Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Pekan Doa Sedunia Wari II 2019 : Mazmur 5 : 1 - 4

Invocatio      : “ Tetapi oleh karena itu raja Hizkia dan nabi Yesaya bin Amos berdoa dan berseru kepada Sorga “ (2 Tawarikh 32:20)

Khotbah       : Mazmur 5:1-4

Tema 

Ambil Bahagian Dalam Berdoa (Muat Bagin Ibas Ertoto)

Pendahuluan

Yoido Full Gospel Church (YFGC) di Seoul adalah gereja terbesar di dunia. Berawal dari hanya ibadah tenda, persekutuan ini berkembang menjadi gereja dengan jumlah lebih dari 800.000 jemaat. Pernah membayangkan kesibukan dari pemimpin gereja ini? Sebagai Gembala Sidang gereja dengan jumlah jemaat terbanyak di dunia, Pastor Yonggi Cho memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Bahkan, orang yang ingin bertemu dengannya harus membuat janji temu minimal 3 bulan sebelumnya. Dibalik semua kesibukan itu, ada satu rahasia yang perlu kita pelajari dari sosok Pastor Yonggi Cho. Setiap hari, beliau berdoa 3 jam, bukan hanya satu hari atau dua hari, tapi setiap hari secara konsisten. Bahkan, beliau juga mengharuskan setiap Pelayan Tuhan di gerejanya untuk berdoa 3 jam sehari. Pernah suatu kali beliau bersaksi tentang disiplin doanya ini. Suatu hari, Presiden Korsel meneleponnya untuk membicarakan hal yang penting dan mendesak. Saat itu, beliau sedang berada dalam kamar doanya. Sekretaris Pastor Yonggi Cho yang mengenal betul disiplin doa beliau akhirnya memutuskan untuk meminta Presiden menelepon kembali.

Bagaimana dengan kita? Sudahkah hubungan dengan Tuhan menjadi prioritas utama kita saat ini? Jika belum, mari bangun hubungan dengan Tuhan dengan kehidupan doa yang konsisten tiap hari. Bahkan, sediakan waktu-waktu khusus bersama-Nya setiap hari, seperti yang dilakukan Raja Daud dan Raja Hiskia jauh sebelum Pastor Yonggi Cho, sesuai dengan nas firman Tuhan kita hari ke-2 Kebaktian Pekan Doa GBKP.

Pembahasan

Mazmur 5 adalah sebuah doa, sebuah curahan hati yang penuh kesungguhan kepada Allah, ketika si pemazmur (Daud) dibuat susah oleh kebencian musuh-musuhnya. Hal ini sudah sering terjadi pada Daud, bahwa ia terus-menerus dikepung oleh musuh-musuh. Daudberserudengan lantang dan tanpa henti kepada Allah ketika ia mengalami pergumulan seperti itu.Daud menunjukkan ketergantungannya kepada Bapa.Daud bergaul karib dengan Tuhan dan pada waktu pagi ia mencari hadirat Tuhan. Dengan permainan sulingnya ia berkata, “Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu” (ay. 4).

Pagi hari sering dianggap sebagai waktu yang tepat untuk berdoa dan memuji Tuhan. Pada saat kita akan memulai segala kesibukan, kedua hal tersebut seharusnya menduduki peran penting dalam kehidupan kita. Bagi Daud, pagi hari dianggapnya sebagai waktu yang tepat untuk berseru kepada Tuhan dan mendengarkan suara-Nya.Yesus dalam pelayananNya di bumi juga bangun pagi-pagi untuk berdoa: "Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, IA bangun dan pergi ke luar. IA pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana" (Mrk. 1:35). Kalau kita baca Alkitab, para orang-orang percaya juga melakukan hal yang sama; ketika Sodom dan Gomora dimusnahkan Tuhan, Abraham "...pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan Tuhan itu,"  (Kej. 19:27) dan melihat kejadian tersebut; Yosua juga bangun pagi-pagi saat bersama para imam mengelilingi tembok Yerikho  (Yosua 6:12), dan mukjizat pun terjadi. 

Membiasakan diri untuk bangun pagi-pagi adalah pekerjaan yang tidak mudah bagi kebanyakan orang, perlu latihan dan disiplin yang keras. Banyak di antara kita bangun serba terburu-buru dan mepet dengan jadwal ke kantor atau beraktivitas. Bangun pagi saja begitu susah kita lakukan, apalagi disertai dengan bersaat teduh seperti yang dilakukan oleh Daud, yang senantiasa mengatur persembahan kepada Tuhan dan memuji-muji Tuhan pada waktu pagi  (baca juga  Mzm. 59:17). Namun, bangun pagi-pagi adalah gambaran dari sebuah kerja keras yang merupakan motto orang-orang yang berhasil dalam hidupnya. Dengan kata lain, orang-orang yang berhasil adalah mereka yang sangat menghargai waktu dan kerja keras. Mereka tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang ada;  tiap detik, menit, jam tak pernah luput dari hal-hal yang bermakna dan berkualitas. Dengan bangun pagi-pagi kita dapat mengerjakan lebih banyak perkara dibanding jika kita selalu bangun dengan terlambat.

Berdoa bukanlah suatu peristiwa, melainkan sebuah cara untuk menjalin hubungan dengan Allah. Hubungan yang dekat dengan Allah seperti itu terbangun ketika umat Allah menjadikan doa sebagai gaya hidup mereka. Ayat-ayat dalam kitab Mazmur mendorong kita untuk memulai setiap hari dengan seruan kepada Tuhan; untuk mengisi hari-hari kita dengan percakapan dengan Allah (55:18); dan untuk berserah sepenuhnya dalam doa tatkala kita menghadapi tuduhan dan fitnah (109:4). Kita menjadikan doa sebagai gaya hidup karena kita rindu bersama Allah (42:2-5; 84:2-3; 130:5-6).Doa adalah cara kita untuk menjalin hubungan dengan Allah dalam segala kondisi kehidupan. Allah selalu mendengar doa kita. Kita dapat berdoa kepada-Nya setiap saat di sepanjang hari.

Seperti Daud, Raja Hizkia juga adalah seorang pemimpin yang patut menjadi panutan. “Ia melakukan apa yang baik, apa yang jujur, dan apa yang benar di hadapan Tuhan, Allahnya. Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah, dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil.” (2 Taw. 31:20b-21). Sama seperti Raja Daud, orang yang setia dan benar di hadapan Tuhan bukan berarti terbebas dari masalah, justru acapkali ia harus mengalami proses demi proses dari Tuhan, baik itu penderitaan atau kesesakan. Hal ini juga dialami Hizkia “Setelah peristiwa yang menunjukkan kesetiaan Hizkia itu datanglah Sanherib, raja Asyur, menyerbu Yehuda. Ia mengepung kota-kota berkubu, dan berniat merebutnya.”  (2 Taw. 32:1). Di tengah kesesakan yang dialami, Hizkia tidak tawar hati. Sesuai arti namanya, Allah itu kuat, Hizkia memiliki sikap hati yang benar menanggapi serangan dan kepungan musuh. Ia tidak mengeluh atau pun menggerutu kepada Tuhan, sebaliknya ia sangat yakin Tuhan bisa diandalkan. Karena itulah dia mampu memberi semangat dan menenangkan hati para tentaranya dengan perkataan iman, “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Janganlah takut dan terkejut terhadap raja Asyur serta seluruh laskar yang menyertainya, karena yang menyertai kita lebih banyak dari pada yang menyertai dia” (2 Tawarikh 32:7).

Kalau saja kita dapat bersikap seperti Raja Daud dan Raja Hizkia dalam menghadapi ‘peperangan’ hidup ini, kemenangan pasti akan kita raih. Namun, masih banyak orang Kristen yang jadi pecundang karena tidak mengandalkan Tuhan sepenuhnya.Ketika kesulitan melanda kehidupan kita dan situasi tampaknya tidak terkendalikan lagi, kita harus bertindak seperti yang dilakukan Raja Daud dan Hizkia, menghampiri Allah di dalam doa yang sungguh-sungguh dan penuh kepercayaan. Allah telah berjanji untuk membebaskan umat-Nya dari tangan musuh-musuh mereka dan tidak membiarkan terjadinya sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya (Mat. 6:25-34); dengan berpegang erat-erat kepada Allah dalam iman dan kepercayaan, kita akan memiliki damai sejahtera-Nya yang memelihara hati dan pikiran kita (Flp. 4:6-7).

Pdt. Melda br Tarigan

GBKP Runggun Pontianak

Pekan Doa Sedunia Wari I 2019 : Roma 12 : 12

Invocatio      : “Ertotolah katawari pe” (1 Tes.5:17)

Renungan     : Roma 12 : 12

Tema            : “Ertoto la erngadi ngadi”

Roma 12:12 “Meriahlah atendu ibas kam erpengarapen, megenggenglah kam ibas kiniseranndu, janah ertotolah kam man Dibata la erngadi ngadi”.

Telu kalak anak  Sekolah Dasar (SD) kelas V, (tergelar, Batu, Lajur ras Ramban) terburu-buru berkat ku sekolah, ibas perdalinen lit kebiaren kalak enda teluna sabab waktu masuk enggo ndeher sedangken jarak tempuh ndauh dengan. Ibas situasi sibage rupana Batu  ngusulken  ngadi kensik guna ertoto, mindo man Tuhan gelah ula terlambat. Tapi Lajur ngataken, adi ngadi ka kita lebe guna ertoto pasti waktunta terbuang kita reh dekahna waktu terlambat. Ramban mereken usul nina” mari sipercepat langkahta, song kiam kita janah ertoto mindo gegeh man Tuhan alu bage ngasup kita nerusi perdalanenta seh ku Sekolah”

Ertoto la erngadi-ngadi (Tema), labo berarti terus-menerus, lanai lit dahin sideban idahiken, sipenting ertoto saja, tapi bagi pengalamen anak SD 3 kalak enda ndai, “Ora Et labora”.

Lit telu kalimat si erkawiten sada ras sidebanta ibas Renungenta berngi enda :

Sipemena : “Meriahlah atendu ibas kam erpengarapen”

Erpengarapen si isingetken ijenda labo kerna Keluarga bahagia, anak-anak sukses, kesehaten, jabaten rsbna tapi erpengarapen nandangi kegeluhen simbaru, kekeken, kegeluhen ras Kristus.(Bdk.1 Pet.1:3 ;”........IberekenNa man banta kegeluhen simabru, alu mpekeke Jesus Kristus ibas simate nari. Si enda mereken pengarapen singeluh man banta), pengarapen sibageme erbahan la kita ragu, meriah si akap sabab janji Tuhan e pasti.

Sipeduaken: “Mengenggenglah kam ibas kiniseranndu”

Kiniseran si isingetken ijenda labo berarti, pinakit, kegagalen, anak-anak la bagi ukur rsbna, Tapi kiniseran erkiteken kam ngikutken Krisutus.(Bdk. Joh.16:33 ; “sienda kukataken man bandu gelah malem atendu erkiteken kam ersada ras Aku. Jumpa kiniseran me kan ibahan doni enda. Tapi ola kam mbiar! Nggo kap kutaluken doni enda.”). Erkiteken sie maka kalak sierkiniteken ipersingeti arus sabar/”bertekun” atau kata sideban “tahanlah” ola mobah kiniteken.

Sipeteluken : “Ertotolah kam man Dibata la erngadi-ngadi”

Sada hal sirus silakoken ibas ngalaken/nahanken kiniseran, eme ERTOTO, sabab e ulu gegehta, sipengasup kita ngeluhken geluhta selaku kalak sierkiniteken. (Thomas  Aquino, ngataken:”Sebab Doa membangkitkan kerajinan dan menyalakan semangat didalam kita, mendorong kita untuk melayani Tuhan, menambahkan sukacita bagi kita, dan merupakan pertolongan ditengah penindasan”).

Marilah kuga gia beratna kiniseranta ibas ngikutken Tuhan, melala silabagi ukur, latih, keri, meling ka, la urak semangatta, tetap “maju tak gentar membela yang benar” sipindo gegeh man Tuhan ibas pertotonta. “Sitotoken kai sibakal sidahiken ras Dahiken kai sienggo sitotoken”.

Pdt. Iswan Ginting Manik

GBKP Pondok Gede

Khotbah Minggu Tgl 30 Juni 2019 ; Amsal 10 : 4 - 5

Minggu II Setelah Trinitatis/ Etika Kerja

Invocatio  : “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” (Kej. 2:15)

Khotbah   : Amsal 10 : 4 - 5

Tema     

Berhasil Karena Rajin

I.        Pendahuluan

Tuhan menghendaki kita untuk rajin bekerja untuk menata dan mengelola kehidupan kita. Identitas diri kita ada pada pekerjaan yang memberi nilai dan menunjukkan kontribusi kita. Kita hidup dalam dunia milik Allah, kita menghormati Sang Pemilik dengan mengelola dengan penuh tanggungjawab.

Sikap berdiam diri dalam kemalasan, atau juga bekerja tanpa kejujuran atau dengan tipu daya bukan sifat orang yang menghormati Tuhan. Hidup yang baik adalah mengerjakan pekerjaan yang baik yaitu yang bernilai dan bermanfaat.

Bagaimana kita memaknai pekerjaan? Mungkin kita memaknai pekerjaan sebagai bidang profesi yang kita tekuni untuk mencari penghidupan atau berkaitan dengan nilai materi yang kita dapatkan. Padahal pekerjaan bukan semata-mata untuk mendapatkan uang, sebab walaupun mendapatkan uang yang banyak tetapi kehilangan tujuan kehidupan atau membuat hidup menjadi hampa, apa gunanya?

Maka yang menjadi pertanyaan bagi kita, masihkah kita bisa bersenang-senang dengan pekerjaan kita? Atau pekerjaan sudah menjadi beban berat dalam hidup kita? Kebosanan, kelelahan, kejenuhan dalam pekerjaan merupakan tanda dari kehilangan esensi tujuan pekerjaan yang diberikan Tuhan. Kehilangan fokus tujuan kepada Tuhan. Allah yang memberi pekerjaan dan tentunya untuk mempermuliakan Tuhan.

II.        Pendalaman Nats

Bagi Yesus pekerjaan dan makananNya adalah mengerjakan kehendak Bapa-Nya. "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya” (Yoh. 4:34). Pernyataan ini sangat mendalam maknanya, bahwa bagi Yesus perkerjaan-Nya bukan menguras energi tetapi menambah energi bagi-Nya. Dampak ataupun hasil pekerjaan Yesus sangat besar sekali, khususnya bagi keselamatan manusia. Yang tidak sanggup dikerjakan oleh manusia biasa dikerjakan oleh Yesus dengan kuasa-Nya yang tidak terbatas. Pada saat Yesus menyembuhkan orang lumpuh yang telah 38 lumpuh, Yesus bertanya "Maukah engkau sembuh?” (5:6) Pertanyaan ini sangat relevan dan sangat menusuk, sebab seorang pengemis bisa kehilangan mata pencahariannya karena ia disembuhkan. Apalagi dia sudah terbiasa mengemis, sudah tidak ada lagi keinginan untuk berganti profesi, padahal Yesus mau meningkatkan “nilai perkerjaannya”. Lalu Yesus memberi perintah "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah (5:8). Untuk menunjukkan bahwa ia benar-benar telah sembuh dan diberi kemampuan untuk bekerja menopang hidupnya, tidak perlu lagi orang lain yang mengangkat dia diatas tilamnya.

Perintah Yesus untuk mengangkat tilam sebagai bukti nyata akan kesembuhannya, menimbulkan perselisihan dengan para pemimpin Yahudi. Sebab hari penyembuhan itu adalah hari Sabat, mereka menganggap Yesus melanggar hukum Sabat. Para pemimpin Yahudi sama sekali tidak bergembira menyambut kesembuhan yang teramat penting artinya sepanjang sisa hidup orang itu. Mereka juga tidak mau menyimak pada makna kesembuhan orang itu, yang begitu gambling menyingkapkan siapa Yesus sebenarnya.

"Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (17) Yesus menyatakan bahwa Allah tidak terikat pada hukum Sabat, dan bahwa Allah senantiasa memelihara ciptaan-Nya, bertindak penuh anugerah menolong mereka yang membutuhkan pertolongan pada hari Sabat. Yesus menandaskan bahwa “pekerjaan” menyembuhkan yang Dia lakukan dan yang bertentangan dengan tradisi lisan mereka, adalah pekerjaan anugerah yang meneladani pekerjaan Allah pada hari Sabat.

Dalam Amsal 10:4 “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya”. Mengungkapkan tentang karakter manusia dalam bekerja. “Tangan yang lamban” merupakan ungkapan “bekerja dengan tangan penuh tipu daya”. Orang-orang yang berpikir untuk memperkaya dirinya dengan jalan muslihat dan tipu daya, pada akhirnya akan menjadikan dirinya miskin. Penyebab kemiskinannya karena lenyapnya nama baiknya sehingga tidak ada orang yang mau berurusan dengannya. Sebaliknya “tangan orang rajin menjadikan kaya” yaitu mereka yang rajin dan jujur, menghargai pekerjaan dan menghargai teman berbisnis. Tangannya giat bekerja dan tidak curang, disenangi orang karena sifat dan karakter yang baik, memungkinkan dan punya harapan besar untuk mengembangkan usahanya.

Dalam Amsal 10:5 “Siapa mengumpulkan pada musim panas, ia berakal budi; siapa tidur pada waktu panen membuat malu”. Ayat ini berbicara tentang menghargai kesempatan atau mengabaikan kesempatan. Orang yang mengumpulkan pada musim panas merupakan masa yang tepat untuk mengumpulkan. Bahwa segala sesuatu ada masanya, orang yang berakal budi memanfaatkan masa mengumpulkan untuk persediaan pada masa musim dingin. Sebaliknya, orang yang mengabaikan kesempatan, menyia-nyiakan waktu dan mengabaikan pekerjaannya. Tidur pada waktu panen adalah sikap yang memalukan, karena pada waktu musim dingin tidak ada persediaan, bisa menyebabkan mati kelaparan. Kedua sikap ini bergantung kepada sikap menerima dirikan dan pengajaran. Orang yang menerima dirikan akan cermat menggunakan waktu. Sedangkan orang yang mengabaikan didikan tidak menghargai waktu dan kesempatan. Barang siapa memperoleh pengetahuan dan hikmat pada masa mudanya, ia mengumpulkan persediaan pada musim panas, dan  dia akan memperoleh penghiburan dan kehormatan karena kerajinannya itu. Namun, barang siapa menyia-nyiakan masa mudanya akan menanggung rasa malu karena kemalasannya ketika dia tua nanti.

III.        Pointer Aplikasi

Pekerjaan seharusnya meningkatkan nilai diri atau nilai karakter manusia. Orang-orang yang menekuni pekerjaan yang tidak atau kurang bernilai membuat dirinya miskin karakter. Kemalasan dan kemunafikan mengakibatkan kemiskinan rohani, tetapi mereka yang rohaninya menyala-nyala dan melayani Tuhan, sangat mungkin akan menjadi kaya dalam iman serta kaya dalam kebajikan.

Sebagaimana Yesus memahami tujuan pekerjaan untuk memenuhi kehendak Allah, kita perlu memahami tujuan pekerjaan kita menurut panggilan dan perintah Allah. Bekerja untuk merospons panggilan Allah; kita melakukan yang terbaik karena alasan sederhana bahwa pekerjaan kita adalah tindakan ibadah kepada Allah yang memanggil kita pada pekerjaan tersebut. Mengerjakan pekerjaan itu menjadi sumber semangat dan sukacita bagi kita. Semakin terpenuhi tugas dan tanggungjawab kita, membuat pribadi kita makin untuh atau berintegritas.

Kesempurnaan (mutu dan integritas produk atau jasa) adalah persoalan integritas panggilan. Kita menghindari pekerjaan ala kadarnya dan menentang pekerjaan yang serampangan. Kita mendapatkan sukacita dan kepuasan dalam pekerjaan yang telah dilakukan dengan maksimal. Kita memandang pekerjaan kita sebagai “seperti untuk Tuhan” sehingga kita mengerjakan dengan sepenuh hati.

Ketika bisnis dikendalikan oleh keuntungan daripada dikendalikan oleh nilai, ketika motif pendorong manusia adalah ketamakan dan cinta akan uang, maka hasil akhirnya selalu sama: hal ini akan menghancurkan dan menggerogoto jiwa serta jalinan masyarakat. Berarti ada orang yang merampok dirinya sendiri dengan pekerjaan yang tidak memandang kepada Allah. Maka kembalikanlah kepada Allah kendali usaha dan motif pendorong pekerjaan pada kehendak Allah. Supaya jiwa kita diperkaya dan relasi kehidupan diperbaharui. Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra, M.Th

GBKP Harapan Indah

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate