Suplemen PA Mamre : 1 Korinti 3 : 5-11 ; Tgl 9-15 Mei 2021
Gab Generation : Kai Saja Hak ras Tanggungjawab Anak Singuda Ibas Gereja
Ogen : 1 korinti 3 : 5-11
Tema : Nuanken tanggung jabab man anak singuda
Tujun : Gelah Mamre:
1. Meteh maka lit persoalen itengah tengah perpulungen Korinti
2. Ngangkai ras ngaloken erbage curak perukuren anak singuda.
1. Sebenarnya masalah dalam nats ini sudah pernah Paulus ingatkan di pasal 1:10-31. Kemudian dia melanjutkan masalah orang Korintus berhubungan dengan perpecahan, masalah peran rasul yang mendirikan jemaat itu, dan perhatian yang sekarang diperlukan untuk membangunkan jemaat dengan mengingat penghakiman yang akan datang (ay. 10-17). Paulus menekankan bahwa semua adalah hamba dari satu Tuhan, yang menempati peranan yang ditujukan untuk mengembangkan jemaat. Allah memang tidak memerlukan bantuan manusia (Kis. 17:25), tetapi telah memilih pelayan-pelayan sesuai dengan maksud ilahi.
2. Paulus memulai dengan “dan aku” (3:1, tdk ada dlm bhs Karo) untuk membicarakan lebih lanjut pengalamannya di Korintus. Ketika pertama kali tiba, ia tidak bisa berbicara dengan mereka seperti manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi dan orang percaya yang “belum matang”. Kondisi mereka diketahui dari makanan yang bisa mereka terima dari semula sampai saat itu masih tetap sama (susu). Mereka masih manusia duniawi jelas dari iri hati dan perselisihan mereka tentang guru. Bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi dan hidup secara manusiawi? Secara harafiah bisa diterjemahkan “hidup menurut cara manusia”, misalnya dituntun oleh norma-norma sekuler yang jauh dari hal-hal rohani. Mereka mendewakan pemimpin mereka, baik itu Paulus, maupun Apolos, ia bertanya lagi “bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi?” Warga Korintus mencerminkan dunia sekuler mereka dalam menilai orang dari derajat, status, dan kekayaannya, Paulus bertanya bukankah ini yang juga dilakukan oleh orang-orang Kristen. Ia menggunakan sebutan kedudukan yang rendah untuk menggambarkan Apolos dan dirinya sebagai pelayan-pelayan, yang olehnya kamu menjadi percaya. Paulus dan Apolos tak dapat bermegah karena mereka hanya melayani menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengingatkan kita bahwa melayani di gereja bukan berdasarkan derajat, status dan kekayaan seseorang, siapapun bisa berperan dan dipilih Tuhan menjadi rekan kerja-Nya (bdk. 1 Kor. 1:25-31, tujuan dari pemanggilan Allah 1:29 supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.).
3. Dalam elit Romawi yang memandang rendah buruh kasar, Paulus menyebut dirinya dan Apolos sebagai tukang kebun yang punya tugas masing-masing (ayat 6-7 Paulus menjelaskan perbedaan tugas antara dirinya dengan Apolos.Perbedaan tugas antara Paulus dan Apolos diungkapkan melalui metafora dunia pertanian. Paulus menanam, sedangkan Apolos yang menyiram (ay. 6). Posisi Paulus sebagai penanam dan Apolos sebagai penyiram didasarkan pada kronologi pelayanan mereka di Korintus. Paulus lebih dahulu melayani di sana (Kis. 18:1-21), kemudian Apolos melanjutkan setelah kepergian Paulus (Kis. 18:27-19:1). Dengan demikian Paulus memang lebih pantas digambarkan sebagai penanam dan Apolos sebagai penyiram. Perbedaan tugas dan waktu pelayanan ini sudah diatur oleh Tuhan (ay. 5b “Tuhan berikan”), sehingga tidak boleh dijadikan alasan bagi perpecahan. Melayani bukan masalah siapa yang lebih dahulu, siapa yang kemudian, mari kita bersama-sama, bukan pula siapa yang tua, siapa yang muda, mari kita kerjasama.
4. Tukang tanam dan penyiram mempunyai tujuan yang sama, mereka tidak bersaing, dan masing-masing diupah menurut pekerjaannya. Mereka adalah kawan sekerja Allah, dan jemaat Korintus adalah ladang dan bangunan Allah. Seperti bangunan-bangunan megah di Korintus bertuliskan nama para penyumbangnya, maka orang Korintus adalah bangunan milik Allah. Tak ada yang dapat disebut “orang percaya milik Paulus”, juga orang Kristen bukanlah “milik” guru atau penginjil tertentu. Paulus menekankan kesatuan dan kerja sama yang merupakan ciri dari tugas dan tujuan umum para pelayan Tuhan. Orang Korintus melawan rencana Allah bila mereka memperlawankan pelayan yang satu dengan yang lain. Karena para pelayan bekerja untuk tujuan yang sama, para pengikut mereka tidak boleh menghalangi karya ini dengan mempersaingkan satu dengan yang lain.
5. Dia berusaha menjelaskan bahwa para pemimpin rohani tidak boleh diidolakan, karena mereka hanyalah para pelayan saja. Yang paling penting adalah Tuhan, karena Dialah yang memiliki semuanya, baik para pelayan maupun seluruh jemaat.Mereka hanyalah instrumen di tangan Allah (ay. 5a); mereka masing-masing memiliki tugas yang unik (ay. 5b-7); mereka mempunyai tujuan yang sama (ay. 8a); mereka juga akan dinilai oleh Tuhan yang empunya mereka (ay. 8b). Semua konsep ini diajarkan Paulus di atas satu pondasi: mereka, baik pelayan maupun jemaat, adalah milik Allah (ay. 9).
6. Konsep pemimpin sebagai pelayan bukanlah sesuatu yang baru. Konsep ini sudah diajarkan Yesus ketika Ia menjelaskan keunikan kepemimpinan Kristen dibandingkan dengan kepemimpinan duniawi. Dalam kepemimpinan Kristen, yang terbesar adalah mereka yang melayani (Mrk. 10:41-45; Luk. 22:25-27). Sama seperti Yesus yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mat. 20:28/Mrk. 10:45), maka semua pemimpin Kristen juga harus memiliki konsep seperti ini.Para pemimpin merupakan instrumen, bukan penentu keselamatan.
7. Oleh anugerah Allah Paulus adalah pendiri jemaat Korintus. Para pengajar berikutnya, yang melanjutkan pembangunan tersebut, bertanggungjawab untuk membangun dengan baik dan benar. Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar bangunan. Bahan bangunannya bisa bersifat sementara ataupun tahan lama. Ada pembangun-pembangun yang tidak jujur pada abad pertama, tetapi kelak di hari Tuhan pekerjaan mereka akan terungkap karena bahan yang mereka gunakan akan diuji dengan api. Melalui pernyataan Paulus pada ay. 8, dia ingin menegaskan bahwa penilaian terhadap para pelayan tidak ditentukan oleh penerimaan orang lain atau suka/tidaknya jemaat terhadap para pelayan tersebut. Di akhir zaman Tuhan akan menilai pekerjaan masing-masing pelayan sesuai kualitas pekerjaan mereka (3:10-15).
8. Para pembangun yang tidak jujur akan melihat hasil pekerjaan mereka habis dimakan api, dan mereka sendiri yang sangat rugi. Keselamatan mereka tidak lagi dipersoalkan, tetapi peran yang telah dipercayakan Allah kepada mereka dalam jemaat akan seluruhnya dinyatakan tak bernilai karena kelakuan mereka sendiri. Allah akan menilai mutu kehidupan, pengaruh, pengajaran dan pekerjaan dalam gereja dari setiap orang, khususnya, dari setiap hamba Tuhan. Jikalau pekerjaannya dinilai tidak layak, ia akan kehilangan pahalanya (upah), namun ia sendiri bisa diselamatkan. Bagian ini tidak mengajarkan tentang doktrin penyucian, ini menunjukkan kepada penghakiman atas pekerjaan, bukan penyucian seseorang dari dosa-dosa yang mengakibatkan kematian kekal. Mengingatkan kita bahwa kelak, semua pekerjaan pelayanan kita akan “diuji” oleh Tuhan.
9. Pada ay. 10 Paulus menggambarkan dirinya sebagai “ahli bangunan”. Setelah menyatakan diri sebagai arsitek yang meletakkan pondasi sesuai karunia Allah dan penuh dengan hikmat, Paulus lalu memberikan nasehat kepada tiap orang yang membangun di atas pondasi yang dia telah dirikan (menyiratkan adanya usaha-usaha dari para pemimpin jemaat Korintus untuk membangun ulang seluruh bangunan rohani di Korintus. Mereka inginmerombak pondasi yang ada dan menggantinya dengan dasar yang lain. Mungkin saja HIKMAT DUNIA). Bentuk present tense yang dipakai untuk kata kerja “memperhatikan” dan “membangun” di ayat 10b menyiratkan bahwa jemaat Korintus perlu terus-menerus dibangun dan terus-menerus diperhatikan. Pondasi saja tidak cukup. Jemaat perlu terus dibangun dengan baik.
10. Paulus sendiri mengakui bahwa kemampuannya meletakkan pondasi adalah “sesuai dengan kasih karunia yang diberikan Allah” (ay. 10a; bdk. 1:4-5; 3:10; 12:1-11). Allah tetap berhak mendapat kemuliaan dari semua yang kita lakukan, karena Dialah yang mengerjakan kemauan dan kemampuan bagi kita (Flp. 2:13). Bagi Dialah segala kemuliaan (Rm. 11:36)!
11. Paulus menambahkan kiasan yang digunakannya pada ay. 9 ia menggambarkan anak-anak Allah sebagai Bait Allah yang didiami Roh Kudus. Yang ditekankan disini adalah seluruh jemaat orang percaya sebagai Bait Allah dan tempat kediaman Roh. Selaku Bait Allah di tengah-tengah lingkungan yang buruk, umat Allah di Korintus tidak boleh berpartisipasi dalam kejahatan yang lazim dalam masyarakat itu, tetapi mereka harus menolak segala bentuk kegelapan. Bait Allah harus kudus karena Allah itu kudus. Segala kemuliaan bagi Allah!!
12. Semua kita baik muda ataupun tua adalah “kawan sekerja Allah”. Ada banyak bukti di dalam Alkitab bahwa Tuhan memilih yang muda menjadi rekan kerja-Nya ditengah banyak juga yang sudah berumur dipilih oleh Tuhan.
13. Melibatkan adalah salah satu kata kunci di tengah “Generasi Muda Menjadi Berkat” ini. Ada banyak generasi muda di gereja kita hanya menjadi “penonton” di komunitas gereja. Sehingga “rasa kepemilikan” mereka kurang. Maka mari bekerja sama dan sama-sama bekerja.
14. Kata kunci berikutnya adalah “kolaborasi”. Kolaborasi menghilangkan pengkotak-kotakan. Jika selama ini Moria hanya memperhatikan kategorialnya saja, Mamre, Permata dan KAKR juga hanya memperhatikan kategorialnya saja. Maka di tahun ini kita diingatkan untuk berkolaborasi, supaya tidak ada “Gereja di dalam Gereja”. Menghindari Gab Generation tersebut.
15. "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan." (ayat 6). Mengingatkan kita sekali lagi tanpa Tuhan pelayanan tidak akan mengalami pertumbuhan. Bukan siapa Saitun, Mamre, Moria, Permata dan KAKR tetapi siapa Tuhan lewat pelayanan kita. Dialah yang memberi pertumbuhan, kita hanya pekerja-pekerja saja. Jadi tidak ada bagian kita untuk memegahkan diri. Kita sama-sama alat di tangan Tuhan meski berbeda-beda talenta, lapangan pelayanan dsb. Kita sama-sama berguna di dalam Gereja baik sebagai yang menanam atau yang menyiram.
16. Di dalam tata gereja kita pasal 79 dan 80 diingatkan tentang tanggungjawab dan hak. Demikian bunyinya di pasal 79 poin 1 tentang tanggungjawab bagian a. Mempersiapkan diri dalam pengembangan kehidupan dan penghayatan iman melalui kegiatan-kegiatan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian sesuai dengan usianya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Serta di pasal 80 poin 1 tentang tanggungjawab bagian a. Mengembangkan persekutuan serta melaksanakan kesaksian dan pelayanan...dst. Untuk warga baptis perlu dipersiapkan sejak dini dan untuk warga sidi khususnya Permata perlu dilibatkan menjadi pelaku-pelaku bukan sekedar “penonton” di gereja kita.
Pdt. Dasma Sejahtera Turnip
GBKP Palangka Raya