Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah Minggu Tgl 06 Juni 2021 ; Maskus 3 : 20-35

Invocatio    : “Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun” (Mazmur 133:1)

Bacaan       : Kejadian 50:17-21

Khotbah     : MARKUS 3:20-35

Tema          : BERSAUDARA DI DALAM TUHAN (Ersenina Erturang I Bas Tuhan)

Pendahuluan                          

Minggu sesudah Trinitatis umumnya dikenal sebagai "Minggu-minggu Biasa" (Ordinary Time Sundays). Minggu Sesudah Trinitatis ini berjumlah 25 minggu, diletakkan dalam penanggalan setelah Minggu Trinitas hingga sebelum memasuki Minggu Akhir Tahun Gereja. Tema-tema yang diangkat dalam Minggu Sesudah Trinitatis mencakup tema keseharian hidup jemaat, pergumulan hidup gereja dan dunia. Tugas-tugas pelayanan dan missi gereja di tengah dunia menjadi sentral pemberitaan di minggu-minggu ini.

Minggu ini disebut sebagai minggu UEM. Minggu yang merayakan persekutuan gereja kita yang tergabung dalam anggota UEM (United Evangelical Mission) yang berpusat di Jerman. UEM (dulu VEM) berdiri di Jerman di abad ke-18 sebagai cikal bakal RMG yang mengutus penginjil-penginjilnya ke Indonesia untuk mendirikan gereja-gereja Lutheran (mis. HKBP, HKI, GKPI, GKPS, GKE). Meskipun gereja kita GBKP beraliran Calvinis, tetapi di tahun 1962 kita juga menerima penginjil utusan UEM dan mulai bergabung dalam pelayanan UEM. Kerjasama inilah yang membangun berdirinya Zentrum GBKP, Alfa Omega, KWK, dan pelayanan-pelayanan di bidang kesehatan.

UEM bersifat global dan bekerja secara lokal di Afrika, Asia dan Jerman. Sejak berdiri hingga kini, UEM sangat peduli pada upaya penginjilan yang diikuti dengan tugas-tugas sosial. Memberi kesaksian tentang pesan perdamaian Bapa dengan semua umat manusia melalui anakNya Yesus Kristus dan bekerja untuk keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, itulah yang menjadi misi UEM sekaligus yang menjadi spirit kita dalam menghayati minggu UEM ini.

Pembahasan Teks

Dianggap ‘tidak waras’ atau ‘aneh’ bahkan sampai difitnah karena melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebiasaan umum memang tidak menyenangkan. Apalagi kita melakukannya dengan kesadaran penuh, bahwa hal tersebut adalah tindakan yang baik dan benar. Inilah yang dialami Yesus menurut teks khotbah kita Markus 3:20-35. Ajaran Yesus selalu menimbulkan kontroversi bagi sejumlah kelompok. Pertama, keluarga Yesus yang berpikir Dia sudah terlalu lelah dan terganggu jiwaNya (ay. 21). Kedua, ahli-ahli Taurat menuduh Yesus mengusir roh-roh jahat dengan menggunakan kuasa dari “penguasa roh-roh jahat” itu, dan mereka juga menuduh Yesus, bahwa Dia “kerasukan roh jahat” (ay. 22,30). Mereka mengatakan bahwa Yesus kerasukan Beelzebul. Beelzebul dalam bahasa Yunani Βεελζεβουλ dan dalam bahasa Aram yang dihubungkan dengan bahasa Ibrani בַּעַל זְבוּב - Ba'al Zevuv yang berarti בַּעַל – Baal artinya tuan dan זְבוּב – Zevuv artinya lalat. Beelzebul secara harfiah artinya "majikan/tuan dari lalat"  dan ini merupakan ilah orang Filistin yang disembah di kota Ekron dalam Perjanjian Lama.

Bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya situasi Yesus saat itu ketika orang-orang terpandang dalam masyarakat dan institusi agama menyatakan hal sedemikian rupa, menyampaikan fitnah yang keji. Namun, Yesus tidak gentar. Dia tahu apa yang sedang dilakukanNya. MisiNya sangat jelas, mewartakan Allah yang adalah Kasih.

Yesus menyingkapkan ketidakbenaran tuduhan para ahli Taurat itu dengan sebuah pertanyaan akal-sehat (logis): “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis?” (ay. 23, lanjut sampai ay. 26). Karena kecemburuan atau sikap merasa paling benar, para ahli Taurat itu menjadi buta terhadap kebenaran. Melalui pengusiran roh-roh jahat dan penyembuhan orang-orang sakit Yesus sebenarnya sedang melakukan penghancuran Kerajaan Iblis, bukan membangunnya. Mereka seolah tidak menyadari bahwa pengusiran roh-roh jahat ini menjadi salah satu tanda datangnya Kerajaan Allah. Secara implisit Yesus sebenarnya mengatakan bahwa Dia telah datang untuk membangun Kerajaan Allah dengan pertama-tama menjarah rumah dari si “orang kuat” (ay. 27).

Yesus menegaskan bahwa dengan menuduh diriNya mengusir roh jahat dengan kuasa penghulu setan, para ahli Taurat itu telah melakukan penghujatan terhadap Roh Kudus, dan itu suatu dosa yang tidak terampuni selamanya, “Siapa saja yang menghujat Roh Kudus tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa yang kekal” (ay. 29). Yesus sedang memperingatkan para pemimpin/pemuka agama Yahudi yang menyatakan karya penyelamatan Allah sebagai pekerjaan si Iblis. Mereka memutarbalikkan kebenaran, menolak karunia keselamatan Allah dan menempatkan orang-orang dalam posisi berisiko juga.

Di akhir perikop ini diceritakan, sementara Yesus masih terlibat dalam perdebatan dengan para ahli Taurat, ibu dan saudara-saudara Yesus datang dan memanggil Dia. Rupanya mereka telah berjalan dari Nazaret untuk membawaNya pulang agar memperoleh istirahat dan kesembuhan yang mereka kira diperlukan olehNya. Akan tetapi, Yesus menggunakan peristiwa ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan pentingnya memiliki hubungan rohani dengan diriNya.

Lalu ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, berkata kepadaNya, “Lihat, ibu dan saudara-saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” Tetapi jawab Jesus kepada mereka, “Siapa ibuKu dan siapa saudara-saudaraKu?” IA melihat kepada orang-orang yang duduk di sekelilingNya dan berkata, “Ini ibuKu dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu” (ay. 32-35).

“Siapa ibuKu? Siapa saudara-saudaraKu?” Mengapa Yesus mengajukan pertanyaan seperti ini? Tentu saja Dia mengenal para anggota keluarganya. Namun, Dia ingin menyampaikan sebuah pesan penting, bahwa menjadi anggota keluarga Allah tidak ada urusannya dengan hubungan darah dan sepenuhnya berurusan dengan pertobatan, iman, dan ketaatan kepadaNya dari hari ke hari. Menjadi keluarga Allah itu terlihat dengan melaksanakan kehendak Allah, dan ketaatan semacam itu diawali dengan mendengar, mempercayai dan mengikuti Anak Allah. Yesus berkata kepada orang banyak di sekelilingNya, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudaraKu! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Bacaan pertama Kitab Kejadian 50:17-21 menceritakan tentang Yusuf yang menghiburkan hati saudara-saudaraNya yang pada saat itu ketakutan karena Bapa mereka Yakub sudah mati, dan saudara-saudaranya berpikir itu menjadi kesempatan bagi Yusuf untuk membalas dendam. Karena ulah saudara-saudaranya, Yusuf menderita menjadi budak dan dipenjara selama tiga belas tahun. Namun, Yusuf tidak mendendam, ia memperlakukan saudara-saudaranya dengan sangat baik. Ia meminta mereka untuk tidak takut. Bahkan, Yusuf menyatakan akan menanggung makanan dan merawat anak-anak mereka (ay. 21). Mengapa Yusuf dapat bersikap begitu pengertian dan murah hati kepada saudara-saudaranya? Karena Yusuf sadar bahwa di balik semua kejadian itu, ada rencana baik Allah, yaitu untuk memelihara suatu bangsa yang besar (ay. 20). Yusuf memahami bahwa saudara-saudaranya adalah alat Tuhan untuk membawanya datang ke Mesir (bdk. 45:5-8). Demikianlah Yusuf menghibur dan menenangkan hati saudara-saudaranya.

KESIMPULAN

Teks khotbah kita menunjukkan sikap dari keluarga dan juga musuh-musuh Yesus terhadap diriNya. Kedua kelompok ini keliru memahami Yesus, sehingga mengakibatkan kaum keluargaNya secara berlebihan mencemaskan kesehatanNya, sedangkan para musuhNya melemparkan berbagai tuduhan kejam terhadap diriNya. Walau demikian Yesus tetap dengan hati tenang dan bijaksana menghadapi semuanya. Bahkan peristiwa ini Yesus pakai sebagai kesempatan untuk memberitakan Kabar Baik. Terkhusus tentang status keillahianNya dan tentang Kerajaan Allah.

Yesus tidak bermaksud untuk tidak mengakui keluargaNya di tempat umum. Ini bukan berarti Yesus tidak menghormati dan tidak mengasihi ibuNya atau saudara-saudaraNya. Tetapi Dia mau menegaskan bahwa pribadiNya adalah milik semua orang percaya yang mau melakukan kehendak Bapa. Yesus sedang berbicara tentang konteks Kerajaan Allah.  Relasi manusia dengan Allah rusak oleh karena dosa (bdk. Kej. 3:10). Tetapi, kita semua sudah diikat dalam satu persaudaraan karena iman akan Yesus Kristus. ”Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu jauh, sudah menjadi dekat oleh darah Kristus” (Efesus 2:13).

“Dalam Yesus kita bersaudara…. sekarang dan selamanya.” Kita tentu ingat bahwa lagu ini sangat populer terutama untuk kalangan anak-anak di sekolah minggu, syairnya sama dan diulang-ulang. Lagu ini mengingatkan kita akan khotbah kita pada saat ini yang pada intinya berbicara tentang persaudaraan sejati: “Siapa pun yang melakukan Kehendak BapaKu di Sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah IbuKu.” Makna persaudaraan ini melampaui ikatan-ikatan kekeluargaan, ras, budaya dan agama. Dan inilah yang kita rayakan dalam Minggu UEM.

Minggu ini kita merayakan persekutuan gereja kita yang tergabung dalam anggota UEM (United Evangelical Mission) yang berpusat di Jerman. Kebenaran firman Tuhan mengatakan bahwa bagi orang-orang  yang percaya kepada Yesus maka mereka adalah keluarga Kristus. UEM adalah satu keluarga. Walaupun kita berasal dari denominasi Gereja yang berbeda-beda, aliran dan doktrin yang berbeda, juga daerah atau negara yang berbeda, tetapi kita bersaudara di dalam Tuhan (Tema Khotbah). Kemajemukan dan perbedaan tidak membuat kita terpecah dan tidak saling mengerti, tetapi kita saling melengkapi, Kasih Kristus yang mempersatukan kita.

Kemajemukan jangan sampai membuat kita berlaku dan bersikap menjadi ahli-ahli Taurat “zaman now” yang menganggap ajaran Gereja lain salah, sesat atau paling parahnya kita anggap berasal dari roh jahat. Dan kalau pun ada perbedaan yang tidak terhindari menyebabkan terjadi konflik, mari belajar dari sikap Yusuf kepada saudara-saudaraNya, ada pengampunan dan pemahaman bahwa tindakan saudara-saudaranya juga bagian dari rancangan dahsyat Tuhan untuk mendatangkan kebaikan. Sehingga boleh tercapai seperti Firman Tuhan sampaikan dalam Mazmur 133:1 “Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun.”

Menjadi berkat bagi bangsa-bangsa adalah tugas yang mulia dan sesungguhnya menjadi tugas utama gereja. Seperti yang telah dilayankan oleh UEM selama ini, gereja perlu bergumul untuk melakukan teladan Kristus yang telah ditunjukkanNya selama pelayanan di dunia ini. Gereja bukan untuk dirinya sendiri, Gereja jangan bersifak egois yang mengganggap kelompok atau golongannya yang paling benar, tetapi Gereja harus senantiasa memiliki kerinduan untuk memuliakan Allah secara bersama-sama. Gereja perlu memikirkan tentang apa yang diharapkan Allah dari Gereja demi bangsa-bangsa. Gereja perlu bertindak dalam upaya-upaya mewujudkan harmoni demi bangsa-bangsa. Gereja bertugas membawa masyarakat dunia mengenal Allah dan memuliakan Dia.

Selamat Hari Minggu.

Selamat menghidupi Minggu UEM.

Pdt. Melda Tarigan

GBKP RG. PONTIANAK

Kebaktian Pekan Doa Wari VII Tahun 2021 ; Kisah Para Rasul 10; 1-4

Invocatio      :Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12).

Khotbah        :Kisah Para Rasul 10:1-4

Tema              :Bertekun dalam doa (Ertoto la erngadi-ngadi)

A.Pendahuluan

          Doa merupakan alat kita untuk terus berkomunikasi dengan Tuhan. Dengan doa kita akan selalu intim dengan Tuhan. Doa bukan sekedar meminta apa yang kita mau dari Tuhan, tapi lebih dari itu, yaitu bagaimana kita mengerti dan memahami apa yang Tuhan inginkan, sehingga dalam doa-doa tersebut kita tidak memaksa Tuhan mengikuti kemauan kita, tetapi kita belajar mengikuti kehendak Tuhan. Melalui doa yang terus menerus, hubungan kita dengan Tuhan akan lebih mendalam. Melalui doa yang terus menerus kita benar-benar mendapatkan ketenangan hidup. Bertahan dalam doa yang terus menerus kita akan bertahan kesukaran dan tekanan hidup. Hanya dengan doa kita akan lebih menyerahkan hidup kepada Tuhan.

          Salah satu kelemahan kita adalah tidak memiliki komitmen berdoa untuk bertahan dalam jangka panjang. Kita meledak-ledak dalam berdoa, namun tidak memiliki kesabaran dalam menantikan jawaban Tuhan. Betapa seringnya kita hanya berdoa sebentar, hanya berdoa beberapa waktu, tetapi kemudian kitapun cepat merasa bosan dan kecewa kepada Tuhan. Mari kita lihat bagaimana doa Kornelius telah sampai, naik kehadirat Tuhan yang artinya doanya diperhatian dan didengar Tuhan.

 

B. Isi

Ayat 1: Kornelius adalah seorang perwira pasukan Romawi yang disebut pasukan Italia. Menurut catatan Kisah Para Rasul, Kornelius merupakan orang non Yahudi pertama yang menjadi orang Kristen. Pada waktu itu ia tinggal dikota Kaesarea, yang dikenal sebagai tempat tinggal para petinggi pemerintahan kendudukan Romawi di Israel. Kornelius dikenal sebagai peminpin yang membawahi 100 tentara yaitu sekelompok pasukan cadangan yang direkrut dari Italia.

Ayat 2: Kornelius dan seisi rumahnya adalah orang yang takut akan Allah, Dia mengenal dan menyembah Allah orang Israel, tetapi tidak menjadi orang Yahudi. Dia tetap berada sebagai keadaan non Yahudi dan keadaan hatinya yang takut akan Allah. Kelompok seperti ini walaupun sama-sama menyembah Allah Israel, tetapi orang kafir dalam pandangan orang Yahudi walaupun dia memiliki iman kepada Tuhan, Allah Israel. Tetapi Kornelius ternyata memiliki hati dan tingkah laku yang sangat saleh. Kornelius disenangi oleh orang-orang Yahudi dan diperkenankan oleh Allah. Dia seorang yang memberi banyak bantuan kepada orang miskin dan memiliki kehidupan doa yang sangat baik. Secara khusus Lukas menekankan dua aspek ini didalam kerohanian yaitu memperhatikan orang-orang miskin dan memiliki ketekunan dalam hal berdoa. Lukas mencatat tentang peminpin pasukan Romawi yang saleh (Luk.7:1-10). Orang-orang kafir yang seperti ini sangat mempermalukan orang-orang Yahudi. Kesalehan mereka melampaui kesalehan orang-orang Yahudi yang puas dengan ketaatan menjalankan taurat secara buta dan tanpa memiliki kesalehan yang sejati.

Ayat 3:Seorang malaikat diutus untuk berbicara dengan Kornelius. Malaikat itu terlihat dalam sebuah penglihatan dan dia memerintahkan Kornelius untuk mencari Petrus. Kornelius mengutus orang-orangnya untuk menemukan Petrus, dan Roh Kudus memberi tahu Petrus untuk pergi Bersama mereka.

Ayat 4:Allah mengingat Kornelius, mendengar doa-doanya dan mengetahui kesalehannya.Memang kesalehan tidak dapat membawamanusia kepada keselamatan, tetapi kesalehan juga tidak bisa dilepaskan dari syarat seseorang menjalani hidup hidup beriman yang sejati. Iman tanpa adanya kesalehan adalah iman yang palsu. Demikian juga kesalehan tanpa iman tidak akan membuat seseorang berkenan kepada Allah. Kornelius tidak mungkin dapat menjadi umat Allah jika dia tidak percaya kepada Kristus yang mati menebus dosa manusia. Kata “Allah mengingat engkau” adalah kata-kata yang indah yang disejajarkan dengan Allah mengingat umatNya Israel diperbudakan Mesisr (Kel.2:24), Allah mengingat Rahel yang merasa dirinya tidak berharga (Kej.30:22). Kornelius menjadi contohyang sangat baik tentang bagaimana Allah tidak pernah melupakan ketekunan seseorang di dalam mencari Dia dan beribadah kepada Dia.

C. Penutup

          Tema kita adalah bertekun dalam doa, hal ini berarti berdoa tanpa henti. Doa bukan sekedar meminta apa yang kita mau kepada Tuhan, tapi lebih dari itu, yaitu bagaimana kita mengerti dan memahami apa yang Tuhan inginkan, sehingga dalam doa-doa tersebut kita tidak memaksa Tuhan mengikuti kemauan kita, tetapi kita belajar mengikuti kehendak Tuhan. Doa Kornelius sampai, naik ke hadirat Tuhan, artinya doanya diperhatikan dan didengar oleh Tuhan. Hal ini dapat kita lihat dalam:1) Kesungguhan dalam berdoa. Berdoa secara sungguh-sungguh berarti fokus, ada kesatuan hati dan fikiran, jiwa dan roh disertai penghormatan yang tinggi kepada Tuhan (bnd.Yak.5:17-18).2)Motivasi berdoa kepada Tuhan.Hal ini berbicara soal apa yang menjadi motivasi dalam berdoa (bnd.Yak.4:3). Doa yang dijawab oleh Tuhan adalah yang dilakukan dengan sepenuh hati dan dengan sikap hati yang benar.

Berdoa bukan berarti pasif, berdoa justru membuat kita terbuka terhadap Tuhan akan rencanaNya dan orang lain, kita belajar untuk mengasihi mereka. Doa orang benar besar kuasanya (Yak.5:16) juga ternyata besar kerkatnya. Orang yang suka berdoa justru akan dipakai Tuhan untuk membawa pengaruh besar bagi komunitasnya. Orang yang suka berdoa justru menjadi berkat yang luar biasa bagi orang yang ditemuinya. Kesadaran akan Allah yang melebihi sesuatu, telah menggugah Kornelius dan seisi rumahnya untuk bertekun dalam doa. Dan doa-doa yang mereka naikkan telah menghubungkan mereka dengan Allah. Keterhubungan dengan Allah itulah yang membuat Kornelius dan keluarganya hidup saleh, suka memberi sedekah dan terkenal baik diantara seluruh orang Yahudi. Tuhan tidak membiarkan orang-orang yang tulus hatinya dalam mencari Tuhan. Dia tidak membiarkan orang yang tulus seperti Kornelius berada dalam keadaan tersesat dan tanpa harapan karena tidak mengenal Tuhan Yesus. Kornelius akhirnya akan bertemu dengan Kristus pada waktu yang Dia tetapkan.

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa (Roma 12:12). Apakah keluarga kita menjadi keluarga yang bertekun dalam berdoa,? Apakah keluarga kita dikenal sebagai keluarga yang saleh?. Seharusnya keluarga kita adalah keluarga yang tekun berdoa. Biarlah kita juga memelihara ketulusan  mencari kebenaranNya, menjalani hidup yang berkenan kepadaNya, Dia akan memperhatikan dan menuntun setiap orang yang sungguh-sungguh dengan tekun dalam doa. Doa belum tentu mengubah hidup orang lain, tetapi setidaknya dengan doa dapat mengubah kehidupan kita sendiri. Jika kita lebih bertekun dalam doa, maka kita akan memiliki iman yang teguh didalam Tuhan. Setiap doa yang kita utarakan akan menumbuhkan iman. Semakin kita sering berdoa maka semakin besar iman kita kepada Tuhan. Mari kita selalu berdoa tanpa henti dalam kehidupan kita.                                               

Pdt.Rena Tetty Ginting

Gbkp Runggun Bandung Barat

Kebaktian Pekan Doa Wari VII Tahun 2021 ; Yokobus 5 : 13-18

Invocatio   : Kata-Nya: "Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki” (Markus 14:36).

Khotbah     : Yakobus 5 : 13 – 18

Tema           : Hasil Berdoa (Ulih Pertoton)

1.     Pendahuluan

Orang yang sudah merasakan hasil dari doa dengan sendirinya terpanggil untuk terus giat berdoa. Sebaliknya orang yang belum merasakan manfaat dan pentingya berdoa perlu dibimbing untuk berdoa. Perlu dinasehati dan diberi dorongan motivasi untuk berdoa. Sebab kalau dibiarkan saja maka orang tersebut akan terus menerus mengandalkan kekuatan dirinya saja. Tentu saja kekuatan manusia tidak akan memadai untuk mengatasi semua tantangan dan persoalan kehidupan.

Orang Kristen yang dewasa tekun berdoa di dalam kesulitan hidup. Daripada bersungut-sungut menghadapi keadaan, lebih baik menceritakan isi hatinya kepada Allah; dan Allah mendengar dan menjawab doa-doanya. “Menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan di dalam doa” tentunya merupakan suatu tanda dari kedewasaan rohani.

2.     Pendalaman Nats

Yakobus mengingatkan jemaat “Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!” (ay. 13). Keadaan kita di dunia ini beragam, adakalanya kita bersedih dan adakalanya bergembira. Allah telah menetapkan penderitaan dan kegembiraan silih berganti, supaya kita bisa merespons dengan benar dengan sikap yang diinginkan Tuhan. Penderitaan sudah seharusnya membuat kita berdoa, sedangkan kelimpahan membuat kita bersyukur. Berdoa dan Bersyukur merupakan ibadah yang harus terus menerus kita lakukan tanpa henti dalam hidup kita. Ini tidak berarti bahwa doa hanya terbatas pada masa sulit, atau menyanyi hanya kita lakukan ketika bergembira saja. Sebaliknya, ibadah ini dilaksanakan untuk menghasilkan manfaat khusus menurut masa kehidupan yang dihadapi.

Di dalam penderitaan, tidak ada yang lebih cocok dilakukan dibanding doa. Orang yang mengalami penderitaan harus berdoa sendiri, dan juga meminta dukungan doa orang lain. Bukan hanya meminta untuk didoakan tetapi orang yang bersangkutan harus lebih bertekun dalam doa. Masa penderitaan sudah seharusnya menjadi masa untuk berdoa. Untuk tujuan inilah Allah mengizinkan penderitaan datang, supaya kita segera mencari Dia, dan supaya mereka yang pernah mengabaikan-Nya dapat dibawa kembali untuk mencari Dia.

Doa paling dapat diterima Allah ketika timbul dari roh yang merendah dan penuh penyesalan. Penderitaan biasanya memunculkan keluhan. Dan kepada siapa lagi kita harus mengeluh selain kepada Allah dalam doa? Sungguh penting untuk melatih iman serta pengharapan di tengah penderitaan. Dan doa merupakan sarana yang ditetapkan, baik untuk memperoleh maupun untuk meningkatkan kasih karunia di dalam diri kita. Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa!

Di sini terdapat petunjuk-petunjuk tertentu yang diberikan menyangkut orang-orang sakit. Kalau ada seorang yang sakit, mereka perlu memanggil para penatua jemaat yakni gembala atau hamba Tuhan dari jemaat (ay. 14-15). Menjadi kewajiban orang sakit untuk memanggil hamba-hamba Tuhan dan meminta bantuan serta doa mereka. Menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara atau di dalam tubuh Kristus bahwa ada rasa sepenanggungan dan bersama-sama mengangkat pergumulan pada Tuhan. Dan sudah menjadi kewajiban para hamba Tuhan untuk mendoakan orang sakit ketika mereka dipanggil dan diminta melakukan itu.

Ada pertanyaan yang perlu dijawab pada bagian Firman Tuhan yang mengatakan, “… mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan”. Sebab ada orang tertentu yang memutlakkan penggunaan “minyak urapan” hingga menciptakan peluang bisnis baru yaitu bisnis minyak urapan. Padahal yang mutlak itu mendoakan, tentang penggunaan minyak dalam pengertian pengobatan. Bahwa Firman Tuhan tidak melarang pengobatan medis atau mengupayakan pengobatan medis bagi jemaat yang sakit, semuanya dapat dilakukan dalam nama Tuhan atau di dalam pengharapan pada Tuhan. Orang Katolik Roma memakai upacara ini sebagai sebuah sakramen, yang disebut sakramen orang sakit atau minyak suci. Mereka menjalankan sakramen ini tidak untuk menyembuhkan orang sakit, seperti yang dahulu digunakan para rasul, tetapi untuk mengurapi orang yang sudah hampir mengembuskan nafas terakhir. Pengolesan yang dilakukan rasul dimaksudkan untuk menyembuhkan penyakit, sedangkan sakramen perminyakan di gereja Katolik dengan tujuan menghapus dosa yang masih tersisa, dan memampukan jiwa (seperti yang mereka percayai) melawan kuasa-kuasa di udara dengan lebih baik. Bagaimanapun, lebih baik meninggalkan kebiasaan pengolesan dengan minyak ini daripada mengubah tujuannya sehingga cukup bertolak belakang dengan yang dibicarakan di Kitab Suci. Bagaimanapun, ada satu hal yang harus dicermati di sini, bahwa keselamatan si sakit tidak dikatakan terjadi berkat mengolesnya dengan minyak, tetapi dengan doa: doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu, dan seterusnya (ay. 15). Intinya mendoakan orang sakit untuk meneguhkan imannya, baik untuk memperoleh kesembuhan maupun mempersiapkan dirinya menghadap Tuhan.

Doa bagi orang sakit harus dimulai dari dan disertai iman yang hidup. Harus terdapat iman, baik di dalam diri orang yang mendoakan maupun yang didoakan. Ketika seseorang sakit, bukanlah doa yang dingin dan kaku yang memberikan hasil, melainkan doa dengan iman.

Orang Kristen diajarkan untuk saling mengaku dosa dan saling mendoakan (ay. 16). Beberapa ahli tafsir Kitab Suci menghubungkan hal ini dengan ayat 14. Seperti ketika orang sakit memanggil hamba Tuhan untuk mendoakannya, mereka juga harus mengakui dosa mereka kepada para hamba Tuhan itu. Namun, pengakuan yang dianjurkan di sini adalah supaya orang Kristen saling mengakui dosanya kepada sesamanya, dan bukan kepada hamba Tuhan saja. Ketika orang telah saling menyakiti, perbuatan ketidakadilan itu harus diakui kepada mereka yang telah disakiti itu. Terkadang, ada baiknya kita mengakui kesalahan kepada hamba Tuhan yang bijaksana atau sahabat yang mau berdoa bagi kita, supaya ia dapat membantu kita memohon belas kasihan dan pengampunan dari Allah. Namun, janganlah kita berpikir bahwa Yakobus menyuruh kita menceritakan semua kesalahan yang ada pada diri kita atau sesama kita. Sudah cukup apabila kita menyampaikan pengakuan supaya bisa berdamai dengan mereka yang bermasalah dengan kita, atau untuk memperoleh penjelasan bagi hati nurani dan membuat perasaan kita tenang serta tenteram. Sejauh itulah kita harus siap mengakui kesalahan kita. Kadang-kadang ada baiknya juga bagi orang Kristen untuk saling mengungkapkan kelemahan dan pelanggaran mereka, sepanjang sudah terjalin keakraban serta persahabatan di antara mereka, sehingga mereka dapat saling membantu melalui doa-doa mereka untuk memperoleh pengampunan bagi dosa-dosa mereka dan kekuatan untuk melawan dosa-dosa itu. Orang-orang yang saling mengakui kesalahan, sudah seharusnya berdoa bersama dan saling mendoakan. Ayat 13 menyuruh orang untuk berdoa bagi diri sendiri, Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Ayat 14 menyuruh orang untuk memohon doa para hamba Tuhan, sedangkan ayat 16 menyuruh anggota jemaat Kristen untuk saling mendoakan. Dengan demikian kita lihat di sini berbagai jenis doa (yaitu doa dari hamba Tuhan, doa bersama-sama, dan doa pribadi) yang disarankan.

Keuntungan dan manfaat besar dari doa dinyatakan dan dibuktikan, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya, entah didoakan bagi diri sendiri atau bagi orang lain. Lihatlah contoh dari Elia (ay. 17-18). Orang yang berdoa haruslah orang yang benar. Bukan benar dalam arti sempurna (sebab Elia yang di sini dijadikan teladan bagi kita, bukanlah orang yang sempurna). Ia tidak mencintai ataupun menyetujui kejahatan jenis apa pun. Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar (Mzm. 66:18). Selanjutnya, doa itu sendiri haruslah merupakan doa yang sungguh-sungguh dan dinaikkan secara khusus. Doa itu harus merupakan luapan hati kepada Allah, dan dialirkan dari iman yang tulus. Doa semacam itu sangatlah bermanfaat. Bermanfaat bagi diri kita sendiri, mungkin juga berguna bagi teman-teman kita, dan yang pasti, diterima oleh Allah. Sungguh baik apabila memiliki sahabat yang doa-doanya diterima oleh Allah. Di sini, kuasa doa dibuktikan melalui keberhasilan Elia. Peristiwa ini dapat menguatkan hati kita, bahkan dalam perkara-perkara yang biasa, apabila kita mengingat bahwa Elia adalah manusia biasa sama seperti kita. Dia orang baik yang bersemangat dan sangat hebat, tetapi dia juga memiliki kelemahannya sendiri, dan harus berhadapan dengan masalah-masalah rasa takut dan kekhawatiran sama seperti orang lain. Saat berdoa, janganlah kita memandang jasa manusia, tetapi kasih karunia Allah. Hanya dalam hal inilah kita harus meneladani Elia, yaitu bahwa ia berdoa dengan sungguh-sungguh. Atau, sesuai naskah aslinya, di dalam doa ia berdoa. Belumlah cukup untuk sekadar mengucapkan doa, tetapi kita juga harus berdoa dalam doa. Pikiran kita harus terpusat, kerinduan kita harus teguh dan tekun, dan semua anugerah yang telah kita terima kita manfaatkan. Apabila kita berdoa seperti itu, maka kita akan berhasil di dalam doa. Elia berdoa, supaya hujan jangan turun, dan Allah mendengar permohonannya dalam menghadapi bangsa penyembah berhala yang menganiaya umat-Nya, sehingga hujanpun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan, dan seterusnya. Dengan demikian bisa dilihat bahwa doa merupakan kunci yang mampu membuka dan menutup langit. Orang Kristen harus giat dan bersungguh-sungguh dalam doa. Jika melalui doa Elia dapat melakukan hal-hal yang begitu hebat dan luar biasa, maka doa-doa orang benar pasti tidak akan kembali dengan sia-sia. Kalaupun tidak terjadi mujizat dalam jawaban Allah atas doa-doa kita, masih terdapat kasih karunia yang besar.

3.  Pointer Aplikasi

Banyak hal yang bisa kita hasilkan melalui doa sebab kita menghubungkan diri dengan Tuhan sumber pertolongan hidup kita. Dengan berdoa bisa saja Tuhan mengangkat beban kita seketika. Namun bisa saja Tuhan tetap membiarkan kita dengan beban kita tetapi Tuhan memberi kekuatan untuk menanggungnya. Tuhan juga bisa menunjukkan kasih karunia-Nya dalam pergumulan yang kita hadapi. Tuhan menyadarkan kita bahwa betapa besar kasih karunia dengan memberi pengalaman melalui berbagai pergumulan kehidupan.

Berdoa bukan asal berdoa tetapi perlu sikap yang benar di hadapan Tuhan. Kita berdoa dan memohon dengan rendah hati dan tidak memaksa, kita berkata “kalau bisa…”, tapi walaupun tidak bisa “aku tetap percaya dan menerima apapun keputusan Tuhan” sebab Tuhan yang tahu yang terbaik bagi hidup kita. Sebab kita memahami kehendak Tuhan pasti terjadi dalam hidup kita. Dan apa jadinya hidup kita bila kehendak kita yang terjadi bukan kehendak Allah? Kita harus menyesuaikan diri dengan kehendak Allah.

Kita perlu berada dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Dengan kita bertekun dalam doa maka kita menyatakan kebergantungan kita pada Tuhan, kita menyatakan “kami butuh Engkau Tuhan”. Juga sikap hidup yang benar adalah mengutamakan Tuhan, tidak ada hal lain yang lebih penting daripada Tuhan.

Kuasa doa adalah kuasa yang terbesar di dunia. “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (5:16). Tetapi dalam situasi yang berat kadang kala sulit bagi kita mengungkapkan doa yang benar atau memahami kehendak Tuhan dalam penderitaan kita. Untung saja Roh Kudus menolong kita untuk berdoa. Roma 8:26 “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”.

Setelah doa kita dikabulkan atau setelah penderitaan berlalu ingat untuk mengucap syukur pada Tuhan. Sebab kita mengetahui bahwa bukan dengan kekuatan kita sendiri maka kita terlepas dari pergumulan hidup. Pertolongan Tuhan yang terbesar dan terutama dalam hidup kita. Maka ada gunanya Tuhan mengizinkan penderitaan terjadi dalam hidup kita, supaya mata kita melihat pertolongan Tuhan yang luar biasa. Setelah itu kita memuji kebesaran kasih Tuhan yang boleh kita rasakan. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Runggun Harapan Indah

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate