembah Allah.

Mereka terus berdoa. Setelah Roh dicurahkan, seperti juga sebelumnya, sewaktu mereka menantikan Dia, mereka tak putus-putus berdoa. Sebab doa tidak akan pernah tergantikan sampai nanti tertelan dalam puji-pujian yang kekal. Memecahkan roti dilakukan di antara bekerja dan berdoa, sebab memecahkan roti ini merujuk pada keduanya, dan membantu kedua-duanya. Perjamuan Tuhan adalah khotbah bagi mata, dan peneguhan firman Allah bagi kita. Dan perjamuan Tuhan adalah dorongan bagi doa-doa kita, serta ungkapan yang khidmat akan pengangkatan jiwa kita ke hadirat Allah.

Mereka berlimpah dalam mengucap syukur, terus memuji Allah (ay.47). Memuji Allah harus mendapat bagian dalam setiap doa, dan tidak boleh dikesampingkan. Orang-orang yang sudah menerima karunia Roh Kudus akan banyak memuji-muji Allah.

Mereka mengasihi dan sangat berbaik hati satu terhadap yang lain. Kasih mereka sama terkenalnya seperti kesalehan mereka. Juga, bersatunya mereka dalam upacara-upacara ketetapan suci membuat hati mereka terajut satu sama lain, dan membuat mereka saling mengasihi.

Mereka sering mengadakan pertemuan-pertemuan kristiani (ay.44): Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu. Bukan beribu-ribu orang yang ada di satu tempat (ini tidak mungkin dilakukan), melainkan, sebagaimana Dr. Lightfoot menjelaskannya, mereka tetap bersama-sama dalam beberapa kumpulan atau jemaat, sesuai dengan bahasa, bangsa, atau ikatan-ikatan lain, yang membawa dan menjaga mereka tetap bersama-sama. Dan dengan bergabung seperti itu, karena dipisahkan dari orang-orang yang tidak percaya, dan karena berdasarkan pengakuan iman dan kewajiban-kewajiban agama yang sama, mereka dikatakan bersama-sama. Mereka berkumpul bersama-sama, dan dengan begitu mengungkapkan serta meningkatkan kasih mereka satu terhadap yang lain.

Segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. Mungkin mereka makan di meja makan yang sama (seperti orang-orang Sparta pada zaman dulu), supaya bisa akrab, tenang, dan bebas berbincang-bincang. Mereka makan bersama-sama, sehingga orang-orang yang mempunyai banyak bisa mendapat lebih sedikit, dan dengan demikian dijauhkan dari godaan kelimpahan. Dan orang-orang yang mempunyai sedikit bisa mendapat lebih banyak, dan dengan demikian dijauhkan dari godaan kelaparan dan kemiskinan. Atau, ada perhatian yang sedemikian rupa satu terhadap yang lain, dan kesiapan yang begitu rupa untuk membantu satu sama lain bila dibutuhkan, sehingga dapat dikatakan, segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, sesuai dengan hukum persahabatan. Yang satu tidak kekurangan apa yang dimiliki yang lain, sebab ia sendiri bisa memilikinya jika ia minta.

Mereka sangat bergembira, dan sangat murah hati dalam menggunakan apa yang mereka miliki. Selain hari-hari raya mereka yang sakral (dengan memecahkan roti di rumah masing-masing) agama mereka banyak terlihat dalam perjamuan makan bersama-sama. Mereka makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati. Mereka membawa serta penghiburan-penghiburan dari meja Allah ke meja mereka sendiri, yang mempunyai dua dampak baik atas mereka:

(1) Kebersamaan itu membuat hati mereka merasa sangat senang, dan membesarkan hati mereka dengan sukacita yang kudus. Mereka makan roti dengan sukaria, dan minum anggur mereka dengan hati yang senang, karena tahu bahwa Allah berkenan akan perbuatan mereka. Orang lain tidak akan memiliki alasan untuk bergembira seperti yang dimiliki orang-orang Kristen yang baik. Sungguh sayang memang, tetapi hanya orang-orang Kristen yang bisa memiliki hati yang bergembira demikian.

(2) Kebersamaan itu membuat mereka sangat murah hati kepada saudara-saudara mereka yang miskin, dan membesarkan hati mereka di dalam perbuatan amal. Mereka makan bersama-sama dengan tulus hati, en aphelotēti kardias– dengan murah hati. Menurut sebagian orang: mereka tidak makan makanan mereka sendiri, tetapi sebaliknya, mengundang orang miskin untuk makan di meja mereka, tidak dengan menggerutu, tetapi dengan hati yang begitu bebas lepas. Perhatikanlah, sudah selayaknya orang-orang Kristen membuka hati dan tangan mereka, dan dalam setiap pekerjaan baik menabur dengan berlimpah. Allah sudah menabur kepada kita secara berlimpah, walaupun kondisi kita kurang baik, seperti saat sekarang masa-masa pandemik Covid-19. Jadi Dia juga berharap untuk menuai dengan berlimpah dari kita.

Mereka menggalang dana untuk amal (ay.45,46): Mereka menjual harta milik mereka. Sebagian orang menjual tanah dan rumah mereka, sebagian yang lain menjual hewan ternak dan perlengkapan rumah mereka, dan menyumbangkan uang kepada saudara-saudara mereka, sesuai dengan keperluan masing-masing. Ini bukan untuk menghancurkan harta milik (seperti yang dikatakan Tuan Baxter), melainkan untuk menghancurkan sifat mementingkan diri sendiri. Dalam hal ini, ada kemungkinan, mereka mempunyai pandangan pada perintah yang diberikan Kristus kepada si orang kaya itu, sebagai ujian bagi ketulusannya, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin. Bukan berarti bahwa ini dimaksudkan sebagai contoh untuk dijadikan aturan yang tetap dan mengikat, seolah-olah semua orang Kristen di segala tempat dan masa harus menjual harta benda mereka dan menyerahkan semua uangnya untuk berderma. Sebab surat-surat Rasul Paulus, setelah ini, sering kali berbicara tentang pembedaan antara yang kaya dan yang miskin, dan Kristus sudah berkata bahwa orang-orang miskin selalu ada pada kita, dan akan selalu ada, dan orang kaya harus selalu berbuat baik kepada mereka dengan memberikan sebagian dari hasil-hasil serta keuntungan-keuntungan mereka. Hal ini tidak bisa mereka lakukan, seandainya mereka harus menjualnya, dan memberikan semuanya sekaligus. Tetapi perkara yang ada di sini adalah perkara yang luar biasa, sebab:

(a) Mereka tidak terikat kewajiban apa pun dari perintah ilahi untuk melakukan ini, seperti yang tampak dari apa yang dikatakan Petrus kepada Ananias (5:4): Bukankah itu tetap dalam kuasamu? Tetapi perbuatan ini merupakan contoh yang patut dipuji tentang bagaimana mereka sudah diangkat mengatasi dunia, sudah memandang rendah dunia, memiliki keyakinan akan dunia lain, mengasihi saudara-saudara mereka, berbelas kasihan terhadap kaum miskin, dan memiliki semangat yang besar untuk menyebarkan Kekristenan, serta memupuknya dalam masa pertumbuhannya. Para rasul meninggalkan semuanya untuk mengikuti Kristus, dan harus memberi diri mereka sepenuhnya pada firman dan doa, dan sesuatu harus dilakukan untuk memeliharanya. Jadi, tindakan murah hati yang luar biasa ini harus dicegah supaya tidak menjadi perbuatan royal seperti yang dilakukan bangsa Israel di padang gurun untuk membangun kemah suci (Kel. 36:5-6). Pedoman kita adalah, memberi sebagaimana Allah sudah memberkati kita. Namun, dalam keadaan luar biasa seperti ini, yang harus mendapat pujian adalah orang-orang yang memberi melampaui kemampuan mereka (2Kor. 8:3).

(b) Yang melakukan perbuatan murah hati ini adalah orang-orang Yahudi, dan orang-orang yang percaya Kristus harus percaya bahwa bangsa Yahudi saat itu tidak lama lagi akan dihancurkan dan mereka tidak akan lagi memiliki harta benda apa-apa, dan karena keyakinan akan hal ini, mereka menjual harta benda mereka untuk melayani Kristus dan jemaat-Nya saat itu.

Allah mengakui mereka, dan memberi mereka tanda-tanda hadirat-Nya bersama mereka (ay.43): Rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda yang beragam, yang meneguhkan ajaran mereka, dan secara tak terbantahkan membuktikan bahwa semua itu berasal dari Allah. Orang-orang yang dapat mengerjakan mujizat-mujizat bisa saja memelihara diri sendiri dan kaum miskin yang ada bersama mereka dengan mujizat, seperti Kristus memberi makan ribuan orang dengan makanan yang sedikit. Pemeliharaan itu bisa terjadi melalui mujizat anugerah (dengan menggerakkan orang-orang untuk menjual harta benda mereka), atau melalui suatu karya mujizat, dan cara mana yang terjadi, kedua-duanya sama-sama membawa kemuliaan bagi Allah.

Tetapi Tuhan tidak hanya memberi mereka kuasa untuk mengerjakan mujizat-mujizat. Itu bukanlah satu-satunya perbuatan yang dilakukan-Nya bagi mereka: Ia juga tiap-tiap hari menambah jumlah mereka. Firman di dalam mulut mereka melakukan keajaiban-keajaiban, dan Allah memberkati usaha-usaha mereka untuk menambahkan jumlah orang-orang percaya. Perhatikanlah, adalah pekerjaan Allah untuk menambahkan jiwa-jiwa ke dalam jemaat. Dan adalah suatu penghiburan besar bagi hamba-hamba Tuhan dan juga orang-orang Kristen untuk melihatnya.

Orang banyak tersentuh olehnya. Orang-orang yang berada di luar, yaitu mereka yang berdiri dan menonton.

Mereka takut pada rasul-rasul itu, dan menaruh hormat terhadap mereka (ay.43): Ketakutanlah mereka semua, maksudnya, orang banyak yang melihat mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang diperbuat oleh para rasul itu. Mereka takut jika para rasul tidak dihormati sebagaimana mestinya maka mereka akan membawa kehancuran ke atas bangsa mereka. Orang kebanyakan menaruh hormat kepada mereka, seperti Herodes takut kepada Yohanes. Meskipun mereka tidak mempunyai semarak lahiriah untuk membuat orang menghormati mereka secara lahiriah, seperti jubah panjang ahli-ahli Taurat membuat mereka menerima penghormatan di pasar, namun mereka mempunyai karunia-karunia rohani yang berlimpah yang benar-benar terhormat, yang menggerakkan orang untuk menaruh hormat terhadap mereka di dalam batin. Jiwa orang-orang yang secara menakjubkan tersentuh oleh khotbah dan kehidupan mereka yang menakjubkan.

Menurut Invocatio : Kejadian 8:20. Kita bisa melihat bagaimana ungkapan syukur Nuh atas kebaikan Allah kepadanya, yang melengkapi belas kasihan bagi pembebasannya. Ia mendirikan mezbah. Sampai saat ini ia tidak berbuat apa pun tanpa petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah khusus dari Allah. Ia diberi panggilan khusus untuk masuk ke dalam bahtera, dan panggilan lain lagi keluar darinya. Tetapi, karena mezbah dan korban bakaran sudah merupakan ketetapan ilahi dan ibadah, ia tidak menunggu perintah khusus seperti itu untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Orang-orang yang sudah menerima belas kasihan dari Allah haruslah menjadi yang terdepan dalam mengucap syukur, dan melakukannya bukan dengan paksa, tetapi dengan sukarela. Allah berkenan pada persembahan-persembahan yang dinaikkan dengan kehendak bebas, dan pada puji-pujian yang menanti-nantikan Dia.

Mereka menyukai rasul-rasul itu (ay.47). Meskipun kita mempunyai alasan untuk berpikir bahwa ada orang-orang yang merendahkan mereka dan membenci mereka (kita yakin bahwa orang-orang Farisi dan imam-imam kepala berbuat begitu), namun bagian yang jauh lebih besar dari rakyat biasa bersikap baik terhadap mereka. Mereka disukai semua orang. Kristus dengan begitu kejam diperhadapkan kepada, dan diinjak-injak oleh, gerombolan massa, yang berseru, salibkanlah Dia, salibkanlah Dia, sehingga orang akan menyangka bahwa ajaran-Nya dan para pengikut-Nya tidak akan pernah mungkin diperhatikan oleh orang banyak lagi. Namun, di sini kita mendapati mereka disukai semua orang, yang dengannya tampak bahwa ketika mereka ingin menghukum mati Kristus, mereka seperti dihasut oleh para imam yang licik itu. Namun sekarang mereka sudah sadar, sudah kembali berpikir waras. Perhatikanlah, kesalehan dan kasih yang tidak disembunyi-sembunyikan akan mengundang hormat. Dan kegembiraan dalam melayani Allah akan membuat agama menjadi menarik bagi orang-orang yang tidak memeluknya. Sebagian orang membacanya seperti ini, mereka mengasihi semua orang – charin echontes pros holon ton laon. Mereka tidak membatasi kasih mereka hanya kepada orang-orang dari kalangan mereka sendiri, tetapi kasih mereka itu umum dan luas. Inilah yang membuat mereka sangat dipuji.

Orang banyak menggabungkan diri dengan jemaat itu. Ada saja orang yang setiap hari masuk, meskipun tidak sebanyak seperti hari pertama. Dan orang-orang yang masuk itu memang merupakan orang-orang yang harus diselamatkan. Perhatikanlah, orang-orang yang dimaksudkan Allah untuk menerima keselamatan kekal akan berhasil dibawa kepada Kristus pada satu atau lain waktu. Dan, orang-orang yang dibawa kepada Kristus berarti ditambahkan kepada jemaat dalam kovenan yang kudus melalui baptisan, dan dalam persekutuan orang kudus. Ini jugalah yang menjadi gaya hidup kita sebagai orang Kristen, untuk mencari jiwa dan menunjukkan kasih selagi Tuhan Yesus masih memberikan kesempatan kepada kita. Amin.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th

GBKP Runggun Graha Harapan

Kebaktian Pekan Doa Wari III Tahun 2021 : Yohanes 1 : 1-9

Invocatio : “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Yesaya 46:4

Khotbah : Yosua 1 :1-9

Tema      : Ersikaplah kam (Bersiaplah engkau)

Saudara-saudara yang terkasih,

Mari kita belajar dari kisah Yosua, bagaimana dia dipilih untuk melanjutkan tugas dan tanggung jawab Musa. Siapakah Yosua? Nama Yosua muncul kali pertama di dalam Keluaran 17:8-16, dia adalah seorang jenderal yang memimpin tentara Israel dalam peperangan melawan orang Amalek. Yosua adalah abdi Musa atau asisten Musa (Keluaran 24:13). Yosua bin Nun digambarkan sebagai sosok yang masih muda (Keluaran 33:11). Di dalam Yosua 1, Yosua melihat dirinya sebagai abdi Musa, Musa yang pernah memimpinnya, Musa yang pernah berada di sampingnya. perjalanan melayani mengikut Tuhan. Sekarang di dalam moment yang dihadapi Yosua, Alkitab katakan “Musa, hamba Tuhan itu sudah mati…” (Yosua 1:1-2). Sekarang Yosua harus menghadapi satu krisis kepemimpinan di dalam hidupnya. Yosua harus menghadapi satu fakta realita, Musa yang pernah berada bersama dia melayani dan menemani Musa dalam menjalankan tugasnya, Musa yang mendampingi dia, sekarang Musa, hamba Tuhan itu sudah mati. Dan tanggng jawab dan tugas-tugas akan diteruskan kepada Yosua. kItra-kira bagaimana keadaan Yosua saat itu?

1)        "Yosua adalah seorang Kecil yang berada di bawah kesuksesan Orang Besar". Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang.

2)        "Orang Kecil yang diberi kepercayaan dan tanggung jawab luar biasa besar"

Seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.

3)        "Orang Kecil yang diberikan Janji yang luar biasa akan kemenangan: masuk ke Tanah Perjanjian"

Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu. Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. (Ayat 4-6)

Siapakah orang Het itu? Ulangan 7:1

"Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu,  Israel tak pernah 'sekelas' dengan mereka.
Bagaimana sikap dan jawaban Josua akan panggilan tugas ini?. Ini sama sekali bukan tugas yang ringan dan mudah. Yosua, mungkin hari itu merasa bahwa Tuhan memang sudah memberikan tanggungjawab yang sangat besar dalam mempercayai dirinya untuk melanjutkan "kesuksesan Orang Besar" seperti Musa dan membawa Israel menuju penggenapan janji Tuhan menuju
Kanaan. Ini  tugas berat dan mengerikan  Ada rasa takut pasti di sana, rasa tawar dan kecut hati, merasa diri bukan siapa-siapa ... ketika mendengar kepercayaan yang begitu besar disematkan dalam pundaknya.

Itulah sebabnya, dalam ayat kelanjutannya hingga ayat 9 dalam bahan pembacaan Alkitab kita hari ini, apa yang sedang dilakukan oleh Tuhan terhadap Yosua? Tuhan tidak menghendaki  pikiran negative, penakut, hati pengecut dalam diri Yosua.

Ada tujuh cara Tuhan menghilangkan pikiran negatif yang mungkin muncul dalam diri Yosua hari itu:

1. Kuatkanlah dan teguhkanlah hati/ Be strong and courageous (3x diulangi kalimat ini ayat 6,7 dan 9). Kuatkanlah (be strong : This is about your ability, your capability. God needs Joshua to have a strong will, a strong body and a strong mind, our potentials that God gave us. Be courages: Menjadi berani bagi Joshua adalah bahwa dia harus memiliki keberanian; dia harus bisa mengambil inisiatif. Menjadi berani berarti tidak peduli seberapa ganasnya musuh, Anda sepenuhnya fokus pada fakta bahwa Anda akan mengalahkan mereka dan Anda disibukkan dengan pikiran itu dan tidak ada yang lain. Seruan untuk keberanian adalah untuk memiliki rasa superioritas terhadap lawan. Joshua akan mendekati situasi perang dengan mengatakan: orang-orang ini murah untuk kita tangani terlepas dari pengaruh, amunisi, pengalaman, dan jumlah mereka.

2. Bertindaklah hati-hati.

3. Jangan menyimpang ke kanan atau kiri.

4. Perkatakanlah Firman Tuhan.

5. Renungkan Firman Tuhan siang dan malam.

6. Jangan kecut dan tawar hati.

7. Aku, Tuhan akan menyertaimu selamanya.

             Saudara-saudara yang terkasih,

Bagaimana keadaan saudara- saudara saat ini? Apakah sedang dalam sukacita dan keberanian besar ataukah sedang mengalami tawar hati, kita sama seperti Yosua yang mungkin memiliki ketakutan, kecut dan tawar hati bahkan sakit di hati ini, mengalami kegagalan dan kekalahan, keterpurukan, menghadapi dan membawa beban berat, keletihan bukan fisik dan pikiran, dibayangi maut, sakit penyakit dan sebagainya.

Pikiran negatif sering muncul, semangat yang patah. Namun Tuhan saat ini juga berbicara kepada kita seperti berbicara kepada Yosua yaitu agar kita tetap Bersiap sedia dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan kita (dalam keluarga, masyarakat, pekerjaan sehari-hari, maupun aktivitas lainnya). Tuhan akan menolong kita senantiasa

Dalam pekan doa ke 3 ini kita di ingatkan agar berani melangkah pasti Bersama Tuhan  dengan mengingat dan melakukan hal dibawah ini:

menguatkan dan meneguhkan hati, Jangan kecut dan tawar hati, bertindak hati-hati, Jangan menyimpang ke kanan dan ke kiri, Perkatakan firman Tuhan, renungkan Firman Tuhan siang dan malam, Tuhan Allah akan menyertai seperti janjiNYa dalam Yesaya 46:4 Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Sampai masa tua Tuhan akan tetap setia menyertai kita dan bahkan menggendong bahkan Tuhan sudah melakukannya bagi kita. Dia mau menanggung dan memikul beban kita. Melalui penebusan dan kematian TUHAN YESUS di kayu salib demi dosa-dosa kita. Untuk itu bersiap sedialah kita didalam hidup dalam menanggung segala kesulitan, menemui banyak masalah perlu hati yang berani, kita harus berpegang teguh pada iman. Tuhan bisa membebaskan kita jika belum membebaskan kita ada alasan Tuhan untuk menahan pembebabsannya dan Dia akan selalu memberi kekuatan serta menyertai kita selamanya, Apapun yang kita jalani mari kita selalu siap sedia berjalan dengan iman dan melibatkan Tuhan dalam setiap lini kehidupan kita. Tuhan memberkati kita selalu. Amin

Pdt. Rosliana Br Sinulingga, M.Si

GBKP Runggun Bumi Anggrek

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate