Khotbah Tgl 06 Januari 2019 ; Mazmur 72 :1-4
Invocatio
Lihatlah, itu HambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadaNya jiwaKu berkenan; Aku akan menaruh rohKu ke atasNya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa (Mat. 12:18).
Khotbah : Mazmur 72:1-14
Tema
Dibata Ulu Kebujuren (Allah Sumber Kebenaran)
Pendahuluan
Kata “kebenaran” dalam bahasa Ibrani adalah Tsedeq yang berarti keteguhan, sesuatu yang tetap dan kelestarian. Defenisi kebenaran ini menyiratkan substansi yang kekal, sesuatu yang dapat diandalkan. Kata kebenaran juga sering diartikan sebagai sebuah kenyataan atau tidak bersalah, digunakan untuk menyatakan seorang raja yang baik (Yes.32:1). Sementara itu kata “kebenaran dalam bahasa “Yunani” adalah aletheia yang diartikan secara harafiah berarti tidak ada yang tersembunyi atau tidak menyembunyikan apa-apa, selalu terbuka dan bersedia untuk dilihat oleh semua orang, karena tidak ada yang disamarkan. Bagi Paulus kebenaran itu tidak sekedar perilaku benar dihadapan Allah, tetapi suatu hubungan yang benar dengan Allah. Prakarsanya dari Allah, diterima dalam iman yang terwujud dalam prilaku yang benar (Rm.3:21-26).
Kebanaran Allah adalah objektif dan mutlah, merupaan kebenaran yang tidak tergantung pada perasaan, hasrat dan kepercayaan subjektif. Kebenaran Allah tidak tergantung pada pengalaman atau penafsiran individu atau kelompok manapun. Hal ini berarti kebenaran Allah tidak berubah-ubah, kebenaran Allah adalah benar tanpa pengecualian. Kemutlakan kebenaran Allah adalah pernyataan Yesus yang tidak bisa dikompromikan. “ Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6).
Pendalaman Teks
Invocatio:Matius 12:18
Teks ini berbicara tentang Hamba Allah yang akan muncul, sesuai yang di nubuatkan dalam Yesaya42:1-4. Tidak dapat diragukan bahwa nubuatan itu mengenai Mesias yaitu Yesus Kristus. Pelayanan Yesus yang penuh kemurahan dan tidak provokasi ini, menekankan aspek kebenaran dan aspek rohani dan kerajaanNya. Dia tidak melibatkan diri dalam pidato-pidato didepan umum ataupun penghasutan politik. Dia juga tidak menginjak yang lemah demi mencapai tujuanNya
Yakobus 4:13-17
Nats ini berbicara tentang waktu, tempat dan mendapatkan keuntungan. Dalam membuat perencanaan, faktor-faktor di atas memang sangat diperlukan, seolah-olah manusia dapat mengusahakan sesuatu tanpa melibatkan Allah yang memberikan hikmat kepadanya untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang terbaik. Hal ini juga dikecam oleh nabi Yeremia ...”terkutuklah orang yag mengandalkan manusia dan hati nya jauh dari Tuhan, diberkati orang yang mengandalkan Tuhan(Bnd Yer. 17:5,7)
Bagaimana sebaiknya manusia membuat perencanaan Yakobus mengatakan “jika Tuhan menghendaki dan jika kita masih hidup, saya akan melakukan hal ini dan itu”. Hal ini bukan berarti kita pasif, tidak merencanakan dan mengerjakan sesuatu. Penekanan Yakobus disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup dengan cara mengisi hidup dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan bukan dengan keinginan kita sendiri.
Keberhasilan hidup serta kesuksesan sering membuat orang menjadi sombong. Tetapi Yakobus sudah mengingatkan bahwa semua kemegahan akan membawa manusia menjadi tinggi hati. Mambuat perencanaan yang baik memerlukan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Karena kita adalah hambanya yang merencanakan segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini untuk menyukseskan rencanaNya yang kekal bagi hidup kita. Selanjutnya Yakobus mengingatkan orang yang tahu bagaimana harus berbuat baik, tapi tidak melakukannya ia adalah orang berdosa.
Mazmur 72:1-14
Mazmur ini melukiskan gambaran raja adil yang dicita-citakan umat Israel. Raja ini dihubungkan dengan raja yang terkenal dengan himatnya dalam sejarah bangsa Israel yaitu Salomo. Sepanjang mazmur ini terdapat gambaran mengenai seorang raja yang ideal, dengan demikian mazmur ini memiliki makna Mesianis. Penggenapan raja seperti dalam mazmur 72 tidak dapat ditemukan diantara umat manusia. Hanya dalam Mesias lah ada karakter raja yang sempurna yaitu benar dan adil. Dalam tradisi penafsiran Yahudi maupun Kristen yang menerima nubuat-nubuat dalam kitab Yesaya 11:1-5, juga mazmur 9:5; 11:1; Zakharia 9:8 tentang raja yang benar.
Raja yang benar bagi pemazmur adalah dan bangsa Israel adalah raja yang mau membela hak orang lain, yang berani menghakimi dan menghukum (ay.2). Selanjutnya doa dan harapan kepada raja yang adil adalah akan diberi waktu yang panjang untuk menjalankan pemerintahannya (Ay. 5). Dengan demikian berarti kebenaran dan keadilan pun akan tetap terpelihara dalam waktu yang panjang. Seorang peminpin yang memiliki kerinduan bahwa selama masih ada jabatan, baginya itu merupakan kesempatan untuk berkarya dengan lebih baik lagi.
Raja yang benar akan di berkati dengan cakupan wilayah pemerintahan yang semakin hari semakin luas (Ay.6-8). Hal ini berarti keadilan dan kebenran semakin merata di Israel. Kejayaan dalam peningkatan kekuasaan menjadi sebuah kesempatan untuk memperluas pengaruh yang baik. Hal ini menunjukkan kesuksesan peminpin yang sebenarnya atas kebenaran dan keadilan yang dilakukan dalam pemeritahannya.
Raja yang adil akan dihormati oleh bangsa-bangsa dan raja-raja yang lain (9-11). Kehormatan itu bukan karena kekuatan, kedudukan,luasnya cakupan wilayah kekuasaan, tetapi ini adalah buah dari kebenaran yang ia terapkan pada masa-masa pemerintahannya. Selama pemerintahannya rakyat hidup dengan aman, tentram. Rakyatnya berdoa untuk kesuksesan kepeminpinannya (12-17). Raja yang benar dan adil akan perpengaruh pada rakyat yang dipinpinnya. Karena bukan hanya raja yang benar dan adil itu di berkati oleh Allah, tetapi rakyat yang di pinpinnya juga berkati oleh Allah, hal ini ditunjukkan dengan hasil tanaman yang melimpah, rakyatnya tidak kekurangan dan hidup penuh dengan damai.
Aplikasi
Dalam minggu Epiphanias ini Allah menunjukkan diriNya sebagai sumber kebenaran. Dengan demikian Tuhan menghendaki agar kita mengetahui dan menjalankan kebenaran (1 Tim.2:4). Bahkan Allah menjanjikan berkat rohani dan materi untuk mereka yang mencari kebenaran (Mat. 6:33).
Hidup benar ditengah-tengah dunia yang tidak mengenal kebenaran Allah, bukanlah suatu pekerjaan yang gampang. Kemajuan zaman dan banyaknya tuntutan hidup cenderung membuat kita tidak selalu mampu melakukan kebenaran Allah. Hidup kita sudah banyak dikelilingi oleh kebenaran-kebenaran dunia yang susah untuk ditolak. Sekarang ini banyak para peminpin yang tidak lagi mampu menjalankan kebenaran dan keadilan. Gaya sesaat, tidak mapan, tidak berakar dan tidak stabil. Terlalu banyak janji-janji dalam kampanye, sehingga sulit merealisasikannya ketika ia meminpin. Oleh karena itu kita mendoa kan para peminpin-peminpin negara kita (Pilkada dan Pilpres) mendatang dimampukan untuk menjalankan kebenaran Allah.
Hilangnya fokus kita kepada kebenaran Allah karena kita masih memiliki fokus untuk diri sendiri (bnd Yak.4:13-17 ). Kecendrungan hidup yang bersifat hedonistis dan ekonomis sering membuat seseorang tidak dapat menjalankan kebenaran. Mereka mengabaikan kebenaran hakiki untuk melegalkan kebenaran pribadi. Sebagai orang-orang percaya, seharusnya kita melibatkan Allah dalam setiap tahapan rencana kita, serta mampu menerima rancanganNya dengan penuh rasa syukur. Dengan demikian kebenaran Allah senantiasa hidup dalam kita, hidup bukan sekedar untuk kita, ada Kristus hidup dalam kita(Gal. 2:20).
Dunia ini membutuhkan kebenaran, sebagai landasan untuk melakukan kebaikan dan juga kualitas hidup. Sebagai pengikut Kristus kita tidak menciptakan kebenaran sendiri tapi mengakui dan menjalankan kebenaran yang bersumber kepada Allah. Hiduplah dalam kebenaran Allah, sehingga hidup kita memiliki arti bagi Tuhan dan sesama.
GBKP Runggun Bandung Barat