Minggu tgl 01 November 2020 ; 2 Raja-raja 23 : 1 -14

Invocatio        : Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangjat engkau atas bangsa-bangsa dab atas  kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam (Yeremia 1:10)

Bacaan         : 1 Korintus 3:10-17

Khotbah       : 2 Raja-Raja 23:1-14

Thema          : Reformasi Spiritualitas

I.             Pendahuluan

31 Oktober 1517 gereja telah dibarui, namun masih terus dibarui karena kita perlu kebaruan dalam keyakinan dan kepedulian kita yang berkembang. Dari mana pembaruan itu dimulai? Dari diri kita masing-masing. Tiap hari kita perlu membarui diri: membarui kebugaran tubuh, membarui kematangan kepribadian, dan membarui kedewasaan iman kita. Pembaruan adalah proses yang berlangsung terus-menerus. Kristus telah membarui kita. sekarang kita adalah manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar pencipta kita. Martin Luther sang reformator melambangkan keluarganya sebagai sekuntum mawar putih. Martin Luther berkata, “kita adalah jantung kecil yang ditempatkan Allah di tengah sekuntum mawar putih yang agung dengan sukacita dan damai. Putih adalah warna para roh dan malaikat. Mawar ini diayomi langit yang biru lambang awal pembaruan surgawi”.

II.           Isi

Yeremia, artinya: semoga Yahweh mengendorkan rahim itu! Dia diberi nama ini, mungkin karena sulit sekali waktu lahir. Seolah-olah Rahim ibunya terus mencengkeram tidak mau melepaskan bayi itu keluar. Itu hanya sebuah kemungkinan. Tapi, sepanjang yang kita tahu, seluruh hidup Yeremia memang adalah hidup yang sulit. Hidup yang penuh konflik. Penuh pertentangan atau konflik. Termasuk konflik batin! Konflik dengan diri sendiri. Dan dengan Tuhan. Yeremia adalah tokoh yang kontroversial. Ada yang amat mengaguminya. Sebab pada diri Nabi Yeremia ini, bisa kita lihat realitas pergumulan seorang pelayan Tuhan yang sejati! Jikalau kita mau membahas bahan invocatio ini (Yer. 1:10), kita harus melihatnya secara keseluruhan mulai dari ayat 4. Dalam ayat 4, Tuhan mengatakan: “… sebelum Aku membentuk engkau dalam Rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa”. Artinya, sebelum Yeremia bisa berbuat apa-apa, Tuhan sudah menetapkan dia menjadi nabi. Dalam kaitan minggu reformasi gereja, mengapa Allah memanggil Yeremia dengan cara yang begitu spesial? Yeremia memiliki keterbatasan, bisa kita lihat dalam ayat 6. Ketidakmampuan Yeremia ini berhubungan dengan usianya yang muda. Dari sini terlihat bahwa inti kesulitan terletak pada ketakutan terhadap penolakan karena faktor usia yang muda, bukan pada ketidakmampuan berbicara. Yeremia mengemban beban yang besar, khususnya dalam invocatio kita ini (ay. 10). Pemunculan bentuk jamak “bangsa-bangsa” di ayat 5 dan pengulangan “bangsa-bangsa dan kerajaan-kerajaan” di ayat 10a menyiratkan cakupan pelayanan Yeremia yang besar. Para nabi biasanya hanya diutus kepada suatu bangsa tertentu. Yeremia memang dipanggil untuk beban yang besar. Jika ditilik dari usianya yang masih sangat muda, beban ini tampak semakin besar. Tidak heran Yeremia membutuhkan panggilan yang khusus. Karena mengemban beban yang sulit. Penolakan yang dikhawatirkan Yeremia bukan hanya berhubungan dengan usia yang muda. Penolakan ini tampaknya tidak terelakkan karena berita yang dibawa Yeremia lebih banyak yang bernuansa teguran dan peringatan.

1 Korintus pasal 3 yang menjadi bahan bacaan kita, di sini bisa kita lihat Paulus kini kembali kepada masalah khusus yang menjadi awal percakapannya mengenai pemberitaan salib sebagai kuasa Allah. Orang Kristen adalah satu di dalam Injil. Kesetiaan yang palsu terhadap guru-guru manusiawi maupun usaha apapun untuk membuat Injil berbicara dalam bahasa hikmat manusia mengancam kesatuan jemaat. Dan di dalam bahan bacaan kita 1 Korintus 3:10-17 kita bisa melihat sebelumnya Paulus telah menjelaskan peranan dirinya dan rekan-rekannya sebagai penanam dan penyiram di ladang Allah. Kini ia mengembangkan citra yang kedua dari ayat 10, sambil memusatkan perhatian kepada mereka yang diutus untuk membantu di dalam pembangunan jemaat sebagai bangunan Allah. Juga di sini tujuan akhir dan sasaran kata-katanya ialah bahwa kebenaran Injil adalah dasar gereja yang sejati.

Paulus, yang selalu sadar akan kenyataan bahwa ia telah diutus Allah, berusaha memenuhi peranan yang telah Tuhan tetapkan kepadanya. Ada alasan yang kuat mengapa di sini Paulus berbicara tentang jabatan kerasulannya sebagai kasih karunia Allah yang dianugerahkan kepadanya. Pada kesempatan yang sama itu, ia telah ditobatkan dan diutus sebagai seorang rasul ke dunia non-Yahudi. Dalam pengertian khusus keberadaannya adalah keberadaan karena kasih karunia. Jadi, ia tidak pernah bisa memisahkan pengalaman pribadinya akan kasih karunia yang mengampuni dari kewajibannya untuk memberitakan Injil. Tugasnya adalah bekerja sebagai seorang ahli bangunan yang cakap, yang secara harfiah berarti seorang “tukang” yang “berhikmat” yang mengenal pekerjaannya. Seperti di tempat-tempat lain, Paulus telah meletakkan sebuah dasar yang kukuh di Korintus; orang lain, siapapun dia, entah Apolos atau seseorang lainnya, membangun terus di atasnya. Sebelum mengembangkan gambarannya lebih jauh, Paulus merasa dia harus menambahkan suatu peringatan. Tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atas dasar yang telah diletakkan oleh Paulus.

Kita tentu sudah akan menduga bahwa Paulus akan menambahkan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain di atas apa yang telah diletakkan. Sebaliknya, ia membuat pernyataan yang lebih dasariah yakni bahwa tak seorang pun boleh mencoba meletakkan dasar yang telah diletakkannya di Korintus. Jadi, pernyataan ini memperluas kata-kata peringatannya sebelumnya. Sekali lagi Paulus menyiratkan bahwa telah ada usaha-usaha yang dilakukan di Korintus untuk mendasarkan iman pada sesuatu yang lain ketimbang pemberitaan tentang salib. Dasar gereja satu-satunya adalah Yesus Kristus, bukan suatu sistem hikmat manusia, Injil yang dimodifikasikan agar sesuai dengan penalaran. Hanya ada satu Injil, yaitu Kristus. Gambaran Kristus sebagai dasar memberikan kesan kestabilan dan kekekalan, dan mengingatkan kita akan gambaran tentang Kristus sebagai “batu penjuru” dalam Efesus 2:20 dan 1 Petrus 2:6-7, yang didasarkan pada Yesaya 28:16.

Bagaimana orang membangun di atas dasar ini suatu hari akan dibuat jelas sekali. Hal itu akan menjadi nyata jika Paulus telah membangun di atas dasar yang kekal, kukuh, seperti emas, perak, batu permata, ataukah ia telah menggunakan bahan-bahan yang kurang tahan lama dan bahkan sementara seperti kayu, rumput kering atau jerami. Pergeseran dari bahan-bahan yang unggul dan batu permata ke bahan-bahan yang rapuh menunjukkan bahwa mungkin ada pemberitaan yang tidak sepenuhnya murni, atau yang mungkin diberitakan dengan motivasi yang rendah, seperti kesombongan atau ambisi pribadi.

Apa yang masing-masing orang kerjakan sekarang akan menjadi nyata kelak. Hari penghakiman akan menyatakannya dan menguji nilai kekekalan dari segala sesuatu, bahkan motif-motif tersembunyi dari mereka yang telah menjadi pelayan-pelayan Allah. Bila seseorang benar-benar telah membangun di atas dasar yaitu Kristus, tanpa mengutak-atik firman, yaitu dengan menambahkannya atau menguranginya, dan tahan uji di dalam api tersebut, ia akan mendapat upah.

Bila pekerjaannya tidak tahan uji dan terbakar, ia akan menderita kerugian, dalam pengertian bahwa pekerjaannya tidak memberikan hasil yang kekal. Bila penghakiman dilakukan berdasarkan karya atau prestasi belaka, itulah yang akan terjadi; tetapi Allah menilai dengan ukuran belas kasih dan kasih karuniaNya sendiri di dalam Kristus. Karena Allah hanya menilai apakah si pemberita itu sendiri mempunyai iman atau tidak, ia sendiri akan diselamatkan sejauh ia mengklaim Kristus sebagai kebenarannya.

Ternyata di ayat 17 masih harus ada bangunan lainnya hanya di atas dasar yang sama itu. Demikian pula tidak boleh ada perubahan terhadap bangunan Allah yang sudah berdiri itu. Karena gereja secara keseluruhan adalah bait Allah, yang tidak dibuat dengan tangan-tangan manusia, karena Roh Allah diam di dalamnya. Oleh karena itu, setiap serangan terhadap keesaan gereja adalah serangan kepada Allah sendiri. Jika ada orang yang membinasakan bahkan sebagian saja dari bait Allah maka Allah akan membinasakan dia. Bagi mereka yang ingin merusakkan gereja dan kesatuannya dengan menggerogoti iman orang-orang kudus Allah dengan Injil yang palsu, berhati-hatilah akan hal itu.

Ketika Manasye meninggal, ia digantikan oleh Yosia yang merupakan anak dari raja Amon. Pada pemerintahan Yosia 641-609 sM sangat diuntungkan oleh karena pada tahun 627 sM pemerintahan Asiria jatuh dengan meninggalnya raja Asiria terakhir, yaitu Assurbanipal. Ini merupakan masa pemerintahan puncak bagi Yehuda, karena terlepas dari cengkeraman Asiria pada masa-masa sebelumnya, maka saat ini Yosia ingin membangun suatu gerakan reformasi besar-besaran di bawah kepemimpinannya. Ini merupakan saat yang tepat bagi pergerakan Yosia untuk menaikkan kelas bangsa Yehuda, yaitu dengan adanya kesempatan Asiria melemah dan inilah saatnya bagi bangsa Yehuda di bawah kepemimpinan Hizkia untuk meletakkan fondasi untuk memandirikan negaranya. Yosia ingin melanjutkan gerakan ekspansi kepemimpinan Hizkia yang pada waktu itu tidak mampu dilanjutkan oleh besarnya tekanan dari bangsa Asiria. Saat yang tepat dengan adanya celah sebagai suatu kesempatan bagi Yosia untuk melakukan reformasi besar-besaran di dalamnya. Melihat dari masa kepemimpinan yang “kosong” itu, raja Yosia menggencarkan ekspansinya untuk melakukan pembersihan yang besar terhadap Yehuda kemudian pada Israel yang lebih luas. Reformasi yang dilakukan oleh Yosia pada umumnya merupakan reformasi agama dan juga merupakan bagian dari sentralisasi terhadap Yerusalem yang merupakan kebijakan pemulihan wilayah oleh keluarga Daud. Dalam masa pemerintahannya ini, Yosia mengembangkan gaya kepemimpinan yang transformatif. Hal tersebut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar Yehuda, maka Yosia sebagai pemimpin dengan memikirkan secara cerdik bahwa ini merupakan situasi yang tepat dalam melakukan reformasi besar-besaran, sebelum bangsa Babel menyebar lebih luas, maka Yosia merupakan sosok yang lihai dalam kepemimpinannya dan reformasi yang dilakukannya ini merupakan tujuan utama dari Sejarah Deuteronomistik.

Ada tiga tahapan dalam reformasi Yosia. Pada tahun ke-8 pemerintahannya, ia sendiri secara pribadi meninggalkan agama yang sudah menyimpang dan bersifat politeisme, yang dianut kedua pemerintahan terdahulu. Mungkin dampak pertama dari tindakannya ini terbatas hanya pada kalangan istana saja. Empat tahun kemudian reformasi itu mendapat dukungan, meluas ke Yerusalem dan daerah-daerah lain. Panggilan kepada Yeremia untuk menjadi nabi pada tahun berikutnya, mungkin berkaitan dengan makin meluasnya reformasi ini. Ditemukannya kitab Taurat saat Yosia berumur 18 tahun memacu semangatnya melancarkan reformasi itu, yang sekarang memasuki tahapan ketiga dan yang paling jauh jangkauannya. Reformasi Yosia lebih hebat dari reformasi Hizkia dan lebih luas. Raja Yosia bukan hanya memusnahkan semua bukit pengorbanan di Yehuda dan Benyamin. Semangat reformasinya mendorong dia juga menjelajahi Efraim, Benyamin bahkan sampai ke utara ke Naftali di Galilea. Di mana saja dimusnahkannya setiap peranti dan sarana ibadah penyembahan berhala.

III.         Refleksi

Dalam ilmu teologi, bertobat dan lahir kembali mengandung arti dasar yang sama dengan reformasi. Akar kata latin reformasi adalah re yang berarti “kembali” dan forma yang berarti “bentuk”. Kata re bukan hanya berarti mengulang seperti dalan refrain (bagian yang diulang) atau redesain (rancangan ulang), melainkan terutama berarti kembali, pulang, atau balik, misalnya pulang kembali ke rumah. Kata re menunjuk pada sebuah arah, tempat atau sumber dari mana kita berasal. Mereformasi diri berarti kita kembali pada sumber dan asal diri kita. Mereformasi gereja berarti bahwa gereja pulang kembali ke sumbernya. Lalu, apakah sumber dasar diri kita? apakah sumber dasar gereja? Sumber dasar kita adalah citra Allah. Kita diciptakan “menurut gambar dan rupa Allah” (Kej. 1:26-27). Artinya, supaya kita tiap hari mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan kesejahteraan bagi sesama ciptaan. Sumber dasar gereja adalah diri dan karya Yesus. Artinya, supaya gereja tiap hari menjumpai dan menyapa orang-orang dari segala lapisan tanpa pembedaan berdasarkan apapun. Itu teorinya. Praktiknya beda. Oleh sebab itu, tiap hari kita perlu pulang kembali ke sumber dasar. Dengan kata lain, kita perlu reformasi. Lebih jelas lagi, kita perlu bertobat. Lalu, muncul lagi pertanyaan? Apa artinya bertobat? Bertobat merupakan pengertian yang rumit dan kompleks. Pengertiannya tidak bisa dijelaskan denga satu kata atau satu perbuatan saja. Oleh sebab itu, Yesus memakai beberapa ungkapan kiasan supaya tiap kiasan itu memperlihatkan sebuah segi tertentu.

Pertama, bertobat adalah ibarat ganti hati dang anti otak. Ini terjemahan kasar dari metanoia. Di Lukas 17:3 diterjemahkan menjadi “menyesal”. Terjemahan wajarnya adalah “berubah hati” atau “berubah itikad”. Artinya, bertobat adalah ibarat mengganti seluruh isi perasaan dan pikiran kita. Kedua, bertobat adalah ibarat lahir kembali atau lahir ulang. Ini terjemahan harfiah dari palin-genesia. Di Matius 19:28 diterjemahkan menjadi “penciptaan kembali”. Artinya, bertobat adalah ibarat bayi yang sudah lahir, namun berubah total menjadi bayi yang berbeda. Ketiga, bertobat adalah ibarat lahir dari atas. Ini terjemahan harfiah dari anothen-genesia. Di Yohanes 3:3 dan 7 diterjemahkan menjadi “dilahirkan kembali”. Artinya, pertobatan bukanlah prestasi seseorang, melainkan hasil pekerjaan Roh Kudus. Lahir dari atas berarti lahir dari Allah atau dengan bantuan Allah. Mustahil kita bisa bertobat sendiri tanpa bantuan dari Allah. Bertobat itu susah. Kita mau bertobat, tetapi gagal. Kita mau lagi lalu gagal lagi. Bertobat adalah minta pertolongan Allah, meminta Dia mengubah kebiasan lama alias lagu lama kita menjadi lagu baru. Pemazmur meminta pertolongan itu dan memperolehnya (Mzm. 40:4). Pertolongan Allah dalam pertobatannya itu telah mengubah nasibnya.

Itu tiga ungkapan kiasan yang dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan arti kata bertobat. Ketiga ungkapan Yesus itu sebenarnya mengacu pada sebuah kiasan yang sudah lama tertulis di Perjanjian Lama, yaitu berputar haluan atau berputar arah. Ini terjemahan harfish dari kata syub. Di Yesaya 10:21 diterjemahkan menjadi “kembali bertobat di hadapan Allah”. Meskipun tiap ungkapan tadi menunjukkan sebuah segi yang masing-masing berbeda, semua ungkapan itu pun mengandung sebuah dimensi yang sama. Dimensi itu adalah bahwa bertobat merupakan kejadian yang bersifat total atau menyeluruh. Bertobat bukan hanya menyangkut bagian luar, melainkan juga seluruh isi sampai bagian yang terdalam. Bertobat atau lahir kembali bukan hanya terjadi pada suatu hari, melainkan setiap hari secara terus-menerus. Mengapa begitu? Oleh karena motivasi bertobat bukanlah untuk memperoleh sesuatu yang bersifat sesaat, melainkan karena kita sudah memperoleh itu secara terus-menerus. Yesus berkata, “bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” (Mat. 4:17). Perhatikan kata sebab. Yesus bukan berkata “supaya Kerajaan Surga dekat”, melainkan “sebab Kerajaan Surga sudah dekat”. Kerajaan Surga atau Kerajaan Allah adalah kehidupan sehari-hari yang dirajai oleh Allah, yang mematuhi kehendak Allah, yang didasarkan pada keselamatan dan pengampunan. Lihat Ucapan Bahagia Yesus di Matius 5 tentang siapa “yang punya Kerajaan Surga”. Kata “sebab” mengoreksi pandangan kita yang sering beranggapan “supaya”. Kita sering menganggap perlu bertobat supaya mendapat pengampunan dan selamat, padahal menurut Yesus kita bertobat karena kita sudah diampuni dan diselamatkan dengan datangnya Kerajaan Allah dalam diriNya. Untuk mempertajam ketegasan itu, Calvin mengubah susunan kalimat Yesus tadi menjadi, “Oleh karena Kerajaan Surga sudah dekat, bertobatlah!” (Institutio III.iii, 1-2). Oleh karena kita sudah diampuni dan diselamatkan, justru sebab itu kita perlu bertobat dan lahir kembali terus-menerus. Oleh karena gereja sudah dibarui, justru sebab itu gereja perlu bertobat dan direformasi terus-menerus.

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong

Minggu 25 Oktober 2020 : Kisah Para Rasul 15 : 30 -15

Invocatio      : Tetapi IA berkata kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Lukas 4:43)

Bacaan I       : Yeremia 2:1-3

Khotbah       : Kisah Para Rasul 15:30-35

Tema            : Mengajar Dan Memberitakan Firman Tuhan

I.   Pendahuluan

Sebuah stiker bertuliskan "The way, the truth, the life ... Jesus" tertempel di kaca belakang sebuah mobil. Sepanjang kemacetan banyak mata yang bisa melihat stiker yang berukuran cukup untuk bisa dibaca oleh pengendara di belakangnya. Betapa simpelnya, untuk memberitakan Firman Tuhan dengan cara ini. Si pemilik mobil hanya menempel sebuah stiker yang menyampaikan Firman Tuhan seperti yang tertulis dalam Yohanes 14:6, dan stiker itu akan berbicara banyak kepada siapapun yang melihatnya tanpa memerlukan si pemilik untuk menginjili orang secara langsung. Seringkali kita punya ribuan alasan untuk menolak memberitakan Firman Tuhan kepada orang. Segala keterbatasan pun akan mudah kita berikan. Takut, tidak tahu caranya, tidak mengerti terlalu banyak, tidak pintar ngomong, sudah terlalu sibuk dan lain-lain. Padahal sejatinya banyak cara yang bisa kita lakukan, bahkan se-sederhana seperti apa yang dibuat pemilik mobil tadi pun sebenarnya bisa menjadi sebuah cara untuk menyampaikan firman Tuhan.

Firman Tuhan dalam 2 Timotius 4:2 berkata "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." Mengacu kepada pesan ini, kita bisa melihat bahwa tugas untuk menyampaikan firman itu bukanlah hanya di saat kita punya waktu saja, atau ketika memungkinkan, tetapi harus senantiasa mengikuti hidup kita. Baik atau tidak baik waktunya, kita harus selalu siap sedia. Dan pesan ini penting adanya, karena sesaat sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga, Dia pun menyampaikan sebuah Amanat Agung yang wajib dilaksanakan oleh semua orang yang beriman kepadaNya. "Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat. 28:18-20). Lihatlah bahwa kita tidak melakukannya sendirian, tetapi ada penyertaan Tuhan yang memampukan kita untuk melakukan itu. Bukan bisa atau tidak, tapi bersedia atau tidak, itulah yang penting.

II.          Penjelasan Nas

Nas khotbah kita merupakan bagian dari kitab Kisah Para Rasul 15 yang menceritakan tentang Sidang di Yerusalem. Adapun yang menjadi latar belakang sidang ini adalah karena adanya beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada orang Kristen disitu: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak akan dapat diselamatkan." Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu. Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di Yerusalem untuk membicarakan soal itu.

 

Setibanya di Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan penatua-penatua, lalu mereka menceritakan segala sesuatu yang Allah lakukan dengan perantaraan mereka. Dan akhirnya berdasarkan Sidang yang dilakukan, diputuskanlah bahwa orang-orang bukan Yahudi yang bertobat menjadi Kristen tidak diwajibkan untuk menaati sebagian besar Hukum Musa supaya selamat, termasuk aturan-aturan mengenai penyunatan kepada laki-laki (ay. 7-11). Namun, tetap ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh orang-orang bukan Yahudi demi kesatuan gereja (ay. 20,29).

Untuk penyampaian keputusan ini, persidangan memilih dan mengutus beberapa orang untuk bersama Paulus dan Barnabas, yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Yesus Kristus, mereka adalah Yudas dan Silas. Penyampaian pesan surat penggembalaan secara lisan ini dalam rangka menanggapi keresahan jemaat dan memastikan agar penyampaian keputusan itu tidak keliru. Dengan penjelasan dua orang utusan itu, jemaat dikuatkan, dihiburkan, dan bersukacita (ay. 31).

Kesempatan yang ada dipakai oleh Yudas dan Silas untuk tinggal dan memberikan pengajaran kepada jemaat Antiokhia, mereka menasehati mereka dengan firman Tuhan. Setelah beberapa waktu mereka diberangkatkan untuk kembali kepada yang telah mengutus mereka. Tetapi, Alkitab mencatat bahwa Silas memutuskan untuk tetap tinggal, mendampingi dan memberikan pengajaran kepada mereka (ay. 34). Paulus dan Barnabas pun tinggal beberapa lama di Antiokhia, mereka pun terus mengajar dan memberitakan Firman Tuhan. Antiokhia menjadi pusat dari kekristenan di dalam separuh bagian Kitab Kisah Rasul dan terus menjadi salah satu kota terpenting kekristenan di dalam abad-abad awal perkembangan gereja. Antiokhia menjadi tempat yang begitu penting karena dia menjadi tempat pertama orang-orang percaya disebut Kristen. Inilah tempat di mana kekristenan yang masih bayi mulai bertumbuh dan menyebar.

Dalam bacaan pertama kitab Yeremia 2:1-3, kita juga melihat bagaimana Nabi Yeremia dipilih Tuhan untuk memberitakan Firman Tuhan kepada bangsa Israel (Yehuda). Pada awalnya, dalam pemilihannya Yeremia menolak dan ragu, sebab dia merasa tidak pandai berbicara karena masih muda. Bangsa Yehuda yang dihadapinya adalah orang-orang bebal, tegar tengkuk, yang tidak lagi hidup setia di dalam Tuhan, mereka sudah menyembah ilah-ilah lain. Tetapi, Tuhan meyakinkan dan meneguhkan dia, bahwa Tuhan akan selalu menolong dan beserta dia (Yer. 1:4-19). Akhirnya, bisa kita lihat bagaimana Yeremia menyampaikan Firman Tuhan kepada penduduk Yerusalem pada saat itu. Yeremia dipakai untuk mengingatkan mereka lagi tentang identitas mereka selaku bangsa pilihan, sebagai pengantin Tuhan, yang sudah saling mengikat janji untuk saling mencintai. Dalam segala situasi kondisi Yeremia setia menghidupi panggilannya untuk memberitakan Firman Tuhan.

III.       Aplikasi

Minggu ini dinamai Minggu Zending (Pekabaran Injil). Melalui liturgi Minggu Zending ini kita di ingatkan kembali untuk menghidupi semangat para missionaris yang tetap setia mengajar dan memberitakan Firman Tuhan, seperti teladan yang sudah diberikan Yesus (Invocatio Lukas 4:43). Di pundak kita semua pesan yang sama ini telah disematkan. Baik atau tidak baik waktunya, kita harus selalu siap sedia menyampaikan firman Tuhan dan senantiasa harus mengajarkannya. Ketika kita memikirkan betapa sulitnya atau mungkin berbahayanya menjadi duta Kerajaan Allah untuk menyampaikan berita keselamatan, kita bisa belajar dari keteladanan yang ditunjukkan oleh Yeremia, Yudas, Silas, Paulus, Barnabas melalui nas bacaan kita.

Caranya pun bisa seribu satu macam. Mungkin kita tidak bisa berkotbah, tapi mungkin kita bisa menulis. Jika tidak bisa menulis, kita bisa menyanyi, dan sebagainya. Sekedar menyampaikan kesaksian bagaimana sukacitanya hidup yang selalu berada dalam lindungan Tuhan pun bisa menjadi berkat buat banyak orang. Bahkan, seharusnya terang Kristus bisa tercermin dari cara hidup kita, tingkah laku, perkataan, perbuatan dan gaya hidup kita, dan itupun bisa menjadi cara tersendiri untuk menyatakan bagaimana luar biasanya ketika kasih Kristus berada dalam diri kita.

Apa yang menjadi tugas kita adalah terus mengajar dan memberitakan firman Tuhan, dan biarkanlah firman itu kemudian berjalan sendiri dengan kuasaNya untuk menjangkau jiwa-jiwa. Sebab Tuhan berkata: "Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya." (Yesaya 55:10-11).

Mari kita perhatikan orang-orang disekeliling kita. Adakah yang membutuhkan pengajaran dan siraman firman Tuhan? Sudahkah kita peduli kepada mereka? Tetaplah siap sedia untuk memberitakan firman, meski waktunya baik ataupun tidak.

Pdt  Melda br Tarigan

Rg GBKP  Pontinak

Minggu tgl 11 Oktober 2020 ; 1 Pertus 1: 22-23

Minggu penjemaatan : YKPD ALPHA OMEGA, PAK GLORA KASIH, PPOS

Invocatio      : Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung. Tuhan membuka mata  orang-orang buta, Tuhan  menegakan   orang yang tertunduk, Tuhan mengasihi orang-orang benar. (Mazmus  146: 7b-8)

Bacaan        : Ayub 31:16-20

Khotbah       : 1 Petrus 1:22-23 

Thema         : Mengasihi dengan sepenuh hati  (Ngkelengi alu Bulat ukur)

1.  Pendahuluan

Mengasihi adalah merupakan yang terutama dalam menjalani kehidupan Kristen. Seperti yang di nyatakan Paulus kepada jemaat Korintus, dan yang paling besar di antaranya adalah KASIH. 1 Kor 13:13

Oleh karena Allah mengasihi dunia ini, Dia mengutus AnakNya yang Tunggal Yoh 3:16. Yesus juga berkata: kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia. Mat 5:43, bahkan Yesus perintahkan kasihilah musuhmu. Mat 5:44. Dan banyak sekali tentang kasih yang diajarkan Tuhan Yesus bagi umat manusia, terutama bagi umat Kristen sebagai pengikut Kristus, artinya kasih adalah diatas segala-galanya.

Kasih itu lemah lembut,  Kasih itu murah hati

Kasih itu memaafkan , Kasih mu kasihmu Tuhan

Inilah syair lagu yang sering kita nyanyikan, dan juga wajib kita lakukan di kehidupan kita sehari-hari.

Minggu ini adalah Penjemaatan 3 unid kerja di tengah gereja kita GBKP yang ada di Kabanjahe/Lingga dan Sukamakmur. Dimana kita membina orang tua kita yang sudah tua itulah kita sebut PPOS, anak yatim piatu di PAK Glora Kasih juga YKPD Alfa Omega. Ketiganya membutuhkan uluran tangan kita sebagai anak-anak Tuhan Yesus, di mana kita tidak membiarkan mereka hidup dalam kekurangan dan kesedihan, gereja adalah sebagai ayah dan ibu bagi mereka, Lewat daya dana dan doa merupakan tanggung jawab kita semuanya

2.  Uraian nats

Dalam bacaan kita di mana Ayub mengingatkan kembali bagi kita terhadap apa yang dia telah pernah lakukan selama hidupnya di saat dia belum diperhadapkan dengan masalah dan pergumulannya. Ada beberapa ungkapan Ayub: 31:16-20

a.     Dia tidak pernah menolak orang-orang kecil dan janda

b.     Dia tidak pernah memakan makanannya sendiri, dia perhatikan anak yatim.

c.      Dia menganggap dirinya sebagai ayah yang membesarkan.

d.     Dia merasa bersalah jika ada orang mati karena tidak ada pakaiannya, dan orang miskin tidak punya selimut, 1 Ayub sungguh sangat peduli sesama.

Artinya Ayub menjalankan tanggung jawabnya bagi anak yatim, janda, orang miskin, serta menolongnya dengan apa yang ada padanya. Dan dalam kehidupan yang memperdulikan orang lain sekaligus ia mendidik warganya untuk ikut berbuat dan berbuat bagi sesama umat nya orang-orang yang kurang beruntung. Janganlah terlambat pertolongan datang, orang beriman punya tanggung jawab yang besar terhadap kepedulian bagi sesama yang kurang mampu. Tentunya itu lah intinya dari tema kita minggu ini: mengasihi dengan sepenuh hati, tulus ikhlas dan bertanggung jawab, hati yang melayani Rasul Petrus mengingatkan jemaat di Asia kecil ke kaisaran Romawi, tentunya ada beberapa hal diperhadapkan pada mereka (jemaat):

a.    Dimana mereka adalah orang yang telah dipanggil oleh Kristus menjadi warga kerajaan sorga (pewaris surgawi) (1:2)

b.    Iman dan kehidupan orang percaya terus mengalami ujian (1:6)

c.    Keselamatan itu adalah telah dinubuatkan menjadi hak orang-orang percaya (1:10)

d.    Orang percaya harus hidup kudus, dan menjadi teladan kekudusan di setiap kehidupannya (1:13-14)

Dan lewat teks kita di ayat 22-23 ini Petrus mengingatkan bahwa semua orang percaya itu adalah telah menyucikan diri oleh ketaatan kepada kebenaran. Dan terlihat lewat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas.

Kata kasih persaudaraan yang tulus ikhlas ini mengingatkan kita apa yang telah dilakukan Yesus dalam pelayananNya, walaupun hanya 3 tahun namun dampaknya besar, dan dapat dinikmati banyak bahkan ribuan orang di semua kalangan. Juga mengingatkan kita untuk tidak pernah berhenti untuk terus menjalankan tanggung jawab guna menyatakan kasih itu lewat kata dan nyata. Perbuatan itu dilakukan dengan segenap hati dan bersungguh-sungguh, agar dapat dirasakan oleh semua orang, mengasihi dengan sepenuh hati. Petrus  juga mengatakan bahwa orang setia itu adalah yang telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah.

Firman Allah (Yesus) yang telah merubah hidup kita dari yang fana menjadi tidak fana, dari orang berdosa menjadi orang yang tidak berdosa. Inilah hidup baru di dalam Tuhan Yesus. Maka setiap orang yang sudah dibaharui wajib menjalankan tanggung jawabnya utama mengasihi sesama, sebab lewat kita mengasihi sesama buktinya kita mengasihi Tuhan Allah. Mengasih itu lewat perbuatan nyata, misalnya  peduli terhadap 3 unid milik GBKP peduli bagi orang yang kekurangan, terutama di saat pandemi covid 19 ini, apa yang diperbuat bagi saudara kita yang miskin dan lemah adalah merupakan perbuatan pada Yesus. Mat 25:40

3.  Renungan

a.  Sebagai orang pilihan umat Tuhan wajib menolong/berbagi, buat sesama, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Yak 2:17

b.  Kita warga GBKP harus terus menopang 3 unit di GBKP, YKPd, PAK gelora kasih, PPOS, daya dana dan doa.

c.   Kita sebagai gereja jangan membiarkan saudara kita lapar dan haus. Mari berbagi lewat apa yang ada pada kita.

d.  Tetap menjadi teladan di mana saja dan kapan saja, mengasihi dengan segenap hati.

Salam

Pdt A Brahmana

081317054961

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate