Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah Minggu Tgl 23 Juni 2019 ; Yohanes 13 : 31 - 35

Invocatio      : “ Janganlah  Kamu berhutang apa-apa  kepada siapa pun juga, tetapi hendaklah kamu saling mengasihi.  Sebab  barang siapa  mengasihi  sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. “ (Roma13:8)

Khotbah       : Yohanes 13:31-35

Tema  :

Tanda sebagai Murid-Murid Yesus

I.        Pendahuluan

Bahan kita kali ini akan membahas tentang tanda menjadi murid Yesus. Kita akan mencoba memahami arti tanda itu apa?.

Menurut KBBI Tanda artinya yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah tampak -- nya; 3 bukti: itulah -- bahwa mereka tidak mau bekerja sama; 4 pengenal; lambang: kontingen Indonesia mengenakan -- Garuda Pancasila; 5 petunjuk. Pada tulisan ini akan kita lihat bagaimana tanda/bukti/pengenal sebagai murid-murid Tuhan Yesus. contohnya jika kita mempunyai anak/keluarga, kita akan mengenal orang  itu adalah bagian keluarga kita karena ada petunjuk/tanda yang sudah kita kenal (bisa baju yang dipakainya sehari-hari, suaranya, cara dia berjalan, sikap dan tingkah lakunya, kebiasaannya, kemiripan wajah dsb). Kita juga akan menggali bagaimana ciri-ciri/ tanda murid Yesus menurut Injil  Yohanes

II.        Isi dan aplikasi

Dalam Teks Yohanes 13 ini Bahwa Yesus tahu akan segera ditangkap dan dia menghitung waktu sebelum dia ditangkap dan menderita. Dia mengadakan perjamuan makan dengan murid-muridNya. Kita tahu bahwaYesus adalah Tuhan dan Dia telah mengetahui bahwa salah seorang murid akan menjual Yesus dan ada juga murid (Petrus) yang menyangkal dan meyatakan dia tak mengenal Yesus. Dia Tahu waktuNya akan tiba. Dia akan pergi meninggalkan duniadan kembali ke rumah BapaNYa (Johanes  13:1). Namun dalam ke Maha tahuan Yesus, bagaimana responNya terhadap murid-muridNya? Dia tetap mengasihi mereka. Yesus tidak fokus pada perbuatan yang akan dilakukan Yudas, Petrus, dkk padaNya. Yesus bangkit dari tempat duduknya, menjadi seorang hamba/budak (slave) membasuh kaki mereka satu persatu yang kotor dan berdebu serta mengadakan perjamuan makan malam bersama.  Inilah gambaran Yesus Tuhan kita sebagai sumber kasih yang agape. Bagaimana dengan konteks kita saat ini, masih relevankah kasih ditengah banyaknya konflik, fitnah, permusuhan, kebencian, balas dendam, bahkan pembunuhan keji, pemboman gereja? Masihkah KASIH menjadi Tanda Pengikut dan murid- murid Yesus dan terus menerus kita tunjukkan pada dunia?

Justru itu melalui nas ini, Tuhan Yesus memberi teladan dan menunjukkan bagaimana seharusnya kasih yang benar itu dipraktekkan:

1.    Kasih itu harus memiliki “daya tahan”.  (ay 31,34)   

Kebanyakan kasih kita gampang luntur, apabila kita dikecewakan orang lain. Apalagi ketika kita disakiti atau dikhianati (Hos 6:4c). Dalam hal ini, Tuhan Yesus memberi teladan bagaimana kasihNya yang tidak goyah, walau Ia menyadari betul saat itu, bahwa tiba saatnya Ia akan dikhianati oleh Yudas,  disangkali oleh Petrus dan ditinggalkan oleh murid-muridNya. Yesus justru memberi perintah yang baru untuk saling mengasihi. “Sesudah Yudas pergi berkatalah Yesus.....Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi......” (ay 31, 34). Yang menarik di sini kata “baru” berati “segar” artinya, kasih kita harus selalu segar kepada orang lain. Tidak luntur atau goyah karena sikap orang lain yang mengecewakan kita.  

Itulah kasih Tuhan Yesus yang selalu segar, memiliki kekuatan dan daya tahan, sehingga walau Ia dikhianati, disangkali, ditinggalkan sendirian. Tetapi kasih Yesus tak pernah berubah. “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi besar kesetiaanMu!” (Rat 3:22-23).

2.    Kasih itu harus dipraktekkan bukan  sekedar teori (ay 34)

Bagi Yesus, kasih memang tidak cukup hanya diajarkan atau teori, dijadikan simbol, slogan, atau wacana semata. Tetapi harus melekat dalam gaya hidup kita, sehingga menjadi ciri khas setiap murid-muridNya. Untuk itu, Yesus memberi pengajaran dan sekaligus teladan. Ia berkata: “.....supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu.......” (ay 34). Melalui ungkapan ini, kita dapat memahami bahwa ketika Ia memberi perintah untuk mengasihi, Ia telah mempraktekkan kasih itu terlebih dahulu, “sama seperti Aku telah mengasihimu....” Yesus tidak hanya pandai berteori tentang kasih, tetapi hidupNya adalah teladan bagaimana mengasihi yang sesungguhnya. Dan salib di bukit Golgota adalah bukti kasihNya yang tiada taranya.

3.    Standard kasih kita harus kasih Agape  (ay. 31, 34-35)

Kasih Agape adalah kasih yang rela berkorban tanpa pamrih.Tak berkesudahan kasih itu. Jika hal ini dikaitkan dengan konteks saat itu, berarti adanya kesediaan dari Tuhan untuk mengampuni murid-muridNya,  bahkan yang mengkhianatiNya sekalipun. Selain itu juga, adanya kesediaan Tuhan untuk menerima keadaan murid-muridNya apa adanya, sekalipun sangat mengecewakanNya. Adanya kesediaan untuk berkorban tanpa pamrih. Adanya kesediaan untuk tetap mengasihi walau kasih itu tak terbalas, dll. Itulah model kasih yang juga seharusnya kita terapkan dalam hidup kita sebagai anak-anakNya. Kasih Agape, bukan kasih “karena”..... Saya mengasihinya “karena” ia baik....” Tetapi kasih Agape adalah kasih yang “walaupun” .... Saya mengasihinya “walaupun” ia membenci saya!  

4.    Kasih Agape harus menjadi identitas/tanda orang percaya (ay 34-35)

Dan akhirnya kasih Agape adalah tanda pengenal atau identitas dari murid Kristus. Orang lain  dapat mengenal kita sebagai murid Tuhan, bukan karena warna/model pakaian yang kita pakai, bukan hanya sekedar ibadah minggu yang setia kita hadiri. Bukan hanya sekedar kata-kata yang berbau agama yang kita lontarkan, bukan hanya dari berapa banyak ayat Alkitab yang rajin kita kutip dan hafalkan. Bukan pula dari jabatan yang kita sandang dalam gereja. Identitas seorang murid Kristus diukur dari bagaimana relasi yang penuh kasih mesra dengan Tuhan dan sesama. Apakah kita mau mengulurkan tangan kita kepada yang tersisih? Apakah kita rela memberi dan berbagi dengan mereka yang menderita? Apakah kita mau menyapa dan tersenyum dengan mereka yang tak dipandang dunia ini? Apakah kita mau mengampuni yang bersalah kepada kita? Apakah kita mau bersikap terbuka menerima orang lain apa adanya bahkan mereka yang berbeda dengan kita? Kasih Tuhan Yesus itu terlalu tinggi, dalam dan luas untuk dibicarakan. Tak akan pernah cukup waktu untuk merenungkannya. Sebab itu, ada baiknya jika kita juga mulai mempraktekkannya. Sebab hanya dengan mempraktekkan kasih Agape, kita dapat menjadi saksi Tuhan yang berguna. Kasih Tuhan Yesus itu terlau agung dan mulia untuk direnungkan, tetapi sangat sederhana untuk dapat dipraktekkan. Mengasihi berarti mepraktekkan dan melakukan. Ini adalah kasih yang dilakukan, Kasih yang mendahulukan kepentingan orang lain terlebih dahulu, kasih yang melayani, kasih yang membangun kehidupan bersama oranglain, kasih yang menolong. Yesus mau kita membagikan kasihNya kepada yang lain. Yesus mendesak orang-orang tidakhanya mengasihi teman-teamn tapi juga mengasihi musuh-musuh. Kasih bukan berdasarkan emosi atau perasaan saja. Kasih adalah keputusan, kasih adalahsebuah tindakan/ aksi. Yesus mengatakan Yoh. 13:34 : “A new command I give you: Love one another. As I have loved you, so you must love one another

Kita harus saling mengasihi. Mengutip kata “They will know we are Christians by our Love. They don’t care how much you know until they know how much you care”. Kasih sejati adalah peduli dan empati. Paulus dalam surat I Korintus 13:13: menyatakan “Demikianlah tinggal ketiga hal ini: iman, pengharapan dan Kasih, dan yang paling besar diantaranya ialah KASIH.

Kasih adalah Tanda Bahwa Kita Murid- Murid Kristus. Selamat mempraktekkan Kasih di dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati

Pdt. Rosliana br Sinulingga

GBKP Runggun Bumi Anggrek

 

Khotbah Minggu tgl 16 Juni 2019 ; 2 Tesalonika 2 : 13-17

(Minggu Trinitatis)

Invicatio       : Roh Tuhan akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan (Yesaya 11:2)

Khotbah     : 2 Tesalonika 2:13—17

Tema   :

“Tuhan Memilih serta Memberi Kekuatan”

(“Dibata Milih dingen Mpegegehi”)   

I.        Pendahuluan

Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.

Menjadi orang percaya atau orang Kristen bukanlah kebetulan terjadi, sebab  "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu."  (Yohanes 15:16a), dan  "Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku,"  (Yohanes 6:44).  Artinya kita adalah orang-orang pilihan Tuhan yang dipanggil masuk ke dalam kehendak dan rencana-Nya.  Ini menunjukkan bahwa kita istimewa dan berharga di mata Tuhan karena dipilih di antara jutaan umat manusia di muka bumi ini.  Bukankah banyak yang lebih pandai, lebih kaya, lebih kuat, lebih bertalenta, lebih segala-galanya dibandingkan dengan kita, tapi mengapa Tuhan memilih kita? Inilah yang menjadi renungan kita minggu ini.

II.        Pembahasan

Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.

Sebagai umat yang telah dipilih dan diselamatkan, maka layaklah kita untuk menaikkan ucapan syukur itu kepada Allah. Sebab sebaik apapun perbuatan yang kita lakukan atau sekeras apapun usaha yang kita perbuat, namun jika Allah tidak mau memilih kita, maka semuanya itu akan sia-sia belaka.

Dalam kesebelasan tim sepakbola, pemain yang ada merupakan pemain pilihan yang telah lolos seleksi dari sekian banyak orang yang bisa bermain sepakbola. Para pemain ini juga bukan sembarang orang, namun mereka telah teruji dalam pertandingan-pertandingan yang ada. Seleksi pemain ini juga dilakukan secara ketat, supaya bagi mereka yang telah lolos seleksi adalah orang dengan kemampuan bermain yang bagus.

Jikalau untuk sebuah tim sepakbola saja dilakukan seleksi yang sedemikian panjang dan mempunyai standar yang ketat, bagaimana kemudian Allah memilih umat yang akan diselamatkan oleh-Nya? Tentu karya penebusan Allah melalui Kristus adalah bukan hal yang main-main, karena Dia sendiri yang mengutus Putera-Nya untuk melakukan tugas mulia itu bagi kita umat pilihan-Nya.

“Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai” ( 2 Tesalonika 2:13 ).

Masing-masing kita adalah umat pilihan Allah yang telah dipilih-Nya sendiri. Jikalau tim sepakbola adalah orang-orang pilihan, terlebih lagi kita yang telah dipilih oleh Allah itu sendiri. Anda dan saya begitu berharga di mata Allah sehingga Dia telah memilih kita. Semua itu bukan karena usaha kita sendiri atau perbuatan yang telah kita lakukan, melainkan oleh karena kemurahan Allah semata.

Titik berat pernyataan syukur Paulus ini terletak pada bagian ketika Tuhan memilih jemaat Tesalonika untuk diselamatkan dari kebinasaan. Pentingnya fakta bahwa jemaat Tesalonika dan juga kita sebagai manusia berdosa dipilih oleh Tuhan untuk dapat mengenalNya yang suci sering sekali kita lupakan. Banyak dari manusia sudah menganggap hal tersebut sesuatu yang lumrah dan bukan hal yang luar biasa. Namun jika kita melihat kebelakang lagi dan mengingat kembali momen dimana kita mengenal Tuhan pertama kalinya, kita harusnya mengerti betapa kita dianugerahi sesuatu yang luar biasa.

Sebagai anak, kita merasa bangga jika kita mendengar orang lain berkata betapa miripnya kita dengan orang tua kita. Namun, pernahkah kita bertanya apakah orang tua kita merasa bangga memiliki anak seperti kita? Ketika Alkitab berbicara tentang memperoleh kemuliaan Kristus, Alkitab mengacu kepada pemahaman tentang kebanggaan yang timbul saat kita menampakkan ciri kemuliaan tersebut.

Allah sebagai pencipta kita adalah Allah yang absolut. Dia berhak memiliki kehendak apapun dan apapun kehendakNya merupakan kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Terlebih lagi, Dia adalah Allah yang adil dan tidak dapat mentolerir sedikitpun pribadi yang bersalah kepadaNya. Adam dan Hawa dapat dikatakan ‘hanya’ memakan sebuah buah yang bahkan mungkin tidak sampai habis memakan buah tersebut, namun Allah menghukum bukan hanya mereka berdua, namun seluruh umat manusia yang lahir ke dunia ini. Hal ini mendemonstrasikan Allah kita yang berhak murka karena ketidaktaatan manusia kepadaNya. Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah tidak memiliki sedikitpun kewajiban untuk menyelamatkan kita. Namun karena kasihNya yang absolut juga kepada manusia ciptaanNya, Dia mengaruniakan AnakNya untuk datang ke dunia ini dan mati untuk menyelamatkan mereka yang dipilihNya untuk percaya kepadaNya sebagai Juru Selamat.

Fakta ini saja seharusnya membuat kita sadar betul bahwa hidup kita yang sudah diselamatkan memiliki tujuan yang pasti. Alhasil kita harus bergerak menuju tujuan yang Tuhan tetapkan bagi kita, yaitu memuliakan diriNya. Jika masih ada diantara kita yang bertanya mengapa? Jawabannya adalah sesederhana bahwa Dia yang absolut sudah memilih untuk mengasihi kita yang telah berdosa kepadaNya. Adakah anugerah ataupun mujizat yang lebih besar dari ini?

Kiranya hidup kita boleh dikaji ulang sekali lagi ketika kita berhubungan dengan Tuhan. Mari kita ingat kasihNya yang begitu besar dengan memilih kita untuk diselamatkan melalui pengorbanan AnakNya. Agar hidup kita boleh kembali ke jalur yang benar yaitu memuliakan Tuhan kita saja.

Pentingnya Ajaran yang benar. Pengalaman rohani dalam iman Kristen bermakna karena pengalaman itu bersumber pada kebenaran. Apabila keteguhan iman Kristen disandarkan pada pengalaman belaka, iman itu akan melemah dan goyah ketika pengalaman buruk seperti aniaya terjadi. Satu-satunya jalan agar iman Kristen kita dapat kokoh teguh dalam keadaan bagaimana pun ialah dengan mengalaskan iman dan pengalaman kita atas ajaran yang benar.

Yesus adalah Firman kebenaran. Kita kenal Dia secara akrab hanya bila kita bersedia menjadikan seluruh kebenaran Alkitab menjadi sumber dan dasar dari sikap, pola pikir, pertimbangan dan kelakuan kita sehari-hari.

Tidak seorangpun yang kebetulan menjadi seorang Kristen, Terlepas dari bagaimana latar belakang kita menjadi kristen, satu hal yang pasti kita adalah orang-orang yang telah dipilih Allah dan yang dipanggil untuk hidup dalam kehendak dan rencana-Nya. Jika kita menjawab “ya” terhadap panggilan Tuhan, maka Tuhan memberikan penghiburan dengan memperbaharui semangat kita dan Tuhan memberikan kekuatan yang baru, untuk kita tetap berjalan dalam kehendak Tuhan. Sebagai orang pilihan Allah, kita harus memahami benar pengertian dari “dipilih Allah” yaitu :

1.   Dipilih Allah berarti diberi tanggung jawab (Matius 5:13—16 ; 28:19—20).

Yesus berkata, “kamu adalah garam dunia”, dibagian lain Ia berkata, “pergi dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku”, dalam ucapan Yesus ini terkandung perintah yang harus kita kerjakan dan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

2.   Dipilih Allah berarti dibela Allah (Roma 8:33).

Sebagai orang pilihan memiliki jaminan akan pembelaan Tuhan yang akan menuntun kepada kemenangan.

3.   Dipilih Tuhan berarti harus hidup memelihara iman (Titus 1:1).

Orang pilihan Tuhan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara imannya agar tetap teguh didalam Tuhan.

Dipilih Allah berarti diberi tanggung jawab, dipisahkan dari kehidupan lama, dan selalu dalam pembelaan Tuhan, juga diberi tugas untuk memelihara iman dirinya sendiri. Dibalik panggilan Allah pasti ada maksud dan rancangan-Nya yang mulia yang hendak dinyatakan didalam kehidupan setiap orang percaya.

III.        Penutup – Refleksi

Saudara – saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus.

Menjadi orang pilihan yang ditebus dengan darah Kristus sepatutnyalah membuat kita orang yang percaya senantiasa mewarnai hidup dengan ucapan syukur. Kita yang bernoda dibuatNya berharga karena kasihNya.  Kita yang sesat telah dibuatnya selamat karena anugerahNya dan kita yang nista akibat dosa telah diangkat menjadi milikNya. Kenyataan sedemikian membuat Paulus dengan tegas meminta jemaat di Tesalonika untuk terus menerus mengingat dan menghayati penebusan Kristus.

Paulus meminta jemaat Tesalonika dan kita semua untuk mengucap syukur atas keselamatan dan terlebih atas kemuliaan yang mereka terima dalam Kristus Yesus. Tidak ada hal lain yang lebih berharga dari kedua hal tersebut mengingat keadaan manusia yang secara logika sulit pulih (Roma 3:23) tetapi syukur kepada Allah sebab Dia menyelamatkan bukan dengan menggunakan logika/akal ataupun daya upaya manusia tetapi semata-mata hanya karena kasih karuniaNya (Efesus 2:8). Itulah sebabnya Rasul Paulus sangat mengharapkan jemaat Tesalonika dan kita semua sungguh-sungguh menyadari hal itu dan menjalani kehidupan yang berakar/beriman kepada Kristus. Dengan cara apa? Dalam 2 Tesalonika 2:15 Paulus memberikan nasihat agar jemaat Tesalonika beriman melalui hidup yang berdiri teguh dan berpegang pada ajaran-ajaran yang tidak lain adalah kebenaran Firman Tuhan yang mereka terima baik secara lisan maupun tertulis.

Kita sudah merenungkan betapa berartinya hidup kita jika kita mengizinkan Kristus menjadi raja yang memerintah dalam hati kita. Hari ini, melalui nasihat Rasul Paulus, Firman Tuhan kembali menguatkan kebenaran bahwa kita  berdiri teguh dan berpegang pada FirmanNya, maka Kristus akan menjadi sumber pengharapan, penghiburan sejati, dan menjadi sumber datangnya segala hal yang baik bagi kita sehingga kita dimampukan untuk mengarungi kehidupan di dunia ini dengan penuh kemenangan.

“Bersumber pada ALLAH, kita tak mungkin SALAH apalagi KALAH, tetapi bersumber pada ilah (sumber selain ALLAH), kita pasti MUSNAH”. Amin.

Pdt. Abdi Edinta Sebayang, M.Th

GBKP Runggun Graha Harapan

Khotbah Minggu Tgl 09 Juni 2019 ; Roma 8 : 9 - 11

(Pentakosta I: Kelimapuluh/ Turunnya Roh Kudus)

Invocatio  : Ketika mereka sampai di Gibeadari sana, maka bertemulah ia dengan serombongan nabi, Roh Allah berkuasa atasnya dan Saul turut kepenuhan seperti nabi di tengah-tengah mereka. (1 Samuel 10:10).

Khotbah   : Roma 8:9-11

Tema :

Roh Kudus Memberikan Hidup Baru (Kesah Si Badia Mereken Geluh si Mbaru

Saudara saudari yang kekasih dalam nama Yesus Kristus, sering sekali untuk mendapatkan apa yang manusia inginkan dalam hidup ini kedagingan mereka lebih kuat dibandingkan mengandalkan kusa Roh Kudus Tuhan. Meskipun pada akhirnya kedagingan itu membawa penderitaan dan kekecewaan serta penyesalan dan mengandalkan kuasa Roh Kudus Tuhan memberikan kebahagiaan dan kesuksesan. Sama halnya seperti cerita ini:

Pada suatu masa, ada seorang Raja Cina yang merasa semakin tua dan harus meninggalkan singgasananya. Alih-alih memilih anak-anaknya atau para pejabat negara untuk menggantikan kedudukannya, raja tersebut memutuskan untuk menggunakan cara yang lain.

Beliau mengumpulkan semua pemuda yang ada di negaranya untuk menghadap, dan berkata: “Sekarang sudah saatnya aku turun dari singgasana, dan sudah saatnya pula aku memilih raja yang baru. Aku akan memilih salah satu dari kalian untuk menjadi raja.” Para pemuda kaget mendengar pengumuman ini. Raja melanjutkan: “Hari ini aku akan memberikan sebuah benih kepada setiap orang. Hanya satu benih saja. Tetapi benih ini sangat istimewa. Aku minta kalian ambil benih ini kemudian pulang ke rumah masing-masing, tanam dan sirami benih ini lalu datanglah kembali kepadaku setahun lagi bersama dengan tanaman dari benih tersebut.Maka aku akan menilainya dengan melihat tanaman yang kalian bawa dan aku akan memutuskan siapa yang akan menjadi rajasebagai penggantiku.”

Di antara orang-orang yang dipanggil ke istana tersebut, ada seorang pemuda yang bernama Ling, ia pun mendapat sebuah benih seperti yang lainnya. Setelah Ling pulang ke rumah, dia menceritakan apa yang dialaminya di istana kepada ibunya dengan antusias. Ibunya memberikan sebuah pot dan sedikit tanah. Ling pun menanamkan benihnya dengan hati-hati, meletakkan pot itu di depan jendela yang bisa dimasuki cahaya matahari. Setiap hari dia menyiram tanamannya dan memastikan apakah benihnya tumbuh atau tidak.

Setelah sekitar tiga minggu berlalu, pemuda-pemuda lain yang tinggal dekat dengan rumah Ling mulai menceritakan bagaimana benih mereka tumbuh dan berkembang. Setiap kali Ling mendengarkan cerita mereka, Ling langsung pulang ke rumah dan mengecek tanamannnya. Tetapi, dia tidak melihat perkembangan apapun di pot miliknya.

Minggu berganti minggu,akan tetapi tidak ada perubahan apapun. Sementara itu teman-temannya dengan penuh kebanggaan senantiasa membahas perkembangan bunga-bunga tanaman milik mereka.Ling diam seribu bahasa, karena tidak ada apapun yang dapat dibahas tentang tanaman miliknya tersebut. Dia hanya memiliki sebuah pot yang diisi dengan tanah, hanya itu saja. Dan dia pun mulai percaya bahwa dirinya telah gagal. Akhirnya enam bulan berlalu. Di pot miliknya, Ling masih tidak mendapatkan apapun. Ling meyakini bahwa benihnya sudah busuk.

Saat benih-benih milik pemuda yang lain sudah berbunga atau bahkan menjadi pohon, dia hanya mempunyai sebuah pot kosong, itusaja!Akhirnya satu tahun genap berlalu dan semua pemuda-pemuda dinegeri itu membawa tanaman yang telah mereka tanam ke hadapan raja. Ling berkata kepada ibunya bahwa dia tidak akan membawa pot kosong ke hadapan raja, akan tetapi ibunya menasihati agar Ling tetap membawa potnya dan bertindak jujur. Ling, yang sampai jatuh sakit karena merasa terbebani dengan keadaannya itu, tetap menuruti perkataan ibunya karena yakin akan kebenaran nasihat beliau.

Dan akhirnya ia memberanikan diri membawa pot kosong itu ke istana. Sesampainya di istana, ia terperangah ketika melihat berbagai jenis tanaman yang dibawa pemuda lain. Semuanya berwarna-warni, indah dan menebarkan wangi semerbak ke segala arah. Pemuda-pemuda lain menceritakan bagaimana mereka menumbuhkan benihnya sehingga menjadi begitu indah dengan seriusnya, mereka juga menertawakan Ling ketika melihat potnya yang kosong. Beberapa orang merasa sedih melihat kondisi Ling dan merangkul bahunya seraya berkata, “Biarlah jangan kau risaukan, kamu telah melakukan yang seharusnya kamu lakukan!”

Raja tersebut mendatangi parapemuda peserta sayembara dan memeriksa tanaman mereka. Pada saat bersamaan, Ling berusaha untuk bersembunyi ke belakang. Rajaberkata, ”Alangkah besarnya pepohonan dan bunga yang kalian pelihara ini! Pada hari ini akan dipilih raja baru dari salah satu di antara kalian.” Tiba-tiba sang raja melihat Ling yang sedang memegang pot kosong. Dengan segera, raja memerintahkan agar pengawal membawa Ling ke hadapannya. Ling pun gemetar ketakutan. Ling berpikir,“Jangan-jangan karena saya gagal menumbuhkan benih itu raja akan membunuhku!”

Raja menanyakan nama Ling. Ling pun menjawab pertanyaan beliau, sedangkan pemuda lainnya mulai menertawakan Ling. Raja mendiamkan cemoohan tersebut dengan isyarat tangannya. Raja menempatkan ling kesebelahnya sambil berkata kepada semua orang yang hadir. “Berikanlah salam penghormatan kepada raja baru kalian! Namanya Ling!”

Ling tidak memercayai apa yang didengarnya.“Bagaimana mungkin saya bisa menjadi raja padahal benih yang ku tanam tak tumbuh”, pikirnya. Raja tersebut melanjutkan pidatonya:

“Satu tahun yang lalu saya memberikan satu benih kepada setiap orang. Saya meminta kepada kalian untuk menanam benih tersebut dan menunjukkannya kepadaku setahun kemudian. Akan tetapi, ketahuilah bahwa benih yang saya berikan itu sebelumnya telah direbus,sehingga tidak mungkin satupun dari benih tersebut yang akan tumbuh. Selain Ling, kalian semua membawakan kepada saya bermacam-macam pohon, tanaman, dan bunga.

Ketika saya melihat benih yang saya berikan kepada kalian tumbuh menjadi berbagai jenis tumbuhan, saya sadari bahwa kalian telah menanam benih lain selain benih yang telah saya berikan. Di antara kalian, hanya Ling yang berani menunjukkan kejujurannya dengan membawa pot kosong yang di dalamnya telah ditanam benih yang saya berikan kepadanya. Oleh karena itu, dialah yang akan menjadiraja baru kalian.”

Demikian juga dalam nas khotbah ini Paulus menguraikan dua golongan orang yaitu mereka yang hidup menurut daging (tabiat berdosa) dan mereka yang hidup menurut Roh. Hidup "menurut daging" berarti mengingini, menyenangi, memperhatikan, dan memuaskan keinginan tabiat manusia berdosa. Ini meliputi bukan saja kedursilaan seksual, perzinaan, kebencian, kepentingan diri sendiri, kemarahan, dan sebagainya (lih. Gal 5:19-21).

Hidup "menurut Roh" ialah mencari dan tunduk kepada pimpinan dan kemampuan Roh Kudus dan memusatkan pikiran pada hal-hal dari Allah. Paulus mengatakan bahwa tidak mungkin seseorang untuk mengikuti hukum daging dan pimpinan Roh pada saat yang bersamaan (ayat Rom 8:7-8; Gal 5:17-18). Jikalau seorang gagal melawan keinginan dosa dengan pertolongan Roh dan sebaliknya hidup menurut hukum daging (ayat Rom 8:13), dia menjadi seteru Allah (Rom 8:7; Yak 4:4) dan dapat menantikan kematian rohani yang kekal (ayat Rom 8:13). Mereka yang terutama mengasihi dan memperhatikan hal-hal dari Allah dalam hidup ini dapat mengharapkan hidup kekal dan hubungan dengan Allah (Rom 8:10-11,15-16).

Semua orang percaya sejak saat menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat dan Tuhan memiliki Roh Kudus yang berdiam dalam mereka (bd. 1Kor 3:16; Ef 1:13-14). Orang-orang yang hidup menurut daging adalah orang-orang yang sibuk dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan hidup penuh dosa. Orang yang hidup menurut Roh adalah orang-orang yang hidup dengan segala sesuatu  yang berkenan dengan hidup menurut pimpinan dan kuasa Roh.  Keinginan daging bertentangan dan bermusuhan dengan Allah dan tidak bersedia tunduk pada hukum Allah. Orang-orang yang hidup menurut daging tidak akan dapat menyenangkan hati Allah.

Dalam ayat 9-11 Paulus menunjukkan apa yang membedakan orang-orang yang berada di dalam daging dengan orang-orang yang berada dalam Roh. Orang-orang yang hidup dalam Roh adalah milik Kristus dan orang-orang yang hidup dalam daging bukan milik Kristus. Orang-orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah sehingga kita dapat berseru ya Abba, ya Bapa. Jika kita adalah anak Allah maka kita juga adalah ahli waris  yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-ssama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

Orang yang hidup dalam Roh akan selalu berfikir dan bertindak seturut dengan Roh tersebut yang memberikan kehidupan karena dengan Roh dia mematikan perbuatan-perbuatan daging, tetapi orang yang hidup dalam daging dia akan selalu berusaha memuaskan kedagingannya yang menyebabkan kematian karena orang yang hidup dalam daging akan mati.

Orang hidup dalam kedagingan adalah orang-orang yang masih hidup dalam manusia lama, sedangkan orang-orang yang hidup dalam Roh adalah orang-orang yang sudah menanggalkan manusia lamanya dan hidup dalam manusia baru.

Tema kita adalah Roh Kudus Memberikan Hidup Baru. Dalam bacaan kita Kolose 3:5-11 dikatakan bahwa orang-orang yang hidup dalam kedagingan atau hidup manusia lama mereka adalah orang-orang yang hidup dalam percabulan, Kenajisan, Hawa nafsu, Nafsu jahat, Keserakahan yang sama dengan penyembahan berhala, Marah, Geram, Kejahatan, Fitnah, Kata, kata kotor yang ke luar dari mulutnya.

Orang-orang yang hidup dalam Roh atau orang-orang yang hidup dalam manusia baru adalah orang-orang yang hidup dalam belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemah lembutan, dan kesabaran, mau mengampuni seorang akan yang lain, mengenakan kasih sebagai pengingat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Semua pengikut Kristus telah dipenuhi (Rm. 8:15-16) dan diurapi Roh Kudus untuk meneguhkan panggilan-Nya (ayat 2Kor. 1:21; 1Yoh. 2:20). Roh yang mendiami kita akan menolong terbentuknya buah Roh, yaitu sifat Kristus dalam kehidupan kita (Gal. 5:22-23). Pengurapan Roh Kudus akan memampukan untuk melakukan lebih dari apa yang kita telah lakukan. Ia juga memampukan kita menyampaikan firman Allah meski ada tantangan, memberikan hikmat dalam berkata-kata tentang Injil, sehingga kita bisa bersaksi tentang Injil.

Oleh sebab itu sebagai orang beriman di Hari Pentakosta ini hendaknyalah kita mampu keluar dari manusia lama kita dengan mengalahkan semua kuasa daging dan hiduplah dengan dipimpin oleh Roh Kudus dengan hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Karena hanya dengan kuasa Roh Kuduslah kita mampu mengubah hidup kita menjadi seturut kehendak Tuhan. Seperti yang disampaikan dalam Invocatio 1 Samuel 10, Roh Tuhan dapat mengubah hati Saul (ayat 9). Dia kepenuhan Roh dan bernubuat seperti layaknya nabi (ayat 5-6, 10). Saul diubah hatinya oleh Allah, artinya ia mengalami perubahan sifat batin. Sifat ini bisa dan harus dipelihara melalui ketaatan kepada Allah. Salah satu bentuk ketaatan itu adalah Saul diminta dengan setia menantikan kedatangan Samuel, untuk nantinya ia dilantik sebagai raja di hadapan Allah (ayat 8) dan dikenali oleh umat Israel (ayat 17-27).

Pdt. Jaya Abadi Tarigan

GBKP Runggun Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate