Minggu Tgl 22 November 2020 : Matius 25 : 31- 46

Invocatio : Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan w  mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing 1 , dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. (Matius 25:32-33).

Bacaan     : Yeheskiel 34:11-16        

Khotbah    : Matius 25:31-46 

Tema       : Hukuman Pada Akhir Zaman

I.        KATA PENGANTAR

·         Isu tentang hari kiamat sering sekali menjadi topik-topik yang sangat hangat sekali dibicarakan apa lagi pada saat terjadinya bencana. Hari kiamat yang bagi orang Kristen sering disebut dengan Parousia atau kedatangan Yesus Kristus kembali merupakan topik yang sering dibicarakan dan sering sekali merupakan hal yang sangat menakutkan bagi beberapa orang. Bahkan sering sekali isu kiamat diisukan yang membuat banyaknya orang yang ketakutan. Misalnya isu kiamat yang diisukan pada jam 9 tanggal 9 Bulan 9 tahun 2009 yang membuat banyaknya orang mengalami ketakutan, setelah itu kembali diberitakan bahwa ada seorang pendeta mengatakan bahwa tanggal 10 November 2003 dunia akan kiamat sehingga bersama 300 orang jemaatnya berkumpul dan melakukan ritual, seperti menyanyi, menari, dan berpuasa dan bahkan ada yang 3 hari 3 malam tidak makan dan ada juga sampai 7 hari 7 malam tidak makan, menjual tanah, rumah dan harta mereka. Semua itu dilakukan untuk  bersiap-siap menyambut kiamat 10 November 2003 seperti yang dinubuatkan pendeta mereka. Setelah itu kembali diisukan bahwa tanggal 21 Bulan 12 tahun 2012 bahwa dunia akan kiamat yang membuat banyaknya manusia waktu itu mengalami fobia kiamat. Bahkan sebuah film yang diproduksi tahun 2019 yang menceritakan tentang kiamat 2012.

·         Demikian menakutkannya hukuman pada akhir zaman  sehingga banyak sekali manusia yang dirudung ketakutan ketika membicarakan tentang akhir zaman atau bagi kita orang Kristen hari kedatangan Yesus Kristus kembali. Padahal seharusnya bagi orang Kristen sesungguhnya isu akhir zaman atau kedatangan Yesus kembali atau kedua kali ke duni ini tidak menimbulkan ketakutan, karena dalam doa Bapa kami yang selalu kita ucapkan menyatakan bahwa kita merindukan kedatangan Yesus kembali untuk mendirikan kerajaan-Nya agar kita anak-anak-Nya yang sudah diangkat menjadi ahli waris-Nya untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya yang kekal yakni Surga. Akan tetapi melalui khotbah kita hari ini kita akan belajar, bagaimana sesungguhnya sikap kita dalam menantikan kedatangan Yesus kembali ke dunia ini untuk mengangkat kita masuk ke dalam kerajaan-Nya.

II.        PENDALAMAN TEKS

  • Mat 24:3-25:46 merupakan nubuat Tuhan Yesus dan merupakan jawaban atas pertanyaan para murid-Nya tentang tanda-tanda kedatangannya kembali ke dunia ini. Dalam nas ini Yesus memberikan jawaban kepada mereka tentang:

1.   Tanda-tanda umum yang akan terjadi selama zaman ini sampai pada akhir zaman (Mat 24:4-14);

2.    Tanda-tanda khusus yang menunjukkan bahwa akhir zaman telah tiba, yaitu masa kesengsaraan besar (Mat 24:15-28);

3.    Tanda-tanda yang menakjubkan yang terjadi pada saat Ia datang dengan kemuliaan dan kuasa (Mat 24:29-31);

4.    Peringatan kepada orang kudus dalam masa kesengsaraan besar agar berjaga-jaga terhadap tanda-tanda yang menuju kepada kedatangan Kristus yang dinanti-nantikan segera setelah masa kesengsaraan besar berakhir (Mat 24:32-35);

5.    Peringatan kepada orang percaya yang hidup sebelum masa kesengsaraan untuk siap sedia secara rohani karena kedatangan Kristus untuk jemaat-Nya akan terjadi pada saat yang tak diduga-duga (Mat 24:36-51; 25:1-30;

6.   Suatu gambaran mengenai penghakiman bangsa-bangsa setelah Ia datang kembali ke bumi (Mat 25:31-46).

·         Dalam khotbah kita hari ini Matius 25:31-46 menceritakan tentang berlangsungnya penghakiman terakhir. Ada beberapa hal yang diungkapkan dalam khotbah yang digambarkan dengan pemisahan antara domba dan kambing serta percakapan antara hakim dan orang-orang yang diadili. Di mana pada saat kedatangan Yesus kembali akan ada penghakiman di kemudian hari. Penghakiman ini akan memutuskan nasib setiap orang untuk dibawa pada kebahagiaan atau kesengsaraan kekal, dan mereka juga akan menerima balasan setimpal dengan apa yang dilakukan dalam kehidupan sekarang yang penuh pencobaan dan ujian. Mereka akan dihakimi sesuai dengan peraturan Injil yang kekal.

·         Penyelenggaraan penghakiman pada hari yang mulia itu diserahkan kepada Anak Manusia, karena Allah akan menghakimi dunia ini melalui Dia (Kis. 17:31). Kepada Dialah semua penghakiman diserahkan. Itulah sebabnya mengapa penghakiman pada hari itu, yang merupakan pusat dari seluruh penghakiman, juga diserahkan kepada-Nya.

·         Allah akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang dan dipisahkan untuk selama-lamanya. Di dunia, mereka tidak dapat memisahkan diri sendiri dari orang lain (1Kor. 5:10), dan tidak ada yang dapat memisahkan mereka (Mat. 13:29). Tetapi Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya, dan Ia dapat memisahkan mereka. Pemisahan ini begitu pastinya sehingga orang-orang kudus yang paling sedikit jumlahnya tidak akan tersesat di tengah kesesakan kerumunan orang berdosa, dan demikian pula, orang-orang berdosa yang tampaknya paling suci sekalipun tidak akan tersembunyi di antara kerumunan orang-orang benar (Mzm. 1:5). Masing-masing akan menuju tempatnya sendiri. Keadaan ini disamakan seperti seorang gembala yang memisahkan domba dari kambing (Yeh. 34:17).

·         Orang-orang saleh itu digambarkan seperti domba yang tidak berdosa, lemah lembut, sabar, dan berguna. Orang-orang jahat sama seperti kambing, jenis binatang yang lebih rendah, buruk, dan susah diatur. Di dunia ini, domba dan kambing makan rumput bersama-sama sepanjang hari di padang rumput yang sama, tetapi pada malam hari dikandangkan di celah gunung yang berbeda. Setelah dipisahkan, Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya (ay. 33).

·         Kristus memberikan kehormatan kepada orang-orang saleh, seperti kita menunjukkan rasa hormat kepada mereka yang kita tempatkan di sebelah kanan kita. Tetapi, orang-orang jahat akan dibangkitkan untuk mengalami kehinaan dan kengerian kekal (Dan. 12:2). Tidak dikatakan bahwa Ia akan menempatkan orang-orang kaya di sebelah kanan-Nya, dan orang-orang miskin di sebelah kiri-Nya; orang-orang terpelajar dan orang-orang bangsawan di sebelah kanan-Nya dan orang-orang yang tidak terpelajar dan rakyat jelata di sebelah kiri-Nya. Semua bentuk pemisahan lain, baik besar maupun kecil akan ditiadakan, namun pemisahan antara orang kudus dan orang berdosa, antara orang yang dikuduskan dan tidak dikuduskan, akan tinggal tetap kekal sampai selama-lamanya, dan kekekalan umat manusia akan ditentukan oleh pemisahan tersebut. Dalam penghakiman itu akan dilakukan terhadap masing-masing kelompok yang digambarkan dengan domba dan kambing yaitu orang-orang kudus dan orang-orang jahat.

·         Orang-orang kudus akan diberkati meskipun mereka dihina dan dikutuk oleh dunia ini. Seperti yang disampaikan dalam bacaan kita yang pertama Yehezkiel 34:11-6 bahwa sekalipun bangsa pilihan Allah tidak dilayani dengan baik oleh pemimpin-pemimpin mereka, sekalipun pemimpin-pemimpin mereka tidak menguatkan mereka  ketika daam keadaan lemah, tidak mengobati mereka pada saat sakit, tidak membaluti luka mereka pada saat terluka, tidak membawa mereka pulang pada saat tersesat, tidak mencari mereka ketika mereka hilang, sekalipun pemimpin-pemimpin mereka menginjak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman, Allah sendiri akan turun tangan untuk menggembalakan dan memperhatikan domba-domba-Nya.

·         Orang-orang Kudus yang telah mengikut Yesus memikul salib, akan ikut bersama-Yesus mengenakan mahkota. Mereka yang diberkati oleh Bapa akan dilimpahi dengan kebahagiaan yang sangat berlimpah. Yang diberikan adalah sebuah kerajaan, yang dianggap sebagai harta milik paling berharga di muka bumi, termasuk kekayaan dan kemuliaan terbesar yang ada di dalamnya. Semua orang yang menerima kerajaan itu akan mengenakan kemuliaan mahkota itu, menikmati semua kesenangan istana, dan menguasai keistimewaan harta di negeri itu. Mereka yang di dunia ini menjadi pengemis dan orang tahanan, yang dianggap paling hina dari semuanya, kelak akan mewarisi kerajaan (Mzm. 113:7).

·         Orang-orang Kudus akan memenuhi Sorga yaitu kehidupan yang hanya ada kebahagiaan semata. Itu adalah kehidupan kekal. Tidak akan ada kematian di masa kehidupan itu, juga tidak akan ada usia lanjut di masa penghiburan itu, atau dukacita yang memahitkan. 

·         Alasan yang mendasari kebahagiaan itu disampaikan dengan kalimat, “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan” (ay. 35-36). Hal ini tidak dapat disimpulkan bahwa perbuatan kita yang baik patut mendapatkan kebahagiaan sorga, karena seberapa berharga ataupun istimewanya perbuatan kita itu: kebaikan kita tidak membuat pengaruh apa-apa bagi Allah. Sebaliknya, jelaslah bahwa Yesus Kristus akan menghakimi dunia ini dengan peraturan yang sama seperti yang digunakan-Nya untuk memerintah dunia, dan karena itu Ia akan memberikan pahala kepada orang-orang yang menaati hukum tersebut.

·         Ketaatan mereka akan disebut, bukan sebagai hak mereka, tetapi sebagai bukti bahwa mereka adalah milik Kristus dan hasil tebusan-Nya. Perbuatan baik yang dimaksudkan di sini adalah seperti yang umumnya kita kenal sebagai pekerjaan amal bagi orang-orang miskin. Ini bukan berarti bahwa banyak orang yang akan ditempatkan di sebelah kanan-Nya selama hidup pernah memberi makan orang yang lapar atau memberikan pakaian kepada mereka yang telanjang karena kurang mampu. Justru merekalah yang diberi makan dan pakaian berkat kemurahan hati orang lain. Yang mau diberikan di sini hanyalah suatu contoh ketaatan tulus saja, yang pada intinya mengajarkan kita bahwa iman yang didasarkan pada kasih itulah yang diutamakan dalam iman Kristen. 

·         Perbuatan baik yang digambarkan di sini meliputi tiga hal, yang harus ada dalam diri semua orang yang diselamatkan, yaitu:

1.    Menyangkal diri dan menganggap hina dunia ini. Artinya, menganggap perkara-perkara dari dunia sebagai hal yang tidaklah baik kecuali kalau bisa dimanfaatkan untuk kebaikan. Mereka yang tidak memiliki apa pun untuk berbuat baik, juga harus menunjukkan sikap yang sama, dengan menjadi orang-orang miskin yang tahu bersyukur dan penuh sukacita.

2.    Mengasihi sesama kita, yang menjadi hukum terutama yang kedua dan merupakan penggenapan dari hukum Taurat, serta menjadi persiapan istimewa bagi dunia kasih yang kekal. Kita harus membuktikan kasih ini dengan kesiapan kita untuk berbuat baik dan menyampaikannya secara lisan. Ungkapan harapan yang indah tanpa perbuatan baik hanyalah ejekan belaka (Yak. 2:15-161Yoh. 3:17). Mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan, harus menunjukkan sikap yang sama dengan suatu cara lain.

3.    Yang diberi penghargaan di sini adalah tindakan meringankan beban orang miskin demi Kristus, karena kasih kepada-Nya dan dengan pandangan yang tertuju kepada-Nya. Inilah yang mendatangkan kemuliaan bagi perbuatan baik, bila perbuatan baik itu kita maksudkan sebagai pelayanan bagi Tuhan Yesus Kristus, baik mereka yang bekerja untuk kehidupan mereka sendiri, maupun yang bekerja untuk menghidupi orang lain (Ef. 6:5-7). Perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan dalam nama Tuhan Yesus Kristus itulah yang nanti akan diterima Allah (Kol. 3:17). 

·         Tetapi bagi orang-orang yang jahat yang berada di sebelah kiri-Nya akan dihakimi jug oleh Allah. Ditempatkan di sebelah kiri sudah merupakan hal yang memalukan bagi mereka, tetapi itu belumlah yang terburuk. Selanjutnya Ia akan berkata juga kepada mereka, "Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk."Setiap kata yang diucapkan mengandung kengerian, sama seperti bunyi sangkakala di gunung Sinai, kian lama kian keras bunyinya. Setiap tekanan suara semakin lama menjadi semakin menyedihkan, dan sama sekali tidak mengandung penghiburan.

·         Orang-orang jahat akan dilemparkan ke dalam api yang kekal. Dikatakan bahwa api itu telah disediakan. Tempat itu disediakan bukan terutama untuk orang-orang jahat, seperti Kerajaan Sorga disediakan bagi orang-orang benar, sebab pada mulanya tempat itu dimaksudkan untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya. Bila orang-orang berdosa menjalin persahabatan dengan Iblis dengan menuruti hawa nafsu mereka, mereka patut menyalahkan diri sendiri jika mereka menjadi bagian dari kesengsaraan yang disediakan bagi Iblis dan malaikat-malaikatnya. 

·         Berada dekat dengan Kristus memiliki kepuasan sendiri, meskipun Ia sedang merasa tidak senang. Tetapi keadaan seperti itu tidak akan diperbolehkan. Di dunia ini mereka sering diundang untuk datang kepada Kristus guna memperoleh hidup dan perhentian, tetapi mereka menutup telinga atas undangan ini. Oleh karena itu, adillah bila mereka yang tidak mau datang kepada Kristus diusir dari hadapan-Nya. "Enyahlah dari hadapan-Ku yang adalah sumber semua kebaikan, dari hadapan-Ku yang adalah Sang Juruselamat, dan karenanya juga enyah dari semua harapan keselamatan. Perhatikanlah, enyah dari hadapan Kristus berarti neraka yang paling dalam.

III. APLIKASI

·         Tema kita adalah Hukuman Pada Akhir Zaman . Melalui nas khotbah kita hari ini mengajarkan kepada kita bahwa penggambaran tentang apa yang akan terjadi kelak di hadapan takhta kemuliaan Raja hendaknya menjadi pelajaran yang perlu kita camkan dan lakukan. Perhatian, bantuan, pemberian tidak hanya kita arahkan kepada orang yang dapat membalas kebaikan kita, melainkan lebih kepada kepada yang paling hina, kepada yang tidak dapat membalas, kepada yang paling membutuhkan. Itu pun kita lakukan bukan untuk menumpuk pahala dalam Kerajaan Allah tetapi dalam ketulusan, kerendahan hati, dan tidak bermotivasi keuntungan atau kemuliaan diri.

·         Di sini Tuhan menyatakan bahwa perbuatan baik orang terhadap yang lapar, yang miskin, yang telanjang menyebabkan mereka disambut Tuhan ke dalam kebahagiaan kekal. Dalam hal ini bukan dimaksudkan untuk mendapatkan kehidupan kekal karena amal dan perbuatan kita karena tidak seorang pun dibenarkan oleh perbuatannya. Tak seorangpun mampu menghasilkan perbuatan baik dan benar terus menerus tanpa cacat. Melainkan orang yang sungguh beriman pasti menghasilkan ibadah. Kebaikan itu dilakukan bukan supaya diselamatkan, tetapi syukur kepada Tuhan sendiri.

·         Oleh sebab itu di Minggu Penutup Tahun Gereja ini hendaknya firman Tuhan hari ini menjadi renungan bagi kita, apakah semua ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan selama satu tahun ini murni untuk kemuliaan Tuhan ataukah hanya untuk memuaskan keinginan daging kita. Sebagai orang beriman marilah kita Imani dan amini bahwa sebagai anak-anak Allah yang sudah ditebus dan selamatkan serta sudah diangkat menjadi ahli waris-Nya, kita juga akan berhak untuk mewarisi kerajan-Nya yaitu kehidupan kekal selama-lamanya di Sorga. Selama kita hidup di dunia ini hendaknyalah kita tetap mampu menjadi garam dan terang dunia bagi setiap orang melalui perkataan dan perbuatan kita.

·         Hiduplah dengan menyangkal diri dan mengutamakan kehendak Tuhan daripada keinginan duniawi kita dan hiduplah saling mengasihi satu dengan yang lainnya seperti kita mengasihi diri kita sendiri sebagaimana Allah sudah mengasihi kita dan bukan untuk mendapatkan imbalan di dalamnya. Jangan mau ditakuti dengan isu-isu akhir zaman atau isu-isu kedatangan Yesus kembali melainkan tetaplah hidup seturut kehendak Tuhan. Seperti yang disampaikan rasul Paulus dalam Filipi 1:21-22, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah”. Bagi Paulus hidup atau mati samasama memberikan kebahagiaan sampai-sampai dia tidak tahu lagi memilih yang mana. Tetapi jika masih hidup di dunia ini kita harus memberi buah. Dengan demikian meskipun pada akhir zaman kita akan dikumpulkan oleh Allah, kita percaya bahwa kita akan ditempatkan di sebelah kanan-Nya untuk mendapatkan kehidupan kekal yaitu Surga. Seperti yang disampaikan dalam Invocatio, “Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan w  mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing 1 , dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.” Amin.

Pdt. Jaya Abadi Tarigan,M.Th

                                                                        GBKP BandungPusat

Minggu Tgl 15 November 2020 ; Yesaya 8 : 13-15

Invocatio      : Efesus 5:2 “Dan hiduplah dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus, juga telah mengasihi kamu dan telah                          menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah”

Bacaan        : 2  Korintus 9:13-15

Khotbah      : Yesaya 8:16-20 

Tema         : Keluarga menjadi Saksi yang Hidup (Jabu Jadi Berita si Nggeluh)

I.        Pendahuluan

Keluarga adalah beberapa individu yang tergabung dalam satu rumah tangga yang sama karena hubungan darah, ikatan perkawinan, dan hal-hal lainnya. Secara umum, keluarga selalu menjadi tempat pertama untuk berbagi kasih sayang, mengatasi masalah yang sedang dialami salah satu anggota keluarga, dan membentuk karakter diri masing-masing individu dalam keluarga. Betapa pentingnya arti dari sebuah keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapati bahwa pertama  pertumbuhan kerohanian yang akan dialami oleh seorang anak sangat bergantung kepada pendidikan Kristen di dalam keluarga. Pertumbuhan secara rohani merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena itu, orang tua sebagai pendidik utama harus memberikan pengajaran sekaligus keteladanan yang baik sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik pula kepada anak terutama dalam membangun kerohanian anak. Dengan adanya pendidikan Kristen yang baik, maka anak pun dapat bertumbuh secara rohani dengan baik. Kedua, keteladanan orang tua kepada anak-anak merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam pendidikan agama Kristen. Hal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa, keteladan orang tua adalah salah satu upaya pendidikan Kristen yang sangat memengaruhi pertumbuhan kerohanian anak. Ini terjadi karena pada dasarnya adalah figur yang lebih mengikuti apa yang diilihat dan dianggap baik untuk diikuti. Oleh karena itu, orang tua memiliki tanggung jawab yang besar di dalam memberikan keteladanan yang layak dan patut diikuti sehingga anak dapat belajar dari hal-hal yang dapat dilihat dari kehidupan orang tua. Ketiga, pertumbuhan kerohanian anak adalah tujuan yang utama dalam pendidikan agama Kristen. Anak harus ditolong untuk dapat membangun dirinya secara rohani dengan adanya pendidikan Kristen yang tepat. Orang tua memiliki peran untuk membimbing anak kepada prioritas pendidikan Kristen yang sesuai kehendak Tuhan. Karena itu, pendidikan agama Kristen di dalam keluarga harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat menolong setiap anak untuk dapat bertumbuh ke arah yang benar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai secara rohani. Keempat, anak-anak harus mampu menyatakan kehidupan rohaninya dengan benar dalam hidupnya. ( https://docplayer.info/185131696-Ather-robi-panggarra.html )

II.        ISI

·         Penjelasan Teks 2  Korintus 9:13-15

Maksud Paulus dalam ayat ini, tentu saja, adalah untuk mengingatkan orang-orang Kristen Korintus  tentang kemurahan hati atas karunia keselamatan oleh Yesus Kristus Tuhan yang sudah mereka terima di masa lalu. Mengapa mereka tidak mempercayai Tuhan untuk bermurah hati di masa depan!

"Sediakan dan perbanyaklah benihmu untuk disemai, dan tingkatkan buah kebenaranmu" (ayat 10b). Paulus berdoa agar Tuhan memberkati orang-orang Kristen Korintus ini dengan benih — bukan untuk dimakan tetapi untuk disemai. Mereka dapat yakin bahwa, jika mereka menabur benih dengan murah hati, Tuhan akan memberikan panen yang banyaki bagi orang Kristen yang membutuhkan di Yerusalem.

Paulus menyatakan dua dampak bagi jemaat Korintus jika mereka melakukan tindakan murah hati dan berbagi yaitu pertama mereka  akan melayani kebutuhan fisik orang-orang Kristen Yerusalem, dimana situasi mereka mengerikan, karena kelaparan di Yudea. Penawaran tersebut akan membantu mereka mengimpor makanan. Kedua, dan mungkin yang lebih penting, penerima akan bersyukur kepada Tuhan. Artinya, pemberian Korintus kepada umat Kristen di Yerusalem juga merupakan pemberian kepada Tuhan.

“ Oleh sebab itu kamu sudah tahan uji,  merupakan bukti pelayanan jemaat Koritus" (ayat 13a). Umat Kristen Yerusalem akan melihat kemurahan hati orang Kristen Korintus sebagai Bukti iman orang Kristen Korintus! Bukti kasih agape dari orang Kristen Korintus! Bukti persaudaraan yang ada antara orang Kristen Korintus, terutama orang bukan Yahudi, dan Gereja Yerusalem, yang sebagian besar adalah orang Yahudi!

"Mereka memuliakan Allah karena ketaatan pengakuan/kesaksian (Yunani: homologia) kepada Kabar Baik tentang Kristus, dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang" (ayat 13b). Seperti yang sudah dijelaskan di atas, salah satu hasil persembahan ini adalah ucapan syukur yang akan diberikan kepada yang membutuhkan seperti memberi  kepada Tuhan. Orang Kristen Korintus harus menganggap persembahan ini sebagai kesempatan untuk ucapan syukur kepada Tuhan. Persembahan mereka akan menjadi hadiah, tidak hanya untuk gereja di Yerusalem, tetapi juga untuk Tuhan.

"Kamu diperkaya dalam segala macam kemurahan hati" (ayat 11a). Sebelumnya, Paulus berbicara tentang gereja Makedonia, yang telah memberi dengan murah hati meskipun mereka miskin. Paulus berbicara tentang "Jemaat Makedonia selagi mereka  dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin namun mereka kaya dalam kemurahan hati" (8: 2). Sekarang Paulus mengemukakan visi orang Kristen Korintus menerima jenis berkat yang sama jika mereka berkontribusi dengan murah hati. Paulus dan teman-temannya menjadi saksi pemberita dan membawa persembahan ke Yerusalem. Paulus telah memberitakan Injil  dan juga hidup dalam pemberitaan Injil yang ia sampaikan. Dia telah menjadi saksi yang hidup bagi jemaat dan teman-teman pelayanannya.

·         Penjelasan Teks Yesaya 8:16-20

Dalam Yesaya 8: 16-23 Tuhan menggunakan keputusasaan yang dialami dan masa  kegelapan bangsa Israel. Melalui nabi Yesaya, Tuhan menggambarkan situasi Israel dan Yehuda sebagai satu masa putus asa dan tanpa harapan. Nats ini menggambarkan penghakiman yang Allah lakukan atas Israel dan Yehuda sebagai akibat ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan dalam menempatkan kepercayaan mereka pada Negara lain. Karena mereka memilih untuk percaya pada Asyur daripada Yahweh, Yehuda tidak akan mendapatkan kemenangan ketika Assyria datang untuk menyingkirkan bangsa Yehuda. Penghakiman yang digambarkan dalam Yesaya 8: 16-23 adalah hasil dari Raja Ahaz dan orang-orang Yehuda yang lebih mempercayai Asyur daripada Allah (Yahweh). Allah mengungkapkan ketidaksukaan-Nya terhadap Israel. Semua keputusasaan dan hilangnya harapan bangsa Israel adalah hasil dari Tuhan yang menyembunyikan wajah-Nya.  karena kehadiran Tuhan adalah sumber dari segala pengharapan yang benar. Kehilangan hadirat Allah ini maka bangsa Israel menghadapi masalah bagaimana bangsa ini harus hidup diwaktu yang kelam dan gelap tanpa kehadirat Allah??? Jika Tuhan besembunyi dan memalingkan wajahNya serta berkatNya juga tidak diberi Allah, dimana dan kemana bangsa ini mencari pengharapan?

Yesaya menyampaikan kesaksian  dan pengajaran bahwa dia dan keluarga juga beberapa pengikut tetap bersaksi dan mengikat dalam hatinya Firman Tuhan serta mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah bukan kepada bangsa-bangsa lain atau meminta petunjuk kepada roh-roh peramal yang berbisik-bisik dan komat kamit, atau meminta petunjuk kepada orang-orang mati bagi orang yang hidup?. Situasi akan menjadi sangat sulit dan akan terus dalam kegelapan jika menjauh dan tidak setia  kepada Allah (Yahweh). Yes 8: 21-22 menggambarkan kegelapan yang dihadapi umat Allah karena  penolakan mereka terhadap hukum dan kesaksian Tuhan sebagai satu-satunya sumber pengharapan. Karena mereka sudah lari, pergi ke ahli nujum, Tuhan telah mendorong mereka ke dalam kegelapan yang dalam.

Yesaya sebagai Nabi dengan  berani dan menyatakan bahwa Dia dan keluarga menjadi teladan dalam bersaksi dan menjalankan pengajaran akan Firman Tuhan tetap taat dan setia.  Dan memang bangsa Yehuda akhirnya menderita ditaklukkan oleh Asyiria karena ketidaksetiaannya pada Allah.

III.        Aplikasi

Sesuai tema minggu ini yaitu Keluarga menjadi saksi yang hidup memberitakan kebaikan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Pada saat sekarang ini kita juga mengalami masa-masa sulit bisa dikatakan masa kegelapan seperti Yehuda yang menjauh dari Tuhan, seakan Tuhan menyembunyikan wajahNya. Saat ini kita semua menghadapi masa-masa sulit:  pandemic Covid 19, banyak yang kehilangan pekerjaan, kehilangan keluarga, kehilangan harapan dan gelap rasanya hidup, semua pemasukan menurun, lapangan pekerjaan sedikit, dibutuhkan manusia yang kreatif tangguh dan siap menghadapi situasi yang cepat sekali berubah. Ditengah-tengah keadaan seperti ini kita diminta sebagai keluarga atau individu bisa menjadi saksi yang hidup seperti halnya Yesaya, Paulus dan teman-temannya. Mereka menjadi saksi dan teladan dalam pemberitaan Kabar Baik tentang kehadiran dan Kasih karunia Tuhan yang mereka rasakan. Demikianlah kita menjadi teladan sebagai orangtua di dalam keluarga. Keluarga akan dapat menjadi saksi atau pemberita kabar baik jika hal itu tampak dalam kehidupan sehari hari  melalui sikap hidup :

  1. Allah mengasihi kita dan menebus kita dengan memberi putraNya yang tunggal Yesus Kristus (Invocatio). Allah memilih dan membuat kita  sangat berharga dimataNYa. Kita hendaknya menomor satukan TUHAN dalam hidup kita, mengandalkan Tuhan dalam segala lini kehidupan (Trust God) bukan percaya pada dunia dan segala isinya (roh-roh orang mati, dukun, paranormal, uang, tehnologi dsb). Siapkan waktu dengan rutin bersama keluarga  membaca firman, berdoa dan menaikkan pujian bagi Tuhan dirumah masing-masing. Di dalam keluarga anak-anak bertumbuh dalam iman, kasih dan karakter. Sehingga keluarga kita menjadi saksi yang hidup. Keluarga kuat maka bangsa akan kuat
  2. Setia pada Allah dan firmanNya apapun yang terjadi, tetap percaya dan setia pada Tuhan Yesus yang akan menyertai menguatkan dan memberkati hidup kita. Allah selalu dan tetap setia walaupun kadang kita tidak setia padaNya
  3. Meskipun saat ini kegelapan datang, harapan seakan jauh dari hadapan mata namun tetaplah berharap padaNya. Habis gelap terbitlah terang. (Yes 9:1) Tuhan akan menerangi dan memberikan solusi tepat pada waktunya. Maka  tetaplah bertekun dan bertahan.
  4. Kita sebagai keluarga yang merasakan berkat-berkat Tuhan, merasakan kasih Tuhan menyelamatkan dan memberkati kita  tentunya juga punya hati untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Orang dalam tertindas, orang dalam putus asa. orang yang percaya pada TUHAN, hendaknya menolong dan membebaskan orang tertindas serta memberikan harapan kepada orang yang putus asa (seperti jemaat Makedonia walau dalam kemiskinan dan kesulitan mereka dengan sukacita  memberi kepada jemaat Yerusalem).
  5. Mari mulai lakukan hal yang kecil dengan cinta yang Besar.  Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, selagi masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik bagi semua orang  (Gal.6:9a-10). Tuhan memberkati kita selalu. Amin.

Pdt. Rosliana Br Sinulingga, M.Si

GBKP Runggun Bumi Anggrek

Minggu Tgl 08 November 2020 ; Bilangan 11 : 31-15

Invocatio        : Berfirmanlah Allah : “Lihatlah, Aku memberikan kepadamu  segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di  seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji ; itulah akan menjadi makananmu (Kejadian 1:29)

Bacaan         : Efesus 5:1-5

Khotbah       : Bilangan 11:31-35

Thema          : Karakter Yang Membawa Damai Sejahtera

I.        Pendahuluan

Manusia dikatakan sehat dalam pemahaman orang Karo (suku Karo) kalau ada keseimbangan internal dan eksternal. Unsur internal ada lima yaitu tubuh, nafas, pemikiran, jiwa, dan hati. Unsur yang lima ini tadi berkaitan satu dengan yang lain. Kalau unsur yang lima ini tadi terganggu, bisa menimbulkan penyakit. Unsur eksternal ada tiga yaitu hubungan persaudaraan, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan iman. Kalau disatukan keseimbangan internal dan eksternal ini tadi, kita mendapatkan empat aspek kehidupan yaitu fisik (tubuh, nafas, kesehatan), sosial (persaudaraan, sahabat sejati, pekerjaan, dsb), mental (pemikiran, hati, jiwa harga diri, emosi, dsb), spiritual (rasa aman, bersukacita, persekutuan, ibadah, iman, dsb). Semua aspek ini saling berkaitan. Kalau yang satu terganggu, yang lain pun ikut terganggu, kalau satu sakit, yang lain pun ikut sakit. Maka untuk itu semuanya harus seimbang, dengan seperti itulah baru bisa sehat dan mendapatkan damai sejahtera (sehat secara holistik).

II.        Isi

Bahan bacaan kita berbicara mengenai karakter manusia yang baru di dalam Kristus. Dalam Efesus 5 ini Paulus melanjutkan nasihat-nasihatnya, tetapi sekarang mengenai suatu bidang lain yaitu bidang hidup jemaat. Bagian ini terdiri dari, hidup jemaat, ditinjau dari sudut positif (Ef. 5:1-2), hidup jemaat ditinjau dari sudut negatif (Ef. 5:3-7). Dalam kedua ayat yang pertama ini Paulus merangkumkan apa yang ia katakan dalam bagian yang lalu, sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih (ay. 1). Paulus menasihatkan anggota-anggota jemaat di Efesus, anggota-anggota jemaat yanh dahulu belum mengenal Tuhan, tetapi yang sekarang telah menjadi “orang-orang kudus” dan “orang-orang percaya”, supaya mereka menjadi penurut-penurut Allah. Dan hal itu harus mereka buat seperti anak-anak yang kekasih. Nasihat Paulus ini adalah suatu perintah, jadilah penurut-penurut Allah. Karena antara “anak” dan “menjadi penurut Allah” terdapat suatu hubungan yang erat. Paulus menasihati jemaat Efesus agar menjadi penurut-penurut Allah, dan tidak ia buat sebagai rasul terhadap manusia-manusia, tetapi terhadap orang-orang yang dikasihi Allah dalam Kristus. Bukan itu saja yang Paulus minta dari jemaat. Sebagai konsekuensi dari nasihatnya, ia menambahkan, dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (ay. 2). Dalam ayat 1 tadi telah kita lihat, bahwa anggota-anggota jemaat harus menjadi penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih. Tetapi bagaimanakah caranya hal itu harus mereka kerjakan? Jawab Paulus, dengan jalan mendemonstrasikannya dalam hidup mereka. Dasar atau kriteria dari kasih mereka ialah kasih Kristus. Kasih Kristus ini adalah begitu rupa, sehingga berkenan kepada Allah dan membawa serta mengikat orang-orangNya menjadi satu. Ia menyerahkan diriNya sendiri tanpa syarat. Kemudian sesudah Paulus meninjau hidup jemaat dari sudut positif, sekarang dia meninjau dari sudut negatif. Ia mulai dengan tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan, disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus (ay. 3). Mengapa Paulus mengatakan hal ini kepada jemaat Efesus? Karena hidup di dalam kasih bertentangan dengan hidup dalam percabulan, yang biasa dilakukan orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Di samping percabulan Paulus menyebut juga kejahatan-kejahatan lain seperti kecemaran dan keserakahan. Kejahatan-kejahatan ini harus mereka jauhi. Ternyata ayat 3 ini belum selesai dalam meninjau hidup jemaat secara negatif. Ditinjau dari tatabahasa, ayat 3 ini berhubungan erat dengan ayat 4, demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau sembrono – karena hal-hal ini tidak pantas – tetapi sebaliknya ucaplah syukur!. Segala kejahatan di ayat 4 ini pun tidaklah boleh ada dalam kehidupan jemaat. Larangan Paulus ini mencakup segala macam kejahatan, baik kejahatan dalam bentuk perkataan, seperti yang disebut di ayat 4. Semuanya itu tidak layak mereka lakukan sebagai anggota-anggota tubuh Kristus. Yang harus mereka lakukan adalah sebaliknya, mengucap syukur kepada Allah. Dan untuk menggarisbawahi bahaya kejahatan-kejahatan yang Paulus sebutkan di atas, ia memperingatkan mereka, tetapi ingatlah ini baik-baik: tidak ada orang sundal orang cemar atau orang serakah, artinya penyembah berhala, yang mendapat bagian di dalam Kerajaan Kristus dan Allah (ay. 5).

Bahan khotbah menceritakan tentang kerakusan yang dapat merugikan diri sendiri, sekaligus mendatangkan murka Tuhan. Tuhan menghembuskan angin membawa burung puyuh mengarah kepada mereka yang berjalan di padang gurun. Bangsa itu mengumpulkan banyak, selama dua hari, siang dan malam, mereka bahkan mengumpulkan, masing-masing 10 homer (1 homer = 360 liter x 10 = 3600 liter = 3,6 ton). Ada dua hal yang perlu kita simak dari cara bangsa Israel ini yaitu: pertama, mereka mengambil bagi dirinya lebih dari kebutuhannya, mereka hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan yang lain. Kedua, mereka takut tidak mendapat makanan untuk keesokan harinya. Rasa takut membuat mereka melupakan bahwa Tuhan dapat memberi jaminan bagi hidup mereka. Kerakusan membutakan mereka. Coba bayangkan selama dua hari mereka tidak mengalami kelelahan karena pikiran mereka hanya mengumpulkan. Mereka membabi buta sampai memiliki 3,6 ton burung puyuh? Dapatkah itu dihabiskan dalam seminggu dan dapatkah itu bertahan untuk bekal selama satu bulan? Kerakusan membuat mereka hanya ingin mengumpulkan dan mengumpulkan. Kerakusan juga menutup mata mereka akan berkat dan pemeliharaan Tuhan atas hidup dan masa depan mereka.

III.        Refleksi

Allah sudah mencipta kita dengan baik, dan Dia memberikan kita kekuatan dan hikmat untuk menjaga diri kita dengan baik, baik kesehatan tubuh juga jiwa kita. Karena dalam tubuh dan jiwa yang sehat, semakin lengkap kekuatan kita dalam menjalankan apa yang dikehendaki Tuhan dalam kehidupan kita. Bisa kita simpulkan bahwa rencana Tuhan kepada kita adalah supaya kita damai sejahtera, sehat secara holistik. Dalam sudut pandang Tuhan sangat penting sekali kesehatan, secara fisik, sosial, mental dan spiritual. Karena sehatnya semua aspek dalam hidup kita maka kita mampu hidup melayani Tuhan. Jadi sangat perlu sekali kita semua menjaga kesehatan kita secara holistik. Kesehatan fisik kita mengatur makanan kita, minuman yang cukup, gizi yang cukup, istirahat yang cukup, olahraga yang teratur, dsb. Kesehatan sosial, mau ngobrol dengan teman satu iman dan saudara, juga dengan sahabat. Kesehatan mental, tetap berpikir positif dan berpikir baik kepada teman kita, dalam pekerjaan, dalam jemaat, dalam keluarga, dsb. Kesehatan spiritual, menjaga hubungan kita tetap baik dengan Tuhan. Semua ini kita lakukan untuk kebaikan diri kita terutama dalam mewujudkan rencana Tuhan dalam kehidupan kita. Kesehatan ini diperlengkapi Tuhan Yesus dengan menebus dan menyelamatkan kita.

Dalam sebuah tulisan yang pernah kami baca, menurut prediksi WHO tahun 2030, kematian yang paling banyak adalah melalui mulut manusia. Artinya, terlalu banyak makanan ataupun tidak bisa menguasai nafsu yang membuat manusia mati. Kalau ditarik prediksi itu kepada kita semua apaakah itu benar atau tidak kita juga yang merasakannya. Karena sangat susah sekali kita menguasai nafsu kedagingan kita. Sering sekali penyakit itu datang karena kebanyakan makan. Kalau dahulu banyak orang mati karena kurang gizi, sekarang banyak orang sakit bahkan mati karena kelebihan gizi. Untuk itu perlu kita belajar menjaga mulut kita terhadap tawaran makanan yang sangat banyak yang disajikan di hadapan kita. Makanan itu menyangkut hubungan dengan Tuhan, kebaikan keluarga, kekuatan bangsa dan kedamaian dunia. Kalau seseorang sakit, pasti seisi rumah ikut merasakan. Sebaliknya, kalau kita sehat, banyak hal yang bisa kita lakukan. Tentu paling tidak tidak membebani orang lain. Banyak ahli kesehatan membuat sebuah kesimpulan yang mengatakan 90% banyak penyakit zaman sekarang ini diakibatkan pikiran. Sekarang ini banyak orang yang melakukan “diet makanan” untuk kesehatan ras kebugaran tubuh. Tapi ada juga yang penting dari itu yaitu “diet pikiran” untuk mendapatkan hasil yang maksimal selama “diet pikiran” perlu kita ikuti aturannya: memeras benak untuk yang bukan urusan kita, memikirkan hal-hal yang terlalu tinggi, memikirkan terus berulang-ulang kata-kata dan perbuatan orang lain yang menyakitkan, memikirkan terus kegagalan-kegagalan masa lalu, memikirkan apa kesan orang tentang kita, biarkan orang lain bebas berpendapat tentang kita, memikirkan aneka “jangan-jangan” yang mungkin terjadi di masa depan, jangan berpikir seolah-olah kita dapat menyelesaikan semua masalah di dunia ini.

Beberapa penelitian memperlihatkan keterlibatan iman dan kondisi iman yang baik dihubungkan dengan rendahnya gejala yang berhubungan dengan kekhawatiran, depresi, dan juga ide untuk bunuh diri. Rata-rata bukti penelitian memperlihatkan bahwa keterlibatan iman merupakan penentu penting kesejahteraan dan kepuasan hidup. Komitmen iman yang lebih besar dihubungkan dengan tekanan darah yang lebih rendah, rendahnya tingkat depresi, dan juga angka kematian yang lebih rendah. Lalu kata hasil penelitian itu lagi pasien dengan iman yang lebih kuat ternyata lebih rendah tingkat depresinya setelah dia disuruh pulang dari rumah sakit ke rumahnya, bahkan sewaktu dia melakukan control untuk penyakit yang lebih berat. Tambahannya lagi, pasien dengan iman yang lebih kuat ada dalam dirinya tingkat status ambulasi (ambulasi = penderita penyakit yang masih dapat berjalan) yang lebih baik sewaktu dia disuruh pulang dari rumah sakit. Survey pasien rawat inap dalam dua rumah sakit didapatkanlah 94% pasien setuju bahwa kesehatan imannya sama pentingnya dengan kesehatan tubuhnya, dan 77% dokter pribadinya memberikan pertimbangan kebutuhan imannya; 48% meminta dokter pribadinya berdoa dengan dia. Perasaan kerohanian memang memberikan pengaruh sewaktu kita menghadapi proses pengobatan dan kemudian memberikan pengaruh mekanisme respon tubuh kita terhadap obat yang masuk dalam tubuh kita. Beberapa penelitian pun memperlihatkan bahwa biasanya pasien yang ada dalam dia konsep pemikiran bahwa Allah itu kejam ternyata lebih tertutup mekanisme respon tubuhnya terhadap obat dibandingkan pasien yang ada dalam dirinya konsep bahwa Allah itu pengasih. Gambaran kita tentang Allah yang peduli dan baik bisa menguatkan semangat kita untuk sembuh. Kita jadi orang yang berpengharapan dan tidak mudah putus asa. Memang kita berserah, tapi tidak menyerah. Menyerah adalah sikap tidak peduli, sedangkan berserah adalah sikap “bukan kehendakku yang jadi, tapi kehendakMu yang jadi”. Berjuang dengan penyerahan yang seperti ini adalah sikap iman dalam semua perjalanan hidup. Kita berjuang untuk sembuh dan mengakui bahwa tidak semua penyakit bisa sembuh. Kita berjuang agar hidup dan mengakui bahwa tidap selalu kita ini hidup dalam waktunya nanti kita juga pasti mati. Mempertahankan adalah perjuangan iman, tapi sebaliknya merelakan juga perjuangan iman. Dalam mempertahankan dan merelakan itu yang menjadi andalan bukan iman kita, tapi Kristus yang kita percayai.

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate