Minggu 30 Agustus 2020 ; Lukas 12 : 13-21
Invocatio : “Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Markus 7:23)
Bacaan : Amsal 22:22-29
Kotbah : Lukas 12:13-21
Tema : Kaya di hadapan Allah
PENGANTAR
Kaya dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki tiga pengertian, yaitu : mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya), mempunyai banyak (mengandung banyak dan sebagainya), (ber) kuasa. Dalam budaya karo, ketika ada orang yang menikah, pesan yang biasa disampaikan kepada pengantin adalah : “Merih manuk ni asuh, mbuah page ni suan”, yang dapat diartikan sebagai doa agar apapun yang dikerjakan berhasil. Dalam kehidupan, banyak orang berharap agar hidupnya lebih baik, lebih sukses, lebih kaya dan sebagainya, sehingga ia bekerja keras dan berjuang untuk mendapatkan lebih banyak dari apa yang sudah dimilikinya. Apakah itu salah?? Tentu saja tidak!!. Tapi firman Tuhan hari ini, mengajak kita untuk melihat lebih dalam tentang kekayaan, yang tidak hanya tentang bagaimana mendapat dan mengumpulkan tetapi juga bagaimana menggunakan sehingga kita kaya di hadapan Allah.
ISI
Invocatio
Markus 7:23, merupakan apa yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya, tentang apa yang menajiskan orang, yaitu hal-hal yang jahat yang timbul dari dalam hati manusia. Dimulai dari ay. 21-22, Yesus menjabarkan tentang hal-hal jahat yang timbul dari dalam, dari hati manusia, yaitu :timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan.
Bacaan
Amsal 22:22-29, merupakan bagian dari amsal-amsal orang bijak, yang menuntun kepada hidup yang benar di hadapan Tuhan (bdk.ay. 19-21). Bagian kitab Amsal ini berbicara tentang, bagaimana bersikap terhadap orang lemah, bagaimana menjaga pergaulan, dan bagaimana bijak dalam melihat situasi dan bagaimana orang yang cakap dalam pekerjaan akan berhasil dalam kehidupannya.
Kotbah
Lukas 12:13-21, merupakan perumpamaan yang mengkisahkan tentang seseorang yang kaya, yang memiliki banyak harta, dan ingin membuat lumbungnya lebih besar, sehingga dia akan menimbun hartanya disana selama bertahun-tahun lamanya, dan kemudian dia akan berkata kepada jiwanya : jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi Firman Tuhan berkata: Hai, orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah nanti?. Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah. Beberapa hal yang bisa kita lihat dari kehidupan orang kaya ini adalah :
· Ia adalah seseorang yang tidak memiliki relasi dengan orang lain, sehingga ia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya serta memuji dirinya sendiri (ay. 17-18).
· Ia tidak puas dengan apa yang ia miliki, terlihat dari apa yang dikatakannya “aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku”.
· Ia adalah seseorang yang berorientasi pada dirinya sendiri, terbukti dari kata “aku” dan “ku” yang muncul dalam 3 ayat (17,18,19) sebanyak 13 kali.
Perumpamaan yang disampaikan Yesus ini, merupakan agar berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan dan tidak menggantungkan hidup pada kekayaan, namun kepada Tuhan. Kita tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir. Jika selama hidup kita hanya menimbun, maka sia-sialah semua yang kita miliki ketika kita sudah mati.
APLIKASI
Menjadi kaya tidaklah dosa, karena kekayaan adalah salah satu berkat yang Tuhan janjikan, sehingga kita tidak perlu takut untuk hidup sebagai orang kaya. Namun jika karena kekayaan yang kita punya kita menjadi orang yang sombong, atau untuk mendapatkan kekayaan kita melakukan segala cara, itulah yang dosa. Firman Tuhan hari ini lebih jauh mengajar kita bagaimana memandang kekayaan tidak hanya secara materi dan di dunia ini, tapi juga kaya di hadapan Allah. Beberapa hal yang bisa kita renungkan, antara lain:
1. Jangan mengantungkan hidup pada kekayaan, tapi gantungkanlah hidup kepada SANG Pemilik kekayaan. Kita bisa berjuang dan bekerja keras untuk meningkatkan kehidupan kita, tapi jangan biarkan ambisi untuk mendapatkan kekayaan menjauhkan kita dari kehendak Tuhan. Jangan karena alasan kesibukan dalam pekerjaan kita menomorduakan Tuhan.
2. Bersykurlah atas apa yang kita miliki, itulah kekayaan yang bernilai tinggi, seperti sebuah kata bijak “ orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki segalanya tapi orang yang mampu bersykur atas apa yang dimilikinya”. Layaknya orang tua yang senang ketika anaknya berterima kasih atas pemberiannya, bukankah ALLAH sebagai BAPA kita, juga akan senang jika kita anak-anakNya selalu bersyukur atas apa yang diberikanNya pada kita?. jangan bandingkan hidup kita dengan orang lain, karena Tuhan memberikan berdasarkan porsi kita masing-masing.
3. Pakailah kekayaan yang Tuhan beri sebagai alat kita untuk bersaksi dan melayani. Tuhan tidak akan memberkati kita tanpa sebuah tujuan. Sejak semula Tuhan memberkati manusia dengan sebuah tujuan yaitu supaya menjaga dan menguasai bumi (Kej. 1:28), begitu pula Abraham yang diberkati Tuhan untuk menjadi berkat bagi berkat (Kej.12:2-3). Layaknya pohon berbuah tidak untuk dirinya sendiri, tapi untuk dinikmati. Demikia pula kehidupan kita sebagai orang percaya, semakin kita diberkati dengan kekayaan yang kita miliki, berarti Tuhan ingin kita bersaksi dan melayani semakin luas lagi. Jangan takut memberi, karena layaknya “pancuran” (bahasa karo), kita hanyalah saluran, semakin besar kita menyalurkan, semakin besar pulalah Tuhan akan menyalurkan melalui kita. Akhir kata :ikan teri ikan tenggiri, semakin memberi semakin diberkati. Kiranya Tuhan tetap memberkati. Amin.
Pdt Evlida br Ginting
Runggun GBKP Klender