Khotbah Minggu tgl 17 Februari 2019 : 1 Korintus 1 : 18-25

Invocatio

”O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! sungguh tak terselidiki  keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33).

Ogen : Ibrani 12:18-24

Khotbah : 1 Korintus 1:18-25

Tema  

Kristus adalah Kekuatan dan HikmatAllah

Jalan Tuhan tak terselami oleh setiap hati kita manusia, seperti tingginya langit dari bumi, demikian tingginya jalan Tuhan dengan jalan kita manusia. Bagi orang percaya salib adalah keselamatan, bagi dunia salib adalah kebodohan. Latar belakang Korintus di mana ada banyak karunia Roh yang terjadi yang diberikan Allah, namun banyak pula permasalahan di Korintus. Ada banyak golongan dalam jemaat, ada golongan Paulus, Kefas, Kristus, dan lain-lain. Belum lagi dalam jemaat tersebut ada golongan Yahudi dan golongan Yunani. Bagi golongan Yahudi, salib suatu batu sandungan dan bagi golongan Yunani suatu kebodohan (ay. 23). Paulus memiliki suatu uraian argumentasi yang sangat indah dalam menjawab pertanyaan orang Yunani dan dan Yahudi tentang makna Salib. Kedua golongan masyarakat ini memiliki pengaruh di jamannya. Orang Yunani mencari hikmat: mereka terkenal dengan para filsufnya dan sudah memiliki pikiran yang sangat maju pada jamannya dengan mengembangkan nalar dan pikiran-pikiran logis. Mengapa bagi orang Yunani salib sebagai kebodohan? Salib dalam pandangan mereka adalah kutuk atau akhir perjalanan bagi seorang yang memiliki hukuman berat. Maka sungguh tak masuk akal bagi mereka kalau salib adalah jalan keselamatan dari Allah. Demikian halnya bagi Yahudi, salib pada Yesus dianggap sebagai skandal. Istilah ini muncul karena ketika vonis terhadap Yesus dihadapan Pilatus sebagaimana tuntutan para Sanhedrin, Saduse dan para ahli Taurat atas tuntutan hukum mati Yesus adalah karena menyebut dirinya Anak Allah. Sehingga olehNya Dia telah melakukan penistaan agama. Sekalipun vonis itu tidak berkaitan dengan itu, karena Pilatus sendiri menyebut Yesus tidak bersalah, namun kehadiran Yesus ditengah-tengah Yahudi menjadi kebencian bagi para imam, Ahli Taurat dan tokoh-tokoh Agama Yahudi di jamannya hingga mereka terus merencanakan dan mencari cara untuk membunuh Yesus.

Dari penjelasan Paulus tentang salib maka sesungguhnya apa yang dianggap Yunani sebagai kebodohan dan bagi orang Yahudi sebagai batu sandungan sesungguhnya sangat terbalik. Pemberitaan salib Kristus adalah hikmat Allah dan kekuatan Allah dalam menyelamatkan manusia. Bahkan bagi Paulus sendiri hikmat dunia telah membuat manusia tidak mengenal Allah. Yang bodoh bagi Allah lebih besar dari hikmat manusia, atau yang lemah dari Allah adalah lebih kuat dari pada manusia. Jadi siapakah yang sesungguhnya berhikmat atau jalan hikmat, apakah hikmat manusia yang mau binasa itu atau mereka yang percaya yang sekalipun dianggap manusia suatu kebodohan? Pada ayat 24-25, jelas Paulus menyebutkan “tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.”

Jalan salib adalah jalan yang dipakai Allah untuk menyelamatkan manusia, jalan salib ini merupakan alur pikir yang sungguh terbalik bahkan pikiran bodoh bagi mereka yang menganggap dirinya berhikmat di jamannya. Manusia dibenarkan Allah melalui Kristus bukan karena benar, sama sekali tidak! Manusia berdosa dan semestinya mendapatkan hukuman mati, karena dosa namun Kristus membenarkan manusia melalui pengorbanan Kristus di salib sehingga dengan itu memperoleh pembenaran sebagai anugerah Allah di dalam Kristus.Pengudusan di dalam Kristus dilakukan lewat pengorbanan Kristus yang rela mati di kayu salib dan memberikan hidupNya. Kematian Kristus di kayu salib adalah sebagai korban penghapusan dosa yang sekali untuk selamanya demi menyelamatkan manusia. Darah Yesus membasuh dosa, manusia tidak dapat bersih oleh karena perbuatannya sendiri atau hasil usahanya sendiri, manusia dikuduskan hanya oleh darah Yesus Kristus yang ditumpahkan untuk tebusan dosa.Manusia berdosa adalah budak dosa dan manusia diperhamba dosa, karena itu Kristus telah menebus kita dari perhambaan dosa dan kita menjadi milik Kristus.

Salib Yesus menyatakan bahwa Allah yang kita kenal dan sembah bukan hanya Allah yang jauh (transenden), tetapi juga Allah yang dekat dengan kita (imanen), yang turun ke bumi memberi penebusan bagi kita (Ibrani 12:18-24, bacaan pertama). Pandangan tentang Allah yang transenden, yang Maha Kudus, yang jauh, menakutkan bagi manusia untuk mendekatinya, begitulah yang ditemukan dalam budaya Perjanjian Lama. Manusia perlu melakukan ritual suci untuk menghampiri Allah di tempat kudusNya. Bandingkan penggambarannya dalam Ibrani 12:18-21, dimana Allah digambarkan seperti gunung yang tidak dapat disentuh, api yang menyala-nyala, kekelaman, kegelapan, angin badai, bunyi sangkakala, suara yang menggentarkan dan menakutkan. Penulis menggambarkan keadaan bagaimana nabi Musa dan bangsa Israel dulu mengalami suara Tuhan, langsung, ketika mereka ada di gunung Sinai (bd. Ulangan 9).Pandangan penulis Kitab Ibrani, tentang Allah yang dikenal dalam Kristus Yesus, adalah Allah yangimanen, akrab, dekat. Bandingkan penggambarannya dalam Ibrani 12:22-25, dimana Allah digambarkan sebagai Bukit Sion, Kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, kumpulan yang meriah bersama beribu-ribu malaikat, jemaat-jemaat anak-anak sulung, Allah yang menghakimi semua orang, yang hidup bersama roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, Yesus Pengantara perjanjian baru.Dan melaluiNya orang Kristen dimampukan untuk mendatangi hadirat Allah dan mengalami hubungan yang akrab dan intim.Inilah hikmat Allah dan kekuatan Allah di dalam salib yang menjadi jalan keselamatan bagi manusia.

Kenyataan dalam gereja saat ini juga ada golongan Yahudi dan Yunani. Golongan Yahudi selalu ingin melihat tanda-tanda ajaib dalam gereja (mukjizat); sementara golongan Yunani selalu berpikir rasional dan bisa diterima dengan akal pikiran manusia dan harus memperhatikan kepentingan orang banyak dan perbuatan baik. Namun, salib adalah nyata bahwa Allah berinkarnasi ke dunia, untuk memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi orang berdosa.Kristus adalah fokus bukan manusiadengan segala kecerdasan dan kebijaksanaan filsafat hidupnya. Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah, sebab itu jagalah supaya kita jangan menolak Dia, tetapi menjadikan Dia sebagai sumber hikmat dalam kehidupan kita. Seperti yang tertulis dalam Invocatio “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33).Amin

Pdt. Melda Tarigan, STh

GBKP Rg. Pontianak

Khotbah Minggu tgl 10 Februari 2019 : Wahyu 3 : 1 - 6

Invocatio

”Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh” (Mazmur 139:2)

Bacaan : Keluaran 33 : 1-6

Khotbah : Wahyu 3 : 1-6

Thema

 Allah Mengetahui Semua Perbuatan

I.                    Pendahuluan

Epiphania berasal dari bahasa Yunani yang berarti penampakan atau penyataan. Secara teologis, istilah ini menekankan penyataan kenyataan Ilahi yang tadinya tersembunyi bagi manusia, baik dalam bentuk penampakan diri maupun melalui perbuatan dan perkataan yang melaluinya kehadiranNya diketahui manusia. Karena itu dalam masa raya Epifani ini, kisah-kisah kehidupan Yesus dari masa kecilNya yang dilaporkan singkat dalam Injil maupun pembaptisan dan berbagai kisah perbuatan hidupNya sejak awal pelayananNya. Masa raya ini juga seringkali dijadikan saat untuk menghayati misi gereja pada dunia.

Ada beragam alasan mengapa seseorang atau sebuah gereja berhenti memberikan pelayanan yang terbaik kepada Tuhan. Salah satunya adalah ketidaksempurnaan cara dan hasil pelayanan mereka. Situasi ini membuat mereka menjadi putus asa. Melalui khotbah hari ini kita akan belajar bahwa Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berbenah diri dan terus mencoba memberikan yang terbaik kepadaNya. Gereja Sardis tidaklah sempurna. Walaupun demikian, Tuhan terus menasihati mereka untuk menjadi lebih baik.

II.                  Isi

Dalam setiap pendahuluan surat kepada tujuh  jemaat di Wahyu 2-3, Tuhan Yesus memperkenalkan  diri secara khusus sesuai dengan situasi jemaat yang dituju. Kepada jemaat Sardis Ia mengungkapkan diriNya sebagai pemegang tujuh roh. Angka tujuh di sini bukan secara hurufiah (jumlah tujuh), tetapi menyiratkan kesempurnaan (bnd. Why. 1:4). Roh Kudus adalah Roh yang sempurna dan menyempurnakan. Ia diutus ke dalam dunia untuk  mengamati (bnd. Why. 5:6) sekaligus memurnikan (bnd. Why. 4:5). Dalam konteks jemaat Sardis yang keadaan dalam berbeda dengan keadaan di luar (bnd. Why. 1:2), sangat relevan apabila Tuhan Yesus memperkenalkan diri sebagai pemegang Roh Allah yang memurnikan.

Yesus juga sebagai pemegang tujuh bintang. Yang dimaksud dengan tujuh bintang adalah tujuh malaikat jemaat (bnd. Why. 1:16, 20; 2:1). Walaupun beberapa penafsir menduga malaikat jemaat adalah benar-benar malaikat, namun kita sebaiknya memahaminya sebagai para pemimpin jemaat. Kalau Tuhan Yesus memegang para pemimpin jemaat, ini menunjukkan perlindungan sekaligus kekuasaan Tuhan atas jemaat. Yang empunya gereja adalah Tuhan Yesus, bukan para pemimpin rohani.

Yesus juga sebagai Allah yang mahatahu (“Aku tahu ...”). Ia tahu apapun yang dikerjakan jemaat Sardis. Bahkan tatkala orang lain tidak mampu melihat yang sebenarnya, Kristus mengetahui apa yang terjadi (ayat 1b). Ketika hanya ada sedikit jemaat yang masih loyal kepada kebenaran, Kristus juga mengetahuinya (ayat 4). Di bagian lain dijelaskan bahwa Kristus ada di tengah-tengah kaki dian (bnd. Why. 1:12-13, 20) dan berjalan di antara mereka (bnd. Why. 2:1), karena itu Ia mengetahui detail keadaans setiap jemaat.

Di mata Yesus yang mahatahu, kebobrokan jemaat Sardis tidak dapat disembunyikan. Secara khusus ada dua negatif yang disorot di bagian ini. Pertama, reputasi positif jemaat Sardis tidak sesuai dengan realita dalam gereja (ayat 1b). Kalimat “erngkau dikatakan hidup” menunjukkan bahwa pemilaian positif ini tidak berasal dari jemaat Sardis sendiri atau dari Tuhan Yesus. Orang lain yang memberikannya. Fakta bahwa orang lain memberikan penilaian yang tinggi terhadap jemaat Sardis pasti bukan tanpa alasan. Mereka mungkin dulu memang terkenal karena kelebihan-kelebihan mereka. Tatkala situasi internal mereka sudah banyak berubah, orang lain tetap tidak mengetahui perubahan negatif tersebut, sehingga mereka tetap menganggap jemaat Sardis sebagai jemaat yang baik. Celakanya, ketidaksesuaian antara realita dan reputasi/identitas memang sering terjadi. Ada orang-orang tertentu yang menganggap diri orang Yahudi padahal mereka sebenarnya bukan (bnd. Why. 2:9; 3:9).

Kedua, semua pekerjaan mereka tidak ada yang sempurna (ayat 2b). Kata “pekerjaan-pekerjaan” (bentuk jamak) muncul dua kali (bnd. Why. 1:1-2). Ini menunjukkan bahwa jemaat Sardis bukanlah jemaat yang pasif. Mereka tetap terlihat dinamis. Persoalannya, tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna di mata Allah. Bukankah semua jemaat tidak sempurna? Mengapa hanya jemaat Sardis yang ditegus? Kesempurnaan di sini sebaiknya dilihat dari sisi kapasitas yang Tuhan berikan dan kesungguhan untuk mengoptimalkannya. Sama seperti perumpamaan tentang talenta (Mat. 25), berapa pun yang kita punya harus kita maksimalkan untuk Tuhan. Jemaat Sardis memiliki banyak kelebihan (secara finansial, popularitas, kelebihan masa lalu), tetapi pekerjaan mereka tidak ada yang sesuai dengan kelebihan itu.

Tidak seperti banyak orang yang hanya dapat memberikan kritikan, Kristus juga memberikan solusi. Kalau jemaat Sardis ingin berbenah mereka harus melakukan beberapa hal. Yang terutama, mereka harus waspada (ayat 2a). Kata “bangunlah” dalam teks Yunani lebih berarti “waspadalah”. Mereka tidak boleh seperti penduduk Sardis kuno yang membanggakan benteng mereka dan kurang waspada sehingga akhirnya dikalahkan musuh.

Mereka juga harus menguatkan apa yang masih tersisa (ayat 2a). Yang masih tersisa ini bukan orang (“siapa”), karena orang-orang di ayat 4 bukan yang sedang akan mati, melainkan justru dipuji Allah. Mereka juga harus memberikan respon yang benar terhadap firman Allah (ayat 3a). Para pendahulu mereka dahulu sudah mendengar dan menerima firman (bnd. “ingatlah dan bentuk lampau pada kata kerja mendengar dan menerima”). Sebagai generasi kedua penerima surat ini seharusnya “menuruti” (memegang erat) firman yang sudah diterima itu. Jika ini dilakukan, maka itu berarti bahwa mereka harus bertobat dan kembali pada masa yang dulu lagi.

Kristus bukan hanya memberikan kritikan dan solusi, tetapi Ia juga memotivasi mereka untuk mengambil solusi itu. Pertama, Kristus memberikan peringatan (ayat 3b). Ia akan datang seperti pencuri yang tidak terduga. Sebagian penafsir menganggap hal ini sebagai rujukan untuk kedatangan Kristus kedua kali di akhir zaman, karena metafora yang sama juga digunakan di tempat lain dalam konteks akhir zaman (bnd. Why. 16:15; Mat. 24:42-44; 1 Tes. 5:2; 2 Pet. 3:10). Walaupun demikian, sebagian yang lain meyakini bahwa kedatangan ini dapat merujuk pada hukuman pada masa sekarang di bumi. Alasan yang dikemukakan adalah bentuk pengandaian di ayat 3:3b. Selain itu, sebelumnya di Wahyu 2:5 Tuhan Yesus juga sudah memberikan ancaman semacam ini kepeda jemaat Efesus (“Aku akan mengambil kaki dianmu”).

Kedua, Kristus memberikan bukti konkrit yang positif (ayat 4a). Tidak semua jemaat Sardis adalah buruk. Ada beberapa jemaat yang dipuji Tuhan Yesus karena mereka tidak mencemarkan pakaian mereka. Kata “mencemarkan” biasanya terkait dengan penyembahan berhala dan atau perzinahan (bnd. Why. 14:4, 6-9). Orang-orang ini telah menunjukkan pekerjaan yang sempurna. Keberadaan mereka perlu disinggung oleh Tuhan Yesus sebagai salah satu bentuk motivasi bagi jemaat lain. Kalau sebagian orang ini bisa menjaga diri mereka, maka yang lain juga pasti bisa. Dengan kata lain, perubahan positif bukanlah hal yang mustahil.

Ketiga, Kristus memberikan janji-janji yang indah (ayat 4b-5). Salah satu bentuk motivasi lain untuk berubah adalah hal-hal baik yang akan diterima apabila mau berubah. Janji membuat orang tergugah dan bersemangat untuk melakukan sesuatu. Apa saja janji dari Tuhan Yesus untuk jemaat Sardis?

Sama seperti Kristus disebut “layak” karena kematianNya (bnd. Why. 5:9, 12), demikian pula para martir layak untuk berjalan bersama Kristus. Dianggap layak menderita bersama Kristus merupakan penghargaan besar bagi orang percaya (bnd. Flp. 1:29; 1 Pet. 2:19). Janji lain adalah kemenangan, yang disimbolkan dengan pakaian putih. Dalam Kitab Wahyu pakaian putih merujuk pada para martir (bnd. Why. 6:9-11; 7:14). Walaupun menurut penilaian dunia mereka terlihat kalah (dibunuh), namun mereka sebenarnya justru mendapatkan kemenangan sejati. Dalam tradisi Romawi pakaian putih dikenakan waktu perayaan kemenangan. Janji lain adalah kepastian keselamatan. Tidak seperti beberapa warga negara Romawi yang akhirnya dibatalkan kewarganegaraannya (dihapuskan namanya) karena melakukan tindakan tertentu yang fatal, namun orang percaya tidak akan dihapus dari kitab kehidupan. Hal ini tidak berarti bahwa ada kemungkinan orang-orang tertentu yang sudah dicatat namanya di kitab kehidupan pada akhirnya namanya terhapus. Ada atau tidaknya nama seseorang dalam kitab kehidupan sudah final sejak dunia belum dijadikan. Mereka yang namanya tidak tertulis di kitab itu memang sejak dunia belum dijadikan tidak tercantum di sana (bnd. Why. 13:8; 17:8; 20:12, 15; 21:27), bukan karena nama mereka terhapus di tengah perjalanan.

III.               Refleksi

Bagaimana dengan keadaan kita dan gereja kita? Apakah di luar kita terlihat sibuk dan baik seperti jemaat di Sardis tetapi di dalamnya terdapat kematian yang memprihatinkan? Apakah gereja kita hanya terjebak pada rutinitas ibadah dan beragam program yang seolah-olah menunjukkan keaktifan, tetapi di dalamnya tidak ada sesuatu yang menyenangkan Allah? Mari kita secara serius mengintrospeksi diri kita dan kembali kepada Tuhan. Dia yang empunya gereja. Dia yang berkuasa dan memulihkan gerejaNya.

Tidak ada sesuatu pun tersembunyi dari hadapan Allah. Hidup kita terbuka luas di mata Allah. Allah mengetahui semua pekerjaan kita, Dia mengetahui segala sesuatu yang kita kerjakan sebagai orang percaya dan Dia menilai segala pekerjaan kita. Sebagai anak-anak Tuhan kita harus mengerti konsep ini, bahwa Tuhan selalu memperhatikan hidup kita dan akan selalu memberikan nilai buat setiap pekerjaan kita. Jika buruk, maka Dia akan berkata buruk sekali pekerjaan kita, jika baik, maka Dia akan menyatakan pujian dan upah kepada kita. Penilai terbaik dari setiap pekerjaan, pelayanan dan ketekunan kita adalah Allah sendiri.

Tuhan tidak menilai seberapa hebat kita ketika kita melayani di hadapan orang banyak. Tuhan tidak merasa kagum ketika kita bisa melakukan segala pekerjaanNya dengan baik. Tetapi Tuhan akan merasakan bahwa kita mengasihi Dia ketika kita hidup di dalam persekutuan yang benar dengan Dia. Bukan besarnya pekerjaan yang kita lakukan yang membuat Allah bangga, tetapi besarnya kasih kita kepada Allah di dalam hubungan kita secara pribadi dengan Tuhan, akan memberikan nilai terbaik bagi kita di hadapan Tuhan. Ketika kita menjalani pelayanan dengan berfokus kepada Tuhan maka semua pelayanan yang kita lakukan menyenangkan hati Tuhan. Sebab Tuhan mengetahui semua pekerjaan yang kita lakukan dan Dia akan selalu memberikan penilaian bagi setiap pekerjaan yang kita lakukan.

Pdt. Andreas Pranata S. Meliala, S.Th

GBKP Rg. Cibinong

Khotbah Minggu tgl 03 Februari 2019 : Lukas 4 : 16-12

  Invocatio

“Ingatlah perbuatab-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mujizat-mujzat Nya danpengukuman-penghukuman yang  diucapkan “(Mazmur 100 : 5)

 Bacaan  : Mazmur 107 : 1 – 9 

Kotbah   : Lukas 4 : 16 -12 

Tema

“Dalam Yesus Sudah Tergenapi Isi Alkitab “ (“Pustaka Si Badia”)  Allah sangat

Mengasihimanusia yang telah diciptakanNya. KasihNya tersebut terlihat dalam seluruh isi

·           Alkitab (“Pustaka Si Badia”). Dalam Perjanjian Lama diceritakan Bagaimana Peroses penciptaan manusia dan mula mulanya manusia jatuh kedalam dosa. Dosa membuat keterpisahan antara manusia dengan Allah tetap kasihNya tetap. 

·           Oleh karena itu Allah memilih Abraham untuk menjadi Bapa dari segala orang percaya dan menjadi Bapadari segala Bangsa yang Besar, bangsa Allah, Bangsa Israel yang akan lahir penolong dan penyelamat manusia dari kuasa dosa agar dapat bersatu kembali dengan Dia. Nabi-nabi yang ada ditengah-tengah Bangsa Israel bernubuat mengenai kedatangan penolong yang sesungguhnya, juruselamat, mesias. Meskipun dalam pengertian bangsa Israel mesias adalah yang menyelamatkan bangsa Israel yang akan membebaskan mereka dari penjajahan dan perbudakan bangsa-bangsa yang ada disekitar mereka. Tapi sesungguhnya Juruselamat ialah yang akan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Dia yang datang kedalam dunia ini berasal dari keturunan Abraham. Dalam perjanjian Baru, apa yang sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama karena kedatangan mesias sudah digenapi. Artinya Juruselamat manusia itu sudah datang untuk menyelamatkan Manusia. Inilah yang diungkapkan dalam bahan kotbah kita. 

·           Menurut kesaksian kitab injil Lukas, setelah Yesus di Baptis di sungai Yordan, dia dicobai oleh Iblis, pergi Yesus ke daerah Galilea untuk memulai memberikan pengajaranNya. Berita karna Yesus sudah tersebar di daerah tersebut dan orang-orang menguji ia karena pengajaranNya. Sampailah Yesus di Nazareth. Daerah Nazareth adalah daerah yang cukup penting karena merupakan daerah jalur perdagangan pada masanya. Tetapi Nazareth adalah daerah yang agak terpencil sehingga kurang terbuka pemikiran masyarakatnya ( bdk. Yohanes 1 : 46 ). Sudah menjadi kebiasaan yang dilakukan oleh Yesus maka kemanapun Dia pergi, Dia pergi ke Sinagoge pada hari sabat.

·           Biasanya didalam Sinagoge tersebut orang Israel berdoa, membaca Torat dan kitab nabi-nabi dan kotbah. Dikarenakan sudah menyebar berita mengenai pengajaran Yesus di wilayah Galilea, orang-orang meminta agar Yesus membacakan isi “ Pustak Si Badia”. Bagian yang dibacakannya adalah kitab Nabi Yesaya ( nabi yang bernubuat di Yehuda sekitar tahun 740 – 701 SM). Isi bagian kitab tersebut adalah mengisahkan tentang kedatangan juruselamat yang di penuhi oleh Roh Allah yang membebaskan bangsaNya, membebaskan orang yang tertawan, tertindas dan memberitakan masa Allah membebaskan bangsaNya (ayat 18 -19 ). Setelah selesai Yesus membaca, duduk IA dan mengajarlah Dia. Dia berkata “Sendah enggo seh isi pustaka si Badia si ibegidu ndai” (Bahasa Karo). 

·           Apa yang dikatakan oleh Yesus Kristus ingin menyampaikan bahwa kedatanganNya kedalam dunia adalah untuk menggenapi isi “ Pustaka si Badia” yang menceritakan tentang Kasih Allah yang kekal. Kasih Allah yang sempurna melalui kehadiaran Yesus Kristus menebus dosa manusia. 

·           Dalam minggu Ephipanias yang kelima ini memberikan penegasan kepada kita bahwa kedatangan Yesus ke dalam dunia ini adalah untuk menggenapi isi “ Pustaka Si Badia”. Yesus datang untuk “menerangi” kehidupan dalam dunia ini untuk membawa kabar sukacita bagi setiap orang dengan membebaskan orang yang tertawan, menyembuhkan yang sakit dan sebagainya. Artinya “ Terang “ tersebut dapat dirasakan oleh apa yang dilakukan oleh Yesus yang membawa kebaikan bagi orang lain. Oleh karena itu, apa yang harus kita lakukan sebagai orang percaya? Kehadiran kita di dalam dunia ini harus membawa berita pembebasan bagi orang lain agar orang lain dapat merasakan kehadiran kita dan mengucap syukur kepadaNya.

Pdt. Prananta Jaya Ginting Manik, S.Si (Teol.) MM

GBKP Runggun Bogor Barat

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate