Minggu Tgl 04 Oktober 2020 ; Yohanes 8 : 1-11

 

Invocatio    : Amos 5:7    Bacaan : Yehezkiel 18:7-9   

Kotbah       : Yohanes 8:1-11

Tema         : “Lakukanlah Yang Disenangi Allah”

ISI

Saat pagi-pagi, Tuhan Yesus sedang mengajar di Bait Allah, tiba-tiba orang banyak berkumpul karena adanya perempuan yang tertangkap berbuat zinah.  Sebagaimana diketahui orang Yahudi di dalam hukum Taurat, dengan keterangan dua atau tiga orang saksi, pelanggaran perempuan ini harus dihukum dengan hukuman mati (Ulangan 17:6 ; Imamat 20:10).  Tetapi seperti dicatat dalam Imamat 20:10, yang seharusnya dihukum adalah laki-laki dan perempuan yang melakukan zinah. Keduanya.  Dimanakah laki-laki yang berzinah dengan perempuan ini ? Berhasil melarikan diri ? Atau memang hanya perempuan saja yang biasanya dihukum mati di dalam kasus-kasus ini pada waktu itu ? Ternyata memang ada indikasi seperti itu.

Penelitian dari Craig Keener (The Gospel of John : A Commentary, P.736) menunjukkan catatan tentang perempuan-perempuan yang dieksekusi mati pada zaman Perjanjian Baru ditulis dan alasan mereka dieksekusi kebanyakan adalah perzinahan.  Pada waktu itu orang Yahudi tidak diberikan otoritas untuk mengeksekusi mati seseorang.  Itu sebabnya eksekusi-eksekusi ini, walaupun keputusan dari sidang pengadilan agama Yahudi, sengaja dilakukan dengan liar dan terlihat seperti kekerasan jalanan ketimbang eksekusi resmi hasil pengadilan.  Tidak ada yang bisa diminta pertanggungjawaban.  Hanya ada massa yang liar dan tidak terkontrol yang bertindak brutal dan menyebabkan kematian perempuan-perempuan ini.  Hal ini menyebabkan pemerintah Romawi tidak merasa perlu untuk memperpanjang kasus-kasus eksekusi yang terjadi.  Tetapi andai kata diketahui siapa penggerak di belakang massa yang mengeksekusi mati perempuan-perempuan ini, tentu pihak Romawi akan bertindak dan menangkap orang itu.  Ketentraman dan kedamaian seluruh Kekaisaran Romawi harus dijaga dan membiarkan eksekusi eksekusi mati terjadi bukanlah cara yang bijak untuk membangun ketentraman dan kedamaian tersebut.

Inilah sebabnya perempuan yang tertangkap oleh mereka itu dihadapkan ke Tuhan Yesus.  Tentu Yesus akan menaati hukum Musa ? Bagaimana mungkin Dia berani memberontak terhadap Musa dan Hukum Taurat ? Mereka pun menuntut Yesus memberikan jawaban mengenai apa yang harus dilakukan kepada perempuan ini. 

Menaati hukum Musa ? Menaati hukum Musa memiliki muatan politis yang besar sekali.  Jika mereka menjalankan hukum musa, yang dianggap sebagai hukum Kerajaan Israel oleh orang Romawi, ini akan membuat orang Romawi merasa terancam dan bertindak agar peraturan Kekaisaran Romawi yang lebih diutamakan.  Membangkitkan peraturan suatu bangsa jajahan adalah tindakan pengkhianatan jika dilihat dari sudut pandang sang penjajah.  Tetapi jika Yesus tidak bertindak, mereka akan menganggap bahwa Dia takut kepada pemerintah Romawi dan lebih ingin menjalin perdamaian dengan penjajah mereka.  Dia melanggar hukum Musa demi menaati pemerintah kafir.  Yang mana pun keputusan Yesus, itulah yang akan mereka pakai untuk mempersalahkan Dia (ayat 6).

Di saat semua orang terus mendesak Dia untuk memberikan jawaban, Yesus membungkuk dan menulis dengan jariNya di tanah.  Peristiwa ini mengingatkan banyak orang pada dua peristiwa di Perjanjian Lama.  Yang pertama adalah peristiwa yang tercatat di dalam Ulangan 9:10, Allah menuliskan ke-10 hukum dengan jariNya sendiri.  Meskipun tidak dicatatkan dalam perikop kita, sangat mungkin tindakan Yesus ini mengingatkan kepada mereka pada peristiwa tersebut.  Yang kedua adalah nubuat Yeremia didalam Yeremia 17:13.  Dalam Yeremia 17:13 mengatakan bahwa orang-orang yang meninggalkan Tuhan, namanya akan tercatat di bumi (di tanah), yaitu mereka yang meninggalkan Sang Sumber Air Sejati (terjemahan LAI, dilenyapkan dari negeri, secara literal tertulis di bumi/di tanah akan tercatat namanya).  Sebelumnya di dalam Yeremia 17:9 dan 10 dikatakan bahwa orang-orang yang meninggalkan Tuhan ini adalah orang-orang yang licik hatinya, lebih licik dari apapun, tetapi Tuhan mengetahui kelicikan hati itu dan Tuhan akan menghakimi orang-orang itu.  Karena kelicikan hati mereka itulah maka Tuhan mencatat nama mereka di bumi/di tanah sebagai orang-orang yang meninggalkan Tuhan.

Ketika Yesus sedang menulis dengan jariNya ini, orang banyak terus mendesak Dia untuk mengambil keputusan.  Mana jawabanMu, hai Rabi ? Yang mana pun itu kami akan pakai untuk menjeratMu.  Yesus pun berdiri dan menantang orang yang tidak berdosa yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini.  Orang yang mengingat Ulangan 9:10 menyadari bahwa mereka adalah umat yang sedang melanggar perjanjian dengan Tuhan.  Mereka dibuang dan hingga saat ini belum dipulihkan.  Mereka adalah orang-orang yang namanya tercatat di bumi karena meninggalkan Tuhan (Yeremia 17:13) karena kelicikan hati mereka yang diketahui dan akan dihakimi oleh Tuhan (Yeremia 17:9-10).  Kesadaran ini muncul di dalam hati mereka setelah mendengar perkataan Yesus yang penuh dengan kuasa, “barang siapa yang tidak berdosa, hendaklah dia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini”. 

Dengan Yeremia 17:9 dan 10 di dalam pikiran, orang banyak itu tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang licik.

 Dengan tipu daya berusaha memanipulasi hukum Musa dan keberdosaan perempuan yang berzinah ini untuk menangkap dan menjerat Yesus.  Hati mereka sangat licik dan didalam anugerah Tuhan mereka masih menyadari hal ini.  Itulah sebabnya tidak ada satu pun yang mengambil batu dan melempari perempuan itu.

Setelah mengatakan tantangan bagi orang yang tidak bersalah (baik tindakan maupun rancangan hatinya) untuk melempar batu, Yesus melanjutkan menulis di tanah.  Satu persatu orang pergi meninggalkan Yesus dan perempuan itu.  Setelah semua orang pergi dan hanya Yesus dengan perempuan itu yang masih tinggal, Yesus pun membebaskan perempuan itu dengan mengingatkan dia agar tidak  berbuat dosa lagi.  Hanya Yesus yang berhak menghakimi karena Dialah satu-satunya yang tidak bersalah dalam tindakan, perkataan maupun hatiNya.  Dia membebaskan perempuan itu dengan belas kasihan yang sangat besar.  Belas kasihan yang celakanya, tidak dimiliki oleh orang-orang lain yaitu orang-orang yang berhati licik dan berniat jahat tetapi tidak memiliki belas kasihan.  Yesus tidak melanggar hukum Taurat, karena di dalam hukum Taurat ada tempat pengampunan melalui penebusan.  Yesus mengampuni perempuan itu karena Dia juga adalah penebus perempuan itu.  Dia yang bersih memiliki belas kasihan yang sangat besar kepada perempuan itu sama seperti Allah yang memiliki belas kasihan yang sangat besar kepada umatNya.  Manusia yang berdosa hatinya menjadi picik dan penuh keangkuhan dan buta terhadap kejahatannya sendiri.  Oleh karena itu dalam kehidupan yang kita jalani sebagai orang percaya tetaplah kita melakukan praktek kehidupan yang disenangi Allah dalam kehidupan kita. 

Pdt. Prananta Jaya Ginting Manik, S.Si (Teol) MM

GBKP Runggun Bogor Barat

Bogor, Medio Juli 2020

 

Minggu 27 Septenber 2020 ; Ibrani 13 : 15-19

Invocation :  Jangan mengusuk orang -orang yang kuurapi dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu (Maz 105:15)

Bacaan       : Josua 1:16-18

Khotbah     : Ibrani 13:15-19

Tema          : Taatlah dan teruslah berdoa bagi hambaTuhan

Pendahuluan

Taatlah dan tunduklah kepada pemimpin_pemimpinmu sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, ini kutipan dari heber 13: 15 yang merupakan himbauan bagi jemaat. Sebab dengan taat dan tunduk membuat pemimpin-peminpin tersebut akan melakukan tugasnya dengan gembira bukan denga keluh kesah. Artinya seorang hamba Tuhan sangat membutuhkan dukungan dari jemaat yang dia pimpin.

Isi

Didalam invocation diperlihatkan akan betapa besar kasih Allah bagi Israel dan nabi-nabiNya. “jangan mengusik orang-orang yang kuurapai, jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu”. Tuhan memelihara bangsa Israel dan menjamin akan keselamatan bangsa tersebut sehingga dalam ayat ini seakan-akan mau mengatakan bahwa siapa yang mau  mengusik dan berbuat jahat kepada bangsa Israel Tuhan akan bertindak dan  membela bangsa Israel dan nabiNya.

Dalam bacaan firman TUhan yang pertama kita melihat Yosua meneruskan pekerjaan besar.  tentu ini tidaklah gampang. Memimpin generasi yang muda yang tidak melihat peristiwa-peristiwa atau tonggak-tonggak besar dalam sejarah menuju masa depan yang lebih cerah. Yosua diberi tugas agung untuk membawa benang estafet untuk sampai  ke tanah Kanaan. Dan teks bacaan kita ini bagian dari perintah Yosua kepada pengatur-pengatur pasukan bangsa Israel untuk menjalani seluruh perkemahan dan menyediakan bekal untuk menyebrangi sungai Jordan selama tiga hari. Dan dia juga menguatkan mereka dengan mengatakan TUhan Allahmu mengaruniakan keamanan kepadamu dan memberikan kepadamu negeri ini.  Yosua benar-benar bertindak sebagai pemimpin yang mengarahkan bangsa Israel untuk semangat dan memberikan keyakinan akan penyertaan Tuhan dalam merebut tanah yang dijajnjikan TUhan bagi mereka.

Respon bangsa Israel terhadap perintah Yosua adalah mereka mengikuti perintah Yosua. Dan mereka berkata bahwa mereka akan patuh kepada Yosua sama seperti mereka patuh kepada Musa. Dan bagi yang menentang Yosua dan yang tidak mendengar perkataannya dia akan dihukum mati. Hal ini memperlihatkan akan dukungan yang besar dari bangsa Israel bagi Yosus yang menggantikan kepemimpinan Musa. Dan bukan hanya itu justru bangsa Israel menguatkan Yosua dengan mengatakan”Hanya Tuhan Allahmu, kiranya menyertai engkau” “kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu”

Dalam prikop khotbah kita berbicara sikap hidup yang harus dilakukan oleh orang Kristen. Karena pada saat itu ada kecendrungan orang percaya untuk Kembali kepada kepercayaan dan praktik hidup semula karena besarnya godaan dosa. Penulis kitab Ibrani menekankan pentingnya sikap mempertahankan iman semula dan meminta pembacanya untuk meniru Kristus yang dengan setia melakukan kehendak BapaNya. Karena itulah didalam Ibrani pasal 13 dijabarkan sikap hidup yang berkenan kepada Tuhan seperti hidup dalam kasih persaudaraan.

Dan dalam ayat 15-19 dinyatakan untuk terus menerus memuji TUhan sebagai penampakan akan pengakuanakan nama Yesus. Dan tidak berhenti melakukan perbuatan baik berdasarkan kasih bukan hanya kepada sesama saudara tetapi juga orang-orang asing. Menaati para pemimpin mereka yang melakukan tugas penjagaan jiwa mereka dengan gembira. Ketaatan dan kesetiaan kepada para pemimpin atau gembala harus dilandaskan kepada Allah.  orang percaya diharapkan taat kepada pemimpin rohaninya agar pemimpin rohaninya merasa gembira bukan dengan keluh kesah. Dan sebagai pemimpin rohani juga harus menjaga jiwa orang percaya. Disamping itu penulis juga meminta pembacanya untuk tetap berdoa bagi mereka. agar penulis juga tetap mendapatkan kekuatan dari TUhan didalam tugas panggilannya. Berarti sangat ditekankan agar orang percaya punya sikap hidup yang memuliakan Tuhan.

Refleksi

Kerja sama antara jemaat dan para gembala atau hamba Tuhan akan sangat mendukung jalannya suatu pelayanan. Apalagi baik jemaat maupun hamba Tuhan melakukan akan tugas dan tanggung jawab mereka maka keadaan bergereja akan sangat menyenangkan. Terlebih Ketika sikap hidup yang baik bisa dikembang, tentu persekutuan dalam gereja menjadi suatu persekutuan yang indah, damai dan menyenangkan.

Sebagai jemaat kiranya bisa menyadari bahwa para hamba Tuhan adalah para penjaga jiwa mereka. yang memimpin mereka untuk bisa terus menang dalam segala peperangan-peperangan rohani yang selalu terjadi dalam kehidupan mereka. Di mana Ketika mereka sakit, berduka cita hamba Tuhan selalu hadir menguatkan mereka. dan bukan hanya itu saja dimana seorang hamba TUhan yang selalu setia mendoakan mereka dalam doa-doanya. Para hamba Tuhan itu selalu memperhatikan akan perkembangan iman mereka. sehingga sebagai jemaat kiranya taat dan patuh kepada para hamba Tuhan dan mereka juga dengan tekun mendoakan para hamba Tuhan tersebut dalam doa-doa pribadi mereka bukan hanya mengkritik, memerintah dan mengejek hamba Tuhan.  Sama seperti sikap bangsa Israel kepada Yosua  sehingga para hamba TUhan itu bekerja dengan Bahagia bukan dalam ketertekanan dan keluh kesah.

Sebagai hamba Tuhan juga bekerjalah untuk memelihara jiwa-jiwa jemaat kita. Aktif dalam pelayanan, melayani dengan rendah hati, mudah diakses, hidup jujur, tidak menghakimi tapi lebih suka mendoakan jemaatnya, berjiwa pengampun, mau bergabung dengan jemaat (tidak pandang bulu). Artinya kita sebagai hamba Tuhan harus menjadi teladan bagi jemaat kita. Berat tanggung jawab hamba Tuhan dalam melayani jemaat. Calvin berkata “yang penting bukanlah apa yang kita kerjakan dengan kekuatan kita, melainkan apa yang dikerjakan oleh Allah melalui kita”. seorang hamba TUhan juga kiranya selalu punya waktu pribadi dengan Tuhan agar dia tidak pernah mengalami kekeringan spiritual sehingga pelayanan akan menjadi suatu rutinitas yang membosankan. Dengan cara seperti ini tentu gereja akan menjadi gereja yang kokoh. Amin

Pdt Kristaloni br Sinulingga

GBKP RG YOGYAKARTA

Minggu 20 September 2020 : 2 Samuel 13 : 23 - 29

MINGGU PERDAMAIAN

Invocatio      : Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya (Mazmur 34 : 15)

Ogen            : 2 Samuel 13 : 23 – 29 

Khotbah       : 1 Petrus 3 : 8 – 17       

Tema           : MELAKUKAN PERDAMAIAN DENGAN SEGENAP HATI

Kata Pengantar

Tuhan manciptakan manusia sebagai makhluk soasial (tidak baik manusia seorang diri saja (bd. kej. 2K18) Sebagai makhluk sosial salah satu faktor pendukung mendapatkan hidup damai sejahtera adalah dengan menjaga relasi yang baik terhadap sesamanya.

Kejatuhan manusia kedalam dosa , tuntutan hidup semakin berat  menggeser penilaian manusia terhadap sesamanya, bukan lagi sebagai sahabat dan mitra untuk membangun kehidupan yang baik, tetapi berubah menjadi “pesaing” utnuk mengejar  kehidupan yang “terbaik”, muncullah istilah “persaingan semakin ketat”.

Awal munculnya permusuhan dan pertentangan bersumber dari hati “merasa terganggu” terhadap kehadiran orang lain yang dianggap penghambat  pencapaian obsesinya dan iri terhadap keberhasilan (pencapaian) ornag lain. Situasi  ini mengubah hakekat manusia sebagai i makhluk sosial  menjadi “serigala” atas sesamanya.

Persaingan melahirkan “perang”, mulai dari perang dingin,  perang mulut perang pisik. Bermunculanlah permusuhan-permusuhan,  di lingkungan masyarakat, pekerjaan, keluarga sampai musuh dalam selimut.  Damai menjadi barang yang langka, hanya dalam mimpi dan angan-angan serta menjadi buah bibir saja. Dalam pepernagan dan pertengkaran semuanya kalah karena  seperti  kata pepatah  “menang jadi arang kalah menjadi abu”  sama-sama gosong terbakar.  Seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya ke kota Galatia di Pasal 5:15 “Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan”

Semua insan merindukan suasana damai, karena suasana damai faktor pendukung membuat kita berpikir dengan jernih, bekerja dengan aman dan tenang. Suasana damai membuat kita bisa menikmati hasil jerih payah kita dengan sempurna. Dan seperti yang di katakan dalam Mazmur 133 sungguh alangkah baiknya jika kita hidup rukun  hidup bersama, kesanalah Tuhan memerintahkan berkat kehidupan untuk selama-lamanya.

Apa yang harus kita lakukan untuk meciptakan hidup damai  dan rukun ? mari kita dengarkan apa kata Firman Tuhan di hari Minggu Perdamaian ini

Pendalaman Naskah Firman Tuhan

Ay.8-9 Hidup Baru Dalam Tuhan

“Dimana tanah dipijak di situ langit di junjung”  adalah pribahasa yang mengingatkan kita supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan. Orang yang cepat beradaptasi dengan lingkngan diaman dia hidup adalah salah satu kunci mendapatkan kebahagiaan. (kita bisa bersaksi tentang pengalaman kita,  sbg cth tentang covid 19). Ada perbedaan tatanan kehidupan sebelum dan sesudah kehadiran Yesus  di tengah-tengah tatanan kehidupan  orang Israel sebagai umat pilhan Tuhan. Sebelum Yesus datang, hukum hidup mereka  adalah :mata  ganti mata, gigi ganti gigi” perhitungan “keadilan itu berdasarkan nilai “mate-matika”. Kehadiran Yesus membawa tatanan hidup yang baru yaitu hukum kasih, membalas kejahatan dengan kebaikan.  Perhitungan dosa bukan di mulai pada saat melakukan, tetapi  dari sejak memikirkannya.

Sebagai orang Kristen kita harus menghidupi apa yang diajarkan oleh Yesus, orang Israel harus beradaptasi dengan pengajaran yang baru ini jika dia mau hidup  damai dan selamat dari maut. Tatanan hidup yang baru ini. Ayat ini bagian dari judul perikop “tingkah Laku  Kristen”, yaitu :

·         Seia sekata è proses dari :penyatuan pandangan (presepsi/paradigma), sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan karena perbedaan yang ada pada manusia. Perbedaan pendidikan, wawasan, keinginan, posisi  dan keadaan utnuk memandang sesuatu. Tidak jarang dalam usaha penyatuan presepsi ini justru melahirkan pertengkaran, istilah orang karo : “langa ndai arih langa rubat”. Menuju seia sekata, butuh kedewasaan, menghargai pendapat orang lain, tidak mengangap kita lebih dari orang, tidak memikirkan kepentingna pribadi (bd. Flp. 2:2-5)

·         Seperasaan è  Kemampuan seseorang  mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain karena  adanya kesamaan kepentingan.  Dalam dunia Pastoral kita sebut kemampuan  untuk berempati, merasakan apa yang  dirasakan orang lain atau menempatkan diri di pihak orang lain. Istilah orang karo “ rukur rawin jemba”   yang lahir dari pikiran bahwa  : “Kam Kap Aku Aku Kap Kam” yang membuahkan  “tawandu tawaku, suindu suiku” (bdk kehidupan jemaat mula-mula “Kis. 4:32)

·         Mengasihi è kasih menutupi banyak dosa

·         Penyanyang è tidak tega untuk menyakiti atau mengorbankan

·         Rendah Hati è sebuah standart hidup “netral”, tidak merasa rendah diri dalam kekurangan dan tidak congkak dalam kelebihan. Mau menolong yang lemah dan tidak malu minta tolong pada yang  lebih dari dirinya

·         Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan atau caci maki dengan caci maki  tetapi sebaliknya memberkati

Ay. 10-12 Motivasi Melakukan Kebaiakan

Kita sudah sering dengar sitilah  hukum “Tabur-tuai”  disni juga Petrus mengingatkan semua umat Kristen untuk menjaga sikap. Hukum  “aksi dan reaksi  atau sering kita sebut dengan istilah sebab dan akibat” pasti terjadi dalam hidup ini.  Petrus mengatakan siapa yang mencintai hidup , mau melihat hari –hari yang baik harus mejaga lidahnya terhadap yang jahat  dan bibirnya terhadap ucapan yang menipu.

Kita sering mendengar sitilah “memang lidah tak bertulang”  lembut mudah di putar-putar, tetapi lebih tajam dari pedang. Di kitab Amsal banyak sekali berbicara tentang lidah, misalnya 12:18; 15:4;18:21

Ornag yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari yang baik dia harus mencari perdamaian dan mendapatkannya. Usaha mendapatkan damia itu memang mau tidak mau harus lahir dari diri sendiri yang mencintatai perdamaian. Orang yang cinta damai harus berhikmat melihta situasi dan waktu,  sabar menungu waktu yang tepat dan berani berkorban demi perdamaian itu sendiri, bahkan berani dikatakan salah jika memang itu yang membuat damai. Orang yang cinta damai tidak akan mau merusak kedamaian itu sendiri artinya  dia tidak  mau bertengkar untuk mendapatkan damai, karena pertengkaran   adalah perusak damai  itu sendiri.

Orang yang cinta damai berani dikatakan salah demi perdamaian itu sendiri, karena kita percaya “mata Tuhan tertuju pada yang benar dan telinga Tuhan pada orang yang minta tolong, dan mata Tuhan akan menentang orang yang berbuat jahat.  Mungkin di mata orang kita kalah dan salah tetapi bagi Tuhan semuanya tidak terselubung. Petrus mengingatkan kita untuk tidak menciptakan perang (pertengkaran) ketika kita mau memperjuangkan kebenaran untuk sebuah perdamaian. Lebih baik mengalah  jika itu membuat kita bisa berdamai, suasdana damai akan membuat pikiran  jernih, biarlah pikiran jernih itu membuat orang dapat melihat kebaikan hati kita.

Ay. 13-17 Harga Yang Harus Di Bayar Untuk Sebuah Perdamaian

Sebagaimana Yesus datang ke dunia untuk mendamaikan “manusia dengan Tuhan” oleh karena pembrontakan manusia. Yesus membayar harga yang sangat mahal yaitu darah dan nyawa.

Di ayat ini Petrus  mau menatakan bahwa secara logika “kalau kita berbuat baik maka tidak akan ada orang yang berbuat jahat pada kita” sehingga Petrus mengajarkan bagaimana kita menjaga lidah, bibir perilaku kehidupan. Tetapi dia juga mengingatkan bahwa itu tidak menjamin karena memang dunia ini sudah sungguh amat jahat (bd, Efesus 5:16). Melalui ayat ini Petrus menguatkan jemaat agar tetap “menguduskan Kristus dalam hatinya” artinya  memelihara dan melakukan apa yang diajarkan oleh Yesus, sehingga walaupun orang mencari-cari kesalahan, memfitnah atau  menuduh kita orang yang tidak benar mereka akan malu, karena apa yang dituduhkan itu tidak dapat di buktikan. Petrus mengatakan bahwa lebih baik menderita karena berbuat baik daripada menderita karena berbuat jahat.

Untuk memperjuangkan perdamaian harus dengan segenap hati, kebulatan hati untuk menciptakan perdamaian, membuat kita dengan nyaman mehahan gejolak ego dan perasaan . Kita tidak menderita walau sering dilecehkan, dikatakan salah, lemah dan bodoh. Menguduskan Kristus dalam hati membuat kita terus mampu menjaga hati dan sikap sama seperti Yesus yang penuh dengan kasih mampu mengatakan “ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.

Pointer Aplikasi

1.    Damai adalah suasana yang diharapkan semua insan

2.    Jaga hati , perkataan dan perbuatan. Kendalikan diri agar tidak terobsesi mengejar damai untuk diri sendiri,  tetapi merusak rasa damai pada orang lain seperti yang di lakukan Amnon pada Tamar (2 samuel 23-29)

3.    Jauhilah kejahatan karena itu benih perpecahan dan perusak kedamaian, Kejarlah yang baik dengan segenap hati melakukan perdamaian (Invocatio)

4.    Lakukanlah perdamaian dengan segenap hati (tema), meneladani Yesus dengan kasih dan rela berkorban demi perdamaian itu sendiri.

Pdt Saul Ginting

GBKP Runggun Bekasi

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate