Khotbah Minggu Sabtu Pengarapan ;Tgl 03 April 2021 ; Lukas 23 : 50-56
Invocatio : “Sebab biar pun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang tetapi kasih setiaku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damaiKu tidak akan bergoyang firman Tuhan yang mengasihi engkau.” (Yesaya 54:10)
Bacaan : Keluaren 14:22-31 (Tunggal)
Kotbah : Lukas 23:50-56 (Tunggal)
Tema : Kuasa Yesus Dahsyat Luar Biasa (Kuasa Jesus Tetap Mbisa)
I. PENDAHULUAN
Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita (Ibrani 6:19). Jika pengharapan adalah sauh maka sauh tersebut harus ditambatkan pada sesuatu yang kokoh sehingga perahu tidak akan terbawa hanyut oleh gelombang. Pengharapan orang percaya haruslah tertambat kokoh pada janji Allah yang tidak berubah dahulu sekarang dan selamanya. Pengharapan umat Kristen tertambat dengan pasti kepada Yesus Kristus yang telah menebus kita sekali untuk selamanya dalam peristiwa kematian, kebangkitan dan kenaikkanNya kesurga. Sabtu pengharapan mengingatkan bahwa kita tidak berhenti pada satu titik yang namanya kematian karena dalam iman ada pengharapan pada Yesus yang akan bangkit di hari yang ketiga.
II. PENDALAMAN TEKS
Yusuf dari Arimatea adalah seorang anggota Majelis Besar yang memutuskan hukuman penyaliban atas Yesus. Dia seorang dari 70 anggota Sanhedrin dan satu (?) anggota yang tidak setuju dengan putusan yang tidak adil tersebut, dan secara khusus Lukas menyebutnya sebagai seorang yang baik lagi benar dan yang menanti-nantikan Kerajaan Allah. Anggota Majelis Besar yang tidak setuju terhadap putusan akan melakukan tindakan seperti tidak hadir saat pelaksanaan hukuman atau memprotes atau menentangnya namun tentu saja protes ini tidak akan berhasil mempengaruhi putusan karena itu yang dilakaukan oleh Yusuf dari Arimatea adalah pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus (ay 52). Pilatus sepertinya segera mengabulkan permintaan Yusuf karena mengetahui undang-undang Yahudi tentang penguburan, Ulangan 21:23, “maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga…”
Sikap dan tindakan yang dilakukan Yusuf dari Arimatea beresiko tinggi, dia menentang putusan tidak hanya dalam perkataan namun dalam tindakan juga yang dapat merusak reputasi dan kedudukannya. Tapi resiko tersebut tidak menghentikannya untuk memperlakukan Yesus, yang terhukum sebagai penjahat, sebagai pribadi yang terhormat dalam penguburanNya. Ayat 53, menurunkanNya dari salib; mengapaninya dengan kain lenan; membaringkan dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, dimana belum pernah dibaringkan mayat. Perlakuan terhadap jenazah Yesus adalah penuh hormat dan kasih. Demikian juga tindakan ini dilakukan sebelum dimulainya persiapan hari sabat dan perayaan hari paskah maka dapat disebut tindakan ini adalah sikap penyangkalan diri karena dengan mereka kontak dengan jenasah membuat mereka Nazis dan harus melakukan penyucian diri selama tujuh hari sesuai aturan agama. Dengan demikian mereka-mereka yang berkontak langsung dengan jenazah Yesus tidak bisa ambil bagian dalam perayaan paskah yang agung. Mereka melakukan pengorbanan yang dibutuhkan untuk Yesus, yang tidak berani dilakukan oleh murid-muridNya, dilakukan oleh Yusuf Arimatea dan timnya juga dibantu oleh Nikodemus (Yoh 19:39).
Injil yang lain menyebutkan nama Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, Salome tapi Injil Lukas menyebutkan sekelompok perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea. Mereka setia menjadi saksi bagaimana jenazah Yesus diturunkan hingga dikuburkan, mencari tahu kuburan Yesus sehingga nanti bisa mengununginya kembali dengan membawa rempah-rempah dan minyak mur, setelah hari sabat lewat.Niat para perempuan ini adalah untuk merempahi jenazah Yesus, tidak satu pun diantara mereka yang membayangkan bahwa Yesus akan bangkit dan menampakkan diri pertama kali kepada mereka.
III. APLIKASI
Penguburan Yesus terlaksana jumat sebelum matahari terbenam (dimulainya persiapan hari sabat) dan para perempuan yang mengikuti Yesus sepertinnya bergegas berbelanja rempah sebelum matahari terbenam juga. Saat sabat tersebut (tepat pada perayaan paskah) semua orang yang tadinya berkumpul di bukit golgota menghujat dan menghukum Yesus akan berkumpul di synagoge untuk mengikuti ibadah; para ahli taurat dan orang-orang Farisi, yang memvonis Yesus bersalah, akan mengajar dan berkhotbah tentang arti Paskah yang dikaitkan dengan pembebasan bangsa Israel. Dimana para murid Yesus? Tidak ada catatan tentang itu, mungkin kembali ke penginapan atau bergabung dalam perayaan sabat. Dan para perempuan yang mengikuti Yesus mungkin menghibur diri bahwa setidaknya mereka bisa menunjukkan rasa hormat besoknya dengan rempah dan minyak yang mereka persiapkan. Yusuf Arimatea (dan Nikodemus) mungkin sedang istirahat dengan tenang tanpa penyesalan karena telah menunjukkan rasa hormat dan kasihnya pada Yesus walau tidak bisa bergabung merayakan hari sabat atau sedang menyesal karena tidah mengakui secara terbuka iman mereka, tidak ada tercatat tentang ini sehingga semua itu menjadi bagian yang ada pada imajinasi kita.
Sabtu Pengharapan memperlihatkan kedahsyatan kuasa Allah yang tidak dihentikan oleh kematian karena Dia sanggup menggerakkan banyak hati tertuju padaNya dan bahkan dalam proses turun kedalam kerajaan maut dan mengalahkanya. Suasana tenang yang tampak pada sabtu pengharapan benar-benar menumbuhkan pengharapan akan keselamatan yang sekali untuk selamanya. Mungkin dapat digambarkan seperti saat-saat suasana laut yang tenang sebelum tsunami besar, namun bedanya tsunami besar membawa kehancuran namun saat tenang di sabtu pengharapan akan diikuti oleh kemenangan dahsyat Tuhan Yesus atas maut. Keberanian yang dimiliki oleh Yusuf Arimatea dan para perempuan merupakan bukti bahwa kuasa Tuhan tetap bekerja dengan luar biasa. Kuasa Allah yang dahsyat diperlihatkan saat menyelamatkan bangsa Israel ketika menyeberangi laut merah namun kuasa Yesus saat menyelamatkan manusia dari dosa juga adalah sangat dahsyat. Tuhan Allah tak berubah dulu sekarang dan selamanya.
Pdt. Erlikasna Purba, M.Th.
GBKP Runggun Denpasar