Minggu tgl 21 Juni 2020 : Kisah Para Rasul 5 :18-20

(Minggu II Setelah Trinitatis/Minggu Etika Kerja)

Invocatio  : “Janganlah menyukai tidur, supaya engkau tidak jatuh

miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.” Amsal 20: 13

Bacaan      : Pengkotbah 5: 18-20

Kotbah      : Kisah Para Rasul 16: 11-15

Tema        : “Bekerja dan Beribadah”

                  (Erdahin ras Ersembah)

Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus.

Bekerja adalah sebuah topik yang sejak semula sudah diperbincangkan dalam umat Tuhan. “Bekerja” dapat dipercakapkan melalui banyak dimensi, misalnya hubungan bekerja dengan etos kerja, waktu, ibadah, dengan keluarga dsb. Namun agar diskursus “bekerja” tidak meluas, maka perbincangan tentang “bekerja” kali ini hanya akan dibatasi pada Pembacaan I Pengkotbah 5: 18-20 dan Khotbah pada Kisah Para Rasul 16: 11-15.

Isi/Penjelasan Nats

Bacaan I: Pengkotbah 5: 18-20

Secara khusus Pengkotbah 5 keseluruhan berisi sebuah fakta tentang seluruh aktivitas manusia di bawah kolong langit. Tampak sekali sebenarnya pengkotbah berusaha jujur dengan realitas kehidupan manusia selama hidup, ia memakai bahasa yang terkesan pesimistis. Ia mengungkapkan semuanya sia-sia, jerih lelah juga sia-sia, bahkan seolah tidak ada perbedaan antara orang yang kaya dan yang miskin dalam hal pencapaian kenikmatan hidup. Namun ada hal yang menarik dari uraian Pengkotbah pada ayat 17 dan 18: Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah padanya, sebab itulah bahagiannya. Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya, juga itu pun karunia Allah. Ada beberapa hal yang menjadi poin penting pada ayat ini: Berjerih lelah dan menikmati hasil jerih lelah dalam pengamatan pengkotbah hal ini adalah karunia Allah. Meskipun Pengkotbah melihat semuanya sia-sia dan seolah pesimistis, namun ia melihat bekerja dengan berjerih lelah sekaligus menikmati hasil jerih lelah juga bagian dari karunia Tuhan.

Khotbah: Kisah Para Rasul 16: 11-15

Setelah perseteruannya dengan Barnabas pada pasal 15, Paulus meneruskan perjalanan misinya bersama Silas dan tibalah Mereka di Filipi (bahan Kotbah) Makedonia karena mendapatkan penglihatan. Pada hari Sabat mereka ke gerbang kota menyusuri sungai untuk mencari rumah ibadah orang Yahudi. Mereka meyakini bahwa orang Yahudi memiliki rumah di sekitar itu. Perlu diingat bahwa pada masa itu belum ada pemisahan antara Yahudi dan Kristen. Orang Kristen termasuk Paulus belum mengidentifikasi diri sebagai outsider of the synagogue. Mereka masih merasa bagian dari tubuh agama Yahudi. Dari penjelasan ini dapat kita asumsikan bahwa tujuan Paulus mencari rumah ibadah orang Yahudi bukan semata-mata untuk menyebarkan Injil namun juga untuk beribadah.

Di sinilah ia bertemu dengan Lidia yang dikatakan juga sebagai orang yang beribadah kepada Allah. Penyebutan kata Allah sebagai kepercayaan Lidia pada ayat 14 menunjukkan kepercayaannya pada agama Yahudi. Peralihan itu dapat kita lihat pada keterangan “Tuhan membuka hatinya ….” Lidia dijelaskan sebagai seorang wanita karir yang menjual kain ungu. Kain ungu adalah pakaian masyarakat kelas atas pada waktu itu. Dari uraian ini dapat kita mengerti sebenarnya Lidia berasal dari kelas ekonomi yang berada. Yang menarik dari Lidia adalah kehadirannya di rumah Ibadah pada hari Sabat. Bisnis dan kesibukan kegiatan ekonominya tampaknya tidak menghalangi sembahyangnya pada hari Sabat.  

Baik Paulus maupun Lidia adalah tokoh yang signifikan dalam narasi tersebut. Keduanya menunjukkan semangat kerja dalam areanya masing-masing (Paulus menjalankan misinya, Lidia bisnis kain ungu) namun tidak mengabaikan ibadah pada hari Sabat.

Aplikasi

Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan Yesus.

Bekerja dan beribadah dalam terang Pengkotbah dan Kisah para rasul memiliki beberapa kesimpulan:

1.    Bekerja keras adalah karunia.

Meskipun agak pesimis melihat hidup dan kelelahannya, Pengkotbah masih melihat kerja keras dan jerih lelah adalah bagian dari karunia Allah. Pekerjaan dan kelelahan yang mungkin ditimbulkannya juga bagian dari karunia Tuhan. Pemahaman yang demikian akan menolong kita untuk mensyukuri pekerjaan kita masing-masing, meskipun secara fisik dan pikiran kadang melelahkan. Kelelahan yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah bagian dari karunia Allah.

Tanyalah pada orang yang tidak memiliki pekerjaan pasti mereka akan merindukan lelahnya bekerja. Tanyalah pada orang yang sudah pensiun mereka akan mengatakan betapa rindunya mereka pada ritme kerja yang kadang menguras tenaga dan pikiran. Mereka merindukan kemacetan jalan raya menuju tempat kerja, mereka akan merindukan perdebatan pada ruang rapat yang selama ini melelahkan mereka. Pengkhotbah jujur terhadap realitas kelelahan yang ditimbulkan oleh bekerja. Namun ia berpendapat bahwa dalam umur manusia yang singkat kelelahan itu juga adalah karunia Allah.

2.    Ingat beribadah dalam kerja keras kita

Paulus dkk dan Lidia adalah teladan yang cukup baik bagi orang-orang yang memburu target dan dikejar schedule hari ini. Keduanya menunjukkan penghormatan pada hari-hari “Sabat.” Sabat adalah ruang untuk menghargai diri dan Allah. Paulus dan Lidia melakukannya.

3.    Nikmatilah hasil kerja keras anda.

Hal yang menarik yang diungkapkan oleh Pengkhotbah adalah untuk menikmati hasil jerih lelah. Menikmati jerih lelah adalah bagian kita mensyukuri karunia Allah dan mengapresiasi seluruh pencapaian kita. Menikmati jerih lelah dapat berupa istirahat yang cukup, liburan, makan dan minum, membeli barang-barang kebutuhan sebagai bentuk syukur pada Allah dan apreasiasi pada diri sendiri. Nikmatilah kerja keras anda dan nikmati juga hasil kerja keras anda. Selamat bekerja. Amin.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th.

GBKP Runggun Graha Harapan

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate