Khotbah Tgl 06 Januari 2019 ; Mazmur 72 :1-4

Invocatio

Lihatlah, itu HambaKu yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepadaNya jiwaKu berkenan; Aku akan menaruh rohKu ke atasNya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa (Mat. 12:18).

Khotbah : Mazmur 72:1-14

Tema

Dibata Ulu Kebujuren (Allah Sumber Kebenaran)

Pendahuluan

Kata “kebenaran” dalam bahasa Ibrani adalah Tsedeq yang berarti keteguhan, sesuatu yang tetap dan kelestarian. Defenisi kebenaran ini menyiratkan substansi yang kekal, sesuatu yang dapat diandalkan. Kata kebenaran juga sering diartikan sebagai sebuah kenyataan atau tidak bersalah, digunakan untuk menyatakan seorang raja yang baik (Yes.32:1). Sementara itu kata “kebenaran dalam bahasa “Yunani”  adalah aletheia yang diartikan secara harafiah berarti tidak ada yang tersembunyi atau tidak menyembunyikan apa-apa, selalu terbuka dan bersedia untuk dilihat oleh semua orang, karena tidak ada yang disamarkan. Bagi Paulus kebenaran itu tidak sekedar perilaku benar dihadapan Allah, tetapi suatu hubungan yang benar dengan Allah. Prakarsanya dari Allah, diterima dalam iman yang terwujud dalam prilaku yang benar (Rm.3:21-26).

Kebanaran Allah adalah objektif dan mutlah, merupaan kebenaran yang tidak tergantung pada perasaan, hasrat dan kepercayaan subjektif. Kebenaran Allah tidak tergantung pada pengalaman atau penafsiran individu atau kelompok manapun. Hal ini berarti kebenaran Allah tidak berubah-ubah, kebenaran Allah adalah benar tanpa pengecualian. Kemutlakan kebenaran Allah adalah pernyataan Yesus yang tidak bisa dikompromikan. “ Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun yang sampai kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku (Yoh 14:6).

Pendalaman Teks

Invocatio:Matius 12:18

Teks ini berbicara tentang Hamba Allah yang akan muncul, sesuai yang di nubuatkan dalam Yesaya42:1-4. Tidak dapat diragukan bahwa nubuatan itu mengenai Mesias yaitu Yesus Kristus. Pelayanan Yesus yang penuh kemurahan dan tidak provokasi ini, menekankan aspek kebenaran dan aspek rohani dan kerajaanNya. Dia tidak melibatkan diri dalam pidato-pidato didepan umum ataupun penghasutan politik. Dia juga tidak menginjak yang lemah demi mencapai tujuanNya

Yakobus 4:13-17

Nats ini berbicara tentang waktu, tempat dan mendapatkan keuntungan. Dalam membuat perencanaan, faktor-faktor di atas memang sangat diperlukan, seolah-olah manusia dapat mengusahakan sesuatu  tanpa melibatkan Allah yang memberikan hikmat kepadanya untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang terbaik. Hal ini juga dikecam oleh nabi Yeremia ...”terkutuklah orang yag mengandalkan manusia dan hati nya jauh dari Tuhan, diberkati orang yang mengandalkan Tuhan(Bnd Yer. 17:5,7)

            Bagaimana sebaiknya manusia membuat perencanaan Yakobus mengatakan “jika Tuhan menghendaki dan jika kita masih hidup, saya akan melakukan hal ini dan itu”. Hal ini bukan berarti kita pasif,  tidak merencanakan dan mengerjakan  sesuatu. Penekanan Yakobus disini adalah penyerahan total hidup kita pada kehendak Tuhan selama kita masih memiliki kesempatan untuk hidup dengan cara mengisi hidup dengan sesuatu yang dikehendaki Tuhan bukan dengan keinginan kita sendiri.

            Keberhasilan hidup serta kesuksesan sering membuat orang menjadi sombong. Tetapi Yakobus  sudah mengingatkan bahwa semua kemegahan akan membawa manusia menjadi tinggi hati. Mambuat perencanaan yang baik memerlukan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Karena kita adalah hambanya yang merencanakan segala sesuatu yang kita kerjakan di dunia ini untuk menyukseskan rencanaNya yang kekal bagi hidup kita. Selanjutnya Yakobus mengingatkan orang yang tahu bagaimana harus berbuat baik, tapi tidak melakukannya ia adalah orang berdosa.

Mazmur 72:1-14

            Mazmur ini melukiskan gambaran raja adil yang dicita-citakan umat Israel. Raja ini dihubungkan dengan raja yang terkenal dengan himatnya dalam sejarah bangsa Israel yaitu Salomo. Sepanjang mazmur ini terdapat gambaran mengenai seorang raja yang ideal, dengan demikian mazmur ini memiliki makna Mesianis. Penggenapan raja seperti dalam mazmur 72 tidak dapat ditemukan diantara umat manusia. Hanya dalam Mesias lah ada karakter raja yang sempurna yaitu benar dan adil.  Dalam tradisi penafsiran  Yahudi maupun Kristen yang menerima nubuat-nubuat dalam kitab Yesaya 11:1-5, juga mazmur 9:5; 11:1; Zakharia 9:8 tentang raja yang benar.

            Raja yang benar bagi pemazmur adalah dan bangsa Israel adalah raja yang mau membela hak orang lain, yang berani menghakimi dan menghukum (ay.2). Selanjutnya doa dan harapan kepada raja yang adil  adalah akan diberi waktu yang panjang untuk menjalankan pemerintahannya (Ay. 5). Dengan demikian berarti kebenaran dan keadilan pun akan tetap terpelihara dalam waktu yang panjang. Seorang peminpin yang memiliki kerinduan bahwa  selama masih ada jabatan, baginya itu merupakan kesempatan untuk berkarya dengan lebih baik lagi.

            Raja yang benar akan di berkati dengan cakupan wilayah pemerintahan yang semakin hari semakin luas (Ay.6-8). Hal ini berarti keadilan dan kebenran semakin merata di Israel. Kejayaan dalam peningkatan kekuasaan  menjadi sebuah kesempatan untuk memperluas pengaruh yang baik. Hal ini menunjukkan kesuksesan peminpin yang sebenarnya atas kebenaran dan keadilan yang dilakukan dalam pemeritahannya.

            Raja yang adil akan dihormati oleh bangsa-bangsa dan raja-raja yang lain (9-11). Kehormatan itu bukan karena kekuatan, kedudukan,luasnya cakupan wilayah kekuasaan, tetapi ini adalah buah dari kebenaran yang ia terapkan pada masa-masa pemerintahannya. Selama pemerintahannya rakyat hidup dengan aman, tentram. Rakyatnya berdoa untuk kesuksesan kepeminpinannya (12-17). Raja yang benar dan adil akan perpengaruh pada rakyat yang dipinpinnya. Karena bukan hanya raja yang benar dan adil itu di berkati oleh Allah, tetapi rakyat yang di pinpinnya juga berkati oleh Allah, hal ini ditunjukkan dengan hasil  tanaman yang melimpah, rakyatnya tidak kekurangan dan hidup penuh dengan damai.

Aplikasi

            Dalam minggu Epiphanias ini Allah menunjukkan diriNya sebagai sumber kebenaran. Dengan demikian Tuhan menghendaki agar kita mengetahui dan menjalankan kebenaran (1 Tim.2:4). Bahkan Allah menjanjikan berkat rohani dan materi untuk mereka yang mencari kebenaran (Mat. 6:33).

            Hidup benar ditengah-tengah dunia yang tidak mengenal kebenaran Allah, bukanlah suatu pekerjaan yang gampang. Kemajuan zaman  dan banyaknya tuntutan hidup cenderung membuat kita tidak selalu mampu melakukan kebenaran Allah. Hidup kita sudah banyak dikelilingi oleh kebenaran-kebenaran dunia yang susah untuk ditolak. Sekarang ini banyak para peminpin yang tidak lagi mampu menjalankan kebenaran dan keadilan. Gaya sesaat, tidak mapan, tidak berakar dan tidak stabil. Terlalu banyak janji-janji dalam kampanye, sehingga sulit merealisasikannya ketika ia meminpin. Oleh karena itu kita mendoa kan para peminpin-peminpin negara kita (Pilkada dan Pilpres) mendatang dimampukan untuk menjalankan kebenaran Allah.

Hilangnya fokus kita kepada kebenaran Allah  karena kita masih memiliki fokus untuk diri sendiri (bnd Yak.4:13-17 ). Kecendrungan hidup yang bersifat hedonistis dan ekonomis sering membuat seseorang tidak dapat menjalankan kebenaran. Mereka mengabaikan kebenaran hakiki untuk melegalkan kebenaran pribadi. Sebagai orang-orang percaya, seharusnya kita melibatkan Allah dalam setiap tahapan rencana kita, serta mampu menerima rancanganNya dengan penuh rasa syukur. Dengan demikian kebenaran Allah senantiasa hidup dalam kita, hidup bukan sekedar untuk kita, ada Kristus hidup dalam kita(Gal. 2:20).

Dunia ini membutuhkan kebenaran, sebagai landasan untuk melakukan kebaikan dan juga kualitas hidup. Sebagai pengikut Kristus kita tidak menciptakan kebenaran sendiri tapi mengakui dan menjalankan kebenaran yang bersumber kepada Allah. Hiduplah dalam kebenaran Allah, sehingga hidup kita memiliki arti bagi Tuhan dan sesama.

 

                                                                                                            GBKP Runggun Bandung Barat

                                                                                                            Pdt.Rena Tetty Ginting

Minggu 30 Desember 2018 ; Lukas 2 : 27-35

Invocatio

“Pada waktu itu TUHAN akan melindungi penduduk Yerusalem, dan orang yang tersandung di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat TUHAN, yang mengepalai mereka” (Zakaria 12:8)

Khotbah : Lukas 2:27-35

Tema

Yesus Kristus Penolong Untuk Semua Orang

Ada sebuah cerita tentang seorang wanita tua yang oleh dokternya dikatakan bahwa dia mungkin tidak akan dapat hidup lebih lama lagi. Kemudian, wanita tua itu memanggil keluarganya dan mendiskusikan apa yg harus dilakukan, dimana dia akan dikuburkan, peti jenazahnya akan seperti apa, dsb. Ketika diskusi berlangsung, wanita itu berkata, “Ada satu hal yang sangat penting, saya ingin dikuburkan dengan garpu di tangan kanan saya.” Anak-anaknya bingung mendengar pernyataannya, dan salah seorang di antara mereka tidak sanggup menyimpan rasa penasarannya bertanya: “Apa yang mama maksudkan?” Jawab wanita tua itu: “Aku teringat waktu makan dengan keluargaku ketika aku masih gadis. Setiap kami harus membantu membereskan piring-piring, sendok, dll setelah makan. Ketika nenekmu berkata simpan garpumu, itu artinya akan ada makanan lezat yang akan segera dihidangkan. Maka saya ingin dikuburkan dengan garpu di tangan kanan, karena akan ada hal baik yang datang!”

Ilustrasi ini menceritakan tentang sebuah "pengharapan". Ketika kita menunggu bis, kita pasti berharap bis segera datang. Pengharapan kita dibangun karena menantikan sesuatu  yang akan datang. Itulah makna yang indah akan kehidupan Kristen: berbalik dari cara hidup yang lama, menjadi melayani Tuhan dan menantikan kedatangan Yesus yang kedua kali. Kita mempunyai pengharapan karena kita menantikan seseorang. Dia akan memberikan kepada kita sesuatu yang indah, kehidupan yang tidak ada penderitaan dan kesedihan. Kita memiliki pengharapan karena kita tahu hal yang baik akan segera datang. Kita berpengharapan karena itu dengan sabar kita menunggu, menunggu kedatangan kembali Tuhan kita.

Kitab Lukas mencatat ada seorang laki-laki tua yang benar dan saleh bernama Simeon, yang sabar menantikan penghiburan bagi Israel (Luk 2:25). Dengan penuh pengharapan dia menantikan kehadiran Mesias. Ia adalah representasi dari ‘sisa Israel’ yang dengan rindu menantikan penggenapan janji penyelamatan dari Allah. Kelahiran Yesus yang telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya, membuat Simeon yang penuh dengan hikmat Allah mewakili para nabi terdahulu bertemu dengan Mesias yang telah dijanjikan. Sikap Simeon saat dia melihat bayi Yesus yang dibawa oleh Maria dan Yusuf ke Bait Allah mengungkapkan isi hatinya yang digenangi oleh perasaan syukur tak terkira, langsung mengenali bahwa bayi yang dibawa Maria dan Yusuf, adalah bayi yang ditunggu-tunggu kelahiranNya.

Penantian dari generasi ke generasi akan janji yang kudus itu, Simeon yang berhati tulus dan saleh hidupnya, bisa melihat bahwa kelahiran bayi Yesus tidak hanya membawa keselamatan bagi bangsa Yahudi tapi juga menjadi kemuliaan bagi bangsa Israel. Kebanyakan orang Yahudi ketika memikirkan Mesias, mereka pikir Dia datang hanya untuk mereka dan untuk menghancurkan bangsa-bangsa lain di bawah kaki-Nya saja. Berbeda dengan Simeon, dia memahami dari Firman Allah apa yang kebanyakan orang Yahudi pada zaman itu telah lewatkan (kehilangan). Dia mengerti bahwa Yesus datang untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, untuk membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa lain, untuk mengungkapkan diri-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Dan bahwa Dia akan melakukan hal ini melalui penderitaan sebagai seorang hamba, mati di kayu salib, dan kemudian bangkit dari antara orang mati. Ia justru membawa kebangkitan bagi banyak orang Israel untuk menerima keselamatan. Firman Tuhan yang disaksikan oleh Nabi Yesaya telah digenapi (Epistel, Yes. 52:7-10). Sebuah proklamasi keselamatan untuk bangsa Israel, dan seluruh bangsa. Firman ini mengingatkan akan sebuah pengharapan luar biasa, yang diberitakan Nabi Yesaya kepada umat Tuhan: Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit keda­tangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion:’Allahmu itu Raja!’Simeon memiliki kesempatan untuk menyaksikan berita keselamatan itu.  

Digerakkan oleh Tuhan sendiri Simeon menanti di Bait Suci, dan meyambut Yesus yang dibawa masuk oleh kedua orang tuanya. Simeon berkata demikian: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk. 2:29-32). Firman Tuhan yang disampaikan melalui Simeon ini memberitahukan kepada orang tua Yesus, dan juga kepada kita, bahwa Yesus akan menjadi keselamatan bagi segala bangsa. Sayangnya tidak semua bisa melihat apa yang dilihat Simeon tetapi karena karya Roh Kudus yang tidak pernah berhenti, kita dibawa ke dalam pengertian satu ke pemahaman lainnya sehingga kita sampai pada pengenalan akan kasih Tuhan yang menyelamatkan.

Puji syukur kita naikkan kehadirat Kristus Sang Kepala Gereja, Tuhan yang Maha Kuasa sang pencipta langit bumi dan segala isinya, karena oleh Kuasa dan KasihNya kita sudah diantar sampai pada penghujung tahun ini. Mari sejenak merenungkan perjalanan kehidupan kita, mungkin ketika mengawali tahun 2018 ini ada banyak tekad yang kemarin mau kita kerjakan, kita sudah menetapkan resolusi dari setiap persoalan yang kita hadapi di tahun 2018, dan saat ini kita mau mengevaluasi seberapa efisien resolusi yang sudah kita lakukan, seberapa banyak tekad kita yang terrealisasi di tahun 2018 ini. Ketika menjalani tahun 2018 ini kehidupan kita mungkin tidak mulus, banyak masalah, suka, duka silih berganti. Perlu kita mengevaluasi semua perjalanan kehidupan kita apakah semua berjalan seperti yang kita “rencanakan?” kalau iya puji Tuhan, tapi kalau tidak, coba kita renungkan apakah lebih baik atau lebih buruk dari yang kita bayangkan. Tetapi, kepala kita terlalu kecil untuk memikirkan semuanya itu, semua harus kita respons dengan iman, bahwa rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera, suka dan duka Tuhan pakai mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihiNya.

Perayaan Natal mula-mula berbeda dengan perayaan Natal sekarang (yang baru saja kita lakukan). Apa yang dahulu masih sebagai pengharapan, kini sudah menjadi kenyataan. Apa yang dahulu masih terbentang jauh di depan, sekarang sudah menjadi pengalaman. Jika sebuah pengharapan saja sudah cukup bagi Simoen untuk bersukacita dan memuji Allah, apalagi sekarang. Kita seharusnya jauh lebih bersukaria, karena kita telah melihat penggenapan dari pengharapan tersebut. Jika Simeon yang hanya memandang cicipan keselamatan bisa memuji Allah, apalagi kita yang sudah melihat penggenapan keselamatan Allah yang jauh lebih besar. Jika dengan berbekal pengharapan Simeon sudah puas dengan hidupnya, apalagi kita yang sudah melihat dan menikmati realisasi dari pengharapan itu. Tidak ada alasan untuk takut dan kuatir. Selalu ada alasan untuk memuji dan bersyukur. Selamat memasuki Tahun Baru 2019. Soli Deo Gloria.

Pdt Melda br Tarigan

GBKP Pontianak

Minggu 23 Desember 2018 ; Yesaya 30 : 18-26

Invocatio

Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia. (Masmur 86 : 15)

Khotbah        : Yesaya 30 : 18 - 26

Tema

“Tuhan Menyembuhkan Luka-Luka Kita”

(“Tuhan Pepalem Luka-Lukanta”)

PENDAHULUAN

Kita semua memiliki pengetahuan tentang Allah; bahwa Allah itu mahakuasa, mahabaik, maha pengampun dan maha-maha lainnya. Namun, sekedar “tahu” tidak cukup. Sama dengan orang yang tahu bahwa olahraga itu menyehatkan, tidak serta merta ia suka berolahraga. Sekedar “tahu” tentang Allah juga begitu, tidak banyak berarti. Karena itu kita juga perlu mengalami Allah; sungguh-sungguh merasakan Allah sebagaimana yang kita ketahui.

Misalnya, kita tahu Allah pengasih dan penyayang. Itu baik. Tetapi, apakah kita juga sungguh-sungguh merasakan kasih sayang Allah dalam hidup kita? Sehingga dalam pergumulan dan pencobaan seberat apa pun kita tetap tegar dan tabah; tidak kehilangan pengharapan, juga tidak kekurangan rasa syukur.

I S I

Di Minggu Advent IV ini, diperlihatkan bagaimana Allah kita Allah yang mahakasih. Jelas diperlihatkan dalam Invocatio : “Tetapi Engkau, ya Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia”, yang diambil dari Masmur 86 : 15.

Kasih Allah itu diperlihatkan dalam bahan khotbah kita yang diambil dari kitab Yesaya pasal 30 : 8 – 26. Yesaya 30 berisi tentang teguran Allah terhadap Yerusalem karena memilih jalannya sendiri. Yesaya 30 ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a.       Yesaya 30 : 1 – 17    :  memperlihatkan bahwa bukan Mesir tetapi Tuhan yang memberi pertolongan

b.       Yesaya 30 : 18 – 26 : Janji keselamatan bagi Sion

c.       Yesaya 30 : 27 – 33  : Hukuman Allah atas Asyur

Sebagaimana kita ketahui, pada masa itu, muncul adi kuasa baru yang datang dari Timur Laut, yaitu Asyur yang berambisi besar mengadakan ekspansi ke Barat. Ini berarti bahwa Negara-negara Aram, Fenisia, Israel dan Yehuda bahkan Mesir terancam keselamatannya. Kemudian Israel bersama Aram bersekutu melawan Asyur. Oleh karena, Yehuda menolak bergabung, maka Israel dan Aram mengepung Yerusalem untuk meyisihkan Raja Ahas dari Yehuda. Raja Ahas lalu minta bantuan dari Asyur, walaupun nabi Yesaya menegornya. Pada tahun, 721sM, kota Samaria jatuh dan diduduki Asyur.

Negara Yehuda sementara itu masih dapat bertahan oleh karena bersikap mengalah terhadap Asyur. Akan tetapi, lama-kelamaan timbul keinginan memberontak terhadap Asyur dengan mendapat dukungan dari Mesir. Hal ini ditentang oleh nabi Yesaya. Yesaya menasihatkan agar Yehuda tetap bersandar kepada Tuhan saja, dan bukan kepada Negara-negara besar.

Pada satu pihak Asyur dipandang sebagai alat di tangan Tuhan yang menghukum kejahatan dan kemurtadan Yehuda (lih.10:5 dst). Akan tetapi, pada pihak lain Asyur sendiri, oleh karena kesombongannya, tidak aakn luput dari hukuman Tuhan (Lih.10:7-19, 25-27, 14:24-27; 30:30-33 dst)

Di Yesaya 30:1-5, disebutkan bagaimana murka Tuhan atas koalisi yang dibangun Yehuda dengan bangsa Mesir. Koalisi tersebut sama dengan pemberontakan terhadap Allah. Dengan meminta pertolongan kerajaan Mesir, sama dengan bangsa Yehuda meragukan kuasa Allah untuk dapat menolong mereka. Mereka tidak mendengar nabi Yesaya.

Meskipun Allah sangat murka terhadap perbuatan umat-Nya dan menghukumnya, namun Allah tetap membuka diri. Dia masih memberikan kesempatan kepada umat-Nya untuk bertobat. Hal ini dapat kita lihat di ayat 18 : “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu IA bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia”

Menanti-nantikan Tuhan bukanlah duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Akar kata yang dipakai untuk menanti-nantikan Tuhan adalah qavah yang memiliki arti terikat atau dijadikan satu dengna cara dililit. Itu sama seperti kita menyambung dua kabel menjadi satu dengan cara kita putar supaya saling terkait dengan erat. Menanti-nantikan Tuhan berarti menjadi terikat dengan Tuhan.

Ketika kita terikat dengan Tuhan, disitulah kita akan menyadari dosa-dosa kita dan kembali kepada Allah. Sebagaimana ditulis dalam ayat 19, bahwa Tuhan akan mengasihi umat-Nya, apabila  umat-Nya kembali (1) berseru kepadanya [ayat 29], (2) terus melihat dia [ayat 20], (3) mengikuti jalannya [ayat 21], (4) menganggap najis berhala-berhala dalam bentuk apapun [ayat 22].

Bila hal itu yang dilakukan umat-Nya, maka Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya, membalut luka-luka umat-Nya dan menyembuhkan bekas pukulan.

APLIKASI

Tuhan sungguh mengasihi kita. Walaupun Tuhan terkadang mengijinkan kita untuk mengalami persoalan, itu semata-mata untuk membuat kita sadar bahwa sebagai manusia kita tidak akan berdaya jika hanya bergantung pada kekuatan diri kita sendiri saja. Tuhan ingin mengajarkan kita untuk mau bergantung kepada-Nya, sehingga Tuhan bisa menunjukkan kasih dan sayang-Nya pada kita. Melalui persoalan hidup kitalah, kita dapat mengalami Allah, asal kita mau terikat dengan Allah. Mau menyediakan diri untuk sejenak tenang melembutkan hati, membuka pikiran; mempersilahkan Allah menyapa melalui segala apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami. Membangun diri dan memelihara diri dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal. (Yunus 1 : 20-21)

Pdt. Asnila Br Tarigan

Rg.Cijantung

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate