Minggu tgl 21 Juni 2020 : Kisah Para Rasul 5 :18-20

(Minggu II Setelah Trinitatis/Minggu Etika Kerja)

Invocatio  : “Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh

miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.” Amsal 20: 13

Bacaan      : Pengkotbah 5: 18-20

Kotbah      : Kisah Para Rasul 16: 11-15

Tema        : “Bekerja dan Beribadah”

                  (Erdahin ras Ersembah)

Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus.

Bekerja adalah sebuah topik yang sejak semula sudah diperbincangkan dalam umat Tuhan. “Bekerja” dapat dipercakapkan melalui banyak dimensi, misalnya hubungan bekerja dengan etos kerja, waktu, ibadah, dengan keluarga dsb. Namun agar diskursus “bekerja” tidak meluas, maka perbincangan tentang “bekerja” kali ini hanya akan dibatasi pada Pembacaan I Pengkotbah 5: 18-20 dan Khotbah pada Kisah Para Rasul 16: 11-15.

Isi/Penjelasan Nats

Bacaan I: Pengkotbah 5: 18-20

Secara khusus Pengkotbah 5 keseluruhan berisi sebuah fakta tentang seluruh aktivitas manusia di bawah kolong langit. Tampak sekali sebenarnya pengkotbah berusaha jujur dengan realitas kehidupan manusia selama hidup, ia memakai bahasa yang terkesan pesimistis. Ia mengungkapkan semuanya sia-sia, jerih lelah juga sia-sia, bahkan seolah tidak ada perbedaan antara orang yang kaya dan yang miskin dalam hal pencapaian kenikmatan hidup. Namun ada hal yang menarik dari uraian Pengkotbah pada ayat 17 dan 18: Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah padanya, sebab itulah bahagiannya. Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya, juga itu pun karunia Allah. Ada beberapa hal yang menjadi poin penting pada ayat ini: Berjerih lelah dan menikmati hasil jerih lelah dalam pengamatan pengkotbah hal ini adalah karunia Allah. Meskipun Pengkotbah melihat semuanya sia-sia dan seolah pesimistis, namun ia melihat bekerja dengan berjerih lelah sekaligus menikmati hasil jerih lelah juga bagian dari karunia Tuhan.

Khotbah: Kisah Para Rasul 16: 11-15

Setelah perseteruannya dengan Barnabas pada pasal 15, Paulus meneruskan perjalanan misinya bersama Silas dan tibalah Mereka di Filipi (bahan Kotbah) Makedonia karena mendapatkan penglihatan. Pada hari Sabat mereka ke gerbang kota menyusuri sungai untuk mencari rumah ibadah orang Yahudi. Mereka meyakini bahwa orang Yahudi memiliki rumah di sekitar itu. Perlu diingat bahwa pada masa itu belum ada pemisahan antara Yahudi dan Kristen. Orang Kristen termasuk Paulus belum mengidentifikasi diri sebagai outsider of the synagogue. Mereka masih merasa bagian dari tubuh agama Yahudi. Dari penjelasan ini dapat kita asumsikan bahwa tujuan Paulus mencari rumah ibadah orang Yahudi bukan semata-mata untuk menyebarkan Injil namun juga untuk beribadah.

Di sinilah ia bertemu dengan Lidia yang dikatakan juga sebagai orang yang beribadah kepada Allah. Penyebutan kata Allah sebagai kepercayaan Lidia pada ayat 14 menunjukkan kepercayaannya pada agama Yahudi. Peralihan itu dapat kita lihat pada keterangan “Tuhan membuka hatinya ….” Lidia dijelaskan sebagai seorang wanita karir yang menjual kain ungu. Kain ungu adalah pakaian masyarakat kelas atas pada waktu itu. Dari uraian ini dapat kita mengerti sebenarnya Lidia berasal dari kelas ekonomi yang berada. Yang menarik dari Lidia adalah kehadirannya di rumah Ibadah pada hari Sabat. Bisnis dan kesibukan kegiatan ekonominya tampaknya tidak menghalangi sembahyangnya pada hari Sabat.  

Baik Paulus maupun Lidia adalah tokoh yang signifikan dalam narasi tersebut. Keduanya menunjukkan semangat kerja dalam areanya masing-masing (Paulus menjalankan misinya, Lidia bisnis kain ungu) namun tidak mengabaikan ibadah pada hari Sabat.

Aplikasi

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus.

Bekerja dan beribadah dalam terang Pengkotbah dan Kisah para rasul memiliki beberapa kesimpulan:

1.    Bekerja keras adalah karunia.

Meskipun agak pesimis melihat hidup dan kelelahannya, Pengkotbah masih melihat kerja keras dan jerih lelah adalah bagian dari karunia Allah. Pekerjaan dan kelelahan yang mungkin ditimbulkannya juga bagian dari karunia Tuhan. Pemahaman yang demikian akan menolong kita untuk mensyukuri pekerjaan kita masing-masing, meskipun secara fisik dan pikiran kadang melelahkan. Kelelahan yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah bagian dari karunia Allah.

Tanyalah pada orang yang tidak memiliki pekerjaan pasti mereka akan merindukan lelahnya bekerja. Tanyalah pada orang yang sudah pensiun mereka akan mengatakan betapa rindunya mereka pada ritme kerja yang kadang menguras tenaga dan pikiran. Mereka merindukan kemacetan jalan raya menuju tempat kerja, mereka akan merindukan perdebatan pada ruang rapat yang selama ini melelahkan mereka. Pengkhotbah jujur terhadap realitas kelelahan yang ditimbulkan oleh bekerja. Namun ia berpendapat bahwa dalam umur manusia yang singkat kelelahan itu juga adalah karunia Allah.

2.    Ingat beribadah dalam kerja keras kita

Paulus dkk dan Lidia adalah teladan yang cukup baik bagi orang-orang yang memburu target dan dikejar schedule hari ini. Keduanya menunjukkan penghormatan pada hari-hari “Sabat.” Sabat adalah ruang untuk menghargai diri dan Allah. Paulus dan Lidia melakukannya.

3.    Nikmatilah hasil kerja keras anda.

Hal yang menarik yang diungkapkan oleh Pengkhotbah adalah untuk menikmati hasil jerih lelah. Menikmati jerih lelah adalah bagian kita mensyukuri karunia Allah dan mengapresiasi seluruh pencapaian kita. Menikmati jerih lelah dapat berupa istirahat yang cukup, liburan, makan dan minum, membeli barang-barang kebutuhan sebagai bentuk syukur pada Allah dan apreasiasi pada diri sendiri. Nikmatilah kerja keras anda dan nikmati juga hasil kerja keras anda. Selamat bekerja. Amin.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th.

GBKP Runggun Graha Harapan

Minggu Tgl 14 Juni 2020 ; Matius 12 :15 - 21

 

Invocatio      :”Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepadaMu; apa yang kunazarkan akan         kubayar. Keselamatan adalah dari Tuhan!” (Yunus 2:9).

Bacaan         : Amos 5:6-14 (Responsoria)

Khotbah        : Matius 12:15-21 (Tunggal)

Tema            : Hamba Pilihan Allah

A.Pendahuluan

Menjadi hamba Tuhan, memberitakan perbuatan-perbuatan Allah adalah tugas orang percaya. Dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan “ Tetapi kamu lah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib”. Seluruh anggota jemaat mengambil bagian sebagai hamba yang telah ditebus oleh Kristus. Menjadi hamba Tuhan bukan hanya didasari pada sebuah jabatan/status tapi sebuah ke rela an untuk dipakai Tuhan sebagai perpanjangan tanganNya untuk menyatakan kasihNya pada dunia ini.

Menjadi hamba Tuhan dibutuhkan komitmen dan ketaatan pada Tuhan sang Peminpin kita. Pada situasi kita sekarang ini, ketaatan pada Tuhan adalah sesuatu yang jarang diperlihatkan, karena pola pikir yang berkembang saat ini membuat manusia menjadi penentu. Manusia cenderung berfikir segala sesuatu kebenaran adalah relative, sehingga segala sesuatu harus berdasarkan pemikirannya. Bagi Kita Yesus adalah teladan seoarang hamba yang sejati.

B.Isi

Invocatio:Yunus 2:9, Menunjukkan doa ucapan syukur nabi Yunus dari dalam perut ikan. Ia telah mengingkari panggilan Tuhan yang menyuruh pergi ke Niniwe, tapi Yunus melarikan diri ke Tarsis. Dalam perjalanannya kapal yang ditumpanginya diterjang ganasnya ombak laut, hingga akhirnya Yunus dibuang ke laut dan atas penentuan Tuhan seekor ikan besar menelan Yunus. Di dalam perut ikan Yunus berdoa kepada Tuhan,menyadari kesalahannya, berseru kepada Tuhan dan mengucap syukur bahkan bernazar akan tetap memberitakan keselamatan dari Tuhan.

Amos 5:6-14: Dalam teks ini Nabi Amos mengingatkan bangsa Israel supaya meninggalkan sikap hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Kehidupan bangsa Israel pada zaman nabi Amos berada pada kejayaan karena banyak wilayah yang sudah dikuasai, secara ekonomi banggsa Israel makmur serta situasi politik yang aman. Tetapi hidup keseharian bangsa ini sungguh tidak berkenan dihadapan Tuhan, ketidak adilan serta penyembahan berhala. Mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah. Bangsa ini benar-benar jauh dari Tuhan, Tuhan menyuruh Nabi Amos mengingatkan bangsa Israel akan dosa-dosanya di hadapan Tuhan.

Matius 12:15-21: Teks ini menyampaikan gambaran tentang Yesus sebagai Mesias- Raja yang di nubuatkan. Apa yang dilakukan Yesus dalam pelayananNya sudah dinubuatkan oleh Yesaya.

Ay. 15-16:Orang-orang Farisi bersepakat hendak menyingkirkan Yesus. Yesus menanggapi hal itu dengan menghindari mereka dengan cara berpindah dari tempat itu. Bahkan Dia melarang orang-orang yang mengalami kuasa mujizatNya dan menceritakan hal itu kepada orang lain.

Ay. 17-18: Genaplah apa yang telah dinubuatkan Yesaya yaitu Allah memperkenalkan orang pilihanNya dengan istilah “Hamba”. Istilah ini dgunakan untuk orang yang melaksanakan maksud Allah. Dalam PB itu merujuk kepada Yesus yang adalah Mesias. Tokoh utama dalam kutipan ini adalah Hamba Tuhan. Dia tidak memperkenalkan diriNya sendiri tapi Allah lah yang berinisiatif memperkenalkan HambaNya. Keberadaan Hamba Tuhan yang dipilih Allah menunjukkan hubungan yang erat antara Allah dengan Hamba Tuhan (Mat.6:9; 11:25,26,27; 24:36; 28:19). Tugas Hamba Tuhan itu menyatakan hukum Allah, penegakan kerajaan Allah yang akan menjadi Raja dan Hakim yang bukan hanya untuk bangsa Israel tapi juga seluruh bangsa-bangsa.

Ay. 19. Cara Yesus Melayani, Ia tidak akan berbantah atau berteriak memiliki makna tidak melawan dengan kasar, marah atau berdebat dan tidak akan mendengar suaraNya dijalan-jalan. Sangat berbeda dengan sikap orang Farisi yang keras dan berapi-api dalam pengajaran juga tindakan. Yesus sebagai Hamba tidak mencari pembelaan dari orang lain, bahkan Ia tidak membela diriNya sendiri. Ia tidak menyerang orang-orang Farisi dengan dengan kata-kata atau mempermalukan mereka didepan umum walaupun ini mudah dilakukanNya.

Ay. 20. Kesabaran Yesus sebagai Hamba ditunjukkan dengan cara melayani, buluh yang patah terkulai  tidak akan diputuskanNya, sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya. Di Mesir buluh merupakan tanaman yang tumbuh didaerah rawa dan berkumpul seperti bambu, tumbuh dua belas kaki, tipis, akan rebah bila dihembus angina yang keras kemudian tegak pada posisi semula. Ini sungguh berbeda dengan peminpin dunia yang sering sekali mengunakan kekerasan supaya tujuan cepat tercapai. Buluh yang patah terkulai serta sumbu yang pudar nyalanya merupakan metapora dari orang-orang yang lemah  secara fisik, ekonomi, status, mereka yang ditolak yang dinilai rendah dalam masyarakat. Ia merangkul orang-orang berdosa (bnd 9:13) bahkan memanggil orang-orang yang letih lesu (11:28-30).

Ay. 21. Karena pelayanan Hamba Tuhan dalam menegakkan Hukum Allah, maka bangsa-bangsa akan terus-menerus berharap kepadaNya, kehadiranNya memberikan damai sejahtera bagi semua bangsa-bangsa.

C. Penutup

Tuhan Allah tetap menunjukkan kasihNya kepada manusia, walaupun manusia kadang tidak mampu bersyukur serta mengunakan setiap kesempatan yang Dia beri untuk perbaikan hidup yang lebih baik. Nabi Yunus mengelak ketika Tuhan menyuruhNya pergi ke Niniwe, Ia malah pergi ke Tarsis yang mengakibatkan ia dibuang ke laut. Tapi atas penentuan Tuhan seekor ikan besar menelannya, Yunus tidak mati, selama 3 hari ia berada dalam perut ikan. Tuhan ingin orang Niniwe bertobat, sementara Yunus ingin orang Niniwe dihukum Tuhan karena telah berbuat jahat kepada bangsanya. Tuhan Allah mengasihi semua orang, semua bangsa di dunia ini. Termasuk dengan situasi kita saat ini, Allah tetap mengasihi dan menyertai kita melewati wabah covid 19.

Allah telah memilih HambaNya untuk memberitakan kebenaran Allah. Nabi Amos dengan berani mengecam kehidupan bangsa Israel yang jauh dari Tuhan, Nabi Amos tidak takut dan terus menerus menyuarakan pertobatan kepada bangsa Israel. Pada zaman kita sekarang ini semua anggota jemaat adalah hamba Tuhan, yang telah diselamatkan dan dipilih untuk menyatakan kebenaranNya. Pengakuan sesungguhnya tentang “kita sebagai hamba Tuhan “ bukan karena sebuah jabatan tapi mengandung konsekuensi praktis dalam hidup, yaitu adanya relasi yang jelas antara Tuhan dan ketaatan pada pinpinan Tuhan. Pengakuan itu harus dibuktikan dengan sikap yang benar dalam menaati Tuhan. Bagi kita Yesus adalah patron seorang hamba. Paulus dengan sangat jelas mengatakan dalam Filipi 2:6-7 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia”. Terlalu banyak hal yang kita pertahankan dalam hidup dan pelayanan akan menghalangi kita untuk menjadi hambaNya yang sejati.

Minggu ini adalah minggu UEM (United Evangelical Mission), yang mengingatkan semua anggota jemaat GBKP yang akan mengambil bagian dalam kegiatan UEM. Salah satu kegiatan nya adalah dengan mendukung program “UEM Sunday” yang ditandai dengan memberikan persembahan dalam ibadah minggu untuk “United Action” yang disetorkan moderamen ke UEM. Dana ini akan dipakai untuk kegiatan-kegiatan UEM, terlaksananya kegiatan ini di dorong oleh pemahaman bahwa kita diutus bukan hanya utk orang-orang GBKP, untuk Indonesia saja, tapi kita diberi kesempatan untuk terus menerus mengambil bagian dalam pewartaan Kabar Baik bagi seluruh bangsa-bagsa di dunia ini.                              

 Pdt.Rena Tetty Ginting

Runggun GBKP Bandung Barat

 

Minggu Tgl 07 Juni 2020 : Kejadian 1 : 26-31

Invocatio  : “Yaitu cahaya yang akan menerangi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, dan yang menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

Ogen        : Yohanes 1:29-34

Khotbah   : Kejadian 1:26-31

Tema       : Tinepa Dibata Tuhu-tuhu Mehuli /Ciptaan Allah Sungguh

    Amat Baik

Saudara-saudara yang kekasih sesungguhnya pada awalnya segala sesuatu itu tercipta baik adanya, hanya ketidakmampuan manusia mengelolanya dan keingintahuan manusia membuat manusia merusak ciptaan itu sendiri. Sebuah film yang berjudul, “The Gods Must Be Crazy dirilis di Afrika Selatan pada tahun 1980 oleh Ster Kinekor Picturers pernah menjadi pemecah rekor box-office di tiga negara: Amerika Serikat, Jepang dan Afrika Selatan. Film menceritakan tentang seorang laki-laki yang bernama Xi adalah seorang anggota suku Bushmen yang hidup di pedalaman Gurun Kalahari. Suku ini terkenal di kalangan penjelajah karena mampu bertahan hidup di wilayah yang minim sumber airnya. Kehidupan mereka semula berjalan damai sampai suatu hari Xi menemukan sebuah botol Coca-Cola yang dibuang oleh seorang pilot dari atas pesawat. Awalnya, suku Bushmen berpikir bahwa botol kaca tersebut merupakan pemberian para dewa dan menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sayangnya, hanya karena satu botol kaca yang diberikan, suku Bushmen sering bertengkar dan bahkan melakukan kekerasan demi mendapatkan botol itu. Xi yang menyadari bahwa benda tersebut lebih banyak membawa dampak negatif memutuskan untuk segera membawa botol tersebut ke “ujung Bumi”. Petualangan Xi demi membebaskan kaumnya dari “kutukan” botol pun berakhir.

Demikian sesungguhnya kehidupan ketidak mengertian dan keingitahuan manusia terhadap sesuatu jika tidak berhikmat dapat menimbulkan bencana. Demikian juga jika kita mengingat ke masa Tahun 80 an masyarakat pedesaan ataupun daerah pegunungen sungguh-sungguh dapat merasakan betapa segarnya  udara di sekitar mereka. Jika haus dapat meminum air yang ada di sekitar mereka tanpa harus di filter seperti sekarang ini, jika lapar banyak makanan di sekitar mereka apakah tanaman atau hewan yang bias dimakan, (Kodok, tikus, jangkrik, dsb). Tetapi sekarang semuanya berubah udara yang kotor, hewan-hewan yang bias dimakan sudah semakin sulit didapatkan sayur-sayuran dan buah-buahan yang sudah penuh dengan pestisida, dsb.

Dalam nas khotbah kita hari ini menceritakan tentang Bagaimana Allah menciptakan ala mini baik adanya. Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Allah. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya adalah supaya manusia bisa mengelola dunia dan segala isinya ini untuk kemuliaan Allah. Kata-kata yang digunakan untuk menyatakan tugas manusia itu, "berkuasa", "taklukkanlah" adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam konteks kekuasaan seorang raja. Namun, kita melihat bahwa pengaturan Allah atas manusia di sini sama sekali tidak membuka peluang untuk eksploitasi atas alam ini. Pertama, manusia diaturkan bukan untuk menjadi raja dunia melainkan mewakili Raja, Sang Pemilik dunia. Tindakan manusia merusak alam milik Allah adalah tidak berkenan bahkan berdosa di hadapan-Nya. Kedua, kerusakan alam berarti pula berkurangnya kenyamanan hidup manusia. Artinya konsekuensi penyalahgunaan kekuasaan Ilahi akan dirasakan paling berat oleh manusia sendiri.

Allah menciptakan manusia menurut segambar  dan serupa dengan Allah, jelas bahwa manusia, sebagaimana diciptakan Allah, pada hakikatnya berbeda dengan semua jenis hewan yang sudah diciptakan. Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi, sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya, Tuhan dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya. Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih dan manusia harus menjadi wakil dan penatalayan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah dan menggenapi maksud sang Khalik. Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (bdg. Mzm. 8:5-7). Manusia ditugaskan untuk menaklukkan bumi dan mengikuti rencana Allah yakni memenuhi bumi.

Dosa yang sudah menyebabkan gambar Allah dalam diri manusia tidak berfungsi dengan benar. Manusia hidup bukan untuk kemuliaan Allah melainkan untuk kepentingan diri sendiri yang bersifat merusak dan menghancurkan. Hanya satu jalan untuk memperbaiki semua ini, yaitu dengan mengizinkan Allah memperbarui gambar-Nya di dalam diri kita oleh karya penyelamatan Yesus. Oleh sebab itu kasih Allah akan dunia ini, Allah tetap memelihara dunia ini sehingga Allah memberikan diri-Nya menjadi korban persembahan perdamaian untuk menebus semua dosa dosa ini sehingga gambar Allah yang sudah rusak tersebut akan kembali diperbaiki untuk memelihara dan menyelamatkan ciptaan-Nya. Dengan demikian manusia dapat merespon keselamatan itu dengan memelihara ciptaan Allah sebagai bagian dari ibadahnya untuk kemuliaan Tuhan. Dengan merawat dan memelihara ciptaan Tuhan dan mengusahakan seluruh ciptaan Tuhan seturut dengan tujuan penciptaannya, maka kita sudah memuliakan Tuhan.

Tema kita hari ini Ciptaan Allah Sungguh Amat Baik. Dalam menciptakan semua ciptaan-Nya mulai dari hari pertama samapai hari kelima, Allah melihat semua ciptaannya itu baik ada. Tetapi ketika Allah menciptakan manusia pada hari keenam maka Allah mengatakan dalam Kej. 1:31 “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.” Ini mengatakan bahwa sebagai manusia yang segambar dan serupa dengan Allah hendaknya kita senantiasa mau selalu berusaha untuk memuliakan Allah dengan memelihara dan mearawat ciptaan-Nya di dunia ini.

Ciptaan Allah sungguh amat baik juga nyata  bagaimana Allah menciptakan semuanya secara berurutan dan teratur. Allah menciptakan manusia pada hari yang terakhir supaya manusia tidak merasakan gelapnya malam dan gelapnya siang sehingga Allah terlebih dahulu menciptakan Matahari dan Bulan serta bintang-bintang, bagaimana Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan supaya darinya manusia mendapatkan makanan, dsb.

Akan tetapi yang sering terjadi bahwa manusia hanya menikmati ciptaan Tuhan itu tanpa memelihara dan merawatnya. Manusia hanya menjadikan ciptaan Allah ini untuk memuaskan diri mereka saja. Manusia dating dan pergi untuk berwisata ke suatu tempat, akan tetapi setelah itu meninggalkan tempat itu dengan banyaknya sampah dan tanpa mereka sadari merusak taman-taman dan tumbuh-tumbuhan yang ada di tempat itu.

Marilah sebagai manusia yang dipercayakan Tuhan untuk memelihara dan merawat ciptaannya kita mulai dari yang terkecil yaitu membuang sampah pada tempatnya. Tahun 2001 saya ikut naik gunung Sibayak bersama rombongen Pengurus Klasis Sinabun dan 7 orang Kaum Ibu dari Jerman dari Klasis Herford Jerman.  Ketika turun dari gunung Sibayak kami berhenti sejenak di tengah hutan dan mereka memberikan permen yang mereka bawa dari Jerman. Ketika kami mau mebuang plastik permen tersebut mereka tidak berbicara atau marah kepada kami tetapi mereka mengambilnya dan memasukkannya ke tasnya. Seperti itulah mereka memelihara ciptaan Tuhan dari yang terkecil.

Memang benar bahwa sesuatu yang sulit mendapatkannya akan membuat kita mau memeliharanya dengan baik. Sewaktu saya pergi ke Yerusalem tahun 2018, seorang tour Quite kami mengatakan bahwa di Yersusalem sekalipun ada bunga di halaman rumah kita dan sudah mulai menjalar ke jendela kamar kita, kita tidak bias memotongnya dengan sembarangan melainkan harus dihubungi etugas pertamanan untuk mencari solusinya. Pohon-pohon yang juga tidak boleh dengan sembarangan kita mengambilnya karena susahnya proses untuk menumbuhkannya dan harus memakai tekhnologi selama 4 tahun dengan memasang selang air dan pupuk untuk menumbuhkannya  dan tentu dengan biaya yang sangat tinggi. Akan tetapi di Indonesia karena semua tumbuh-tumbuhan dapat tumbuh dengan mudah sehingga orang-orang di Indonesia tidak segan-segan sesuka hatinya memetic bunga dan membuangnya begitu saja tanpa peduli terhadap lingkungannya.

Oleh sebab itu marilah sebagai manusia yang segambar dengan Allah kita tunaikan tugas kita untuk menjaga dan merawat serta melestarikan ciptaan Tuhan di dunia ini.

Pdt. Jaya Abadi Tarigan

GBKP Runggun Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate