Minggu 20 September 2020 : 2 Samuel 13 : 23 - 29
MINGGU PERDAMAIAN
Invocatio : Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya (Mazmur 34 : 15)
Ogen : 2 Samuel 13 : 23 – 29
Khotbah : 1 Petrus 3 : 8 – 17
Tema : MELAKUKAN PERDAMAIAN DENGAN SEGENAP HATI
Kata Pengantar
Tuhan manciptakan manusia sebagai makhluk soasial (tidak baik manusia seorang diri saja (bd. kej. 2K18) Sebagai makhluk sosial salah satu faktor pendukung mendapatkan hidup damai sejahtera adalah dengan menjaga relasi yang baik terhadap sesamanya.
Kejatuhan manusia kedalam dosa , tuntutan hidup semakin berat menggeser penilaian manusia terhadap sesamanya, bukan lagi sebagai sahabat dan mitra untuk membangun kehidupan yang baik, tetapi berubah menjadi “pesaing” utnuk mengejar kehidupan yang “terbaik”, muncullah istilah “persaingan semakin ketat”.
Awal munculnya permusuhan dan pertentangan bersumber dari hati “merasa terganggu” terhadap kehadiran orang lain yang dianggap penghambat pencapaian obsesinya dan iri terhadap keberhasilan (pencapaian) ornag lain. Situasi ini mengubah hakekat manusia sebagai i makhluk sosial menjadi “serigala” atas sesamanya.
Persaingan melahirkan “perang”, mulai dari perang dingin, perang mulut perang pisik. Bermunculanlah permusuhan-permusuhan, di lingkungan masyarakat, pekerjaan, keluarga sampai musuh dalam selimut. Damai menjadi barang yang langka, hanya dalam mimpi dan angan-angan serta menjadi buah bibir saja. Dalam pepernagan dan pertengkaran semuanya kalah karena seperti kata pepatah “menang jadi arang kalah menjadi abu” sama-sama gosong terbakar. Seperti yang dikatakan Paulus dalam suratnya ke kota Galatia di Pasal 5:15 “Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan”
Semua insan merindukan suasana damai, karena suasana damai faktor pendukung membuat kita berpikir dengan jernih, bekerja dengan aman dan tenang. Suasana damai membuat kita bisa menikmati hasil jerih payah kita dengan sempurna. Dan seperti yang di katakan dalam Mazmur 133 sungguh alangkah baiknya jika kita hidup rukun hidup bersama, kesanalah Tuhan memerintahkan berkat kehidupan untuk selama-lamanya.
Apa yang harus kita lakukan untuk meciptakan hidup damai dan rukun ? mari kita dengarkan apa kata Firman Tuhan di hari Minggu Perdamaian ini
Pendalaman Naskah Firman Tuhan
Ay.8-9 Hidup Baru Dalam Tuhan
“Dimana tanah dipijak di situ langit di junjung” adalah pribahasa yang mengingatkan kita supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan. Orang yang cepat beradaptasi dengan lingkngan diaman dia hidup adalah salah satu kunci mendapatkan kebahagiaan. (kita bisa bersaksi tentang pengalaman kita, sbg cth tentang covid 19). Ada perbedaan tatanan kehidupan sebelum dan sesudah kehadiran Yesus di tengah-tengah tatanan kehidupan orang Israel sebagai umat pilhan Tuhan. Sebelum Yesus datang, hukum hidup mereka adalah :mata ganti mata, gigi ganti gigi” perhitungan “keadilan itu berdasarkan nilai “mate-matika”. Kehadiran Yesus membawa tatanan hidup yang baru yaitu hukum kasih, membalas kejahatan dengan kebaikan. Perhitungan dosa bukan di mulai pada saat melakukan, tetapi dari sejak memikirkannya.
Sebagai orang Kristen kita harus menghidupi apa yang diajarkan oleh Yesus, orang Israel harus beradaptasi dengan pengajaran yang baru ini jika dia mau hidup damai dan selamat dari maut. Tatanan hidup yang baru ini. Ayat ini bagian dari judul perikop “tingkah Laku Kristen”, yaitu :
· Seia sekata è proses dari :penyatuan pandangan (presepsi/paradigma), sesuatu yang tidak mudah untuk dilakukan karena perbedaan yang ada pada manusia. Perbedaan pendidikan, wawasan, keinginan, posisi dan keadaan utnuk memandang sesuatu. Tidak jarang dalam usaha penyatuan presepsi ini justru melahirkan pertengkaran, istilah orang karo : “langa ndai arih langa rubat”. Menuju seia sekata, butuh kedewasaan, menghargai pendapat orang lain, tidak mengangap kita lebih dari orang, tidak memikirkan kepentingna pribadi (bd. Flp. 2:2-5)
· Seperasaan è Kemampuan seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain karena adanya kesamaan kepentingan. Dalam dunia Pastoral kita sebut kemampuan untuk berempati, merasakan apa yang dirasakan orang lain atau menempatkan diri di pihak orang lain. Istilah orang karo “ rukur rawin jemba” yang lahir dari pikiran bahwa : “Kam Kap Aku Aku Kap Kam” yang membuahkan “tawandu tawaku, suindu suiku” (bdk kehidupan jemaat mula-mula “Kis. 4:32)
· Mengasihi è kasih menutupi banyak dosa
· Penyanyang è tidak tega untuk menyakiti atau mengorbankan
· Rendah Hati è sebuah standart hidup “netral”, tidak merasa rendah diri dalam kekurangan dan tidak congkak dalam kelebihan. Mau menolong yang lemah dan tidak malu minta tolong pada yang lebih dari dirinya
· Tidak membalas kejahatan dengan kejahatan atau caci maki dengan caci maki tetapi sebaliknya memberkati
Ay. 10-12 Motivasi Melakukan Kebaiakan
Kita sudah sering dengar sitilah hukum “Tabur-tuai” disni juga Petrus mengingatkan semua umat Kristen untuk menjaga sikap. Hukum “aksi dan reaksi atau sering kita sebut dengan istilah sebab dan akibat” pasti terjadi dalam hidup ini. Petrus mengatakan siapa yang mencintai hidup , mau melihat hari –hari yang baik harus mejaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan yang menipu.
Kita sering mendengar sitilah “memang lidah tak bertulang” lembut mudah di putar-putar, tetapi lebih tajam dari pedang. Di kitab Amsal banyak sekali berbicara tentang lidah, misalnya 12:18; 15:4;18:21
Ornag yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari yang baik dia harus mencari perdamaian dan mendapatkannya. Usaha mendapatkan damia itu memang mau tidak mau harus lahir dari diri sendiri yang mencintatai perdamaian. Orang yang cinta damai harus berhikmat melihta situasi dan waktu, sabar menungu waktu yang tepat dan berani berkorban demi perdamaian itu sendiri, bahkan berani dikatakan salah jika memang itu yang membuat damai. Orang yang cinta damai tidak akan mau merusak kedamaian itu sendiri artinya dia tidak mau bertengkar untuk mendapatkan damai, karena pertengkaran adalah perusak damai itu sendiri.
Orang yang cinta damai berani dikatakan salah demi perdamaian itu sendiri, karena kita percaya “mata Tuhan tertuju pada yang benar dan telinga Tuhan pada orang yang minta tolong, dan mata Tuhan akan menentang orang yang berbuat jahat. Mungkin di mata orang kita kalah dan salah tetapi bagi Tuhan semuanya tidak terselubung. Petrus mengingatkan kita untuk tidak menciptakan perang (pertengkaran) ketika kita mau memperjuangkan kebenaran untuk sebuah perdamaian. Lebih baik mengalah jika itu membuat kita bisa berdamai, suasdana damai akan membuat pikiran jernih, biarlah pikiran jernih itu membuat orang dapat melihat kebaikan hati kita.
Ay. 13-17 Harga Yang Harus Di Bayar Untuk Sebuah Perdamaian
Sebagaimana Yesus datang ke dunia untuk mendamaikan “manusia dengan Tuhan” oleh karena pembrontakan manusia. Yesus membayar harga yang sangat mahal yaitu darah dan nyawa.
Di ayat ini Petrus mau menatakan bahwa secara logika “kalau kita berbuat baik maka tidak akan ada orang yang berbuat jahat pada kita” sehingga Petrus mengajarkan bagaimana kita menjaga lidah, bibir perilaku kehidupan. Tetapi dia juga mengingatkan bahwa itu tidak menjamin karena memang dunia ini sudah sungguh amat jahat (bd, Efesus 5:16). Melalui ayat ini Petrus menguatkan jemaat agar tetap “menguduskan Kristus dalam hatinya” artinya memelihara dan melakukan apa yang diajarkan oleh Yesus, sehingga walaupun orang mencari-cari kesalahan, memfitnah atau menuduh kita orang yang tidak benar mereka akan malu, karena apa yang dituduhkan itu tidak dapat di buktikan. Petrus mengatakan bahwa lebih baik menderita karena berbuat baik daripada menderita karena berbuat jahat.
Untuk memperjuangkan perdamaian harus dengan segenap hati, kebulatan hati untuk menciptakan perdamaian, membuat kita dengan nyaman mehahan gejolak ego dan perasaan . Kita tidak menderita walau sering dilecehkan, dikatakan salah, lemah dan bodoh. Menguduskan Kristus dalam hati membuat kita terus mampu menjaga hati dan sikap sama seperti Yesus yang penuh dengan kasih mampu mengatakan “ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”.
Pointer Aplikasi
1. Damai adalah suasana yang diharapkan semua insan
2. Jaga hati , perkataan dan perbuatan. Kendalikan diri agar tidak terobsesi mengejar damai untuk diri sendiri, tetapi merusak rasa damai pada orang lain seperti yang di lakukan Amnon pada Tamar (2 samuel 23-29)
3. Jauhilah kejahatan karena itu benih perpecahan dan perusak kedamaian, Kejarlah yang baik dengan segenap hati melakukan perdamaian (Invocatio)
4. Lakukanlah perdamaian dengan segenap hati (tema), meneladani Yesus dengan kasih dan rela berkorban demi perdamaian itu sendiri.
Pdt Saul Ginting
GBKP Runggun Bekasi