Minggu tgl 02 Agustus 2020 ; 2 Tawarikh 24 : 1 - 14

PERAWATAN INVENTARIS GEREJA

Invocatio : Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati (Nehemia 4:6)

Bacaan   : Yohanes 2:13-17

Kotbah    : 2 Tawarikh 24:1-14

Tema      : Merawat Rumah Ibadah

Pengantar

Dalam kehidupan kita setiap hari, tentulah kita merawat diri kita supaya tetap terpelihara, tampak cantik, ganteng, harum mewangi, tampan, rapi, dan sebagainya. Karena itu, diperlukan perawatan diri pribadi. Biaya perawatan diri pribadi, perawatan mobil dipersiapkan dengan baik. Tetapi bagaimana kita merawat iman kita ? Adakah kita sungguh-sungguh melakukan perawatan iman yaitu dengan pembacaan firman setiap hari, berdoa, bersaksi, bersekutu dan melayani serta melakukan kebenaran firman Tuhan ? Bagaimana pula kita merawat Rumah Ibadah tempat kita bersekutu untuk menyembah Tuhan ? Mari kita bersama-sama menelisik bagaimana raja Yoas dan juga Tuhan Yesus dalam merawat/memelihara rumah ibadah (Bait Suci), serta bagaimana Nehemia dengan sungguh-sungguh berupaya untuk membangun kembali tembok Yerusalem ?

Pembahasan Teks

Narasi yang disampaikan oleh penulis kitab Tawarikh dalam bahan kotbah minggu ini menyampaikan kepada kita tentang bagaimana Yoas sebagai raja bangsa Yehuda pada waktu itu, khususnya dalam membaharui dan merawat Rumah Tuhan (2 Tawarikh 24:1-14).

Siapakah Yoas ?

Yoas menjadi raja bagi bangsa Yehuda dalam usia yang masih sangat muda, yaitu berusia 7 tahun. Yoas merupakan anak dari Raja Ahazia, Raja Yehuda yang kesembilan (2 Raja-Raja 11). Ibunya bernama Zibya, dari Bersyeba. Pada usia bayi, Yoas diselamatkan oleh Yoseba, bibinya, istri Yoyada, imam kepala Bait Suci, sewaktu Atalia bertekad membunuh semua anak Ahazia. Pada umur 7 tahun, Yoas diumumkan menjadi raja oleh Yoyada, dan Atalya dibunuh. Ia memerintah Yehuda selama 40 tahun. 

Selama, Yoas menjadi raja, imam Yoyada tetap mendampinginya sehingga Yoas tetap menjadi raja yang melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupannya. Yoas melakukan apa yang benar di mata Tuhan, selama hidup imam Yoyada. “Melakukan yang benar dimata Tuhan” ini artinya menaati hukum Allah dan beribadat hanya kepadaNya.”. Dengan demikian, sebenarnya karakter dan iman Yoas ini terbentuk karena pegaruh pengajaran yang disampaikan oleh  imam Yoyada. Sehingga, selama imam Yoyada hidup, Raja Yoas menjadi seorang raja yang setia menyembah Tuhan. Bukan hanya berperan dalam hal pembentukan iman dan karakter Yoas, tetapi juga dalam hal berumah tangga, Yoyada juga mengambilkan dua orang istri baginya, sehingga melahirkan anak laki-laki dan anak perempuan baginya. Pada masa itu, memiliki istri lebih dari satu orang diperbolehkan. Banyak perkawinan yang diadakan hanya sebagai bagian dari persekutuan politik dan dagang.

Apakah yang dilakukan oleh Raja Yoas ?

Kemudian Yoas bermaksud untuk membaharui rumah Tuhan. Keinginan untuk membaharui rumah Tuhan ini muncul karena kerinduan kepada rumah Tuhan yang baik, karena pada masa itu, rumah Tuhan yang ada telah mengalami kerusakan, perlu diperbaiki di mana saja terdapat kerusakannya (2 Raja-Raja 12:5) Pada tahun kedua pulih tiga pemerintahan Raja Yoas, para imam belum juga memperbaiki kerusakan rumah Tuhan itu.

Kemudian, Raja Yoas memanggil para imam dan orang Lewi, supaya mereka mengumpulkan uang dari seluruh kota-kota Yehuda untuk memperbaiki rumah Allah setiap tahun. Yoas menyampaikan perintah “Lakukanlah hal itu dengan segera”. Tetapi orang Lewi tidak melakukannya dengan segera. Sehingga, raja memanggil imam kepala Yoyada, seraya bertanya kepadanya, mengapa mereka tidak menuntut kepada orang-orang Lewi untuk membawa dari Yehuda dan dari Yerusalem pajak yang dikenakan Musa. Selain itu, anak-anak Atalya, perempuan fasik itu, telah membongkar rumah Allah, bahkan memakai barang-barang kudus rumah Tuhan untuk Baal. Sehingga semakin banyaklah yang harus diperbaiki dalam rumah Tuhan.

Melihat situasi yang sedemikian, raja Yoas memerintahkan supaya dibuat sebuah peti dan ditempatkan di depan pintu gerbang rumah Tuhan, supaya semua orang dapat ikut ambil bagian memberikan pajak seperti yang disampaikan oleh Musa ketika ada di padang gurun, yaitu “pajak Bait Suci” yang merupakan persembahan sukarela berupa barang dan uang yang akan dipergunakan untuk membangun Bait Suci (Kel. 25:2-8). Maka bersukacitalah semua pemimpin dan seluruh rakyat; mereka datang membawa pajaknya dan memasukkannya ke dalam peti itu sampai penuh. Demikianlah respon para pemimpin dan seluruh rakyat yang mau dengan sukarela memberikan “pajak Bait Suci” tersebut, sampai akhirnya banyaklah uang yang dikumpulan.

Kemudian, raja Yoas dan Imam Yoyada, memberikan uang itu kepada mereka yang memanduri pekerjaan perbaikan rumah Tuhan. Para pekerja yang bekerja untuk membaharui rumah Tuhan tersebut terdiri dari : tukang pahat, tukang kayu, tukang besi dan tembaga. Mereka memulai pekerjaannya. Membangun kembali rumah Allah menurut keadaannya semula dan mengokohkannya. Semua pekerjaan itu dikerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh sampai selesai.

Ternyata, uang yang sudah terkumpulkan untuk memperbaharui rumah Tuhan itu, setelah dipergunakan untuk pembiayaan perbaikan rumah Tuhan, masih ada kelebihannya. Di sini tampak sekali kejujuran masing-masing orang yang terkait dalam perbaikan rumah Tuhan dalam hal pengelolaan keuangannya. Mereka tidak mencari keuntungan dirinya sendiri. Kelebihannya mereka laporkan kepada raja dan imam Yoyada. Selanjutnya, kelebihan uang itu dipakai untuk membuat perkakas-perkakas rumah Tuhan, yakni perkakas untuk penyelenggaraan kebaktian, perkakas-perkakas untuk korban bakaran, juga cawan-cawan dan perkakas-perkakas emas dan perak.  Sepanjang umur Yoyada korban bakaran tetap dipersembahkan dalam rumah Tuhan.

Demikianlah raja Yoas dan Imam Yoyada memperbaiki rumah Tuhan, dengan sungguh-sungguh. Karena mereka menyadari bahwa rumah Tuhan (Bait Suci) merupakan simbol kehadiran Allah di tengah-tengah kehidupan mereka setiap hari.

Yesus dan Bait Suci (Yohanes 2:13-17)

Dalam bahan bacaan kita : Yohanes 2:13-17 disampaikan bahwa Tuhan Yesus memandang Bait Suci sebagai “Rumah BapaKu” yang harus tetap dijaga dan dipelihara kekudusan dan kebersihannya. Menjelang hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus bengakat ke Yerusalem. Yesus sangat marah ketika mendapati bahwa di dalam Bait Suci terjadi perdagangan lembu-lembu, kambing domba dan merpati yang telah diberi label “HALAL” untuk dipersembahkan, serta para penukar uang. Bait Suci sudah seperti pasar hewan, kotor, bau, ribut, berantakan, penuh orang yang berlalu lalang untuk mendapatkan hewan yang akan dipersembahkan yang sudah diberi label “HALAL” itu.

Tampak sekali amarah Yesus. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. Yesus mengatakan kepada pedagang merpati : “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan”. Yesus sangat mencintai Bait Suci. “Cinta untuk rumahMu menghanguskan Aku”.

Nehemia dan Pembangunan Kembali Tembok Yerusalem.

Dalam teks invocatio (Nehemia 4:6) disampaikan bagaimana Nehemia bersama dengan seluruh bangsanya bekerja dengan segenap hati untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang telah runtuh. Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segelap hati. Meskipun ada berbagai tantangan yang mereka hadapi, khususnya oleh Sanbalat dan Tobia yang tidak menginginkan Nehemia membangun kembali tembok Yerusalem tersebut. Kegigihan dalam perjuangan dan kerjasama yang baik diantara mereka semua membuahkan hasil, yaitu tembok Yerusalem dapat diselesaikan dalam waktu 52 hari (Nehemia 6:15)

Aplikasi

Bait Suci bagi bangsa Yehuda adalah lambang kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya. Demikian juga halnya dengan gereja sebagai tempat ibadah dalam kehidupan kita sekarang ini. Gereja merupakan lambang kehadiran cinta-kasih Tuhan bagi jemaat-Nya dan bagi masyarakat sekitar.

Untuk itu, tentu kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, harus memperhatikan :

1.    Keberadaan gereja kita. Secara fisik (bangunannya), perhatikanlah manakah yang harus diperbaiki. Perbaikilah dengan sungguh-sungguh dan bertanggungjawab; seperti Nehemia yang sungguh-sungguh bekerja dalam menyelesaikan pembangunan kembali tembok Yerusalem sampai selesai. Libatkanlah semua jemaat  untuk bersama-sama berupaya untuk mperbaikinya, baik melalui dukungan doa, dana, serta ikut serta dalam perbaikan dan perawatan gereja.

2.    Gereja kita adalah Bait Suci, yang harus dipelihara kebersihannya dan kesuciannya. Seperti yang dilakukan oleh Yesus, dengan sungguh-sungguh bertanggungjawab dalam menjaga dan memelihara kebersihan Bait Suci.

3.    Gereja bukanlah hanya gedungnya, tetapi orang yang ada di dalamnya. Perawatan inventaris gereja dapat berjalan dengan lancar jikalau pribadi-pribadi yang ada di dalam gereja tersebut (jemaat) juga memiliki perawatan iman yang sungguh-sungguh sehingga terdorong untuk ikut ambil bagian dalam perawatan inventaris gereja. Seperti raja Yoas sebagai seorang yang melakukan yang benar di mata Tuhan, ia terbeban untuk membaharui rumah Tuhan, dan itu dilakukannya bersama dengan imam Yoyada, dan seluruh rakyat juga ikut ambil bagian melalui persembahan sukarela yang mereka berikan untuk membaharui rumah Tuhan.

4.    Berkaitan dengan Minggu, tanggal 02 Agustus 2020 merupakan  Minggu Perawatan Inventaris Gereja, marilah kita menjaga keberadaan gedung Gereja berikut perbendaharaannya atau peralatannya seperti yang terdaftar dalam daftar inventaris gereja, dan juga lingkungan Gereja dengan baik, sehingga membawa keindahan dan keteduhan bagi setiap orang yang datang dan beribadah. Keindahan, kebersihan dan keteduhan Gereja merupakan salah satu wujud kasih dan pengagungan kita kita kepada Tuhan kita yang Agung dan penuh kasih.

Selamat merawat inventaris gereja. Tuhan Yesus memberkati.

Pdt. Crismori Veronika Br Ginting Manik.

GBKP Sitelusada

Minggu tgl 26 Juli 2020 ; 2 Tesalonika 3 : 6 - 15

Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat.

Invocatio      : Efesus 4 : 28

Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja   keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya  sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Ogen            : Ulangan 8 : 11 – 20

Kotbah         : 2 Tesalonika 3 : 6 – 15

Tema           : Nggit erdahin alu latih (Mau bekerja Keras)

Bekerja dari Rumah, Belajar dari Rumah dan Beribadah dari Rumah, adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi kita, selama pandemi Covid-19 ini. Menyikapi hibaun ini, menjadikan banyak orang menjadi manusia yang tidak produktif, tidak tau berbuat apa dan tidak mau berbuat apa-apa. Ada juga yang hanya mengharapkan sesuatu dari orang lain (Sembako baik dari Pemerintah, Gereja serta “Orang-Orang Samaria” yang berbaik hati). Banyak orang yang yang tiba-tiba mengaku miskin, padahal belum jatuh miskin.

Namun tidak kalah banyaknya  juga orang yang berusaha, melakukan sesuatu untuk mencari “sesuap nari segenggam berlian”, tidak hanya bekerja keras namun juga bekerja cerdas.

Minggu ini adalah Minggu Peningkatan Ekonomi Jemaat, Minggu yang ditetapkan oleh Gereja kita untuk memberikan pengertian  tentang pentingnya peningkatan ekonomi jemaat dengan tujuan supaya kehidupan jemaat dan terpuji nama Tuhan.

Teks khotbah kita Minggu ini, Rasul Paulus mengigatkan jemaat Tesalonika, atas adanya masalah yang terjadi ditangah-tengah jemaat yaitu Kemalasan.  Kemalasan yang dimasud: ”...bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya, dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna”(ay.11).

Menghadapi orang-orang malas tersebut, Rasul Paulus mengigatkan jemaat yang setia yang terus bekerja, yang mengikuti tedalan Paulus :

@.supaya kamu menjauhkan diri  dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya(ayat 6, Bdk. Ay.14, Tandailah ddia dan jangan bergaul dengan dia) 

Menjauhkan diri atau jangan bergaul dengan dia itu berarti menarik diri, berhati-hati atau bersikap tidak mengikuti jejak orang yang tidak melakukan pekerjaannya dengan rajin melainkan malas. Ini bukan pula berarti jauh dari orang-orang yang malas melainkan jika dekat dengan orang malas, jemaat tidak boleh terkontaminasi, terjerumus dalam kemalasan. Rasa malas bisa saja menyerang namun kita dapat menolak atau kompromi.

@@ “ jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan” (Ay. 10-12). Dengan bekerja seseorang mendapat gaji atau upah ada makanan dan kebutuhan hidup lainnya. Jika seseorang tidak bekerja ia tidak menghasilkan apa-apa, untuk orang yang demikian Paulus dengan tegas mengatakan janganlah ia makan. Ini ditujukan bukan kepada orang-orang yang tidak mampu bekerja melainkan kepada mereka yang tidak mau bekerja. Supaya semua boleh hidup dengan tertib dan hidupnya berguna.

@@@.”janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik”, Janganlah kira ketidak baikan itu mempengaruhi kita untuk tidak berbuat baik, walau sekalipun “Seperti melepaskan anjing yang yang sedang tercepit(Bagi simulahi Biang kicat), Niat baik kita untuk melepaskannya namun justru dia menggigit kita. Atau “Bagi nuan Galuh tengah Sabah, akap ngaruh kepe tama salah”. Teruslah berbuat baik karena pada akhirnya setiap kebaikan itu akan berbuah hal-hal yang manis.

@@@@. Namun walaupun melarang untuk tidak bergaul dengan sipemalas, Rasul Paulus meningatkan “janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.(ay.15). Supaya mereka menjadi malu, dan menyadari akan kesalahannya.

Sikap demikianlah yang telah lakukan Paulus ketika ada ditengah-tengah orang-orang Tesalonika( ayat 7 – 9)

Dikatakan bahwa: “ kami tidak lalai bekerja diantara kamu “. Mereka adalah rajin, tekun dan bertanggung jawab dalam bekerja. “ kami tidak makan dari roti orang dengan percuma”. Mereka berjerih payah untuk mendapat makan, bukan makan dari belas kasihan
( meminta-minta) atau dengan memaksa ( mencuri ) roti orang. “ Supaya tidak menjadi beban siapapun tetapi untuk jadi teladan bagi kamu “ . Sebagai hamba yang melayani jemaat Tesalonika mereka mempunyai hak mendapat imbalan atas pelayananannya. Tetapi itu tidak mereka nomor satukan, tidak mereka andalkan ataupun mereka tuntut. Justru mereka bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Paulus bekerja sebagai tukang kemah ( Kis 18:3 ).

Minggu Peningkatan Ekonomi jemaat, mengingat kita, mengingatkan gereja untuk bukan hanya berseru akan keselamatan yang akan datang, berseru masalah surga yang serba berkecukupan, tenang, nyaman damai sejahtera dll. Namun Tidak kalah penting berseru masalah KINI dan DISINI, masalah Sandang dan Pangan. GBKP dari awal pemberiataan Injil ditanah karo, para misionaris dengan berbagai upaya telah berkarta untuk peningkatan ekonomi jemaat,  sampai kini melalui  BPR Pijer Podi Kekelengen, CU, CUM, GBKP terus berkarya dan baru-baru ini GBKP telah membuat suatu aplikasi yang disebut TIGATA.

Marilah tetap berkarya, bekerja, karena Tuhan juag bekerja untuk kita maka kita juga harus bekerja untuk Dia ( Kol 3:23 : “ Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” ). Bekerja dengan segenap hati, berarti tidak setengah hati melainkan sungguh-sungguh. Tidak munafik, bukan Karena dilihat pimpinan baru rajin melainkan dengan tulus hati didasari takut akan Tuhan saja. Tidak merasa terpaksa, melainkan bersukacita sehingga konsentrasi, motivasi,kreativitas dan produktivitas kerja baik. Mari gunakan O2H yaitu Otak, Otot, Hati  kita dalam bekerja. Jika kita berkerja dengan O2H, pasti ekonomi kita akan meningkat dan damai sejahtera menjadi bagian kita.

Dan yang lebih penting lagi kita harus senantiasa berpegang pada perintah Tuhan, serta senantiasa mengucap syukur(Bacaan), karena apapun yang kita kerjakan tanpa penyertaan dan berkat Tuhan semuanya akan sia-sia Amin

                                                                             Pdt. Iswan Ginting Mmanik 

GBKP RG Pondok Gede.

Minggu Tgl 19 Juli 2020 ; 2 Petus 1 :3 - 8

Minggu VI Kenca Trinitas/Minggu GBKP Njayo 79 Tahun

Invocatio : “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.” (Yohanes 15:8)

Bacaan    : Masmur 119: 57-64

Khotbah : 2 Petrus 1:3-8

Tema     : Bertumbuh dan Berbuah

PENGANTAR

Berakar, bertumbuh dan berbuah merupakan istilah yang sering kita kenal dalam dunia tumbuhan. Satu benih yang ditanam memulai hidup dengan berakar,  dan proses hidup semakin terlihat ketika benih itu terus mengalami pertumbuhan dan akhirnya memperlihatkan hasil dengan berbuah. Tumbuhan yang sehat adalah tumbuahan yang setiap waktu mengalami perubahan seiring dengan waktu. Tapi indikasi sehat,  tidak cukup hanya bertumbuh dan mengalami perubahan tapi juga harus menghasilkan buah yang baik.

PENJELASAN TEKS

·         2 Petrus 1:1-8

Ini  merupakan surat ke 2, yang ditulis oleh Petrus untuk orang percaya yang sama di Asia kecil. Dengan tujuan untuk menasihati orang percaya agar mereka dengan tekun mengejar kesalehan hidup dan pengenalan yang benar akan Kristus. Ditengah-tengah banyaknya usaha dan ajaran yang hendak meruntuhkan kebenaran rasuli di kalangan gereja di Asia, jemaat diingatkan agar waspada supaya tidak terseret dalam kesesatan dan tetap bertumbuh dalam kasih dan pengenalan akan Tuhan Yesus Kristus.

Oleh sebab itu kita bisa melihat ada beberapa point penting yang ditekankan dalam pembacaan kita:

1.   Modal untuk bertumbuh  (ay. 3-5a)

Pertumbuhan di mulai dari iman, yang membuat kita menerima panggilan dan pilihan Allah. Panggilan dan pilihan Allah terhadap kita mengijinkan kita untuk menerima anugerah, baik anugerah  segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh (ay.3), anugerah janji yang sangat berharga dan sangat besar  (ay.4). Dari hal ini kita melihat bahwa kita sudah memiliki dasar untuk hidup dalam keterpanggilan dan keterpilihan untuk hidup dalam kesalehan, yaitu pengetahuan dan janji Tuhan.

Petrus yakin dalam pengetahuan dan janji Tuhan yang menjadi  dasar bagi jemaat untuk hidup dalam kesalehan tidak mampu menciptakan pertumbuhan tanpa usaha dari jemaat itu sendiri. Kata “dengan sungguh-sungguh”, dalam ayat 5, (NIV: Berusaha sekuat-kuatnya) menuntut jemaat untuk juga berusaha menambah iman mereka. Tidak cukup hanya dengan anugerah yang diberikan Tuhan, tetapi juga harus menambahkan pengetahuan dan pengenalan akan Tuhan Yesus dari usaha mereka sendiri. Seperti istilah fototropime positif pada tumbuhan (dimana arah pertumbuhan tanaman selalu mengarah kepada cahaya/matahari sebagai sumber hidup). Demikianlah seharusnya kehidupan jemaat, Sebagaimana yang ditambahkan dalam masmur 119: 57-64, Kehidupan jemaat harus berpusat kepada Allah dan FirmanNya. Bilamana kita mengenal Allah dan kasihNya maka yang harus kita lakukan dengan usahakan dengan bersungguh-sungguh adalah: tinggal dalam FirmanNya, mencari wajah dan kasih karuniaNya dengan segenap hati, menaati FirmanNya, berdoa, bergaul dengan orang yang takut akan Dia, mencari kasihNya dan melakukan kehendakNya. Ada usaha dan kerinduan yang sungguh-sungguh (bnd. Dengan  Yohanes 15: 1-10, tentang perumpamaan Pokok Anggur Yang benar)

2.   Buah dari pertumbuhan (ayat. 5b-8).

Keberhasilan pengenalan kita terhadap Tuhan terlihat dari perubahan hidup setiap hari. Buah dari pertumbuhan itu terlihat dengan menyenangkan hati Allah dan menghindarkan diri dari dosa. Hal itu diungkapkan dengan semakin bertambah kebajikan, kebajikan pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan dan kasih. Inilah buah dari pertumbuhan iman yang harus dihasilkan oleh orang percaya.  Dan semakin hari semakin berlimpah-limpah lah kiranya (Ay.8). Ini memperlihatkan harus selalu ada progress yang baik  sebagai orang percaya seperti yang ditekankan dalam invocatio, Johanes 15:8, yakni berbuah baik dengan banyak dan berlimpah-limpah.

APLIKASI

Berkaitan dengan minggu GBKP Njayo 79 tahun, mengingatkan kepada kita tentang situasi GBKP dulu, sekarang dan masa yang akan datang. Tentu yang harus kita pikirkan dan perjuangkan adalah saat ini, bagaimana kita berusaha dan semakin bersungguh-sungguh bertumbuh dalam keterpanggilan dan keterpilihan kita. Berjalan diatas dasar iman dan janji Tuhan, walaupun banyak tantangan yang bisa menggoyahkan. Dengan usaha dan perjuangan bisa menghasilkan buah yang baik dan berlimpah. Tentu ini harus menjadi gerakan bersama seluruh jemaat GBKP. Jemaat yang mengalami kemandirian untuk bisa bertumbuh dan berbuah.

Pdt. Sri Pinta Br Ginting

GBKP Runggun Cileungsi

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate