Minggu Tgl 04 Oktober 2020 ; Yohanes 8 : 1-11

 

Invocatio    : Amos 5:7    Bacaan : Yehezkiel 18:7-9   

Kotbah       : Yohanes 8:1-11

Tema         : “Lakukanlah Yang Disenangi Allah”

ISI

Saat pagi-pagi, Tuhan Yesus sedang mengajar di Bait Allah, tiba-tiba orang banyak berkumpul karena adanya perempuan yang tertangkap berbuat zinah.  Sebagaimana diketahui orang Yahudi di dalam hukum Taurat, dengan keterangan dua atau tiga orang saksi, pelanggaran perempuan ini harus dihukum dengan hukuman mati (Ulangan 17:6 ; Imamat 20:10).  Tetapi seperti dicatat dalam Imamat 20:10, yang seharusnya dihukum adalah laki-laki dan perempuan yang melakukan zinah. Keduanya.  Dimanakah laki-laki yang berzinah dengan perempuan ini ? Berhasil melarikan diri ? Atau memang hanya perempuan saja yang biasanya dihukum mati di dalam kasus-kasus ini pada waktu itu ? Ternyata memang ada indikasi seperti itu.

Penelitian dari Craig Keener (The Gospel of John : A Commentary, P.736) menunjukkan catatan tentang perempuan-perempuan yang dieksekusi mati pada zaman Perjanjian Baru ditulis dan alasan mereka dieksekusi kebanyakan adalah perzinahan.  Pada waktu itu orang Yahudi tidak diberikan otoritas untuk mengeksekusi mati seseorang.  Itu sebabnya eksekusi-eksekusi ini, walaupun keputusan dari sidang pengadilan agama Yahudi, sengaja dilakukan dengan liar dan terlihat seperti kekerasan jalanan ketimbang eksekusi resmi hasil pengadilan.  Tidak ada yang bisa diminta pertanggungjawaban.  Hanya ada massa yang liar dan tidak terkontrol yang bertindak brutal dan menyebabkan kematian perempuan-perempuan ini.  Hal ini menyebabkan pemerintah Romawi tidak merasa perlu untuk memperpanjang kasus-kasus eksekusi yang terjadi.  Tetapi andai kata diketahui siapa penggerak di belakang massa yang mengeksekusi mati perempuan-perempuan ini, tentu pihak Romawi akan bertindak dan menangkap orang itu.  Ketentraman dan kedamaian seluruh Kekaisaran Romawi harus dijaga dan membiarkan eksekusi eksekusi mati terjadi bukanlah cara yang bijak untuk membangun ketentraman dan kedamaian tersebut.

Inilah sebabnya perempuan yang tertangkap oleh mereka itu dihadapkan ke Tuhan Yesus.  Tentu Yesus akan menaati hukum Musa ? Bagaimana mungkin Dia berani memberontak terhadap Musa dan Hukum Taurat ? Mereka pun menuntut Yesus memberikan jawaban mengenai apa yang harus dilakukan kepada perempuan ini. 

Menaati hukum Musa ? Menaati hukum Musa memiliki muatan politis yang besar sekali.  Jika mereka menjalankan hukum musa, yang dianggap sebagai hukum Kerajaan Israel oleh orang Romawi, ini akan membuat orang Romawi merasa terancam dan bertindak agar peraturan Kekaisaran Romawi yang lebih diutamakan.  Membangkitkan peraturan suatu bangsa jajahan adalah tindakan pengkhianatan jika dilihat dari sudut pandang sang penjajah.  Tetapi jika Yesus tidak bertindak, mereka akan menganggap bahwa Dia takut kepada pemerintah Romawi dan lebih ingin menjalin perdamaian dengan penjajah mereka.  Dia melanggar hukum Musa demi menaati pemerintah kafir.  Yang mana pun keputusan Yesus, itulah yang akan mereka pakai untuk mempersalahkan Dia (ayat 6).

Di saat semua orang terus mendesak Dia untuk memberikan jawaban, Yesus membungkuk dan menulis dengan jariNya di tanah.  Peristiwa ini mengingatkan banyak orang pada dua peristiwa di Perjanjian Lama.  Yang pertama adalah peristiwa yang tercatat di dalam Ulangan 9:10, Allah menuliskan ke-10 hukum dengan jariNya sendiri.  Meskipun tidak dicatatkan dalam perikop kita, sangat mungkin tindakan Yesus ini mengingatkan kepada mereka pada peristiwa tersebut.  Yang kedua adalah nubuat Yeremia didalam Yeremia 17:13.  Dalam Yeremia 17:13 mengatakan bahwa orang-orang yang meninggalkan Tuhan, namanya akan tercatat di bumi (di tanah), yaitu mereka yang meninggalkan Sang Sumber Air Sejati (terjemahan LAI, dilenyapkan dari negeri, secara literal tertulis di bumi/di tanah akan tercatat namanya).  Sebelumnya di dalam Yeremia 17:9 dan 10 dikatakan bahwa orang-orang yang meninggalkan Tuhan ini adalah orang-orang yang licik hatinya, lebih licik dari apapun, tetapi Tuhan mengetahui kelicikan hati itu dan Tuhan akan menghakimi orang-orang itu.  Karena kelicikan hati mereka itulah maka Tuhan mencatat nama mereka di bumi/di tanah sebagai orang-orang yang meninggalkan Tuhan.

Ketika Yesus sedang menulis dengan jariNya ini, orang banyak terus mendesak Dia untuk mengambil keputusan.  Mana jawabanMu, hai Rabi ? Yang mana pun itu kami akan pakai untuk menjeratMu.  Yesus pun berdiri dan menantang orang yang tidak berdosa yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini.  Orang yang mengingat Ulangan 9:10 menyadari bahwa mereka adalah umat yang sedang melanggar perjanjian dengan Tuhan.  Mereka dibuang dan hingga saat ini belum dipulihkan.  Mereka adalah orang-orang yang namanya tercatat di bumi karena meninggalkan Tuhan (Yeremia 17:13) karena kelicikan hati mereka yang diketahui dan akan dihakimi oleh Tuhan (Yeremia 17:9-10).  Kesadaran ini muncul di dalam hati mereka setelah mendengar perkataan Yesus yang penuh dengan kuasa, “barang siapa yang tidak berdosa, hendaklah dia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan ini”. 

Dengan Yeremia 17:9 dan 10 di dalam pikiran, orang banyak itu tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang licik.

 Dengan tipu daya berusaha memanipulasi hukum Musa dan keberdosaan perempuan yang berzinah ini untuk menangkap dan menjerat Yesus.  Hati mereka sangat licik dan didalam anugerah Tuhan mereka masih menyadari hal ini.  Itulah sebabnya tidak ada satu pun yang mengambil batu dan melempari perempuan itu.

Setelah mengatakan tantangan bagi orang yang tidak bersalah (baik tindakan maupun rancangan hatinya) untuk melempar batu, Yesus melanjutkan menulis di tanah.  Satu persatu orang pergi meninggalkan Yesus dan perempuan itu.  Setelah semua orang pergi dan hanya Yesus dengan perempuan itu yang masih tinggal, Yesus pun membebaskan perempuan itu dengan mengingatkan dia agar tidak  berbuat dosa lagi.  Hanya Yesus yang berhak menghakimi karena Dialah satu-satunya yang tidak bersalah dalam tindakan, perkataan maupun hatiNya.  Dia membebaskan perempuan itu dengan belas kasihan yang sangat besar.  Belas kasihan yang celakanya, tidak dimiliki oleh orang-orang lain yaitu orang-orang yang berhati licik dan berniat jahat tetapi tidak memiliki belas kasihan.  Yesus tidak melanggar hukum Taurat, karena di dalam hukum Taurat ada tempat pengampunan melalui penebusan.  Yesus mengampuni perempuan itu karena Dia juga adalah penebus perempuan itu.  Dia yang bersih memiliki belas kasihan yang sangat besar kepada perempuan itu sama seperti Allah yang memiliki belas kasihan yang sangat besar kepada umatNya.  Manusia yang berdosa hatinya menjadi picik dan penuh keangkuhan dan buta terhadap kejahatannya sendiri.  Oleh karena itu dalam kehidupan yang kita jalani sebagai orang percaya tetaplah kita melakukan praktek kehidupan yang disenangi Allah dalam kehidupan kita. 

Pdt. Prananta Jaya Ginting Manik, S.Si (Teol) MM

GBKP Runggun Bogor Barat

Bogor, Medio Juli 2020

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate