Minggu 03 Janauri 2021 ; Efesus 1 : 3-14

Invocatio     : “Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN” (1 Tawarikh 16:10).

Bacaan         : Yeremia 31:7-14

Khotbah       : Efesus 1:3-14

Thema          : Berbagai Berkat Rohani

I.             Pendahuluan

Menjadi orang Kristen itu bisa dikatakan berat bisa juga dikatakan ringan. Berat karena tuntutannya tinggi sekali. Tetapi juga ringan. Karena apa? Karena Allah tidak cuma menuntut, tetapi juga memampukan. Jadi sebenarnya, kalau saja kita mau, kita pasti mampu. Mampu, karena dimampukan. Kita sering gagal dan tidak mampu memenuhi tuntutan karena dua sebab. Yang pertama, karena kita tidak sadar bahwa kita mampu. Dulu kita perokok. Kita merasa, kita tidak bisa bekerja kalau tidak merokok. Oleh karena itu, kita tidak bisa membayangkan bahwa kita akan bisa berhenti merokok. Ternyata apa? Ternyata bisa. Kemampuan itu sebenarnya ada. Cuma tidak kita sadari. Mengasihi. Mengampuni. Belum apa-apa, belum mencoba, belum berusaha sedikit pun sudah berkata, “Wah sulit! Tidak mungkin! Saya pasti tidak bisa!” Begitu, bukan? Padahal: bisa! Yang kedua, penyebab kegagalan yang kedua: kita tidak cukup berusaha. “Ya bisa sih bisa, tetapi malas! Terlalu susah!” Seperti ketika orang mulai belajar membaca buku bahasa asing. Banyak yang gagal karena malas! “Malas, setiap kali mesti buka-buka kamus! Baca majalah Bobo aja yang gampang!” Sayang sekali jika kita lalu tidak mau berusaha lagi. Sebab, kalau kita cukup ulet, mau bersusah-susah pada awalnya, lambat laun prosesnya akan lebih mudah dan lebih lancar. Disiplin itu susah. Mempertahankan hidup yang bersih, apa lagi. Tetapi kalau dibiasakan, diusahakan terus-menerus, sulit pada awalnya, tetapi lalu akan semakin mudah. Itu yang harus kita lakukan untuk memenuhi tuntutan Tuhan yang tinggi itu.

II.           Isi

Bahan invocatio kita 1 Tawarikh 16:10 bagian ini adalah nyanyian yang pertama kali dinyanyikan orang Lewi ketika tabut Allah telah sampai ke Yerusalem. Kalau dibaca lebih lanjut, sebenarnya nyanyian ini tidak memiliki hubungan dengan pemindahan tabut yang telah selesai. Sebenarnya nyanyian ini merupakan penggabungan dari tiga mazmur, yaitu Mazmur 105:1-15 (untuk ay. 8-22), Mazmur 96:2-13 (untuk ay. 23-33), dan Mazmur 106:1, 47, 48 (untuk ay. 34-36). Ketiga Mazmur tersebut digabungkan oleh penulis Tawarikh bagi tujuan ucapan syukur, bahwa TUHAN telah menyertai perjalanan tabut tersebut sehingga sampai di Yerusalem, dan untuk itu, TUHAN menjadi Raja bagi umat Israel. Maka dari pada itu bahan invocatio ini merupakan pujian yang mengingat akan sejarah kehidupan Israel ini dimulai dengan sebuah ucapan syukur kepada TUHAN yang berkarya dalam sejarah Israel. Pemazmur mengajak semua umat yang saat itu berkumpul di sekitar tabut perjanjian yang telah sampai di Yerusalem untuk mengucap syukur kepada TUHAN. Ajakan tersebut diungkapkan dengan tujun rangkaian kalimat imperatif (kalimat perintah), yaitu:

1.    Bersyukurlah kepada TUHAN

2.    Panggillah namaNya

3.    Perkenalkanlah perbuatanNya di antara bangsa-bangsa

4.    Bernyanyilah bagiNya

5.    Bermazmurlah bagiNya

6.    Percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib

7.    Bermegahlah di dalam namaNya yang kudus.

Tujuh rangkaian kalimat imperatif ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: pertama, bersyukurlah kepada TUHAN, panggillah namaNya, perkenalkanlah perbuatanNya semuanya dilakukan di antara bangsa-bangsa. Segala ucapan syukur tersebut (kata bersyukurlah, panggillah, dan perkenalkanlah di sini merupakan sinonim) diungkapkan atau diperdengarkan di antara bangsa-bangsa. Kata di antara bangsa-bangsa memiliki makna, bahwa seluruh bangsa di bumi. Saat itu seluruh umat telah berkumpul di sekitar tabut, dan para penyanyi dari Asaf mengajak mereka untuk mengungkapkan syukur bersama-sama. Kedua, bernyanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib. Segala bentuk ucapan syukur tersebut pada kelompok yang pertama di atas diungkapkan dalam bentuk nyanyian, mazmur, dan ungkapan (ucapan) yang berisi segala perbuatan yang telah dilakukan TUHAN yang penuh kasih bagi umat Israel dalam sejarah. Dalam hal ini mereka mengenang perbuatan TUHAN di padang gurun dalam perjalanan keluar dari Mesir ke tanah Kanaan. Untuk itu, ini merupakan sebuah bentuk perenungan terhadap kisah Taurat di sekitar kenisah, sebagaimana yang biasa umat Israel lakukan. Ketiga, bermegahlah di dalam namaNya yang kudus. Segala ucapan syukur dan nyanyian yang berisi kisah tentang perbuatan Allah tersebut dipujikan (dari kata dasar halal, dan dari kata dasar ini muncul ungkapan pujian haleluya) dalam nama Allah yang kudus, yaitu TUHAN/YAHWE. Jadi, semuanya ditujukan kepada Yahwe, Allah yang kudus.

Tujuh rangkaian kalimat imperatif dalam bahan invocatio ini yang dikaitkan dari ayat 8-10 ditutup dengan sebuah kalimat harapan, agar setiap umat yang hadir (mencari TUHAN) dan bersama-sama memuji TUHAN itu melakukannya dengan hati yang bergembira, oleh karena ini merupakan sebuah upacara kemenangan bahwa TUHAN telah menyertai perjalanan tabut sampai ke Yerusalem.

Nabi Yeremia bertugas untuk bernubuat kepada bangsa Yehuda. Yeremia putra seorang imam, lahir dan dibesarkan di Anatot, desa para imam (6 km di timur laut dari Yerusalem) selama pemerintahan Raja Manasye yang jahat. Nubuat Yeremia yang memperingatkan Yehuda tentang hukuman Allah. Tentunya ini adalah tugas yang sulit untuk memberitakan pesan yang tidak menggembirakan ini kepada bangsanya sendiri. Walaupun ditolak seumur hidupnya, Yeremia termasuk nabi yang paling tegas dan berani. Yeremia menyatakan bahwa hukuman Allah yang pasti jadi dan tidak terelakkan ketika umatNya melanggar perjanjian dan bersikeras dalam pemberontakan terhadap Allah dan firmanNya. Salah satu kata kunci dalam kitab Yeremia ialah “murtad” (dipergunakan 8 kali) dan “tidak setia” (dipakai 9 kali), dan tema yang muncul terus ialah hukuman Allah yang tidak terelakkan lagi atas pemberontakan dan kemurtadan. Kalau kita lihat bagian awal Yeremia, maka pasal 2-29 berisi mengenai nubuat kehancuran Yehuda. Hanya di pasal 30 Yeremia mulai memberikan cerita lain dari rencana Tuhan, yaitu bahwa rencana keselamatan dan pemulihan. Satu-satunya pernyataan teologis yang terbesar di kitab ini ialah konsep “perjanjian baru” yang akan ditetapkan Allah dengan umatNya yang setia pada saat pemulihan kelak (Yer. 31:31-34).

Kenapa Yehuda akan dihukum? Karena raja-raja Yehuda adalah orang-orang yang tidak setia kepada Allah, bahkan memimpin bangsa untuk menyembah allah palsu, seorang raja bahkan menggunakan tulisan Yeremia mengenai nubuat Allah sebagai pemanas ruangannya (oleh raja Yoyakim Yer. 36: 22-23). Ketidakpatuhan Israel terhadap perjanjian mereka dengan Allah akan membawa sangsi yang berat yaitu kematian atau pembuangan. Kehancuran Yerusalem dihubungkan dengan ketidakpatuhan. Ini adalah sebuah pesan yang kita tangkap dari Yeremia.

Tetap secara khusus, Yeremia 31, terutama dalam ayat 31-34, berisi mengenai perjanjian baru, dan sebuah harapan baru. Yeremia berharap bahwa pada waktunya nanti semua orang akan mengingat perjanjian antara Allah dan Israel. kalau Israel mengalami pertobatan, maka Allah akan mengampuni mereka dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian. Ayat 34 dari pasal ini adalah ayat yang sering digunakan sebagai ayat pengampunan dosa. Dalam kitab nabi Yeremia kita bisa melihat bahwa sesudah nubuat kehancuran, ada juga nubuat keselamatan.

Ada satu hal yang mau ditekankan dalam bahan bacaan ini, bahwa di bagian kedua dari nubuatnya, Yeremia bicara mengenai perjanjian baru dan pemulihan Yehuda dari kejatuhannya. Umat Tuhan yang terserak akan dikumpulkan kembali, bahkan mereka yang selama ini terpinggirkan seperti yang buta, lumpuh, dan perempuan mengandung. Jika biasanya dalam kelompok besar yang berjalan bersama, golongan inilah yang terpinggirkan dan terlupakan, maka janji pemulihan Tuhan akan mengikutkan mereka juga. Orang-orang akan datang dan menangis, bukan karena sedih, melainkan karena bahagia akan pimpinan Allah ke tanah perjanjian, di mana hubungan mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan.

Bahan khotbah kita Efesus 1:3-14. Dalam bagian ayat 3-6 di situ dikataken puji-pujian kepada Allah karena berkatNya. Yang Paulus puji dalam pujian ini ialah “Allah dan Bapa”, yang dalam Tuhan kita Yesus Kristus telah melakukan perkara-perkara yang besar bagi kita. Perbuatan besar pertama, yang Paulus sebut dalam bagian ini, ialah: dalam Kristus Ia telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam surga. Berkat itu Tuhan Allah karuniakan bukan saja di dalam surga, tetapi juga “di dalam Kristus”. Semua berkat itu Tuhan Allah karuniakan dengan dan di dalam Kristus. Malahan Kristus sendiri adalah berkat Allah bagi manusia. Oleh karya penyelamatanNya Ia telah memperoleh segala berkat. Dalam Dia berkat-berkat itu Allah karuniakan kepada orang-orang percaya. Dan karena Dia sekarang berada di dalam surga, maka “segala berkat rohani” itu juga berada di sana, di dalam Dia. Karunia berkat Allah yang berlimpah-limpah itu, menurut Paulus, mempunyai dasar. Dasar itu ialah pilihan Allah, yang berlangsung sebelum dunia diciptakan. Tuhan Allah tidak memilih hanya karena Ia mau memilih saja. Ia memilih karena Ia mempunyai maksud dengan pilihanNya itu, yaitu: supaya kita kudus dan tidak bercacat di hadapanNya. Ini penting bagi kita! Pilihan Allah, yaitu pilihan untuk keselamatan. Pilihan Allah ialah suatu rahasia yang dalam. Ia tidak dapat dijelaskan dengan satu atau dua kalimat saja. Tuhan Allah mau membahagiakan hidup kita dengan kasih karunia yang Ia karuniakan kepada kita dalam kasihNya.

Yesus telah mencurahkan darahNya untuk dan karena milikNya dengan jalan menyerahkan hidupNya ke dalam maut. Oleh perbuatanNya itu kita ditebus dan dibebaskanNya dari hukuman, kutuk, iblis dan dosa. Maksud Paulus dengan penjelasan ini ialah hendak mengatakan bahwa penebusan yang telah berlangsung dalam Kristus, oleh darahNya itu nyata dalam pengampunan kesalahan kita, bukan baru nanti, kalau Kristus datang kembali, tetapi sudah terjadi pada waktu ini. Pengampunan kesalahan kita terpancar dari kekayaan kasih karunia Allah ini. Kelimpahan pemberianNya itu nyata dengan jelas dalam lanjutan kalimat ini: dalam segala hikmat dan pengertian. Rahasia-rahasia kehendak Allah telah dinyatakanNya kepada kita, anggota-anggota jemaat. Maksudnya rencana penyelamatanNya mengenai dunia telah Allah nyatakan kepada kita. Hal itu, menurut dia, sesuai dengan rencana Allah, yang dari semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus. Tujuan rahasia kehendak Allah ialah: mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus sebagai kepala.

Berkat Allah dimeteraikan oleh Roh Kudus. Di dalam Kristus, yang disebut dalam ayat yang lalu dan yang tiap-tiap kali diulangi lagi dalam bagian ini sebagai sumber keselamatan kita mendapat warisan. Warisan itu ialah terpilihnya orang-orang Kristen menjadi milik Allah dan warga Kerajaan Surga. Yang memberikan warisan ini ialah Allah. Ia buat itu sesuai dengan maksudNya, yang segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya. Warisan itu Ia berikan dengan maksud untuk menjadi kemuliaan bagiNya. Orang yang mendapatkan warisan itu Paulus katakan berada di dalam Kristus sebagai orang-orang yang telah mendengar firman kebenaran. Maksudnya firman yang adalah kebenaran, yaitu kebenaran yang Allah telah nyatakan di dalam Kristus untuk keselamatan manusia. Keselamatan itu diterima dengan percaya, yaitu percaya kepada Dia, yang diberitakan rasul sebagai kebenaran. Roh Kudus ini bukan saja dijanjikan tetapi ia juga diberikan Allah dahulu sebagai jaminan atas warisan kita sampai kita memperoleh penebusan untuk puji-pujian bagi kemuliaanNya. Yang Paulus katakan di sini pertama-tama ialah, bahwa Roh Kudus adalah jaminan warisan kita. Dalam pemberian yang berupa Roh Kudus itu kita mendapat suatu garansi, suatu milik permulaan yang menjamin warisan penuh bagi kita.

III.         Refleksi

Ada dua pertanyaan yang muncul: yang pertama apa yang dituntut Tuhan dari kita? dan yang kedua apa yang diberikan Tuhan kepada kita untuk memenuhi tuntutan itu? Apa yang dituntut Tuhan dari kita? Dari setiap orang percaya? Perhatikan baik-baik Allah telah memilih kita karena kita kudus tetapi supaya kita kudus. Maksudnya sebenarnya kita tidak kudus, penuh dengan cacat, pantas diapkir, namun demikian Allah dalam kebebasan, kedaulatan dan dalam kasih setiaNya berkenan memilih kita. Memilih kita semua. Kita ini barang apkiran tetapi dilayakkan kembali. Budak yang dijadikan anak. Terdakwa yang mestinya dihukum mati, tetapi malah dibebaskan. Itulah kita. Dipilih supaya apa? Supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Ini, sekali lagi adalah sesuatu yang sama sekali di luar daya jangkau kemampuan kita. Bukan cuma kudus dan tak bercacat, tetapi tak bercacat di hadapanNya. Kalau cuma tak bercacat di hadapan manusia, itu mudah. Asal saja kita bisa sedikit beracting, bisa main sandiwara, bisa pura-pura, orang yang sejahat serigala bisa saja kelihatan seperti anak domba. Tetapi di hadapan Allah? Tuhan menuntut dari kita sesuatu yang tidak mungkin kita penuhi. Betul sekali. Mengasihi/ mengampuni/jujur dan setia/rendah hati itu sesuatu yang tak mungkin kita penuhi. Betul sekali. Hal itu betul, kalau Tuhan cuma menuntut saja. Tetapi apakah Tuhan kita seperti itu? Menuai di tempat Ia tidak menanam? Tidak. Ia menuntut, tetapi juga memampukan. Allah tidak cuma menuntut, tetapi juga memampukan.

Apa yang telah dikaruniakan Allah Bapa kepada kita? Perlu dipertegas telah dikaruniakan, bukan masih dijanjikan. Sudah diberikan. Sudah ada pada kita. Tentu ini sangat luar biasa. “Segala berkat rohani di dalam sorga”. Segala: artinya semuanya, tidak ada yang tidak. Semua berkat rohani itu telah dikaruniakan kepada kita. Semua berkat rohani di dalam sorga, artinya: berkat-berkat rohani, yang adanya cuma di sorga. Tidak bisa dicari di tempat-tempat lain. Tidak bisa ditemukan di tempat-tempat lain. Eksklusif.

Yang dijamin kita miliki selalu adalah berkat-berkat rohani. Apa saja itu? Misalnya: kasih, kebahagiaan, kesukacitaan, kepuasan, kesabaran, pengampunan, kesetiaan. Semua yang membuat hidup kita bahagia dan bermakna. Itu yang Allah Bapa sediakan bagi kita. Mungkin kita akan berkata: “tetapi mengapa kita tidak selalu bahagia; hidup kita tidak selalu bermakna?” Berkat-berkat itu barangkali dapat dianalogikan dengan tenaga dalam. Setiap orang punya tenaga dalam. Kita punya. Tetapi tidak semua orang menyadarinya. Lebih-lebih, tidak semua orang mampu memanfaatkannya. Berkat-berkat rohani yang dari Bapa itu, walaupun telah disediakan bagi kita, tidak bisa kita rasakan, bila hidup kita pengap, akal budi kita dan hati kita gelap, dikuasai dosa.

Seperti minyak tidak bisa bercampur dengan air, yang dari Allah tidak bisa bercampur dengan yang dari dosa. Ingat baik-baik. Sebab, orang Kristen sering cenderung mau yang ini dan mau yang itu. Ikut Tuhan ya, ikut dosa ya. Mengampuni ya, tetapi membenci dan dendam juga jalan terus. Ini tidak bisa. Keduanya tidak bisa dicampur. Dan biasanya kalau yang kotor itu dicampur dengan yang bersih, mana yang menang? Yang kotor jadi bersih atau yang bersih jadi kotor? Allah Bapa tidak hanya menyediakan segala berkat rohani, tetapi juga menyediakan tempat yang tepat, tempat yang bersih. Melalui Allah Anak, di dalam Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa. Ternyata itu juga belum beres. Sudah diberi karunia yang indah-indah dan tak ternilai harganya oleh Allah Bapa, sudah diberi hati yang telah dicuci oleh darah Yesus dan hidup yang dibarui oleh kematianNya, sebenarnya ya cukup, lebih dari cukup. Tetapi itulah manusia: tetapi saja pikiran, keinginan, dan orientasinya itu masih sering menyeleweng ke mana-mana.

Allah sebenarnya pantas kesal, marah dan putus asa menolong orang-orang yang tak kenal budi seperti kita ini. Tetapi tidak. Allah punya maksud: menjadikan kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya, menjadikan kita ini contoh atau sampel di hadapan dunia ini. Untuk itu, Ia menyediakan segala berkat rohani yang kita perlukan. Untuk itu, Ia menebus dan menyucikan kita dari segala dosa. Ketika ini ternyata belum cukup juga, Ia mengaruniakan Roh KudusNya. Untuk apa? Untuk menjadi cap dan jaminan: kita milik Tuhan. Kita sering lari-lari tidak setia, tetapi Roh Kudus memberi jaminan. Allah tetap setia. Kita bisa terus-menerus dan berulang-ulang mengecewakan Allah dan melukai hatiNya dengan tingkah laku kita, namun Roh Kudus memberi jaminan: masih ada kesempatan untuk mengoreksi hidup kita. Walaupun tentu saja tidak untuk selama-lamanya.

Ada dua hal yang perlu kita ingat: yang pertama Allah punya tuntutan dan menetapkan standar yang tinggi untuk setiap kita: menjadi kudus dan tak bercacat di hadapanNya. Jangan terus berkubang dalam kehidupan dosa. Yang kedua, untuk tujuan itu, Allah menyediakan semua yang kita perlukan untuk memampukan kita. Allah Bapa menyediakan segala berkat rohani di sorga. Allah Anak menyucikan kita dari segala dosa dan mengaruniakan kepada kita hidup yang baru. Allah Roh Kudus memberi garansi, jaminan, bahwa Allah tak akan melepaskan kita. Karena itu, jangan katakan tidak bisa. Kita bisa, kalau kita mau.

Pdt. Andreas Pranata Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong

Minggu 27 Desember 2020 ; Mazmur 148 : 1-14

Minggu Setelah Natal

(Warna Stola: Putih)

Invocatio     : “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).

Bacaan        : Yesaya 61:10 - 62:3

Khotbah      : Mazmur 148:1-14 

Tema          : Langit dan bumi memuji Tuhan (Langit ras Doni Muji Tuhan)

I.      Pengantar

Proses penciptaan yang dilakukan oleh Allah memiliki maksud dan tujuan. Dalam proses penciptaan-Nya, Allah memberikan fungsi dan manfaat dari penciptaanNya.

1) Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ungkapan kemuliaan, kemegahan, dan kuasa-Nya. Daud mengatakan, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (Mazm 19:2; bd. Mazm 8:2). Dengan memandang seluruh alam tercipta ini -- dari cakrawala mahaluas dari semesta tercipta hingga keindahan dan tatanan alam -- kita mau tidak mau kagum akan kebesaran Tuhan Allah, Pencipta kita.

2) Allah menciptakan langit dan bumi untuk menerima kembali kemuliaan dan hormat yang layak diterima-Nya. Semua unsur alam -- mis. matahari dan bulan, pohon-pohon di hutan, hujan dan salju, sungai dan anak sungai, bukit dan gunung, hewan dan burung -- menyerukan pujian kepada Allah yang menciptakan mereka (Mazm 98:7-8; 148:1-10Yes 55:12). Betapa Dia lebih menginginkan dan menantikan kemuliaan dan pujian manusia!

3) Allah menciptakan bumi supaya menyediakan sebuah tempat di mana maksud dan tujuan-Nya bagi umat manusia dapat digenapi.

(a) Allah menciptakan Adam dan Hawa menurut rupa-Nya sendiri supaya manusia dapat mempunyai hubungan kasih pribadi secara abadi. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk tiga-unsur (tubuh, jiwa, roh), memiliki pikiran, perasaan dan kehendak agar dapat menanggapi-Nya dengan leluasa sebagai Tuhan dan menyembah serta melayani-Nya karena iman, kesetiaan, dan rasa syukur.

(b) Allah demikian menginginkan hubungan yang intim ini dengan umat manusia sehingga, ketika Iblis berhasil menggoda Adam dan Hawa untuk memberontak dan tidak menaati perintah-Nya, Allah berjanji akan mengutus seorang Juruselamat untuk menebus manusia dari dampak-dampak dosa. Dengan cara ini Allah bisa memiliki umat milik-Nya sendiri yang akan menikmati, memuliakan dan hidup di dalam kebenaran dan kekudusan dengan Dia (Yes 60:21; 61:1-3Ef 1:11-121Pet 2:9).

(c) Puncak dari maksud Allah dalam ciptaan tercatat di dalam kitab Wahyu di mana Yohanes melukiskan akhir sejarah dengan kata-kata ini, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka" (Wahy 21:3).

II. Pendalaman Teks

Berbeda dengan Mazmur ini, Mazmur ini adalah sebuah pujian dan pengagungan terhadap Allah, Sang Pencipta. Bukan saja pujian pribadi namun juga sebuah ajakan kepada seluruh ciptaan baik yang bernafas maupun tidak, baik yang ada di surga, langit, bumi maupun yang di bawah bumi untuk memadukan puji-pujian bagi Allah. Pemazmur menyadari bahwa Tuhanlah Pencipta langit dan bumi, dan Dia layak menerima pujian dan penyembahan semua ciptaan. Tidak ada apapun dalam kolong langit yang tidak diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya hanya Allah sendirilah yang layak dipuji oleh seluruh ciptaanNya.

Sudahkah saudara menyembah dan memuji pribadi yang tepat untuk menerimaNya? Hari ini mungkin kita tidak menyembah gunung, kuburan, patung dan lain sebagainya, namun kadangkala manusia gagal melihat pemeliharaan Tuhan, sehingga bukan Tuhan yang dipuji tetapi para penyalur berkat Tuhan yang dipuji. Jika kita memuji dan mencoba menyenangkan mereka yang Tuhan pakai sebagai penyalur berkatNya, maka kita sedang menyembah dan memuji obyek yang salah. Hanya Allah sendiri yang layak mendapatkan puji-pujian umatNya.

Pemazmur sadar bahwa manusia tidak sendirian di semesta mahaluas ini. Ada banyak makhluk lain selain dirinya. Pemazmur juga sadar bahwa sebagai ciptaan, semua mempunyai kewajiban dasar untuk memuliakan Tuhan. Manusia tidak bisa sendirian memuji Tuhan. Hal itu harus dilakukan bersama oleh seluruh ciptaan. Sadar akan hal itu maka dalam mazmur 148 ini pemazmur mengajak seluruh alam, terwakili langit dan bumi, untuk memuliakan Tuhan. Itulah judul mazmur 148 ini: “Langit dan bumi, pujilah TUHAN.” Inilah mazmur Hallel ketiga. Mazmur ini terdiri atas 14 ayat. Untuk memahami dan menikmatinya, saya membagi Mazmur ini menjadi dua. Bagian I: ayat 1-7. Bagian II: ayat 8-14.

Pemazmur menyadari bahwa Tuhan bertahta di surga tinggi. Ia mengajak seluruh ciptaan untuk memuji Tuhan (ay 1). Pemazmur mengajak malaekat-Nya untuk memuji Tuhan. Disebutkan juga di sana bala tentara-Nya, yaitu benda-benda angkasa (matahari, bulan, bintang), semuanya diajak memuji Tuhan (ay 2). Benda langit itu diperjelas dalam ayat 3 sebab di sana secara khusus disebut benda langit seperti matahari, bulan, dan bintang. Hal ini mengingatkan kita akan kidung Azarya dalam kitab Daniel. Juga mengingatkan kita akan puisi kosmis Fransiskus Asisi, Kidung Saudara Matahari. Dalam ayat 4, pemazmur mengajak langit yang mengatasi langit untuk memuji Allah. Saat penciptaan dulu, Allah memisahkan air yang di bawah dan air yang di atas. Nah, air yang di atas langit itu diajak pemazmur untuk turut dalam pujian alam semesta ini (ay 4). Pemazmur tidak sanggup menyebut satu persatu seluruh ciptaan. Karena itu ia mengajak semuanya untuk ikut dalam pujian kosmis ini (ay 5). Itu adalah kewajiban dasar seluruh makhluk sebab Tuhanlah yang menjadikan mereka, Tuhanlah yang menciptakan mereka sehingga mereka ada (ay 5). Mereka ada karena perintah-Nya, karena firman-Nya. Ayat 6 melukiskan bagaimana pada awal mula, dan itu juga menjadi alasan bagi pujian semesta ini, Allah membangun semuanya; hal itu berlaku untuk selamanya. Tuhan sudah menetapkan sebuah tata aturan bagi alam semesta ini yang tidak bisa dilanggar siapapun. Pelanggaran akan menimbulkan kekacauan ngeri (ay 6).

Setelah dalam bagian di atas tadi, pemazmur menengadahkan pandangan ke atas, ke angkasa raya, maka dalam bagian kedua (ay 7-14) mata pemazmur diarahkan ke bawah, ke bumi. Ciptaan di bumi ini harus ikut ambil bagian dalam pujian semesta. Secara khusus dalam ay 7 pemazmur mengajak ular naga dan segenap samudera raya. Karena di sini disebutkan samudera raya, maka ular naga yang dimaksudkan bukan ular naga biasa, melainkan ular naga penghuni dan penguasa palung laut kelam penuh misteri yang disebut Leviathan. Semua diajak ikut dalam kidung pujian kosmis ini. Pemazmur mengajak api, hujan es, salju, kabut, angin badai untuk ikut dalam pujian semesta ini. Yang menarik ialah bahwa pemazmur menyebut unsur-unsur ini sebagai pelaku firman Tuhan (ay 8).

Dalam ayat 9 pemazmur mengajak anasir alam seperti gunung, bukit, segala jenis pohon (buah-buahan dan pohon aras). Pemazmur juga mengajak binatang liar dan segala jenis hewan, binatang melata dan burung di udara (ay 10). Semuanya diajak memuji Tuhan. Dalam ayat 11-12 pemazmur mengajak manusia, baik penguasa dan pemerintah (raja, pembesar) maupun orang biasa dari segala umur (pemuda, pemudi, orang tua, orang muda). Semua diajak memuliakan Tuhan Allah, sebab hanya Nama Tuhan-lah yang mulia dan agung, yang sedemikian agung sehingga melampaui langit dan bumi (ay 13). Akhirnya dalam ayat 14 pemazmur khusus menyebut tindakan Tuhan bagi umat-Nya Israel. Tuhanlah yang menegakkan simbol-simbol kekuasaan dan kekuatan Israel (yaitu tanduk). Tindakan Tuhan seperti itu, menyebabkan umat kekasihNya memuliakan Dia. Tindakan itu mendatangkan sukacita dan selamat bagi Israel yang dikatakan dekat dengan Tuhan. Atas dasar semua itu, akhirnya mazmur ini, dipuncaki dengan pekik Halleluya juga. Pujilah Tuhan.

III.. Aplikasi

Melihat dari judul lagu yang dinyanyikan oleh Krisdayanti yaitu “Menghitung Hari” adalah hal yang tepat jika kita memposisikan diri kita di hari ini. Sepanjang tahun ini kita menghadapi situasi yang sulit untuk menghadapi Pandemi. Kekawatiran kesehatan, beban psikis, beban ekonomi menjadi tantangan kita. Bahkan kita kadang kala meragukan diri kita sendiri, apakah saya masih sehat? Dengan memuji Tuhan maka kita akan mengambil bagian dalam kemulian-Nya. Bernyanyi dapat memperbaiki pernafasan orang-orang yang mengalami gangguan paru dan membantu penderita demensia dalam mengatasi penyakitnya. Dalam dua dekade terakhir sejumlah peneliti telah berusaha menjabarkan mekanisme kejiwaan, fisik dan tingkah laku yang mengaitkan bernyanyi dengan kesehatan. Profesor Daisy Fancourt, dari University College London, mengatakan sejumlah perubahan terjadi di tubuh saat menyanyi, "Kegiatan ini di antaranya dapat mengurangi hormon stres seperti cortisol. Kami juga melihat perbedaan tingkat endorphin yang terkait dengan perasaan kita. Maka apa pun yang kita takutkan, kawatirkan maka kita harus bias memanajemen rasa tersebut dengan memuji Tuhan, salah satunya dengan bernyanyi.

Makalah tahun 2011 yang diterbitkan Canterbury Christ Church University, Inggris, menyebutkan bahwa "bernyanyi dapat membantu orang yang mengalami masalah jiwa dan fisik". Disaat kita masih diperhadapkan dengan masa New Normal di situasi pandemic ini, hal yang masih bias kita lakukan adalah memuji Tuhan. Ini menjadi kekuatan yang luar biasa bagi kita umat yang beriman. Tidak ada kekuatan yang melebihi dari kekuatan Tuhan, yang mampu memberkati umatNya (ay. 14).  Walaupun dimasa pandemic, kita masih bisa bersama-sama memuji Tuhan dengan kecanggihan teknologi.  Komposer dan konduktor pemenang Grammy Award, Eric Whitacre mengorganisir paduan suara maya seperti ini. Mereka bernyanyi dan mengunduh video mereka dari berbagai tempat. Kemudian hal ini disinkronkan dan disatukan ke dalam sebuah pertunjukan tunggal. Bahkan banyak hal yang mengikuti kegiatan ini, termasuk didalamnya Pendeta-pendeta GBKP.

Ketika kita memuji Tuhan dalam masa-masa sulit ini, percayalah bahwa hadirat Tuhan nyata ditengah-tengah kita. Mungkin perubahan tidak bisa kita lihat secara langsung atau segera, tapi percayalah bahwa hadirat Tuhan membuat perubahan dan mukjizat.

Pdt. Anton Keliat

GBKP Runggun Semarang

Minggu Tgl 20 Desember 2020 ; 2 Samuel 7 : 1 - 16

(MINGGU ADVENT IV)

Invocatio    : “Dialah yang kumaksud ketika kukatakan : Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku” (Yohanes 1:30).

Bacaan       : Roma 16 : 25 - 27

Khotbah      : 2 Samuel 7 : 1 - 16

Tema           : TUHAN BESERTA KITA

1. PENDAHULUAN

Minggu ini kita masuk Minggu Advent yang ke IV dimana suasana Advent semakin kita rasakan dan imani di dalam memperingati hari kelahiran Sang Juruselamat kita, yaitu Kristus Yesus yang datang ke dunia ini untuk menyatakan kasih dan kemuliaan Allah dan menantikan kedatanganNya kembali pada akhir zaman. Pada masa-masa Advent ini sudah menjadi suatu kebiasaan kita sebagai umat Tuhan dan gereja disibukkan dengan persiapan-persiapan berbagai kegiatan dan perayaan untuk memeriahkan sukacita besar akan kasih Allah itu. Kita diajak untuk tetap bersiap menyambut kedatanganNya dengan hidup yang semakin setia dalam iman dan pengharapan akan kehidupan yang kekal, hidup sebagai anak-anak Allah yang telah menerima karunia keselamatan yang tampak nyata melalui sikap hidup kita sekalipun keadaan kehidupan kita saat ini “diwarnai” oleh berbagai situasi dan pergumulan. Kasih setia Allah yang telah IA nyatakan kepada kita dan dunia ini melalui Yesus Kristus menjadi jaminan yang semakin memantapkan kita untuk menjalani kehidupan ini bersama Dia. Kita yakin dan percaya bahwa tidak kehidupan kita yang terlepas dari rancangan dan rencana damai sejahtera yang Allah nyatakan bagi anak-anakNya. Dia adalah Imanuel, Allah yang akan senantiasa beserta kita, menolong, memberkati dan memperlengkapi dalam menghadapi segala keadaan kita. Dia adalah Allah yang setia, yang tidak akan pernah meninggalkan kita. Keadaan kita saat ini tidak akan mampu mengurangi semangat dan sukacita kita dalam memperingati kelahiranNya dan tidak mengurangi kesetiaan kita menanti kedatanganNya kembali dalam iman dan pengharapan.

2. ISI

Invocatio    : Yohanes 1 : 30

Menceritakan tentang Yohanes Pembaptis yang memberi kesaksian tentang Yesus Kristus yang di mulai dengan sebuah pernyataan bahwa IA adalah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia (ay. 29). Yohanes menggambarkan Yesus sebagai tanda pendamaian bagi dunia. Cukup banyak orang yang mengagumi Yohanes Pembaptis, tetapi Yohanes dengan tegas menyatakan bahwa bukanlah dia Mesias yang dinantikan itu. Yesus datang setelah Yohanes namun lebih tinggi darinya karena Ia telah ada sebelum Yohanes (ay. 30). Hal ini mengacu kepada pre-eksistensi Logos (Firman Tuhan) dalam Yohanes 1 : 1 - 3 dan berkaitan dengan status keilahian Yesus.

Yohanes seorang yang begitu rendah hati dan bersahaja, ia bukan pribadi yang senang mencuri kemuliaan Tuhan sekalipun pada waktu itu begitu banyak yang mengagumi dia. Sebaliknya ,ia dengan begitu bersukacita mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus Kristus bahkan memberi tempat yang lebih tinggi, agung dan mulia bagi Yesus Kristus (Yohanes 3 : 30).

Bacaan       : Roma 16 : 25 - 27

Bagian ini adalah akhir dari surat Paulus kepada jemaat di Roma yang berisi puji-pujian bagi Allah yang telah melayakkan dia untuk memberitakan Injil Keselamatan bagi bangsa-bangsa.

l  Paulus memuji kemuliaan Allah yang berkuasa memelihara kehidupan umat Tuhan, khususnya di Roma. Dipermulaan kitab Roma (Roma 1 : 16) Paulus telah menyatakan kuasa Allah yang menyelamatkan orang berdosa. Kuasa yang sama juga yang akan memelihara mereka yang telah diselamatkan untuk tetap tinggal teguh dalam iman mereka, hidup dalam kekudusan, menegakkan kebenaran dan hidup dalam kesatuan tubuh Kristus.

l  Paulus memuji kemuliaan Allah yang nyata dari Injil yang ia beritakan, yakni kabar baik tentang Yesus sebagai Juruselamat dunia.

l  Paulus memuji kemuliaan Allah yang oleh karena hikmatNya, karya keselamatan di dalam Kristus menjadi nyata bagi semua bangsa-bangsa. Kuasa Allah-Rencana Allah dan hikmat Allah membuat keselamatan yang kita miliki adalah hal yang pasti.

Khotbah      : 2 Samuel 7 : 1 - 16

Tabut Perjanjian yang bermakna kehadiran Allah telah di bawa ke Yerusalem dan hal ini telah mengesahkan dinasti pemerintahan Daud akan bangsa Israel. Namun hal ini tidahlak cukup bagi Daud, dalam ayat 1 dan 2 dijelaskan tentang latar belakang keinginan dan kerinduan Daud dalam membangun rumah bagi Tuhan. Daud telah menikmati penyertaan Tuhan yang membuat hidupnya nyaman, tetapi hati Daud gelisah karena menurutnya Tuhan harus “senyaman” dirinya juga. Oleh karena itu Daud ingin membangun rumah bagi Tuhan (baca : Bait Allah). Ide dan keinginan Daud ini juga dipandang baik oleh nabi Natan (ayat. 3). Namun tidak demikian bagi Tuhan sehingga Tuhan berfirman kepada Nabi Natan untuk menyatakan kehendak Tuhan bagi raja Daud bahwa bukan Daud yang akan mendirikan rumah bagi Tuhan tetapi keturunannya Salomo (ay. 12) dikarenakan tangan Daud telah banyak menumpahkan darah (bdk. 1 Taw. 22 : 8). Lebih dari itu Allah berjanji untuk mengokohkan kerajaan Daud melalui keturunannya. Sehingga jelas bahwa nubuat ini berbicara tentang keturunan Daud yang akan tetap menduduki tahta Kerajaan Israel dan juga tentang Kerajaan Mesias yang kekal, yang akan lahir dari keturunan Daud yaitu Yesus Kristus yang akan memerintah dunia dan surga. Penolakan Allah akan keinginan dan kerinduan Daud untuk mendirikan Rumah Tuhan adalah bentuk kasih tuhan kepadanya sebab dibalik penolakan itu Allah sedang merancang dan merencanakan sesuatu yang lebih besar bagi keturunan Daud, yakni kerajaan kekal sampai selama-lamanya melalui Yesus Kristus. Janji Allah bagi Daud begitu luar biasa. Allah yang biasanya mensyaratkan ketaatan dalam memberi berkat kini menjadi tanpa syarat dalam menganugerahkan kesejahteraan bagi Daud dan keturunannya. Ini adalah pernyataan kasih Allah yang mutlak, yang tidak tergantung dari tindakan manusia. Dan Kasih itu semakin nyata dalam diri Yesus yang memberi diriNya bagi keselamatan dunia ini. Namun ini tidak berarti bahwa ketaatan tidak diperlukan. Kasih Allah yang cuma-cuma itu tidak boleh terbuang percuma, namun harus direspon dengan kesetiaan dan ketaatan kepadaNya.

3. APLIKASI

1)   Marilah kita senantiasa mempersiapkan hati, kehidupan dan keluarga kita menjadi “palungan” tempat Yesus itu lahir, bertumbuh dan berkuasa. Bukan sekedar persiapan secara seremonial dan penampilan untuk sebuah perayaan tanpa adanya pertobatan akan cara hidup yang benar. Persiapkanlah “jalan” bagiNya, Allah yang agung, yang datang dalam rupa manusia untuk keselamatan dunia.

2)   Dalam kita menyambut Natal, Minggu Advent ini menjadi Minggu persiapan dan perenungan bagi kita tentang kasih setia Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus yang datang kedunia dalam rupa manusia. Masih begitu banyak orang         yang mengaku anak-anak Tuhan bukan seperti Yohanes Pembaptis yang rela semakin kecil agar keagungan dan kebesaran Allah semakin di nyatakan, tetapi malah menjadikan diri sebagai pusat, menjadikan Natal sebagai ajang pamer dan menunjukkan keberadaannya. Masihkan Yesus Kristus itu menjadi pusat kehidupan kita? Masihkan perayaan Natal kita sungguh menghayati kasih Allah itu? Atau kita semakin memfokuskan diri kita akan penampilan dan perayaan kita tanpa pemaknaan. Inilah yang perlu kita persiapkan dan perbaiki dimasa Advent ini, segala pujian dan kemuliaan hanyalah bagiNya. (ula kari kita nari ngenca siakap meriah ras nggerak tapi si “tubuh” e enggom ateNa megogo natap kita…).

3)   Sebagai anak-anak Allah yang telah menerima Kasih KaruniaNya, kita        merespon itu dengan ketaatan dan kesetiaan untuk hidup dalam firmanNya untuk kemuliaanNya. Serta memberi diri untuk dipakai Tuhan menyatakan kasihNya bagi dunia ini dan memberitakan kabar sukacita tentang keselamatan dalam Yesus Kristus.

4)   Begitu banyak rancangan keinginan dan rencana yang kita buat dalam kehidupan kita, yang menurut kita itu baik, tetapi belum tentu baik bagi Tuhan. Oleh karena itu kita lebih menjalin keintiman dengan Allah sehingga kita semakin mengerti apa yang Allah inginkan dalam kehidupan kita.

5)   Sekalipun banyak keinginan dan rencana yang tidah tercapai (“tidak/belum Tuhan kabulkan”) dalam kehidupan kita, jangan kecewa dan hilang harapan karena apa yang Tuhan rancangkan dan rencanakan pasti lebih baik dari apa yang kita pikirkan (Roma 8 : 28 ). Rancangan Allah adalah rancangan damai sejahtera (Yeremia 29 : 11)

6)   Banyak tantangn dan pergumulan yang kita hadapi dalam menjalani kehidupan ini (sama seperti pergumulan dan proses yang Daud hadapi untuk menjadi      seorang raja), ingatlah bahwa Allah kita adalah Allah yang setia yang senantiasa ada bagi kita dalam segala keadaan kehidupan kita. Tidak ada satupun yang dapat memisahkan kita dari kasihNya. (Roma 8 : 37 - 39). Allah akan senantiasa mendengarkan doa umatNya dan pertolonganNya akan selalu tepat pada waktuNya (Yesaya 59 : 1; Yeremia 29 : 12-13). Kasih setiaNya akan tetap untuk selama-lamanya.

Pdt. Elba Pranata Barus, S.Th

(GBKP Rg. Bandung Timur)

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate