Minggu 14 Februari 2021 ; 2 korintus 4 : 1 - 6

Invocatio    : “Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gemetar, sebab TUHAN ALLAH itu kekuatanku dan mazmurku, IA telah menjadi keselamatanku (Yes.12:2)

Bacaan         :  2 Raja-raja 2 : 1 - 12

Khotbah       :  2 Korintus 4 : 1 - 6

Tema            : “Terang Yang Bercahaya Dalam Hati

(B.Karo:  Terang Si Ersinalsal Ibas Pusuh)

Oleh kar'na kemurahan Tuhan,

Ku ada sampai hari ini

Oleh kar'na kebaikan Tuhan,

Janji-Mu terjadi bagiku

Inilah sebagian syair Lagu (Feat Jason), Bukankah demikian juga kehidupan kita jika kita boleh sampai ke Minggu Pasion yang Pertama ini, adalah oleh karena kemurahan Tuhan. Begitu banyak tantangan yang harus kita hadapi, Virus Corona yang masih terus merajalela, Bencana alam, Sikap intoleran dsb. Apakah oleh karena situsi ini pemberitaan Injil harus dihentikan atau ditunda? Tentu tidak, “Pemberitaan Injil Semakin dibabat, Semakin Merambat” dan  janji Tuhan terjadi bagi kita.

Melalui Firman Tuhan pada Minggu ini mari kita akan belajar dari sikap Paulus mesti mengalami banyak tantangan dalam pelayanan namun ia tidak Tawar hati (Bhs.Karo La erleja-leja)

Dalam kisah pelayanan di jemaat Korintus, pelayanan Paulus tidak semulus dan selancar yang diharapkan, karena ternyata dalam kehidupan jemaat Korintus banyak masalah yang harus ia hadapi, timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upacara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran.

Selain masalah-masalah etis dan moral, masalah lain adalah jemaat di Korintus yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya saling menyombongkan diri.

 Apa rahasianya  mesti mengalami banyak tantanan dalam pelayanan namun Paulus tidak Tawar hati? Karena ia sadar bahwa pelayanan pemberitaan Kristus begitu mulia ( Psl. 3:17-15). Menjadi pelayan Injil merupakan kehormatan yang berasal dari kemurahan Allah semata.

Kesadaran ini membangkitkan dua hal.

Pertama, ketegasan untuk tidak menodai pelayanan yang mulia dengan tindakan dan motivasi yang tidak murni (2a).

Kedua, bersungguh-sungguh agar Injil dapat diberitakan dengan cara yang membuat pendengarnya dapat memahami dengan benar (2b).

Paulus menyadari bahwa pada  kenyataannya masih ada juga orang yang tidak menerima Injil, dalam hal ini ia  menegaskan bahwa penolakan terhadap Injil adalah fakta bahwa hati orang digelapkan oleh dosa, kuasa kejahatan dan daya tarik dunia (3-4). Mereka yang termasuk di dalamnya adalah orang yang memang tidak ingin percaya kepada Allah. Mereka tidak menyadari bahwa di luar Injil tidak ada keselamatan sejati, juga tidak ada makna hidup yang sejati.

Paulus juga menyadari bahwa oleh karena pelayanan Injil adalah mewartakan kemuliaan Kristus, maka ia tidak menonjolkan dirinya (5). hal ini menegaskan ulang perbedaan prinsip pelayanan Paulus dibandingkan dengan hamba-hamba Tuhan palsu, yang menonjolkan diri mereka untuk mencari hormat dari jemaat Korintus. Perhatian Paulus bukan dipusatkan pada upaya untuk membuat orang mengaguminya, tapi pada kesetiaan melayani agar Kristus dinyatakan dengan terang (6). Seperti Ia yang pernah berjumpa dengan terang kemuliaan Kristus di jalan menuju Damaskus, demikianlah ia terus berharap bahwa melalui pelayanannya orang kembali berjumpa terang Kristus itu.

Tema kita pada minggu ini :”Terang Yang Bercahaya  Dalam Hati”. Terang Kristus yang telah ada dalam Hati Paulus, memampukan untuk terus-terang dan terang-terus dalam pelayanan,”maju tak gentar membela Kristus yang benar”,

Terang Tuhan yang ada dalam hati Elia, memampukannya untuk menunaikan Tugas pelayanannya sehingga ia diangkat ke sorga dalam angina badai (Bacaan)

Terang Tuhan yang ada dalam dalam hati pemazmur, memampukannya memberika pengakuan bahwa Tuhanlah keselamatannya.

Terang Tuhan yang ada dalam diri kita? Apakah akan memancarkan”terang”??

Dalam akhir Khotbah kami mengajak kita “BELAJAR DARI FILOSOFI GULA PASIR”

Gula PASIR Memberi RASA MANIS pada KOPI,

Tapi orang MENYEBUT-nya KOPI MANIS...bukan KOPI GULA...

Gula PASIR Memberi RASA MANIS pada TEH

Tapi orang MENYEBUT-nyaTEH MANIS...bukan TEH GULA...

Gula PASIR Memberi RASA MANIS pada ES JERUK...,

Tapi orang MENYEBUT-nya ES JERUK MANIS...bukan ES JERUK GULA

ORANG menyebut ROTI MANIS...bukan ROTI GULA...

Tapi GULA tetap IKHLAS LARUT dalam memberi RASA MANIS...

Tapi apabila berhubungan dgn Penyakit ,barulah GULA disebut..PENYAKIT GULA.

BEGITU-lah HIDUP....

Kadang KEBAIKan (Baca: Pelayanan) yang Kita TANAM tak pernah diSEBUT Orang....

Tapi kesalahan akan dibesar-besarkan

IKHLAS-lah seperti GULA... LARUT-lah seperti GULA...

Tetap SEMANGAT memberi KEBAIKan...

Karena KEBAIKan tidak UNTUK DISEBUT...

Tapi untuk DIRASA-kan...

Terang Yang Bercahaya  Dalam Hati kita akan memampukan kita seperti gula pasir, mau larut(berkorban), bukan untuk sebuah prestasi  namun untuk kemulian nama Tuhan.

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Matius 5 : 16. Amin.

Pdt. IGM – GBKP Runggun Pondok Gede.

Minggu 07 Februari 2021 ; Yesaya 40 :27-31

Invocatio      : “Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh.6 : 35)

Bacaan        :  1 Korintus 9 : 16 - 23

Khotbah       :  Yesaya 40 : 27 - 31

Tema            : “Allah Membaharui Kekuatan Orang Yang Percaya

(B.Karo: Dibata mpelimbarui Gegeh Kalak Si Tek)

Pendahuluan

Jemaat yang dikasihi Tuhan, selama hidup di dunia, kita tidak akan lepas dari masalah. Bentuknya bisa beraneka rupa: penyakit, kegagalan, perlakuan buruk orang lain, atau bisa jadi perlakuan diri karena tidak taat kepada Tuhan sehingga melakukan perbuatan-perbuatan yang Tuhan tidak kehendaki. Misalnya, menuruti hawa nafsu yang mencelakakan atau merusak. Saat ini, salah satu pergumulan hidup yang sedang kita hadapi bersama adalah pandemi Covid 19. Sudah hampir satu tahun Covid 19 mewabah dalam kehidupan kita dan belum tahu kapan berakhirnya pandemi ini. Hal ini bisa jadi memunculkan pertanyaan di benak kita: “Akhirnya bagaimana: masihkah daya tahan tubuh kuat atau akan terpapar juga?” “Akankah hidup lebih baik setelah pandemi ini berlalu atau malah semakin berat?”

Bergumul dengan pertanyaan “Akhirnya bagaimana ya, makin baikkah atau makin buruk?” atau “Kapan sih berakhirnya situasi ini?” , tentu menggelisahkan. Bahkan pertanyaan yang tak terjawab ini bisa mengarah kepada satu titik yaitu Tuhan tidak peduli. Sebab, bila Tuhan peduli, penuh kasih dan berkuasa, mengapa persoalan yang dihadapi belum juga terselesaikan atau mengapa pandemi ini belum berakhir?

ISI

Jemaat yang dikasihi Tuhan, perasaan tidak dipedulikan Allah, muncul di benak bangsa Israel yang berada dalam pembuangan di Babel. Bangsa Israel menjadi rakyat jajahan setelah kalah perang dan kemudian ditawan atau dipindahkan dengan paksa ke negeri Babel yang mengalahkan mereka. Kita bisa lihat di Yesaya 40:27, “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?” Bangsa Israel merasa mereka ditinggalkan dan dilupakan Tuhan.

Memang akan menggelisahkan dan berat bila dari pergumulan dan situasi yang dihadapi, tidak diketahui akan berakhir seperti apa? Namun, yang terberat adalah ketika merasa Tuhan tidak bertindak. Mengapa Tuhan tidak melakukan apa pun? Mengapa Tuhan tidak menjawab? Apakah Tuhan melupakan kami? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat menimbulkan keputusasaan, kehilangan harapan sehingga bisa berpaling dari Tuhan atau bahkan mengakhiri hidup.

Dalam situasi yang penuh penderitaan dan tekanan itu, Nabi Yesaya diutus Tuhan untuk menyalakan harapan dalam hati bangsa Israel.  Melalui pemberitaan Nabi Yesaya, Tuhan hendak mengingatkan kembali umat-Nya yang sedang menderita, terpuruk dan kehilangan harapan, bahwa “Tuhan ialah Allah kekal, yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; IA tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”(ayat 28). Yesaya menegaskan aspek kemahakuasaan sekaligus kedaulatan Tuhan. Tuhan tidak lepas tangan, Tuhan tidak melupakan. IA berkuasa dan peduli. “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (ayat 29).

Dan di ay.31, Yesaya berkata, "Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah".

Jemaat yang dikasihi Tuhan, apa arti kata menanti-nantikan Tuhan? Menanti-nantikan Tuhan bukanlah duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Akar kata yang dipakai untuk menanti-nantikan Tuhan adalah qavah yang memiliki arti terikat atau dijadikan satu dengan cara dipuntir/dipilin. Itu sama seperti kita menyambung dua kabel menjadi satu dengan cara kita putar supaya saling terkait dengan erat.

Oleh karena itu, menanti-nantikan Tuhan berarti menjadi terikat dengan Tuhan. Kita percaya dan mempercayakan diri dan hidup kita kepada Tuhan.  

Untuk itu, seperti Rasul Paulus di bahan bacaan yang pertama, di 1 Kor.9:16, yang merasa celaka bila tidak memberitakan Injil, marilah setiap kita saling mengingatkan dan memberitakan untuk tetap menanti-nantikan Tuhan di dalam kita menghadapi pergumulan dan persoalan di dalam kehidupan ini.

Sebab Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa dan bersedia memberikan kekuatan bagi kita. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus di Yoh.6:35 yang menjadi ayat invocatio, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Sehingga kita mendapatkan kekuatan baru. Kekuatan baru yang menyebabkan kita terbang seperti rajawali, berlari tanpa menjadi lesu, dan berjalan tanpa menjadi lelah.

Penutup

Jemaat yang diaksihi Tuhan, dalam hidup ini, yang penting bukan ada atau tidaknya masalah dalam hidup kita: besar atau kecilnya rintangan yang ada di depan kita. Tapi terutama adalah bagaimana sikap kita ketika menghadapi masalah dan rintangan itu?

Marilah kita menghadapinya dengan penuh iman dan mencari hikmah di balik setiap kejadian? Untuk itu, pertanyaan kita ketika menghadapi persoalan atau masalah, bukan lagi “Akhirnya bagaimana?” atau “Kapan sih berakhirnya masalah ini”? Tetapi “Bersama dengan siapa kita melewatinya”. Ini pertanyaan yang terpenting. Mengapa? Karena ketika kita melewatinya bersama Tuhan, kita akan mendapatkan kekuatan baru. Sehingga persoalan dan masalah yang kita hadapi tidak menjadi batu sandungan bagi kita tetapi menjadi batu pijakan untuk kita semakin dekat dengan Tuhan. Dengan demikian kita semakin bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.

Tuhan tidak menjanjikan jalan hidup yang mulus. Yang Tuhan janjikan adalah kekuatan

Amin

Pdt.Asnila br Tarigan

GBKP Rg.Cijantung

Minggu Tgl 31 Januari 2021 ; Lukas 4 : 31 -37

Invocatio       : “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya , yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” (Yohanes 1: 14)

Bacaan         : Mazmur 111: 1-10

Khotbah       : Lukas 4: 31-37

Tema            : YESUS BERDAULAT DAN BERKUASA

Pengantar

Lamanya kita menjadi Kristen belum jaminan kita sudah cukup mengenal Tuhan kita.Mungkin kita sebatas tahu tentang Tuhan Yesus tetapi kita belum mengenal-Nya dengan benar dan sungguh.Bahkan bahan khotbah hari ini mengatakan bahwa setan pun mengenal Yesus.Jadi di Minggu Septuagesima ini kita kembali diingatkan bagaimana seharusnya kita mengenal Tuhan dalam kedaulatan dan kuasaNya.

Pembahasan Teks

(1) Pengajaran Yesus membuat orang takjub sebab perkataanNya penuh kuasa. Kalau guru-guru terdahulu yang mengajar di sinagoge berkata “Demikanlah Firman Tuhan”, tetapi Yesus dengan tegas mengajar “Aku berkata kepadaMu…”. Sebuah bukti bahwa Dia adalah Firman itu sendiri (bdk Invocatio).

Seorang Pendeta bertanya kepada aktor ternama bagaimana cara untuk menarik perhatian banyak orang, padahal sang aktor hanya menyampaikan sebuah fiksi. Sang Pendeta mengkhotbahkan kebenaran tapi tidak banyak yang memperhatikannya.“Sederhana saja.” kata sang aktor, “saya menampilkan fiksi saya sedemikian rupa seolah-olah fiksi itu suatu kebenaran, sedangkan Anda menyampaikan kebenaran seolah-olah itu adalah fiksi.”

Saat kita sebagai hamba Tuhan memberitakan tentang Yesus, sampaikanlah sebagai sebuah kebenaran yang sejati dengan kuasa Kristus yang ada pada kita.

(2) Di dalam rumah ibadat ada orang kerasukan setan. Ia hadir di sana seperti tamu tak diundang. Kalau kita pernah mendengar Tuhan ada di mana-mana, ternyata setan pun ada di mana-mana, bahkan di dalam rumah ibadat. Tetapi setan pun mengenali siapa Yesus. Dia menyebut nama Yesus dan asalnya dari Nazaret. Dia juga tahu kapabilitas Yesus, yakni sanggup membinasakan setan. Bahkan status Yesus sebagai Yang Kudus dari Allah pun dia sebutkan. Tetapi setan yang berteriak dengan lantang dan keras itu pun takluk saat Yesus menghardiknya dengan kuasa. Dengan satu perintah Dia mengusirnya dari dalam orang itu. Jadi jelas, walaupun roh jahat bisa menguasai tubuh seseorang dan membuatnya berteriak-teriak, ingatlah bahwa Yesus berdaulat dan berkuasa di atas segala roh jahat apapun. Melalui kekuatan, mujizat dan pengusiran setan ini injil Lukas ingin mengedepankan fakta bahwa Yesus adalah Mesias yang membawa hadirnya kerajaan Allah di dunia ini. Tanda hadirnya adalah shalom, damai sejahtera yang melingkupi jasmani dan rohani. Pelepasan dari roh jahat adalah kesejahteraan jasmani sekaligus rohani bagi orang tersebut.

(3) Orang-orang kembali takjub kepada Yesus. Mengusir roh jahat hanya dengan perkataan. Penuh wibawa dan kuasa. Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana. Karena yang terdahulu mereka lihat sungguhlah berbeda. Ada seorang penulis buku tentang sejarah Yahudi bernama Flavius Yosefus, pengusiran roh jahat yang dilakukan orang Yahudi biasanya melibatkan jampi penangkal, makanan atau minuman tertentu, air dalam buyung, dan sebagainya. Hanya Yesus yang melakukan pengusiran dengan hardikan dan perintah semata, dan setan mematuhi-Nya, keluar dari tubuh orang itu tanpa menyakitinya.

Poin Aplikasi

- Percaya kepada Tuhan Yesus berarti kita percaya akan kuasaNya. Mengimani ada kuasa di dalam nama-Nya. Kita bisa mengusir setan di dalam nama Yesus. Rasa takut kepada roh jahat adalah tanda kita meragukan bahwa Yesus berdaulat. Kita pun bisa mengusir segala yang mengganggu damai sejahtera di hidup kita, di dalam nama Yesus. Bahkan kita bisa menolak kejahatan di hati kita dalam nama Yesus. Dia berotoritas dan berkuasa penuh atas dunia ini, juga kehidupan kita. Kalahkanlah yang jahat di dalam nama Yesus.

- Pengagum vs Pengikut. Hidup beriman bersama Tuhan pastilah sering kita alami kagum dan takjub akan kuasaNya dalam hidup kita (bdk. bacaan Mazmur 111). Rasa kagum atau takjub kita kepada Tuhan janganlah berhenti pada titik itu saja. Tebarkan dan sebarkan menjadi berita pengharapan bagi orang lain. Jangan malu bersaksi tentang kuasa Tuhan apabila itu benar pengalaman rohani kita, bukan sesuatu yang dikarang-karang.Jangan berpuas diri hanya sebagai pengagum, jadilah pengikut-pengikut Kristus.

Pdt.Yohana br Ginting

Rg.Samarinda

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate