Khotbah Minggu Tgl 24 Maret 2019 ; Markus 12 : 1-12

(Minggu Passion IV/ Okuli: Mataku tetap nare ku Kam)

Invocatio      : “Mataku tetap terarah kepada TUHAN, sebab Ia mengeluarkan kakiku dari jaring” (Mazmur  25 : 15)

Khotbah       :  Markus  12 : 1 – 12

Tema 

“Yesus Sang Batu Penjuru!”

      Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, adalah lumrah dan biasa bagi kita melihat bangunan mulai dari yang kecil, sedang sampai besar; yang rendah, bertingkat sampai pencakar langit. Semua gedung dan bangunan tersebut membutuhkan bahan bangunan yang beraneka ragam. Salah satu yang mau saya sebutkan yaitu batu. Dan di antara berbagai batu dalam membangun bangunan ada satu batu yang terutama dan terpenting yaitu batu penjuru, terutama hal ini dipakai di Israel. Di Indonesia kita jarang memakai batu penjuru dalam membangun rumah. Batu penjuru memegang peranan kunci menentuken kokoh dan kuatnya bangunan. Seperti bangunan atau gedung membutuhkan batu penjuru demikian bangunan iman hidup dan kehidupan kita. Apa dan siapakah batu penjuru bangunan iman kita?

      ISI

Yesus Kristus adalah Sang Batu Penjuru

      Tuhan Yesus menyampaikan perumpaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur bagi para pemimpin Yahudi yang berkuasa yaitu ahli Taurat, iman dan para tua-tua. Perumpamaan ini dikutip Yesus dari Yesaya 5:1-7 yaitu ‘Nyanyian tentang kebun anggur’, lalu direfleksikannya dalam situasi terkini di zamanNya. Perumpaan ini diberikan Yesus sebagai jawaban tidak langsung pertanyaan para pemimpin itu akan asal atau sumber kuasaNya mengutuk pohon ara (11:12-14); dan melakukan penyucikan Bait Allah (11:15-19). Dari perumpaan ini yg dimaksud dengan kebun anggur adalah bangsa Israel; pemilik kebun anggur adalah Allah, para penggarap yang jahat adalah para pemimpin Yahudi yang menolak Yesus Kristus; para hamba yang diutus adalah nabi-nabi dan imam; anaknya yang kekasih sang ahli waris (ayat 6) adalah Anak Allah yaitu Yesus Kristus;  dan para penyewa yang lain adalah semua orang non Yahudi. Tuhan Yesus melalui perumpamaan ini menunjukkan identitasNya sebagai Anak Allah. Sebagai penutup dari perumpamaanNya, lalu Ia mengutip firman dari Mazmur 118:22, 23 untuk menyatakan bahwa Dia adalah Sang batu penjuru yang dibuang oleh para pemimpin di atas.

      “Yesus adalah Sang Batu penjuru”, inilah tema kita pada Minggu Passion ke IV atau Minggu Okuli ini. Yesus yang adalah batu penjur itu sangap prinsip, penting dan perlu sekali dalam kehidupan kita. Yesus sang Batu Penjuru itu sangat menentuken kokoh atau rapuhnya bangunan hidup rohani kita, tegak dan miringnya hidup spiritualitas kita, serta tahan atau tumbangnya kita.

2     Sikap manusia terhadap Yesus Sang Batu Penjuru

1.    Sikap menolakNya menjadi batu penjuru dalam hati dan kehidupan kita. Para pemimpin Yahudi jelas sekali menolak Yesus sebagai Anak Allah dan sebagai Batu Penjuru. Dalam ayat 12 dikatakan bahwa mereka berusaha menangkapNya, tetapi mereka takut kepda orang banyak, jadi mereka membiarkanNya. Perumpamaan di atas mau menyatakan keprihatinan Allah akan keterpisahan (gap) yang semakin lebar antara diriNya dengan umatNya oleh karena penolakan dan ketidaktaatan mereka. Siapapun yang menolak Yesus Kristus, Putra Allah pasti akan ditolak Allah. Yang menolak batu penjuru pasti hidupnya akan rapuh, goyah dan akan setera rubuh. Ada akibat atau konsekuensi yang jelas dan sangat buruk sekali bila menolak Yesus Sang Batu Penjuru. Siapapun yang molak Allah di dalam Yesus Kristus pasti akan roboh dan runtuh.    

2.    Sikap menerima Yesus menjadi batu penjuru hidupnya. Sekalipun para pemimpin Yahudi menolakNya tetapi ada banyak orang yang menerimaNya. Ada banyak para penggarap/ penyewa yang lain yang menerima kepercayaan yang Tuhan tawarkan dan berikan. Inilah yang terjadi terhadap semua orang non Yahudi yang menerima Yesus menjadi batu penjuru hidup mereka. Semua yang menerimaNya beroleh kasih karunia dan berkatNya. Yang menerimanya menerima kehidupan kekal, tetap tegak berdiri dan kuat menghadapi segala angin topan, tornado dan badai kehidupan. “Tetapi semua orang yang menerimaNya diberiNya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya” (Yoh. 1:12). Tuhan Yesus mempercayakan Kerajaan Allah bagi kita. Bukan karena kelayakan dan kepatutan kita sehingga kita meneriman Kerajaan Allah dan menjadi wargaNya. Semua karena kasih dan anugerahNya yang besar kepada kita. Jangan sia-siakan kepercayaan yang Tuhan berikan bagi kita. Jangan salahgunakan kepercayaan yang diberikanNya kepada kita. Kita menghargai kepercayaan Tuhan kepada kita dengan hidup beriman dan taat kepadaNya. Juga dengan hidup mengasihi sesama dan semua ciptaanNya.

       Menerima Yesus sebagai batu penjuru berarti menjadi berkat bagi sesama (Bacaan dari Kejadian 28:10-19).

            Allah berjanji bahwa melalui Abrahan dan keturunanNya (tunggal, bukan keturunan-keturunanNya) semua bangsa akan mendapat berkat. Keturunan Abraham yang dimaksud adalah Yesus Kristus. Di dalam Yesus janji itu telah dipenuhi/ digenapi. Semua orang yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan JuruselamatNya  telah diberkati. Diberkati dalam arti diselamatkan dan beroleh hidup yang kekal. Semua orang yang menerima Yesus sebagai batu penjuru dan dasar/ pondasi hidupnya telah menjadi Israel baru yaitu Gereja.      

Sebagai gereja (Israel baru), maka kita tidak hanya menerima berkat dan diberkati tetapi juga memberkati. ‘Kita mengasihi,  karena Allah lebih dahulu dikasihi kita’ (1 Yoh.4:19). Kita memberkati karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita. Kita menjadi berkati dengan menghasikan dan memberi buah iman sebagai kebun anggur Tuhan. Sudahkah kita menghasilkan buah? Apakah buah yang kita produksi buah yang asam, pahit, atau busuk? Apakah kita selama ini menjadi batu sandungan bagi orang lain? Sepatutnya orang yang beriman bukan menjadi batu sandungan tapi batu pijakan, batu yang berguna bagi orang lain. Yang diminta Tuhan Yesus dari kita yaitu buah yang baik, ranum dan manis. Untuk memproduksi dan memberi buah yang banyak, bagus dan manis maka mata kita harus selalu memandang kepada Tuhan Yesus untuk menolong kita (bnd Invocatio dari Maz. 25:15). Ya Minggu Okuli mengajak kita untuk terus dan tetap memandang kepadaNya.

 Penutup/ kesimpulan

       Ada banyak godaan di zaman now ini yang menawarkan diri bagi kita untuk batu penjuru ataupun batu pondasi kehidupan kita. Ada berupa materi, jabatan/ kedudukan, pangkat/ kuasa, pengetahuan dan teknologi. Semua godaan itu adalah batu penjuru yang semu dan palsu. Ketika kita menjadikannaya menjadi batu penjuru kehidan kita, bukannya makin kokoh dan tangguh malah semakin rapuh. Semua itu tidak dapat menyelamatkan kita. Tidak ada batu penjuru yang lebih kuat, kokoh dan teguh selain Yesus Kristus saja. Dialah Sang Batu Penjuru yang sejatilah yang memberi kita keselamatan kekal bagi kita. Dengan tetap bersandar dan mendasarkan hidup kita pada Yesus Batu Penjuru, kita akan tetap tenang dan menang. Bersama Yesus Sang Batu Penjuru hdiup kita tangguh dan kokoh; bersama yang lain hanya membawa ktia goyah dan roboh. BersamaNya kita tersanjung (damai dan sejahtra), bersama yang lain kita tersandung.

Pdt. Juris Tarigan, MTh

GBKP RG Depok - LA

 

Khotbah Minggu tgl 17 Maret ; Ayub 42 :1-6

Invocatio : Ingatlah belas kasihan dan kesetiaan-Mu, ya TUHAN, karena semua itu sudah ada sejak dahulu kala. (Maz.

Kotbah  : Ayub 42:1-6 

Tema

Tuhan sanggup melakukan segalanya (Dibata ngasup ngelakoken kaipe)

PENDAHULUAN

          Penderitaan dalam dunia ini merupakan sebuah persoalan yang tidak mudah untuk dijelaskan. Jika Tuhan baik dan berkuasa mengapa Dia “membiarkan” penderitaan ada dalam dunia? Bagi mereka yang pernah bersentuhan secara langsung dan mendalam dengan penderitaan, pertanyaan ini menjadi jauh lebih rumit. Rasa sakit yang ada terlihat begitu nyata. Seringkali sukar untuk diungkapkan dengan kata-kata.

          Persoalan ini tidak menjadi mudah oleh orang orang kristen. Terkadang kita juga bergumul dengan pertanyaan yang sama. Lebih dari itu kita juga memiliki persoalan versi kita sendiri. “Jika Tuhan baik, mengapa orang baik menderita?

ISI

          Kotbah/Nats kali ini menyediakan sebagian jawaban, walaupun tidak begitu tuntas. Karena tidak ada satu teks yang mampu menerangkan segala aspek yang bersentuhan dengan pergumulan ini. Namun paling tidak kita akan memliki pondasi yang kokoh untuk berdiriteguh ditengah kehidupan yang tidak pernah lepas dari berbagai pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan.

          Dalam kaitan dengan persoalan ini, tidak salah apabila kita belajar dari kehidupan Ayub. Dia dikenal sebagai orang yang saleh di dalam Alkitab (Yeh. 14:14,20). Secara khusus dia adalah tokoh Alkitab yang sering kali dihubungkan dengan ketabahan dalam menghadapi penderitaan (Yak. 3:11).

ay. 1    :   “Maka jawab Ayub kepada Tuhan”

Memberikan jawab terhadap apa yang kita komplainkan dengan Tuhan, baik itu yang menyangkut ragam pergumulan, penderitaan, kesusahan yang silih berganti tiada henti sebagaimana yang dihadapi Ayub. Sehingga dia komplain terhadap Tuhan, bukanlah hal yang mudah, sehingga dikala Ayub mampu memberi jawab, memberikan respons yang terakhir atas segala pergumulannya di hadapan Tuhan.

ay. 2  :   Kekuatan untuk mengungkapkan suatu kesaksian yang lahir dari hati nurani yang terdalam dari Ayub yaitu mengakui kemahatahuan Tuhan sekaligus kesanggupan Tuhan untuk segala sesuatu walaupun keadaan Ayub saat itu belum dipulihkan.

ay. 3   :   Dasar untuk mengambil keputusan atas berbagai persoalan yang masih terselubung adalah pengetahuan. Dasar dari segala pengetahuan adalah Firman Tuhan yang tertuang dalam Amsal 1:7. Ternyata Ayub sudah menang, bahkan sebelum ada perubahan keadaan. Solusi sejati seringkali bukanlah perubahan keadaan melainkan perubahan diri kita sendiri.

ay. 4    : Mendengar adalah sesuatu hal yang perlu dilakukan oleh Ayub. Dengan kesediaan mendengar maka Tuhan akan bertanya kepada Ayub dan Ayub akan memberitahukan segala pergumulannya kepada Tuhan.

ay. 5    :  Tidak jarang kita mengenal seseorang dari apa kata orang terhadap orang tersebut. Sama halnya pengakuan Ayub tentang Tuhan yang ia dengar dari apa kata orang, yang pada akhirnya mengarahkan matanya untuk memandang Tuhan.

ay. 6    :  Di antara dua pilihan yang ada, maka lebih banyak pilihan jatuh kepada pilihan yang terakhir. Di mana menurut kaca mata Allah, Ayub tidak bersalah dalam perkataannya (42:7-8). Hanya bagaimanpun kelemahannya, kekurangan dapat juga kita katakan kesalahan Ayub adalah rasa ingin tahunya yang terlalu besar,dia mencoba untuk memahami hal-hal yang melampaui pengetahuannya (ay.3),dia menganggap bahwa dia mampu memahami hal-hal yang rumit, ini adalah kesombongan. Karena itu Ayub perlu bertobat dan merendahkan diri di atas abu (42:6b).

APLIKASI

·                Mengaku dosa, mengakui segala kekurangan dan kelemahan yang kita miliki bukanlah hal yang mudah. Untuk mengakui senua itu, dibutuhkan kerendahan hati, kesadaran dan kemampuan untuk mengungkapkan segala keberadaan kita, yang serba terbatas yang tidak sempurna ini dengan apa adanya dan dalam kepasrahan berserah serta bersandar kepada Kristus Yesus sebagai Iman besar yang telah mewakili kita untuk menebus segala dosa kita dengan pengorbananNya sendiri (band. bacaan ibrani 4:14-16)

·                Setiap orang tanpa terkecuali pernah mengalami teguran. Apa dan bagaimana teguran itu tentu akan sangat menyakitkan. Respon kita terhadap teguran itu tergantung pribadi seseorang (cuek, putus komunikasi, dll). Tapi bagaimana jika teguran itu datang dari Allah, bagaimana yang dihadapi Ayub. Ada dua sikap drastis dari Ayub.  Setelah Allah menegur Ayub :

o  Pertama       :   Ayub merendahkan dirinya sendiri dihadapan Allah.

o  Kedua          :   Ayub mencabut pembelaannya.

Dan setelah itu Ayub tidak lagi menderita, bahkan hidup dalam berkelimpahan dalam berbagai hal yaitu dalam hal kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan. Hidup dalam berkat karunia Allah yang melimpah. 

·                Kita juga harus sadar sadar siapakah kita di hadapan Tuhan? Dia selalu mengasihi kita. Perbuatannya yang begitu besar dan ajaib menyertai kehidupan kita hari ini dan sampai selama-lamanya. Amin

Pdt. Neni Triana Sitepu

Runggun Cisalak

Khotbah Minggu tgl 03 Maret 2019 : Matius 16 : 13-20

Pasion I /Estomihi : Tuhanlah gunung batu dan kubu pertahananku

Invocatio        : Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk  oleh iman kepada kasih

karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri  dan kita bermegah dalam pengharapan   akan menerima kemuliaan Allah. (Roma 5:2)

Khotbah   : Matius 16:13-20

Tema  

Yesus Adalah Mesias Yang Dijanjikan Allah

Pendahuluan

Syalom, selamat hari Minggu. Hari ini kita masuk ke Minggu Pasion yang I. Minggu pasion sering juga kita sebut dengan Minggu-minggu kesengsaraan yang dialami Yesus untuk membuktikan solidaritas-Nya bagi manusia, bahwa Dia adalah Allah yang sungguh mengerti akan penderitaan dan kesengsaraan manusia. Dia bukan Allah yang hanya duduk di tahta kemuliaan Surga  (transenden) menanti pertobatan manusia, tetapi Allah yang  mau hidup ditengah-tengah kehidupan manusia (Imanuel), merasakan apa yang dirasakan manusia, memberi teladan hidup agar manusia tahu jalan menuju keselamatan.

Minggu ini juga di sebut dengan “Estomihi yang artinya : Tuhanlah gunung batu dan kubu pertahananku, mengingatkan dan menguatkan kita dalaam pergumulan-pergumalan hidup, agar jangan mengandalkan kekuatan sendiri tetapi datang kepada Tuhan, berdiam dihadapan Tuhan menanti pertolongan-Nya, berlindung dibawah  naungan sayap-Nya. Dialah gunung batu kota benteng yang kuat, kubu pertahan di dalam Dia kita tidak akan goyah, Didalam Dia kita aman, tentram dan sentosa.

Siapakah Allah, yang disebut dengan “gunungbatu dan kubu pertahanan”  kota benteng yang kuat Itu ? mari kita menelusuri nats khotbah kita minggu ini

Pendalaman Nats Khotbah

Ay. 13-16, Siapakah Yesus Bagi Kita ?

Pengenalan yang benar akan memampukan kita “memperlakukannya dengan benar”. Contoh seorang ibu yang tua dan tidak berpendidikan tinggal di kampung seorang diri. Dia sering mendapat kiriman wesel dari anaknya yang tinggal di luar negeri. Karena sang nenek tidak  tahu wesel itu barang berharga, setiap kali mendapatkan kiriman langsung di buang ke tempat sampah. Seiring dengan pertambahan usianya yang tidak sanggup lagi bekerja semakin hari semakin buruklah keadaannya, sampai dia “mengutuki anaknya” karena hanya mengirim kertas bukan uang, singkat cerita dia jatuh sakit, akhirnya ada orang yang datang ke tempatnya, setelah nenek itu curhat tentang prilaku anankya lalu orang itu melihat “kertas-kertas yang dibuang nenek tersebut ke tempat sampah, lalu dia katakan pada nenek itu.... wah ini uang semua nek... nenek itu enggak percaya bahwa itu uang semua...lalu mereka pergi ke bank menukar wesel tersebut, dan hari-hari berikutnya kalau dia menerima kiriman  tidak lagi di buang ke tempat sampah, tetapi menyimpannya di lemari menunggu kapan dia perlu untuk menukarnya ke bank.

 

Ketika Yesus datang ke dunia, tampil di kancah pelayan-Nya, dengan kuasa-kuasa  yang ajaib, tidak serta merta orang menyambut Dia sebagai Tuhan. Banyak orang  mengangap Dia  seperti manusia biasa. Walaupun Yesus sering melakukan mujizat-mujizat tetapi mereka memandang-Nya “tidak lebih” dari nabi dan imam-imam yang mereka tahu.

Yesus ingin membuktikan siapa Di dihadapan murid-muri-Nya, inilah yang ditanyaken Yesus ketika mereka sampai di daerah Kaesaria Filipi.adaslah wilayah Herodes Antipas dan juga tempatpenyembahan-penyembahan agama kuno misalnya Baal, Dewa Pan yang agung. Di sana ada gua yang indah di bawahnya ada mata air sunga Yordan dan kuil kaisar yang terbuat dari marmer sebagai lambang keperkasaan keilahian Romawi. Sedangkan Yesus disebut anak tukang kayu dari Nazaret.

Mengapa Yesus menyanakan hal ini kepada murid-murid-Nya di tempat ini ? sebenarnya Yesus mau mengatakan bahwa Dia jauh lebih besar, lebih angung,  lebih mulia lebih berkuasa   dan lebih layak di sembah dari pada kuil-kuil dan berhala-berhala Romawi itu.

Jawaban murid-murid berdasarkan jawaban khalayak ramai, ada yang mengatakan Yohanes pembabtis, Elia, Yeremia atau salah satu dari nabi yang mereka tahu. Sungguh melalui jawaban murid-murid menurut orang banyak Yesus jauh lebih dari semua kuil-kuil orang Romawi. Yesus belum puas kalau murid-murid mengenal dirinya hanya sebatas pengenalan berdasarkan apa kata orang, tetapi pengakuan yang lahir dari pengenalan pribadi akan Yesus, sehingga  Dia bertanya  : “ tetapi katamu siapakah aku ini ?

Jawab Simon Petrus  “Engkau adalah Mesias. Anak Allah yang hidup!”

Kata Ibrani Mashiach (Mesias) dan kata Yunani Khristos (Kristus) berarti ”Yang Dilantik”. Maka, ”Yesus Kristus” berarti ”Yesus Yang Dilantik”, atau ”Yesus sang Mesias”.

Pada zaman Israel dulu, seseorang biasanya dilantik dengan minyak yang dituangkan di atas kepalanya saat dia dipilih dan diberi kedudukan yang berwenang. (Imamat 8:12; 1 Samuel 16:13) Yesus dilantik oleh Allah sebagai Mesias, suatu kedudukan yang sangat istimewa. (Kisah 2:36) Tapi, Yesus tidak dilantik dengan minyak, dia dilantik Allah dengan kuasa kudus-Nya.—Matius 3:16.

Pengenalan akan Yesus sebagai  Mesias tidak cukup hanya melalui  apa yang dilihat oleh mata dan apa yang di dengar oleh telinga tetapi harus ada peran Roh Kudus.Seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada Petrus. Tidak banyak orang melihat Yesus dengan prespektif Roh Kudus sehingga mereka mamperlakukan dan menerima Yesus hanya hanya seperti  rabi, guru , imam dan nabi.

Jadi untuk mengenal Yesus lebih sungguh sampai kita juga mengimani bahwa Dialah Mesias yang diurapi penguasa surga dan dunia, kita membutuhkan pertolongan Roh Kudus (bdk. I Korintus 12:3)

 

Ay.17-19 Pengenalan Yang Benar Akan Tuhan Membawa Keselamatan

Pengenalan yang benar bahwa Yesus adalah Mesias, akan menjadi pondasi yang kuat bagi iman setiap orang yang percaya. Pengenalan yang benar bahwa Yesus adalah Mesias akan membawa sukacita  dan kebahagiaan, di tengah begitu berat tantangan iman.

Iman yang benar dan murni tidak akan terlepas dari “pengujian-pengujian”. Buah dari pengujian itu akan membuktikan seberapa dalam dan kuatnya pondasi iman seseorang.  Banyak orang Kristen mengatakan  “Puji Tuhan haleluya, ketika semua perjalanan hidup seperti yang kita inginkan, tetapi bagaimana saat keaadaan tidak menyenagkan, apakah kita masih sanggup mengatakan “puji Tuhan haleluya ?” Ada banyak orang Kristen seperti isteri Ayub, yang bersykur dan bersukacita dikala hidupnya berlimpah dan keadaan aman tentram sentosa, tetapi ketika banyak pergumulan hidup, justru dia katakan :”kutukilah Allahmu dan matilah (bdk. Ayub 2:9).

Pondasi iman yang kuat memungkinkan kita membangun persekutuan (koinonia) yang kuat,  Kesaksian (Marturia) yang nyata serta pelayanan (diakonia) yang  dapat dirasakan. Jadi kalau kita mau membangun gerja yang  besar, kita harus sampai kepada pengenalan Yesus secara pribadi.

Ijnilah  yang dikatakan Yesus kepada Petrus, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan  jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Orang yeng mengenal Yesus secara pribadi akan mendapatkan kebahagiaan karena alam maut pun tidak berkuasa atasnya. Pengenalan yang benar akan Tuhan membawa  keselamtan.

Ay. 20. Jangan Memakaskan Iman Kita Kepada Orang Lain

Di ayat 20 ini sangat menarik  kalau kita bahas, di sisi lain Yesus mamanggil dan mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan bahwa Yesus adalah juruselamat dunia, tetapi pada ayat ini justru Yesus melarang murid-murid-Nya mrmberitakan bahwa Yesus adalah Mesias.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa apa yang kita imani tidak bisa kita paksakan kepada orang lain. Iman  akan tumbuh berdasarkan prosesnya, tanggung jawab kita hanya memberitakan bahwa Yesus itu adalah Mesias. Biarkan orang lain mengalami proses pertumbuhan imannya sampai dia sendiri yang akan membuat pengakuan secara  pribadi  bahwa Yesus  adalah Mesias.

Pointer Aplikasi

1.     Yesus adalah Mesias yang diurapi, ditahbiskan menjadi penguasa atau raja  surga dan bumi. Dialah kota benteng tanduk keselamatan, tempat perlindungan yang kuat, kuasa apapun tidak sanggup  menggoncangnya, kepada-Nyalah kita berserah

2.     Minggu-minggu pasion kita diingatkan akan kesengsaraan Yesus dalm perjuangan iman menuju kemenangan. Demikian juga kita sebagai pengikut Yesus akan terus diperhadapkan dengan tantangan-tantangan iman. Tantangan iman sering membuat kita sulit membedakan mana lawan dan mana musuh, seperti yang dirasakan oleh Yosua. Didalam kekalutanya menghadapi musuh yang tidak dikenal, dia masih sempat “bertanya :”kawankah engkau atau lawan?  Dalam masa-masa kampaye Pil Pres dan Pil Leg, mungkin kita sulit menentukan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Yosua disuruh untuk meanggalkan :kasutnya, karena tempat itu kudus, artinya dalam segala kebimbangan kita kita harus membawanya kehadirat Tuhan, dan menanggalkan semua hal-hal yang kotor dan kenazisan (baca: kasut)

3.     Kuasa Roh Kudus yang akan membawa kita kepada kasih karunia. Hidup dalam kasih karunia  membuat kita bersukacita, karena ada pengharapan untuk mendapatkan kemuliaan Tuhan dan mahkota kehidupan.

“Percayalah kepada TUHAN  dengan segenap hatimu,

dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri

 Akuilah Dia dalam segala lakumu ,

maka Ia akan meluruskan  jalanmu”  (Amsal 3:5-6)

Pdt. Saul Ginting

GBKP Rg. Bekasi

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate