Khotbah Minggu tgl 31 Maret 2019 ; Yesaya 65 : 17-25

Invocatio: “Bersukacitalah dengan Yerusalem dan bergembiralah kerana dia, wahai semua orang yang mengasihinya! Bergiranglah segirang-girangnya dengan dia, wahai semua orang yang berkabung kerananya (Yesaya 66:10)

Kotbah: Yesaya 65:17-25

Tema

Ersurak Ras Ermeriahlah Erkiteken Tinepa Simbaru

1.    Pada saat seorang perempuan yang menanti buah hatinya dalam proses melahirkan akan mengalami sakit yang luar biasa. Dikatakan bahwa tubuh manusia dapat menahan hanya sampai 45 del (unit rasa sakit). Tetapi dalam proses melahirkan, seorang wanita merasakan 57 del (unit rasa sakit). Ini sama dengan rasa sakit ketika dua puluh tulang di tubuh kita patah bersamaan. Tetapi setelah melewati fase tersebut dan bisa menggendong bayi yang dinanti-nanti tersebut maka rasa sakit tersebut tergantikan dengan kebahagiaan, bahkan seperti diungkapkan dalam ayat 17 “tidak akan diingat lagi/ Kejadin-kejadin si enggo lepas ilupaken kerina.” Demikianlah janji Tuhan mengenai langit yang baru dan bumi yang baru. Nats ini terdapat di bagian Trito-Yesaya (pasal 56-66) yang menceritakan zaman setelah pembuangan. Tuhan yang berjanji tersebut adalah Tuhan yang dulu telah menciptakan langit dan bumi dan lagi akan menciptakan langit dan bumi yang baru (2 Ptr. 3:13, Why. 21:5). Pribadi seperti itulah yang berjanji tersebut.

2.    Pasal 65:1-16 menceritakan tentang hukuman bagi orang-orang berdosa dan keselamatan bagi orang yang saleh (orang saleh disebut hambaKu dalam 65:13). Sedangkan 65:17-25 ini merupakan gambaran berkat yang dialami oleh hamba tersebut. Apa yang dijanjikan dalam nats ini kondisi manusia yang sepenuhnya baru, sehingga kondisi Israel yang dulu tidak hanya susah tetapi juga cemar dan memalukan itu tidak akan diingat lagi (17).

3.    Allah sanggup memulihkan dunia ini, bukankah itu juga menunjukkan bahwa Allah sanggup memulihkan keadaan kita? Pemulihan yang Allah lakukan tidak hanya pemulihan kondisi Yerusalalem dan penduduknya saja, tetapi termasuk juga pembaharuan relasi kembali bersama dengan Allah. Melalui kalimat “hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi” (ay. 17 bdk. Ay. 16) semakin jelas bahwa Allah juga berinisiatif melakukan pembaharuan relasi dengan Israel. Hal ini mengingatkan kepada kita juga pentingnya memperbaharui relasi tidak hanya dengan Tuhan tetapi dengan sesama kita, juga relasi kita dengan lingkungan (terkait tema tahun ini). Artinya pembaharuan relasi yang dilakukan oleh Allah mendorong kita memperbaharui relasi kita dengan sesama kita dan memperbarui relasi kita juga dengan alam ataupun lingkungan.

4.    Karya penciptaan Allah yang baru ini hendak menegaskan hadirnya suatu realita bumi dan langit yang mengalami kebaruan, sehingga segala beban sejarah dan trauma yang pernah melukai umat manusia telah diselesaikan dengan baik.

5.    Berkat Tuhan atas langit dan bumi yang baru tersebut termasuk juga didalamnya:

a.  “Umur yang panjang (ay. 20 & ay. 22). Umur panjang berkenaan dengan orangtua, dijanjikan bahwa mereka akan mencapai umur suntuk (umur gedang/ umur penuh) dan mengisi hari-hari mereka dengan buah-buah kebenaran. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, maka barulah itu masa tua yang baik. Orang tua yang berhikmat, baik, dan berguna dapat dikatakan telah mencapai umur suntuk (umur gedang). Orang yang mati tua, dan mencapai umur gedang, adalah orang yang mengalami apa yang dialami Simeon, setelah melihat keselamatan Allah, ingin pergi dalam damai sejahtera (Lukas 2:25-35).

b.    Menikmati hasil pekerjaan mereka ataupun tidak ada “bersusah-susah dengan percuma”, sebagaimana digambarkan dalam ay. 21 di ayat itu membalikkan pengalaman perang dan pembuangan di mana rumah dan kebun yang dikerjakan menjadi milik orang lain. Itu menyiratkan bahwa kerja tangan mereka akan diberkati dan membawa hasil.  Ada kuasa untuk memiliki dan ada kuasa untuk menikmat. Oleh sebab, banyak di antara kita memiliki tetapi tidak diberi kuasa untuk menikmati apa yang kita miliki.  Memang di dunia ini kita akan tetap bersusah payah mencari kebutuhan hidup kita sebagai akibat langsung dari jatuhnya manusia ke dalam dosa (Kej 3:18-19), tetapi sangat tragis sekali ketika kita sudah bersusah-payah tetapi kemudian PERCUMA/sia-sia. Seperti yang diungkapkan dalam Pengk. 2:18-19 “Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.  Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Ini pun sia-sia.”

c.    Tidak ada lagi bayi yang mati (ay. 20 & ay. 23). Ada berkat yang mengikuti bahwa  tidak akan melahirkan anak yang akan mati mendadak.

d.    Pemulihan hubungan dengan Tuhan itu sendiri (ay. 24). Dikatakan disana bahwa sebelum kita memanggil Tuhan, Dia sudah menjawabnya bukan memalingkan wajahnya (bdk Yeh. 7:22 “Aku akan memalingkan wajah-Ku dari pada mereka...”). Hal ini digenapi melalui karya penebusan Yesus Kristus.

e.    Serta perdamaian sesama ciptaan (ay. 25). Hal ini mengingatkan kita akan kisah penciptaan di kitab Kejadian dimana semua makhluk bisa berdamai satu dengan yang lainnya. Adam juga punya kesempatan untuk memberi nama kepada seluruh binatang (Kej. 2:19), tapi relasi ini berubah setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Namun di langit dan bumi yang baru, maka segala sesuatunya akan dikembalikan Tuhan ke rancangan-Nya yang semula, yaitu yang sempurna. Akan ada suatu tatanan Tuhan dimana serigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami, dan ular akan memakan debu (ay. 25a). Jika hubungan antar binatang saja bisa begitu damai, maka tentu hubungan antara manusia juga akan sempurna. Tidak akan ada lagi yang berlaku jahat atau busuk di langit dan bumi yang baru, karena kekudusan Tuhan akan melingkupi semuanya (ay. 25b).

6.    Meskipun di dunia ini  hal tersebut belum digenapi sepenuhnya, tetapi di sorga hal itu akan digenapi secara penuh, baik menyangkut penyempurnaan maupun sukacita kekal yang dijanjikan. Di sana segala air mata akan dihapuskan.

7.    Intinya karya penciptaan Allah yang baru itu menghadirkan suatu kehidupan yang ideal bagi setiap umat manusia, yaitu: umur panjang, tersedianya tempat tinggal yang layak dengan kebun-kebunnya, mampu menikmati hasil jerih payahnya, terciptanya suatu relasi yang harmonis dengan Allah, dan hidup damai tanpa permusuhan. Dengan demikian kehidupan yang serba ideal tersebut merupakan karunia Allah, dan bukan ditentukan oleh hasil usaha peradaban umat manusia. Apa yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia akan menjadi suatu kenyataan hidup, yaitu Allah menciptakan kehidupan yang serba baru.

8.    Atas pemulihan yang Tuhan lakukan tersebut maka yang bersorak-sorak adalah Yerusalem beserta dengan penduduknya dan Allah juga bersora-sorak (ay. 19). Hal ini menunjukkan bahwa Allah senang memberkati umat-Nya (bdk. Zef. 3:17). Allah tidak hanya bersukacita ketika memberkati umat-Nya, tetapi di saat umat-Nya mengalami penderitaan Allah juga turut merasakannya (bdk Ibr. 4:15 “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita,...”).

9.    Nats ini tentu memberi dorongan kepada kita untuk bertekun setia dalam pengharapan bahwa akan ada langit yang baru dan bumi yang baru. Mengingatkan kesementaraan kita ditengah-tengah dunia ini dan mengingatkan kita akan kekekalan di langit dan bumi yang baru tersebut. Mari kita persiapkan diri kita untuk tidak hanya menikmati langit dan bumi yang lama tetapi juga akan menikmati di langit dan bumi yang baru. Milkila relasi yang baru dengan Allah, relasi yang baru dengan sesama kita, relasi yang baru dengan alam ciptaan Tuhan.

10. Langit dan bumi yang baru seharusnya membimbing kita kepada karakter yang baru, supaya kita layak hidup di dalamnya. Langit dan bumi yang baru selain berbicara masalah kondisi tetapi juga berbicara masalah tempat, maka akan menjadi tidak sejalan jika Allah menciptakan langit dan bumi yang baru tetapi kita tidak meresponnya dengan memperbaharui karakter kita. Matius 9:16-17 “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."

Pdt Dasma Sejatra  Turnip

GBKP Palangkaraya

Khotbah Minggu 10 Maret 2019 ; Amsal 4 : 18-27

(MINGGU PASSION II/INVOAVIT: ERLEBUH IA KU AKU)

Invocatio : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11)

Khotbah  : Amsal 4:18-27

Tema  

 “MENJALANI JALAN YANG BENAR”

I.        PENDAHULUAN

Dalam hidup kita selalu diperhadapkan pada pilihan dan keputusan. Kadang kita bingung dalam memilih jalan mana yang harus ditempuh. Konflik antara keinginan, kenyamanan dan kebebasan hidup menjadi suatu hal yang tidak mudah dilalui. Semua orang percaya ingin hidupnya lurus dan benar agar bisa mencapai tujuan akhir yang diinginkan. Tetapi berbagai penyesatan dan pengajaran keliru yang dianut dunia bisa setiap saat membuat kita miring ke kiri dan ke kanan, berbelok, bengkok dan serong. Berbagai ‘penyakit’ dunia bisa meracuni kita dan mengalihkan kita dari jalan yang lurus, jalan yang terang menuju gelap dan kesesatan.

Lalu apa yang sebenarnya diinginkan Tuhan bagi kita? Tuhan ingin kita tetap hidup dengan menjaga kesucian, tiada beraib dan tiada bernoda sehingga kita bercahaya di antara manusia lainnya seperti bintang-bintang di dunia (bnd. Filipi 2:15).

Bagaimana caranya agar kita bisa tetap bertahan untuk terus lurus dan tidak menjadi bengkok? Bagaimana agar kita bisa tetap berjalan dalam koridor yang benar, tetap lurus meski kita terus dibelokkan? Untuk itu senantiasa kita meminta petunjuk dan kebijaksanaan padaNya melalui firmanNya dan dengan cara selalu berseru kepada Tuhan (Minggu Invokavid: Erlebuh ia ku Aku), maka Dia akan menjawab dan meluruskan jalan kita.

II.        PENDALAMAN NAS

Kitab Amsal adalah kumpulan ucapan ringkas dan ucapan berbentuk nasihat untuk mendidik para pemuda. Dalam bahasa Ibrani “Amsal” diterjemahkan dari kata misyle/masyal yaitu singkatan dari misyle syelomoh, artinya amsal-amsal Salomo, yang merupakan amsal-amsal orang bijak (Amsal 22:17; 24:23). Dalam nas ini (ay. 18-27) diperlihatkan sebuah pokok pengajaran agar para pendengarnya berpegang teguh pada yang baik, yaitu Firman Tuhan.

Istilah “Jalan” (Ibr. Derek)merupakan lambang dari sikap hudup dan tingkah laku seseorang. Orang yang berhikmat disamakan dengan orang yang berjalan di jalan lurus atau benar, yang akan menghindarkan orang itu dari bermacam masalah. Sikap hidup dan tingkah laku yang benar ini menuntun orang pada “kehidupan”. Sehingga jalan orang benar digambarkan seperti cahaya fajar dan terang; seperti cahaya mentari di pagi hari yang semakin lama semakin terang cahayanya. Hidup orang benar itu seperti terang, bahkan semakin lama semakin terang karena berjalan dengan hikmat Tuhan yaitu firman Tuhan.

Alkitab tidak mencatat jalan hidup orang benar seperti cahaya fajar ‘dari terbit matahari sampai terbenamnya’, seringkali kita campur dengan filosofi duniawi yang mengatakan hidup ini bagaikan roda kadang di atas, kadang di bawah. Tetapi firman Tuhan mengatakan bahwa keadaan kita akan semakin baik apabila kitaselalu mendengarkan dan mengikuti jalanNya. Dalam Ulangan 28:13 “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia”. Namun konteks nas ini bukan mau membawa kita kepada sebuah pemahaman “teologi sukses”, tapi menekankan kepada kita bahwa ketika kita memakai dan menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman hidup kita maka akan terjadi transformasi hidup, baik itu cara pandang, pola pikir maupun pengharapan kepada Tuhan dalam menjalani dinamika hidup (baik itu lurus, terjal, lembah, kerikil, berbatu, licin maupun berliku). Jadi bukan diartikan kita tida akan pernah lagi sakit atau terus naik pangkat dan jabatan strategis akan selalu kita raih, tapi walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita inginkan, iman kita meneguhkan dan meyakinkan kita bahwa ‘jalan Tuhan selalu benar’.

Sekali lagi firman Tuhan katakan jalan hidup orang benar seperti cahaya fajar yang kian bertambah terang semakin terang sampai rembang tengah hari, ini puncaknya terang. Tuhan menginginkan kita terus belajar dan berpedoman kepada ‘terang’ yang sesungguhnya yaitu Kristus. Yohanes 8:12 “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup”.

Untuk itu supaya kita tetap berjalan dalam jalan yang benar dan terang kita semakin terang, kita harus melakukan:

1.    Mengarahkan Telinga (ay. 20-22)

Kita harus mengarahkan telinga kita kepada hal-hal yang baik, yang membangun dan kepada firman Tuhan yang mengarahkan dan menuntun kita dalam jalan kebenaran. Lukas 8:18 “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya”. Bukanlah tanpa tujuan jika Tuhan meciptakan 2 telinga dan 1 mulut bagi manusia; tujuannya adalah supaya kita lebih banya mendengar daripada berkata-kata, sebab “di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi” (Amsal 10:19). Maka dari itu firman Tuhan menasihatkan, “setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata....” (Yakobus 1:19). Tuhan menghendaki kita banyak mendengar, terutama dalam hal mendengarkan firman Tuhan, sebab “...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Roma 10:17).

2.    Menjaga Hati (ay. 23 “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”)

Hati adalah pusat dari setiap hal yang kita rasakan, karena dari hati kita bisa merasakan suka dan duka, kekecewaan, kebimbangan bahkan juga dapat merasakan sakit. Oleh karena itu sangat perlu menjaga hati terutama dari segala perkataan negatif yang masuk ke dalam hati, supaya hati kita tetap dikuasai oleh cinta kasih Tuhan. Cara menjaga hati juga dapat dilakukan dengan selalu memiliki hati yang bersyukur kepada Tuhan. Sebab dengan bersyukur pada Tuhan membuat hati kita tetap terjaga. Firman Tuhan merupakan salah satu cara supaya hati tetap dikuatkan dari setiap kebimbangan. Karena di dalam firman Tuhan ada janji yang dapat menguatkan iman kita.

Tuhan rindu supaya kita boleh memiliki hati yang bersih serta murni di hadapanNya. Jadi jangan pernah mengizinkan hati kita dikuasai oleh hal-hal yang negatif. Jangan biarkan dosa menguasai hati kita, buanglah segala kebencian dan dendam, sebaliknya isilah dengan kasih Tuhan.

3.    Buanglah Mulut Serong (ay. 24 “Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu)

Amsal 13:3 “Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan”. Amsal mengingatkan bahwa “mulut” bisa memberikan dampak yang sangat besar dalam kehidupan kita. Mulut perlu dijaga untuk menciptakan keadaan dan situasi yang aman tentram. Bagi Amsal, mulut dijaga supaya apa yang dikatakan mendatangkan kebaikan, syalom, sukacita, ketenangan. Kolose 4:6 “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”.

4.    Arahkan Pandanganmu Ke depan (ay. 25-27)

Janganlah kita menjalani hidup sambil mengingat-ingat peristiwa masa lampau yang bisa mengganggu masa depan kita. Orang yang mau berjalan maju tetapi ia masih ‘bernostalgia’ dengan kesuksesan atau kegagalannya masa lalu, ia akan menjadi “tiang garam”, sama seperti Isteri Lot. Ia akan mengalami kegagalan, itu berarti ia tidak akan memeperoleh kebahagiaan.

Ay. 26, 27 “Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan”. Arahkanlah matamu ke depan jangan terpengaruh oleh godaan di kanan dan kiri jalanmu, terus fokus ke depan.

Invocatio: “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapanMu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kananMu ada nikmat senantiasa” (Mazmur 16:11). Orang percaya berpegang pada hikmat dan berjalan menurut pimpinan Firman Tuhan. firmanNya menjadi pelita, sumber sukacita dan penghiburan yang menerangi jalan mereka. Mereka meneladani Terang, setia menjadi terang bagi setiap orang yang dijumpai. Dengan begitu, mereka menyingkirkan kegelapan. Terang bertambah, anugerah pun semakin bertumbuh. Semakin kuat mereka menjaga kekudusan, sukacita, dan kehormatan rohani, semakin deras hidup mereka mengalirkan kemurnian hati, kasih, kebenaran, keadilan dan kejujuran.

III.        APLIKASI

Ada sebuah petikan syair lagu yang berbunyi:

“Berliku-liku kehidupan ini

Jalan mana yang harus ku lalui

Rintangan dan cobaan s’lalu menghalangi

Bila ku ingin datang padaMu”

Dalam hidup ini ada banyak tawaran, godaan, cobaan tetapi arahnya kepada jalan yang salah. Ini adalah sebuah tantangan iman bagi kita orang kristen. Sebagai pengikut Kristus yang setia, kita pasti memilih satu jalan yang benar yaitu jalan Tuhan dalam arti setia melakukan kehendak firmanNya. Memilih jalan Tuhan berarti menjadikan firman Tuhan sebagai penerang seluruh perjalanan hidup kita dan tingkah laku di jalan hidup yang kita tempuh (Mazmur 119:105 “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”). Sehingga hidup kita dituntun untuk menikmati kebahagiaan dan berkatNya.

Hidup adalah ibarat perjalanan. Perjalanan yang panjang dimana sepanjang perjalanan itu kita akan menemui realita kehidupan “ada lubang, ada tanjakan, ada turunan, dan terkadang kita harus terjerembab karena terantuk di batu” tapi perjalanan ini harus diteruskan bukan dihentikan, karena kita punya tujuan dari perjalanan itu. Dan perjalanan itu mungkin akan terasa berat dan tidak mudah, karena mungkin tidak seperti yang kita bayangkan atau harapkan (bagi sinatap deleng). Ingat lagu Ebiet G. Ade “Berita Kepada Kawan”

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan

Sayang kau tak duduk di sampingku kawan

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan

Di tanah kering bebatuan......

Tapi perjalanan ini akan terasa lebih mudah dan menyenangkan ketika kita punya ‘teman setia’ untuk berbagi cerita dan rasa. Dialah Yesus sang “Kawan Sejati”, yang selalu ada di sepanjang perjalanan hidup kita, Dia tidak pernah meninggalkan kita dan mau mendengarkan cerita kita. Satu hal yang pasti Dia akan ‘memandu’ kita dalam perjalanan ini sehingga kita tidak tersesat tapi sampai dan selamat di tujuan akhir kita, yaitu Rumah Bapa yang kekal.

Pdt. Irwanta Brahmana-(GBKP Rg. Surabaya)

Khotbah Minggu tgl 07 April 2019 ; LUKAS 23 : 39-34

Minggu Passion VI/Judika (Berilah keadilan kepadaku ya Allah)

Invocatio    : Utuslah terang-Mu dan kebenaran-Mu, biarlah mereka menuntun dan membawaku ke gunung-Mu yang kudus, dan ke tempat kediaman-Mu. (Mazmur 43:3)

Khotbah      : Lukas 23:39-43 

Tema 

Yesus, Ingatlah Aku!

Dalam hubungan persahabatan, dikala seseorang berbuat baik kepada kita maka dengan mengingat dan mengenang kebaikan itu, akan membuat keindahannya kembali dirasakan bahkan disepanjang hidup. Jika dapat, kebaikan tersebut baiklah juga dibalaskan dengan kebaikan lainnya, sebagai tanda bahwa itu merupakan suatu hal yang sangat berharga.

Percaya kepada Yesus, juga merupakan sebuah hubungan yang sangat dalam. Karena sama halnya dengan mengikatkan hati untuk selalu mengingat bahwa Yesus sangat baik. Seluruh karya dan kasihNya itu nyata. PengorbananNya di salib memberi tanda bahwa Dia Agung dalam kasih.. Hanya saja sering kali saat telah mengakui bahwa Yesus Juruselamat, namun sikap diri sebagai pengikutNyalah yang tidak mampu ditunjukkan dengan setia. Seakan-akan meragukan atau bahkan melupakan bagaimana kehadiran Yesus bagi kita yang telah menyelamatkan hidup.

Yesus, Ingatlah aku! merupakan suatu seruan harapan di minggu Passion ini, untuk percaya bahwa di dalam Dia kita menerima keadilan. Dia adil dalam tindakanNya. Hal ini selalu mengingatkan dan mengajarkan umat untuk turut taat kepada perintahNya. Mendapatkan keadilan merupakan hak manusia. Setiap manusia merindukan kedilan ditegakkan. Dia membela umatNya yang percaya kepadaNya, agar hidup berpengharapan kepada Allah yang penuh kasih dan adil. Lalu bagaimana sikap kita?

ISI

Lukas 23:39-43 Merupakan bagian menuliskan Yesus telah disalibkan. Yesus menderita di kayu salib. Bersama Dia ikut dihukum dua penjahat di samping kiri dan kananNya. Yesus diejek, dihina orang-orang disekitarNya juga diolok-olok prajurit Romawi. Bahkan salah seorang penjahat yang di sampingnya pun menghujatNya. Meskipun disalibkan dengan tidak adil, Yesus menjalaninya dan mengampuni mereka yang berbuat tidak adil. Dia tidak bersalah namun rela disalibkan untuk menyatakan kemuliaan Allah.

Berkali-kali Yesus diolok-olok. Seorang dari penjahat yang disalib dengan Yesus pun melakukannya. Penjahat itu sepakat dengan tindakan orang banyak yang menyalibkan Yesus. Mereka menganggap Yesus tidak mampu menyelamatkan diri sendiri. Mereka tidak dapat melihat karya keselamatan yang dilakukan Yesus. Sedangkan seorang penjahat yang lainnya menyadari bahwa meskipun Yesus disalib, sebenarnya Dia tak bersalah apapun. Dia menyadari bahwa Yesus mengalami ketidakadilan, sehingga ia menegur penjahat yang mengejek Yesus. Dia berkata kepada penjahat yang mengolok-olok itu "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.". Dan dia memohon agar kiranya Yesus mengingatnya apabila Yesus datang sebagai Raja.

          Saat itu juga Yesus menyatakan jawaban yang meneguhkan pengharapan. Tidak ada kata terlambat untuk percaya kepada Yesus. Karena itu Yesus menjawab dengan kepastian bahwa hari ini juga dia telah bersama-sama dalam Firdaus. Keselamatan hanya diperoleh dalam iman dan percaya. Meskipun ia seorang penjahat yang turut disalib dengan Yesus, dia tahu bahwa Yesus adalah Juruselamat baginya. Dia merendahkan dirinya dan hatinya dilembutkan, sehingga percaya bahwa akan tiba saatnya Yesus datang sebagai Raja. Dia menunjukkan iman dan menyatakan pertobatan, agar kiranya Yesus tetap mengingatnya.

Dari sikap seorang penjahat yang mengaku Yesus sebagai Raja, dapat dilihat bahwa bukan sekedar perbuatan yang dapat menyelamatkan. Melainkan keselamatan diperoleh dalam iman kepada Yesus. Percaya atas karyaNya. Sudah sepatutnyalah kebenaran Allah menjadi makanan rohani bagi umatNya. Hal ini akan sangat erat kaitannya dengan sejauh mana tindakan Allah dapat dipahami dan dihayati sebagai bagian sangat penting dalam hidup. Bahwa sekalipun Allah tidak pernah meninggalkan dan melupakan umatNya. Allah adalah adil, setia dan benar. Allah yang tidak dipengaruhi oleh tindakan umatNya. Sekalipun banyak penyimpangan sikap manusia, tetapi kesetiaan Allah tak bersyarat tetap untuk selamanya.

Ulangan 32:4-6 Bagian ini merupakan nyanyian dimana Musa mengungkapkan isi hatinya kepada Allah atas kondisi umatNya. Musa menyerukan betapa besar kebaikan dan kesetiaan Allah namun Israel kerap kali mengkhianatinnya dengan kebebalan hati. Musa mengungkapkan bagaimana Israel sebagai angkatan yang bengkok hatinya dan tidak jujur, harus diingatkan kembali kepada Allah pencipta yang akan membalaskan kejahatan umatNya. Sehingga Musa merindukan umatNya kembali kepada Allah yang penuh kasih dan adil. Seluruh perbuatan umatNya akan menerima upah berdasarkan kasih dan keadilanNya. Oleh karena itu, dalam iman umatNya berseru dan haruslah percaya dengan sungguh dalam tindakan dan perbuatan nyata.

 APLIKASI

          Dalam minggu passion, umatNya mengenang kembali Yesus yang telah menderita di salib, agar kita dibenarkan dan diselamatkan. Hal itu dilalui Yesus bukan karena kesalahan melainkan karena kasihNya. Dia akan memerintah dalam kerajaanNya yang memberi kehidupan kekal. Layakkah kita turut didalamnya? Saat ini kita sedang menantikan kehadiran Yesus kembali. Kita terus diingatkan untuk mengkoreksi sikap hidup. Mengingat kembali karya dan kebaikanNya. Menjalankan apa yang menjadi kehendakNya dalam ketaatan. Hingga tiba waktu semua digenapi. (Bdk. Invocatio)

          Yesus, ingatlah aku! Dengan meminta agar kiranya kita tetap dilayakkan dihadapanNya, maka diperlukan sikap dan iman yang teguh, menjalankan apa yang Tuhan perintahkan. Karena Yesus pun tidak menginginkan umatNya mati di dalam keberdosaan. Selagi ada waktu dan kesempatan, janganlah menunda-nunda mengerjakan perintahNya. Bertobatlah dan jalankan dalam iman percaya bahwa Dia Allah yang adil dan penuh kasih.

Pdt. Deci Kinita br Sembiring – Balikpapan

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate