Minggu 16 Desember 2018 : Lukas 13 : 23-30

Invocatio  

Mazmur 65:5, Berbahagialah orang yang engkau pilih dan orang yang engkau suruh mendekat untuk diam di pelataranMu! Kiranya kami menjadi kenyang dengan segala yang baik di rumahMu, di baitMu yang kudus.

Khotbah    : Lukas 13:23-30

Tema

Orang Yang Percaya pada Yesus akan menjadi yang terdepan

1.    Adven adalah saat dimana orang percaya menyiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, secara spesifik menyambut peringatan hari kelahiran Tuhan Yesus. Pertanyaan tentang apa yang harus kita lakukan selama masa penantian tersebut, hampir setiap minggu adven dipertanyakan. Dan jawabanya ada di ayat invocatio yang menyatakan bahwa sukacita terbesar kita adalah berada dekat Allah dan menikmati persekutuan dengan Dia. Kita menunggu bukan karena kebetulan atau karena kewajiban semata tapi karena Tuhan sudah memilih dan menetapkan kita untuk menjadi bagian dari penggenapan rencana keselamatanNya. Dalam mazmur ini juga menyatakan berkat-berkat Tuhan yang luar biasa bagi umat pilihan. Karena itu mengapa kita tidak menunggu dengan menjadi pribadi yang hidup dekat dengan Tuhan, menjadi berkat bagi dunia sambil menikmati segala yang baik yang datang dari Tuhan.

2.    Injil Lukas dituliskan untuk orang-orang yang bukan Yahudi. Lukas menulis Injil dengan tujuan supaya Theofilus dan orang-orang yang belum mengenal Yesus dapat mengetahui kebenaran bahwa Yesuslah juruselamat. Dalam perjalanan menuju Yerusalem, Yesus melakukan kegiatan “blusukan” keliling dari kota-kekota dan dari desa kedesa dan mengajar orang-orang yang Dia jumpai dalam perjalanan. Dalam kegiatan mengajar tentu wajar jika terjadi sesi tanya jawab dan pertanyaan pertama yaitu, Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan? Pertanyaan ini dilatarbelakangi oleh pandangan bangsa Yahudi yang menganggap mereka sebagai bangsa pilihan sehingga akan secara otomatis mendapatkan keselamatan. Yang paling menarik adalah Yesus tidak menjawab dengan kata jumlah yang diminta namun Yesus memberikan dorongan kepada orang yang bertanya untuk berjuang memperoleh keselamatan karena “pintu yang sesak itu”. Pintu yang sesak menggambarkan bahwa keselamatan bukan jalan yang murah apalagi murahan karena itu untuk memasukinya diperlukan perjuangan. Dalam Bahasa Inggris perjuangan dipakai kata to agonize yang berarti tersiksa, sangat menderita. Berarti dalam perjuangan tersebut kita akan menghadapi penderitaan yang sangat hebat, sebab itu berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami baik secara lisan maupun secara tertulis (2 Tes 2:15)

Ada waktu dimana pintu tersebut akan ditutup oleh tuan rumah, sehingga orang-orang yang datang mengetuk akan ditolak.  Karena itu perjuangkanlah keselamatanmu ketika kesempatan itu masih ada. Semakin menarik pada ayat 26 yang menunjukkan kedekatan tuan rumah dengan tamu yang datang mengetok, karena pernah makan bersama dan minum bersama, pernah mendengarkan pengajaranNya. Namun kedekatan tersebut tidak membuat mereka diterima bahkan tetap ditolak, diusir dan bahkan disebut sebagai yang melakukan kejahatan. Hal ini menegaskan bahwa hubungan dengan Tuhan tidak dapat sekedar seremonial saja.

Ketika pintu ditutup maka sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mengenal Yesus dan menerimanya sebagai Juruselamat karena itu yang tersisa adalah ratap dan kertak gigi, yang menunjukkan penderitaan dan rasa sakit yang luar biasa. Orang-orang dari Timur, Barat, Utara, Selatan menggambarkan keterbukaan keselamatan bagi semua manusia, tidak dimonipoli oleh bangsa pilihan bahkan disebutkan yang bersama-sama dengan Tuhan dalam Kerajaan Allah adalah orang yang datang dari segala penjuru.

Standar keselamatan Yesus mengejutkan pendengarNya. Orang Yahudi memang yang sulung namun keselamatan tidak otomatis mereka dapatkan karena mereka menolak Yesus. Sehingga bangsa lain yang menerima Yesus sebagai Juruselamatlah yang akan masuk dalam Kerajaan Allah.

3.    Keselamatan adalah anugrah bagi orang percaya, namun hanya orang-orang yang tetap setialah yang berjuang untuk selalu bersama-sama dengan Yesus sampai pada akhirnya. Berjerih payah, mengerahkan segala daya dan upaya mengikut FirmanNya dan dalam persekutuan dengan Tuhan, jerih payahmu tidak akan sia-sia (1 Kor 15:58). Jangan meremehkan keselamatan yang telah kita terima dengan menjalani hidup tanpa berjaga-jaga secara rohani (bd. Luk 21:36). Hidup kekristenan akan menjadi sia-sia bila tidak diisi dengan usaha dan perjuangan untuk menjalani hidup yang berkenan dihadapan Allah. Adven berarti menunggu dalam perjuangan.

Pdt. Erlikasna br Purba

 

GBKP Rg. Denpasar

 

Minggu 02 Desember 2018 ; Bilangan 24 : 15-17

Invocatio          

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11 : 6)

Khotbah            : Bilangan 24 : 15 – 17

Tema

“Bersiaplah, Bintang Yang Bersinar Terang Akan Datang”

 

(Ersikaplah, Bintang Si Erkinar E Reh Me)

I.            Pengantar

Saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus,minggu ini kita memasuki Advent yang pertama. Masa Advent adalah 4 minggu sebelum perayan Natal tanggal 25 Desember. Dan sesuai dengan artinya, masa advent dihayati sebagai masa penantian yang penuh pengharapan dan kerinduan akan kedatangan Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus dunia yang telah datang dan yang akan datang kembali. Dalam panantian tersebut masa advent juga dipahami sebagai peringatan untuk mempersiapakan diri menyambut kedatangan Yesus yang kedua kali tersebut dan sekaligus mempersiapkan diri untuk merayakan dan mensyukuri Natal. Apa yang harus dipersiapkan? Hati kita. Itulah yang penting. Hati yang percaya sepenuhnya bahwa benar Yesus Kristus yang telah datang dan yang akan datang kembali adalah Tuhan sang Juruslamat sebagaimana yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, yang berimplikasi dalam sikap hidup yang berkenan kepada Allah, yakni hidup yang mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia.

II.            Penjelasan Nats

 “Lalu diucapkannyalah sajaknya, katanya: “Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya;” (ay. 15). Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah sebenarnya Bileam bin Beor? Sehingga dikatakan dia adalah seorang yang terbuka matanya? Jawaban/penjelasannya ada di pasal-pasal sebelumnya, yakni pasal 22 – 24, yang merupakan rangkaian cerita/kisah tentang Bileam dan Balak. Dan bahan khotbah kita 24 : 15-17 termasuk ke dalam perikop yang menjadi puncak dari kisah tentang Bileam dan Balak yang diceritakan dalam Bilangan pasal 22-24. Balak adalah raja Moab (22:6), dan pada saat itu Israel baru saja memusnahkan orang Basan (21:33-35), dan berkemah di dataran Moab (22:1), siap untuk memasuki tanah perjanjian. Balak takut (22:4), sehingga, seperti orang yang habis akal sendiri sehingga berdoa atau pergi ke dukun, dia mencari kekuatan ilahi untuk mengalahkan Israel. Dia memanggil Bileam, seorang penenung (22:7), untuk mengutuk Israel (22:6).Bileam dikenal sebagai orang yang berkatnya dan kutuknya manjur (22:6). Kuasa itu ada dalam kaitan dengan dewa-dewi, seperti biasa dalam dunia sihir. Namun, mulai dengan kedatangan rombongan kepada Bileam, Tuhan menunjukkan siapa yang sebenarnya memiliki kuasa. Tiga kali Bileam terpaksa mengucapkan berkat atas Israel, setiap kali dengan lebih jelas dan kuat. Pertama, menyampaikan keengganan Bileam untuk mengutuk bangsa yang tidak dikutuk Tuhan (22:8). Kedua, mengangkat janji Allah (23:19) yang membawa mereka keluar dari Mesir (23:22) sehingga mantera tidak berdaya terhadap mereka (23:23). Untuk kedua kali itu, Bileam menyendiri dan ditemui oleh Allah dengan perkataan untuk diucapkan (23:4-5, & 16).Ketiga, Bileam mungkin mau menghindar dari perintah langsung dari Allah, tetapi kali itu dia dihinggapi oleh Roh Allah (24:2), seakan-akan kesurupan (rebah dengan mata tersingkap 24:4).

Saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus, melalui kisah tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah telah menyelamatkan umat-Nya dari ancaman sihir itu. Tidak hanya menyelamatkan dari ancaman sihir tersebut, Allah bahkan menggunakan Bileam untuk mengatakan nubuatan tentang bagaimana masa depan bangsa Israel, bahwa suatu pribadi akan datang yaitu bintang dari Yakub dan dia akan menghancurkan dan memerintah atas bangsa-bangsa. (24:17). Siapakah pribadi itu, yang dikatakan “bintang terbit dari Yakub”? Dalam bacaan kita, Wahyu 22:16-20, sangat jelas dikatakan bahwa pribadi tersebut adalah Yesus Kristus, walaupun dalam kalimat yang berbeda “Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.” (ay. 16)Selanjutnya, pembacaan kita juga mau menyatakan bahwa  keselamatan di dalam Yesus Kristus terbuka kepada semua orang, dan keselamatan itu diberikan dengan cuma-cuma (ay. 17). Selanjutnya, apa yang dikatakan dalam kitab Wahyu, adalah suatu kebenaran. Tidak boleh ditambah atau dikurangi (ay. 18-19).Sebagaimana Yohanes merindukan kedatangan Yesus yang kedua kali, agar kiranya kita juga mempunyai kerinduana yang sama. Dengan adanya kerinduan dalam hati kita akan seseorang yang telah berjanji bahwa ia segera datang, terlebih orang tersebut yang sangat berarti kepada kita, pastilah membuat kita senantiasa menanti dan menanti dengan sabar dan persiapan yang maksimal menyambut kedatangannya.

III.            Aplikasi

Saudara/i yang terkasih di dalam Yesus Kristus, jika dipikirkan secara logika manusia, tidak akan mungkin Allah menggunakan seorang Bileam yang merupakan seorang penenung (KBBI, te•nung : 1.kepandaian dsb untuk mengetahui (meramalkan) sesuatu yg gaib (spt meramalkan nasib, mencari orang hilang), juru (tukang, pandai) --; 2. ilmu hitam untuk mencelakakan orang), untuk memberikan berkat dan menyampaikan nubuatan Allah kepada bangsaNya. Sebenarnya akan lebih mudah bagi Allah untuk menyampaikan berkat dan nubuatanNya melalui nabi-nabi yang telah dipilihNya, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, Allah menggunakan Bileam untuk memberikan berkat dan nubuatan kepada bangsaNya. Seorang Bileam yang biasanya mencelakan orang lain melalui ramalan-ramalan/sumpah-sumpah, dipakai Allah untuk menyampaikan berkat dan nubuatanNya tentang kedatangan Mesias ke dunia ini. Begitu juga untuk kedatanganNya yang kedua kalinya, dalam pengelihatan Yohanes dalam Wahyu 22 : 16-20. Implikasinya bagi kita adalah bagaimana kita mensyukuri kedatanganNya tersebut dengan sikap hidup yang semakin peduli, empati dan berani menjadi model bagaimana manusia yang berkenan kepada Allah dan itu berarti mengikut teladan Yesus. Dan dengan hidup demikian, berarti kita juga sungguh-sungguh mempersiapkan diri menanti kedatangan Tuhan Yesus yang ke dua kali.

 Pdt. Abel Sembiring, S.Th, M.Min

GBKP Runggun Tambun

Minggu Tgl 25 November 2018 : Yohanes 11 : 25-26

 

 Invocatio   

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” (Yoh. 14:6)

Kotbah       : Yohanes 11:25-26

Tema

Yesus Sang Pemberi Kehidupan

Pengantar

Pemberian yang paling bernilai tidaklah ditentukan dari apa yang menjadi isinya, tetapi dari siapa yang memberikannya. Pemberian terbaik dinilai bukan dari harganya tetapi dari kasih sayang yang mendasarinya. Pemberian Yesus yang di dasari oleh kasihNya kepada manusia yaitu memberikan kehidupan bahkan hidupNya sendiri bagi semua manusia yang percaya kepadaNya. Yesus sang pemberi kehidupan. Inilah yang menjadi tema kita dalam minggu ini.

Pembahasan Nats

11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya  kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, 

11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?

            Dalam Injil Yohanes, dan tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil Sinoptik, terdapat suatu kelompok ucapan Tuhan Yesus yang penting karena memiliki fungsi yang berarti dalam pembahasan Kristologi. Ucapan ini memakai kata ganti orang pertama, yang sangat bernilai sebagai penyataan dari kesadaran diri Yesus sendiri.

Dalam Kitab Injil Yohanes terdapat jauh lebih banyak penggunaan kata ganti orang “Aku” daripada dalam kitab Injil Sinoptik. Penggunaan kata “Aku” menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus. Donald Guthrie dalam buku Teologi Perjanjian Baru 1 menyebutkan bahwa kata “Aku” (ego) dalam Injil Yohanes terdapat sebanyak 134 kali, dalam Injil Matius sebanyak 29 kali, dalam Injil Markus 17 kali dan dalam Injil Lukas 23 kali. Banyaknya penggunaaan kata “Aku” menarik perhatian pada diriNya sendiri secara menonjol, yang mempersiapkan pembaca untuk ucapan khas yang diterjemahkan, “Aku adalah” (ego eimi).

            Ungkapan “Aku adalah” digunakan dalam PL sebagai penggambaran Allah. Dalam Keluaran 3:14, Allah menyebut diriNya kepada Musa sebagi “Aku adalah Aku”, yang memberikan pengertian khusus ilahi pada ungkapan “Aku adalah” itu. Jika Yesus mengingat maksud ungkapan ini, hal ini akan menyoroti ungkapan “Aku adalah” yang dicatat dalam Injil Yohanes. Yohanes mencatat sejumlah ucapan Yesus “ego eimi”  yang memiiki fungsi sangat penting dalam penyataanNya sebagai Allah, yakni : “Aku adalah/Aku ada/Akulah”. Ucapan ini mempunyai pengertian ilahi.

Tujuh kali dalamInjil Yohanes Yesus menggunakan bentuk “Aku adalah” untuk menggambarkan diriNya. Ucapan-ucapan ini meliputi pemakaian kata-kata kiasan yang luas, yaitu :

1.      Akulah Roti hidup (Yohanes 6:35).

2.      Akulah terang dunia (Yohanes 8:12; 9:5).

3.      Akulah pintu (Yohanes 10:7).

4.      Akulah gembala yang baik (Yohanes 10:11).

5.      Akulah kebangkitan dan hidup (Yohanes 11:25).

6.      Akulah jalan dan kebenaran dan hidup (Yohanes 14:6).

7.      Akulah pokok anggur yang benar (Yohanes 15:1).

Dalam setiap hal, “Aku adalah” menjelaskan peran-peran tertentu dari Yesus, yaitu untuk menguatkan, menyinari, mengakui, memelihara, memberi hidup, membimbing dan membuat produktif. Ucapan-ucapan ini merupakan keterangan-keterangan tentang Yesus sebagai yang menyatakan Allah dan yang memberi karunia-karunia Allah.

Bahan kotbah kita dalam minggu ini, membicarakan tentang “Akulah kebangkitan dan hidup”.Tema "Akulah kebangkitan dan hidup" menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan itu sendiri, sehingga setiap orang hidup dan percaya kepada-Nya, tidak akan mengalami kematian kekal. “Akulah kebangkitan”.  Bagi mereka yang percaya kepada Yesus, kematian jasmaniah bukanlah merupakan akhir yang mengerikan. Sebaliknya, peristiwa tersebut merupakan pintu kepada hidup kekal yang berkelimpahan dan persekutuan dengan Allah. Selanjutnya kata “akan hidup” dari ayat 25 menunjuk kepada kebangkitan, sedangkan istilah “tidak akan mati selama-lamanya” dalam ayat 26 berarti bahwa orang percaya yang dibangkitkan tidak pernah akan mati. Mereka akan memiliki tubuh baru, yang kekal dan tidak dapat binasa (1 Korintus 15:42, 54), yang tidak dapat mati atau merosot keadaannya (bd. Roma 8:10; 2 Kor. 4:16)

Apa maksudnya dengan “Akulah kebangkitan dan hidup”?

Yesus tidak sekedar mengatakan bahwa Aku akan memberikan kebangkitan, tidak sekedar Aku akan memberikan hidup kepadamu, tetapi Yesus mengatakan Aku-lah kebangkitan itu, Aku-lah hidup itu. Perkataan “Akulah kebangkitan dan hidup”berbicara tentang hidup yang telah dibangkitkan. Hidup itu sudah tiba sekarang dan ketika engkau percaya maka engkau akan hidup walaupun engkau sudah mati. Hidup yang tidak mungkin mati lagi, hidup yang kekal.Kematian adalah bukan akhir bagi hidup orang percaya, tetapi kematian adalah sebuah pintu yang menuju kepada kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan Allah. Perkataan tidak akan mati selama-lamanya bukan menunjuk kepada kematian secara fisik, tetapi menunjuk kepada hidup yang kekal itu. Hidup yang kekal itu bisa engkau alami sekarang, ketika engkau percaya. Hidup yang dihasilkan dari kebangkitan, hidup yang akan terus ada sampai selama-lamanya.

Kata kunci dalam Yoh 11:25-26 adalah kata “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”. Tuhan Yesus mengatakan tiga kali kata “percaya”: “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati”,” setiap Yesus Sang Pemberi Kehidupanorang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”, ”Percayakah engkau akan hal ini?” Di sini, Yohanes mengingatkan kita, bahwa siapa yang percaya di dalam Kristus, yang dipersatukan dengan Kristus melalui kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, manusia lama kita juga sudah dikubur bersama-sama dengan Kristus; dan kita dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus.Kebangkitan itu sudah terjadi secara spiritual di dalam diri kita. Ketika kita beriman di dalam Kristus, kita mengalami kelahiran baru, menjadi manusia baru, mengalami hidup yang baru, menjadi ciptaan yang baru. Yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17).

Inti dari iman Kristen adalah salib Kristus. Salib itu adalah salib yang kosong, tidak ada Yesus yang tergantung, karena Yesus sudah bangkit mengalahkan maut. Ketika kita sungguh percaya dan mengenal Tuhan secara demikian, maka waktu kita menghadapi kematian, kita tahu bahwa kematian adalah bukan akhir, melainkan kita akan hidup walaupun kita sudah mati. Barangsiapa hidup dan percaya, dia tidak akan mati selama-lamanya, meskipun dia mati secara fisik, tetapi hidupnya akan ada selama-lamanya. Bahkan tidak ada suatu apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus. Kalau kita percaya akan hal ini, maka seharusnya kita mengarahkan dan memfokuskan seluruh hidup kita, memberikan kesadaran bahwa tidak ada apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah di dalam Kristus yang sudah mati dan bangkit.

Dalam Wahyu 7:9-17, kita dapat melihat tentang keselamatan yang universal. “…dari segala suku bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan dihadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba”. Disebutkan bahwa mereka yang masuk ke dalam Kerajaan Surga ialah mereka yang telah mencuci jubahnya dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Hal ini memang ungkapan simbolis, namun mengandung makna mereka yang dalam iman telah percaya dan setia kepada Yesus, yang nampak dalam kehidupan yang setia sampai mati. Hal itu disebutkan bahwa "mereka adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar”. Walaupun ada banyak tantangan sebagai konsekuensi iman kepada Yesus, mereka setia bahkan setia sampai mati kepada Tuhan. Anak Domba Allah yaitu Yesus Kristus yang merupakan jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Yesus Kristus (Yoh. 14:6)

Aplikasi

            “Yesus Sang Pemberi Kehidupan” ini merupakan tema kebaktian Minggu kita kali ini, khususnya dalam Minggu Akhir Tahun Gereja ini. Alangkah anehnyajika manusia menikmati hidup lepas dari Sang Pemberi Hidup itu sendiri. Kita diberi kehidupan untuk untuk melakukan hal-hal yang sudah ditetapkan oleh Sang Pemberi Kehidupan, karena manusia tidak menjadi hidup dengan sendirinya. Manusia secara pasif menerima hidup dan secara pasif pula menyerahkan hidupnya. Dalam setiap kehidupan manusia ada tujuan yang sudah Tuhan tetapkan. Dan hidup itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari hubungan pribadi kita dengan Tuhan.

Hidup kita harus mempunyai suatu fokus, seperti poros dari suatu roda. Poros itu harus ada di tengah, supaya seluruh roda bisa berjalan dengan baik. Kalau poros itu bergeser sedikit saja, maka roda itu akan hancur berantakan dan tidak bisa jalan lagi. Biarlah poros hidup kita adalah kepada Yesus Kristus.Kita sudah disalibkan bersama dengan Kristus, dan mati bersama dengan Kristus. “Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku  yangkuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman di dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku, dan menyerahkan Diri-Nya untuk aku” (Galatia 2:20).Hidup oleh iman adalah hidup yang memuliakan Allah diseluruh hidup kita. Karena itu, tetaplah hidup setia dan percaya kepadaNya.

Di Minggu akhir tahun gereja ini pun, ketika kita membahas tentang kehidupan, maka kita juga membahas tentang kematian. Karena jikalau ada kehidupan pasti akan ada kematian. “Akulah Kebangkitan dan Hidup”, menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah kebangkitan itu sendiri, sehingga setiap orang hidup dan percaya kepada-Nya, tidakakan mengalami kematian kekal. Kematian bukanlah akhir bagi hidup orang percaya, tetapi kematian adalah sebuah pintu yang menuju kepada kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan Allah. Perkataan tidak akan mati selama-lamanya bukan menunjuk kepada kematian secara fisik, tetapi menunjuk kepada hidup yang kekal itu. Hidup yang kekal itu bisa kita alami sekarang, ketika kita percaya. Hidup yang dihasilkan dari kebangkitan, hidup yang akan terus ada sampai selama-lamanya.Dengan demikian, kematian tidak lagi menjadi suatu hal yang menakutkan bagi kita. Selagi Tuhan masih memberikan kesempatan bagi kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini, tetaplah setia kepadaNya dan setia melayaniNya.

Pdt Chrismori br Ginting

GBKP Rg  Sitelusada.

 

 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate