Kebaktian Pekan Doa Wari I Tahun 2021 : Filipi 1 : 3-8

Invocatio : (Dan. 6:10?) Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)

Khotbah   : Filipi 1:3-8

Thema      : Berdoa Dengan Suka Cita (Karo; Ertoto Alu Meriah Ukur)

Pengantar.

Mengucap syukur mudah di lakukan orang-orang tertentu saja, pada sebahagian orang mengucap syukur bukanlah hal yang mudah. Kemampuan mengucap syukur akan teruji ketika menghadapi pergumulan, keadaan sususah, gagal atau mengalami bencana dan lain lain. Menghadapi kesulitan biasanya orang akan mengeluh,  bersungut sungut, menyalahkan dan berputus asa. Tapi kali ini di dalam bahasan Firman Tuhan ini kita melihat hal yang berbeda dengan kebiasaan orang-orang tertentu seperti yang kami sampaikan di atas.

Pembahasan teks dan pemberitaan.

Rasul Paulus yang telah menyerahkan hidupnya sepenuhnya di dalam Tuhan memiliki kebahagiaan yang teguh yang sudah paten yang tidak luntur oleh segala situasi susah dan kesulitan.  Di dalam bahasan Firman Tuhan ini Rasul Paulus menuliskan suratnya yang disampaikannya dalam penuh bahagia, gembira dan suka cita walaupun pada saat itu ia sedang menghadapi “kegagalan” sebab oleh karena memberitakan injil ia dipenjarakan (Fil.1:13-14). Dari dalam penjara itu oleh karena mengingat kasih dan kesetiaan jemaat di Efesus kepada Kristus, bagaimana jemaat di Efesus telah menerima injil Yesus Kristus dan menjadi percaya, menjadi penghiburan besar bagi Rasul Paulus. Bukti kebahagiaan itu Rasul Paulus mengatakan Kristus adalah saksinya (hal ini menjelaskan betapa sulitnya memahami kebahagiaan di dalam menghadapi kesulitan terutama seperti keadaan Rasul Paulus yang dipenjarakan). Pertimbangan manusia sering mengecewakan tetapi Kristus bukan hanya menjadi saksi kesetiaan bagi Rasul Paulus tetapi di yakininya jika ia dipenjarakan berita injil akan diteruskan oleh Yesus Kristus yang bukan hanya menjadi saksi kebenaran tetapi juga yang akan meneruskan pelayanan itu di tengah tengah jemaat Filipi. Rasul Palus tidak mau penjara membelenggu sukacita dan syukurnya, ia terus bersyukur kepada Allah.

Setiap kali Rasul Paulus mengingat jemaat Filipi selalu saja membuatnya bersukacita, mengucap syukur kepada Allah, sebab jemaat ini ada di dalam hatinya oleh karena Rasul Paulus telah mendapatkan perhatian jemaat, bantuan dari jemaat seperti ketika Rasul Paulus di Tesalonika beberapa kali ia mendapatkan bantuan dari jemaat Filipi (Fil. 4:16), juga ketika ia di penjarakan (ayt. 7). Mungkin kita akan menduga sangat pantas Rasul Paulus berbahagia sebab semua orang juga akan berbahagia jika mendapatkan perhatian dan mengingat serta menyukai orang yang telah memberinya bantuan. Tetapi bukan kebaikan hati jemaat Filipi itu yang menjadi alasan satu satunya mengapa Rasul Paulus bersyukur setiap kali mengingat mereka dan setiap kali mendoakan mereka penuh dengan suka cita tetapi sesuai pengajarannya “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi ku katakana bersukacitalah!” (Fil. 4:4). Bagi Rasul Paulus semua situasi harus dibuat mendatangkan sukacita, sehingga keadaannya terpenjara tidak dibuatnya menjadi alasan menghentikan perhatiannya kepada penginjilan, tetapi ia meneruskan penginjilan itu dari penjara melalui surat. Ia yang terpenjara seharusnya menjadi perhatian jemaat untuk di dukung di dalam doa syafaat mereka tetapi justru dari penjara Rasul Paulus menjadi pendoa syafaat. Selama masih hidup apapun keadaannya tidak membuat alasan berhenti melayani sebab dalam semua keadaan bagi Rasul Paulus selalu masih dapat melayani jemaat melalui doa syafaat.

Tuhan Yesus mengajarkan  di dalam Matius 5:44 “Tetapi Aku berkata kepada kamu: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Tabiat “manusia duniawi” pada umumnya mengingat musuh musuhnya akan marah, mengutuk atau mencelakainya. Semakin mengingat musuh musuhnya maka hatinya semakin tidak tentram, semakin tidak damai, sehingga dapat membuat kambuh penyakitnya, stres, tensi tinggi, gula darah tinggi, susah tidur dan lain lain, hilang suka cita dan kedamaiannya. Perintah Tuhan Yesus supaya mengasihi musuh dan mendoakan orang yang menganiaya kita bukan hal yang mudah untuk di lakukan, tetapi mungkin di lakukan oleh orang-orang yang sungguh sungguh percaya dan mengalami hidup baru di dalam Tuhan Yesus maka keuntungannya sangat besar sebab membantu kita senantiasa bersukacita, tetap sehat dan sejahtera. Jika mendoakan musuh dan orang yang menganiaya kita pun kita sudah berbahagia, bersukacita oleh karenanya sunggut teramat bahagianya hanti Rasul Paulus mendoakan jemaat Filipi yang mendukung pelayanannya.

Kerinduan Rasul Paulus jemaat Filipi semakin hari semakin bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan segala pengertian, hidup semakin lebih baik, suci dan sempurna menjelang kedatangan Kristus. Untuk harapan yang mulia itu Rasul Paulus akan terus mendukung mereka di dalam doa doanya. Doa Rasul Paulus adalah doa yang digerakkan oleh kerinduan yang dalam akan persekutuan jemaat dengan Tuhan Yesus Kristus, karena itu pastilah setiap kali ia memanjatkan doanya untuk jemaat Filipi sukacitanya juga semakin melimpah. Rasul Paulus bukan hanya percaya kepada Yesus dan mengasihi jemaat Filipi tetapi dia tahu penderitaan karena dipenjarakan oleh karena injil yang dialaminya juga adalah panggilan imannya (Fil.1:29). Menyadari terpenjara juga adalah panggilan menderita untuk Kristus tentu akan membuat situasi hatinya tetap tentram dan damai melayani dengan doa meski terbelenggu di dalam penjara.

Penutup

Di dalam invocatio di katakan: “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”( Daniel 6:11). Ketaatan Daniel ditunjukkannya dengan kesetiaannya berdoa kepada Tuhan Allah, meskipun raja Darius melarang menyembah Allah selain dirinya dan setiap pelanggar perintah raja itu akan di lemparkan ke dalam gua singa, namun Daniel dengan suka cita tanpa ras takut kepada perintah raja dan ancaman hukuman mati itu ia tetap setia dan penuh sukacita tiga kali sehari berdoa kepada Tuhan Allah seperti yang biasa di lakukannya. Doa bukan menjadi kebiasaan tetapi doa menjadi kebutuhan pokok untuk mendukung kehidupan yang penuh sukacita. Tidak ada alasan yang dapat di benarkan yang membenarkan orang percaya tidak melakukan doa syafaat.

Menjadi pendoa syafaat yang setiap kali berdoa penuh dengan sukacita terlebih dahulu  haruslah menjadi orang yang selalu memelihara kedamaian hati, cinta damai, pemaaf, tidak memelihara kemarahan, dendam dan kebencian supaya setiap orang baik lawan lawan yang memusuhi, yang menyakiti kita tetap dapat dibawa di dalam doa yang penuh sukacita. Jika mendoakan lawan lawan dan orang yang menganiaya kita sudah dapat kita lakukan dengan sukacita apalagi mendoakan orang orang yang selalu mendukung kita akan lebih membahagiakan lagi bagi kita melakukannya.

Penginjilan sering diperhadapkan dengan penolakan dan seperti perjalanan pengembaraan yang menemukan jalan buntu atau terjal. Pertanyaan bagi kita, apakah tugas penginjilan yang mulia itu harus berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak, melayani dengan memanjatkan doa syafaat adalah pelayanan yang tidak dapat di hambat dengan cara apapun dan oleh siapapun, yang terpenting kesetiaan melakukan doa syafaat dan menjadikan doa sebagai pelayanan penguatan jemaat oleh persekutuan di dalam Yesus Kristus dan penyertaan Roh kudus.

Pdt Ekwin WGM

Ketua Klasis Bekasi-Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate