Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Suplemen PA Mamre : 1 Korinti 3 : 5-11 ; Tgl 9-15 Mei 2021

Gab Generation : Kai Saja Hak ras Tanggungjawab Anak Singuda Ibas Gereja

Ogen           : 1 korinti 3 : 5-11

Tema          : Nuanken tanggung jabab man anak singuda

Tujun          : Gelah Mamre:

1.   Meteh maka lit persoalen itengah tengah perpulungen Korinti

2.   Ngangkai ras ngaloken erbage curak perukuren anak singuda.

1.    Sebenarnya masalah dalam nats ini sudah pernah Paulus ingatkan di pasal 1:10-31. Kemudian dia melanjutkan masalah orang Korintus berhubungan dengan perpecahan, masalah peran rasul yang mendirikan jemaat itu, dan perhatian yang sekarang diperlukan untuk membangunkan jemaat dengan mengingat penghakiman yang akan datang (ay. 10-17). Paulus menekankan bahwa semua adalah hamba dari satu Tuhan, yang menempati peranan yang ditujukan untuk mengembangkan jemaat. Allah memang tidak memerlukan bantuan manusia (Kis. 17:25), tetapi telah memilih pelayan-pelayan sesuai dengan maksud ilahi.

2.    Paulus memulai dengan “dan aku” (3:1, tdk ada dlm bhs Karo) untuk membicarakan lebih lanjut pengalamannya di Korintus. Ketika pertama kali tiba, ia tidak bisa berbicara dengan mereka seperti manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi dan orang percaya yang “belum matang”. Kondisi mereka diketahui dari makanan yang bisa mereka terima dari semula sampai saat itu masih tetap sama (susu). Mereka masih manusia duniawi jelas dari iri hati dan perselisihan mereka tentang guru. Bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi dan hidup secara manusiawi? Secara harafiah bisa diterjemahkan “hidup menurut cara manusia”, misalnya dituntun oleh norma-norma sekuler yang jauh dari hal-hal rohani. Mereka mendewakan pemimpin mereka, baik itu Paulus, maupun Apolos, ia bertanya lagi “bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi?” Warga Korintus mencerminkan dunia sekuler mereka dalam menilai orang dari derajat, status, dan kekayaannya, Paulus bertanya bukankah ini yang juga dilakukan oleh orang-orang Kristen. Ia menggunakan sebutan kedudukan yang rendah untuk menggambarkan Apolos dan dirinya sebagai pelayan-pelayan, yang olehnya kamu menjadi percaya. Paulus dan Apolos tak dapat bermegah karena mereka hanya melayani menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. Mengingatkan kita bahwa melayani di gereja bukan berdasarkan derajat, status dan kekayaan seseorang, siapapun bisa berperan dan dipilih Tuhan menjadi rekan kerja-Nya (bdk. 1 Kor. 1:25-31, tujuan dari pemanggilan Allah 1:29 supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah.).

3.    Dalam elit Romawi yang memandang rendah buruh kasar, Paulus menyebut dirinya dan Apolos sebagai tukang kebun yang punya tugas masing-masing (ayat 6-7 Paulus menjelaskan perbedaan tugas antara dirinya dengan Apolos.Perbedaan tugas antara Paulus dan Apolos diungkapkan melalui metafora dunia pertanian. Paulus menanam, sedangkan Apolos yang menyiram (ay. 6). Posisi Paulus sebagai penanam dan Apolos sebagai penyiram didasarkan pada kronologi pelayanan mereka di Korintus. Paulus lebih dahulu melayani di sana (Kis. 18:1-21), kemudian Apolos melanjutkan setelah kepergian Paulus (Kis. 18:27-19:1). Dengan demikian Paulus memang lebih pantas digambarkan sebagai penanam dan Apolos sebagai penyiram. Perbedaan tugas dan waktu pelayanan ini sudah diatur oleh Tuhan (ay. 5b “Tuhan berikan”), sehingga tidak boleh dijadikan alasan bagi perpecahan. Melayani bukan masalah siapa yang lebih dahulu, siapa yang kemudian, mari kita bersama-sama, bukan pula siapa yang tua, siapa yang muda, mari kita kerjasama.

4.     Tukang tanam dan penyiram mempunyai tujuan yang sama, mereka tidak bersaing, dan masing-masing diupah menurut pekerjaannya. Mereka adalah kawan sekerja Allah, dan jemaat Korintus adalah ladang dan bangunan Allah. Seperti bangunan-bangunan megah di Korintus bertuliskan nama para penyumbangnya, maka orang Korintus adalah bangunan milik Allah.  Tak ada yang dapat disebut “orang percaya milik Paulus”, juga orang Kristen bukanlah “milik” guru atau penginjil tertentu. Paulus menekankan kesatuan dan kerja sama yang merupakan ciri dari tugas dan tujuan umum para pelayan Tuhan. Orang Korintus melawan rencana Allah bila mereka memperlawankan pelayan yang satu dengan yang lain. Karena para pelayan bekerja untuk tujuan yang sama, para pengikut mereka tidak boleh menghalangi karya ini dengan mempersaingkan satu dengan yang lain.

5.    Dia berusaha menjelaskan bahwa para pemimpin rohani tidak boleh diidolakan, karena mereka hanyalah para pelayan saja. Yang paling penting adalah Tuhan, karena Dialah yang memiliki semuanya, baik para pelayan maupun seluruh jemaat.Mereka hanyalah instrumen di tangan Allah (ay. 5a); mereka masing-masing memiliki tugas yang unik (ay. 5b-7); mereka mempunyai tujuan yang sama (ay. 8a); mereka juga akan dinilai oleh Tuhan yang empunya mereka (ay. 8b). Semua konsep ini diajarkan Paulus di atas satu pondasi: mereka, baik pelayan maupun jemaat,  adalah milik Allah (ay. 9).

6.    Konsep pemimpin sebagai pelayan bukanlah sesuatu yang baru. Konsep ini sudah diajarkan Yesus ketika Ia menjelaskan keunikan kepemimpinan Kristen dibandingkan dengan kepemimpinan duniawi. Dalam kepemimpinan Kristen, yang terbesar adalah mereka yang melayani (Mrk. 10:41-45; Luk. 22:25-27). Sama seperti Yesus yang datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani (Mat. 20:28/Mrk. 10:45), maka semua pemimpin Kristen juga harus memiliki konsep seperti ini.Para pemimpin merupakan instrumen, bukan penentu keselamatan.

7.    Oleh anugerah Allah Paulus adalah pendiri jemaat Korintus. Para pengajar berikutnya, yang melanjutkan pembangunan tersebut, bertanggungjawab untuk membangun dengan baik dan benar. Yesus Kristus adalah satu-satunya dasar bangunan. Bahan bangunannya bisa bersifat sementara ataupun tahan lama. Ada pembangun-pembangun yang tidak jujur pada abad pertama, tetapi kelak di hari Tuhan pekerjaan mereka akan terungkap karena bahan yang mereka gunakan akan diuji dengan api. Melalui pernyataan Paulus pada ay. 8, dia ingin menegaskan bahwa penilaian terhadap para pelayan tidak ditentukan oleh penerimaan orang lain atau suka/tidaknya jemaat terhadap para pelayan tersebut. Di akhir zaman Tuhan akan menilai pekerjaan masing-masing pelayan sesuai kualitas pekerjaan mereka (3:10-15).

8.    Para pembangun yang tidak jujur akan melihat hasil pekerjaan mereka habis dimakan api, dan mereka sendiri yang sangat rugi. Keselamatan mereka tidak lagi dipersoalkan, tetapi peran yang telah dipercayakan Allah kepada mereka dalam jemaat akan seluruhnya dinyatakan tak bernilai karena kelakuan mereka sendiri. Allah akan menilai mutu kehidupan, pengaruh, pengajaran dan pekerjaan dalam gereja dari setiap orang, khususnya, dari setiap hamba Tuhan. Jikalau pekerjaannya dinilai tidak layak, ia akan kehilangan pahalanya (upah), namun ia sendiri bisa diselamatkan. Bagian ini tidak mengajarkan tentang doktrin penyucian, ini menunjukkan kepada penghakiman atas pekerjaan, bukan penyucian seseorang dari dosa-dosa yang mengakibatkan kematian kekal. Mengingatkan kita bahwa kelak, semua pekerjaan pelayanan kita akan “diuji” oleh Tuhan.

9.    Pada ay. 10 Paulus menggambarkan dirinya sebagai  “ahli bangunan”. Setelah menyatakan diri sebagai arsitek yang meletakkan pondasi sesuai karunia Allah dan penuh dengan hikmat, Paulus lalu memberikan nasehat kepada tiap orang yang membangun di atas pondasi yang dia telah dirikan (menyiratkan adanya usaha-usaha dari para pemimpin jemaat Korintus untuk membangun ulang seluruh bangunan rohani di Korintus. Mereka inginmerombak pondasi yang ada dan menggantinya dengan dasar yang lain. Mungkin saja HIKMAT DUNIA). Bentuk present tense yang dipakai untuk kata kerja “memperhatikan” dan “membangun” di ayat 10b menyiratkan bahwa jemaat Korintus perlu terus-menerus dibangun dan terus-menerus diperhatikan. Pondasi saja tidak cukup. Jemaat perlu terus dibangun dengan baik.

10. Paulus sendiri mengakui bahwa kemampuannya meletakkan pondasi adalah “sesuai dengan kasih karunia yang diberikan Allah” (ay. 10a; bdk. 1:4-5; 3:10; 12:1-11). Allah tetap berhak mendapat kemuliaan dari semua yang kita lakukan, karena Dialah yang mengerjakan kemauan dan kemampuan bagi kita (Flp. 2:13). Bagi Dialah segala kemuliaan (Rm. 11:36)!

11. Paulus menambahkan kiasan yang digunakannya pada ay. 9 ia menggambarkan anak-anak Allah sebagai Bait Allah yang didiami Roh Kudus. Yang ditekankan disini adalah seluruh jemaat orang percaya sebagai Bait Allah dan tempat kediaman Roh. Selaku Bait Allah di tengah-tengah lingkungan yang buruk, umat Allah di Korintus tidak boleh berpartisipasi dalam kejahatan yang lazim dalam masyarakat itu, tetapi mereka harus menolak segala bentuk kegelapan. Bait Allah harus kudus karena Allah itu kudus. Segala kemuliaan bagi Allah!!

12. Semua kita baik muda ataupun tua adalah “kawan sekerja Allah”. Ada banyak bukti di dalam Alkitab bahwa Tuhan memilih yang muda menjadi rekan kerja-Nya ditengah banyak juga yang sudah berumur dipilih oleh Tuhan.

13. Melibatkan adalah salah satu kata kunci di tengah “Generasi Muda Menjadi Berkat” ini. Ada banyak generasi muda di gereja kita hanya menjadi “penonton” di komunitas gereja. Sehingga “rasa kepemilikan” mereka kurang. Maka mari bekerja sama dan sama-sama bekerja.

14. Kata kunci berikutnya adalah “kolaborasi”. Kolaborasi menghilangkan pengkotak-kotakan. Jika selama ini Moria hanya memperhatikan kategorialnya saja, Mamre, Permata dan KAKR juga hanya memperhatikan kategorialnya saja. Maka di tahun ini kita diingatkan untuk berkolaborasi, supaya tidak ada “Gereja di dalam Gereja”. Menghindari Gab Generation tersebut.

15. "Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan."  (ayat 6). Mengingatkan kita sekali lagi tanpa Tuhan pelayanan tidak akan mengalami pertumbuhan. Bukan siapa Saitun, Mamre, Moria, Permata dan KAKR tetapi siapa Tuhan lewat pelayanan kita. Dialah yang memberi pertumbuhan, kita hanya pekerja-pekerja saja. Jadi tidak ada bagian kita untuk memegahkan diri. Kita sama-sama alat di tangan Tuhan meski berbeda-beda talenta, lapangan pelayanan dsb. Kita sama-sama berguna di dalam Gereja baik sebagai yang menanam atau yang menyiram.

16. Di dalam tata gereja kita pasal 79 dan 80 diingatkan tentang tanggungjawab dan hak. Demikian bunyinya di pasal 79 poin 1 tentang tanggungjawab bagian a. Mempersiapkan diri dalam pengembangan kehidupan dan penghayatan iman melalui kegiatan-kegiatan persekutuan, pelayanan, dan kesaksian sesuai dengan usianya, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Serta di pasal 80 poin 1 tentang tanggungjawab bagian a. Mengembangkan persekutuan serta melaksanakan kesaksian dan pelayanan...dst. Untuk warga baptis perlu dipersiapkan sejak dini dan untuk warga sidi khususnya Permata perlu dilibatkan menjadi pelaku-pelaku bukan sekedar “penonton” di gereja kita.

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip

GBKP Palangka Raya

Suplemen PJJ : I Petrus 3 : 14-12 ; Tgl 09-15 Mei 2021

Nats             : 1 Petrus 3 : 14 – 22

Thema          : Pehagalah Kristus Selaku Tuhan ( Passion, Jumat Agung, Kenangkihen Tuhan Yesus Ku Surga)

1.    Ibas kegeluhen secara doni maka megati kal kita nge ateta i pehaga kalak, janah bagi si kurang kal kita mengapresiasi perbahanen kalak ibas kegeluhen enda. Kegeluhen secara Kristen kepeken berbeda, ija kita sebagai pengikutNa maka kita wajib kal mpehaga Kristus, erkiteken si gejap maka erkiteken perbahanenNa arah keleng ateNa kita enggo i selamatkenNa, ija sedekah enda hubungenta ras Dibata Enggo tertutup, enggo ibukaNa arah pengorbanenNa i Kayu Salib. Janah ibas kita mpehaga Kristus sebagai Tuhan maka kitape berkewajiben mpehaga temanta manusia. Selaku kalak Kristen maka mendahulukan kepentingen kalak asa kepentingenta ibas engkelengi, kita labanci mujiken perbahanenta, tapi marilah si cubaken mujiken perbahanen kalak si mehuli e man banta, janah la nginget nginget perbahanenkalak si la mehuli nandangi kita. Mpehaga Kristus eme arah kita ndalanken kekelengen nandangi sesama manusia, kewajiban engkelengi kalak sideban.

2.    Arah teksta 1 Petrus 3 : 14 – 22 enda ngingetken kerna Yesus Kristus Tuhanta melalui kiniseranNa, kemenangenNa, bagepe ibas ia nikapken ingan man kalak sitek man Ia (endame si ni kataken (Passion, Jumat Agung, Paskah ras kenangkihenNa ku Surga)). Janah kai sini ialami Tuhanta Yesus maka eka nge sini alami kita ibas kegeluhenta selaku pengikut Kristus. Emaka nina Rasul Petrus : Amina pe kam ngenanami kiniseran erkiteken ndalanken si mehuli, malem me atendu (ay 14a), meriah kal  siakap secara doni, tapi eme merupaken bahagianta, emaka ibas ndalani wari-wari lanaibo kepeken man ingeten kerna kiniseran tapi siperlu si inget eme kuga kita ndatken kemalemen ate e si enggo isikapken Yesus i Surga. Tapi guna menghadapi situasi si terjadi e ituntut kal kita mehamat man Kristus, janah tetap sipehaga Ia selaku Tuhan (ay 15a), tetap bergaul alu lemah lembut ras mehamat, bagi silakoken Tuhanta, aminna gia ia i siksa tapi tetap cidahken ras ibahanNa si mehuli, tujuanna eme anak Dibata, bagi nina prajurit Roma sinjaga penyalibanNa (Matius 27: 54). Janah ngenanami kiniseran erkiteken erbahan si mehuli merupaken kewajiban kalak sitek man Yesus (ay 17). Kematen Kristus eme ndalanken kai si enggo ipadanken BapaNa. Kristus mate cukup sekali erkiteken dosa-dosanta, mate man guna kalak perdosa guna mabai kita gelah rembak ras Dibata. Ia mate secara daging tapi keke secara kesah, kematen eme daging sebab daging ijadiken ibas abu taneh nari, emaka ia mulihka ku taneh, tapi nggeluh mulihken secara kesah, maka kitape pagi nggeluhka secara kesah bagi Yesus pe nggeluh mulihi. Janah arah kesah e Ia (Yesus) meritaken berita ibas Dibata nari man tendi tendi sitertaban, hal enda lit 2 pemahamen para teolog/penafsir :

a.    Ia lawes njumpai malekat-malekat si enggo ndabuh kubas dosa, ibas zaman Nuh (Band 2 Petrus 2 : 4 – 5)

b.    Kristus arah kesah meritaken sada peringeten melalui Nuh (2 Petrus 2 : 5) man manusia saat Nuh si latek man Dibata, sinamai penghakiman.

Sijelas selama Yesus 3 wari i kuburken maka Ia pe melakuken dahin guna erbahan simehuli nandangi kalak si enggo mate ope Yesus menang ngelawan kuasa maut. Emaka kenca Ia keke maka Ia pe nangkih ku Surga guna nikapken ingan man banta kerina si tek dingen sindalanken kai si iperintahkenNa. Gelah ija Yesus maka kita pe ija ka pagi. Kenagkihen e eme menjamin maka kalak si tek man Yesus ndatken kesenangen ras Kristus i Surga si enggo i sikapkenNa.

3.    Renungan

Pehagalah Kristus selaku Tuhan merupaken Thema nta Minggu, emaka sebagai kalak Kristen warga GBKP kita wajib nge mendahulukan mpehaga Tuhan daripada mpehaga keluarga sebab tek kita maka Dibata nge sinasana si harus si sembah, sebab Ia nge si meteh kerna kita kerina sebagai anak-anakNa. Dibata si reh ku doni enda arah Yesus Kristus, enggo nehken pengajaren si mehuli, ras pe enggo itebusiNa dosanta arah kematenNa i Kayu Salib, janah kita pe radu ras Ia ngelakoken kemenangen naluken iblis arah kekeloengenNa, bagepe Ia enggo nangkih ku Surga guna nikapken ingan man banta kerina.

Pdt  Andarias Brahmana

Ketua Klasis Jakarta Kalimantan 

Suplemen PA Moria : Matius 5 : 43-48 ; Tgl 09-15 Mei 2021

Ogen : MATIUS 5:43-48

Tema  : TETAP ERKELENG ATE TANDA PASU-PASU

Tujun : Gelah Moria:

1.     Meteh maka engkelengi imbang sada bagin erti pasu-pasu

2.     Lanai erelem-elem nandangi kalak si lagi ukurna

Ada Pepatah yang mengatakan “Seribu teman kurang, satu musuh terlalu banyak”. Sungguh! Pepatah ini mengingatkan kita agar senantiasa memperbanyak teman, saudara, relasi yang baik dengan semua orang. Dengan satu pemahaman semakin banyak teman, hidup kita pasti lebih tenang, senang, aman, tentram dan damai. Sebaliknya, kendati kita hanya memiliki satu orang musuh, namun hal itu bisa membuat kehidupan kita jadi tidak nyaman. Hati dan jiwa kita tidak tenang dan tidak damai. Karenanya, hindarilah permusuhan.

Musuh harus dikasihi dan didoakan? Demikian salah satu perintah yang disampaikan Yesus dalam KhotbahNya di Bukit. Tidak sedikit mungkin kita yang berkata: ”Yang benar saja, siapa yang sanggup?” Seorang filsuf Jerman, bernama Freidrich Nietzsche, pernah berkata bahwa perintah Yesus itu terlalu idealis, tidak praktis.

Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat mengajarkan kepada orang Yahudi selama ini: ”Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuh-musuhmu” (ay. 43). Sesama manusia bagi mereka adalah sama-sama orang Yahudi, yang menjalankan Taurat Musa. Di luar itu mereka anggap musuh dan wajar untuk dibenci, tidak disukai. Khotbah Yesus Di Bukit menyediakan deskripsi tentang manusia baru yang sudah hidup di dalam Kristus. Seluruh sikapnya telah berubah, kehidupan kita telah diubahkan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi persamaan dengan cara pikiran yang lalu ketika kita belum hidup di dalam Kritus.

Yesus menegaskan bahwa dengan mengasihi musuh, bahkan mendoakan orang yang menganiaya kita, dengan demikianlah identitas kita sebagai anak-anak Tuhan menjadi nyata, kita menjadi berkat buat orang lain (Tema PA Moria). Itulah yang membedakan diri kita dengan orang-orang yang belum mengenal Kristus! Seperti Tuhan baik terhadap orang baik ataupun orang jahat, menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik, menurunkan hujan bagi orang benar dan tidak benar (ay. 44-45). Kita pun demikian, kita dipanggil untuk terus berbuat baik tanpa pilih kasih, baik kepada orang baik ataupun orang jahat. Yang kita benci adalah perbuatannya, tetapi setiap pribadinya selalu kita kasihi dan kita doakan.

Sungguh, prinsip kekristenan berbeda dari prinsip dunia ini. Yesus berkata, "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada berbuat demikian?" (ayat 46-47). Tuhan Yesus adalah teladan yang luar biasa bagi kita. IA sanggup mengalahkan yang jahat dengan kebaikan; diejek, diludahi, dimusuhi, dianiaya, bahkan sampai mati di kayu salib, Dia tidak pernah membalas perbuatan jahat mereka, tapi berdoa bagi mereka “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Kejahatan tidak akan dapat ditaklukkan oleh kejahatan, tetapi kebaikanlah yang mampu mengalahkan kejahatan! Di mata Tuhan Yesus, kasih bukan hanya ada di dalam hati. Ini berkaitan dengan tindakan (action), bukan hanya perasaan (emotion). Ada bukti konkrit dari kasih itu (teridah janah tergejab), sehingga kehidupan kita jadi berkat buat orang lain.

Ketika kita menerima Firman Tuhan ini, kita berkata, "Saya adalah manusia biasa, mustahil bisa mengasihi musuh, ini terlalu berat buat saya!" Benarkah ini sebuah perintah yang mustahil? Tentu tidak, karena status kita adalah anak-anak Allah, IMAGO DEI, kita mewarisi sifat dan karakterNya.  Dikatakan,  "Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih" (1 Yoh. 4:8) dan di ayat 48 disampaikan:  "...haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (ay. 8).  Pastilah TUHAN tidak pernah memberi perintah yang mustahil untuk kita lakukan.

Semua orang pasti pernah punya pengalaman memandang seseorang sebagai musuh. Mungkin saat inipun ada yang masih memiliki list panjang berisi orang-orang yang dianggap sebagai musuh. Ada banyak alasan menjadikan orang sebagai musuh. Misalnya orang tersebut pernah menyakiti kita, mengkhianati kita, menipu dan lain sebagainya. Permusuhan berjalan beriringan dengan sakit hati. Orang yang menganggap seseorang sebagai musuh akan selalu ingin membalas perbuatan jahat. Dendam dan kebencian tidak lagi dapat dihindarkan, dan semakin lama rasa ini akan semakin dalam, hingga kita sering mendengar ucapan: "Tidak akan saya maafkan hingga tujuh turunan!"

Dalam hidup kita tidak bisa menghindari benturan dengan orang lain. Ada kalanya kita akan merasa disakiti. Itu wajar karena manusia adalah mahluk yang tidak luput dari kekeliruan. Tuhan Yesus mengajarkan sebuah ajaran yang baru dihadapan murid-muridNya dan orang banyak dalam KhotbahNya di Bukit. Tidak ada prinsip mata ganti mata, melainkan ajakan untuk mengasihi musuh. Bagaimana caranya? Dengan tidak membalas perbuatan buruk mereka, tetapi mengampuni bahkan berdoa bagi mereka. Mengapa kita harus mengasihi musuh kita? Bukankah kita disakiti atau dikecewakan? Kita melakukan hal itu karena kita adalah anak-anak Allah. Bukankah dari Bapa yang sempurna, kita anak-anakNya juga harus mampu mencerminkan hal itu? Ketika orang dunia juga mampu mengasihi atau memberi salam? Bukankah orang-orang dunia juga mampu mengampuni? Apa jadinya jika kita yang mengaku anak-anak Allah malah sulit untuk mengampuni atau mengasihi musuh?

Siapakah musuh kita saat ini? Saudara kandung atau keluarga yang tidak membantu kita? Teman sekantor atau sekelas yang mengecewakan kita? Tetangga yang sinis? Orang tua yang tidak pernah menghargai keberadaan kita? Anak kita yang selalu mengecewakan kita? Berdamailah. Sadarkan mereka dengan tindakan mengasihi dan doakanlah terus. Sebagai anak-anak Tuhan, kita harus mampu keluar dari permusuhan dan menunjukkan kasih melalui doa dan perbuatan. Anak-anak Tuhan harus senantiasa dalam segala hal kehidupannya menjadi berkat.

Pdt. Melda Tarigan, STh

GBKP Rg. Pontianak

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate