Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Kamis Putih 09 Februari 2020 ; Matius 26 : 26 - 30

Invocatio    : Lalu  Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya : “ Pergilah, persiapkanlah perjamuan  Paskah bagi  kita  supaya  kita   makan (Lukas 22:8)

Bacaan         : Keluaran 12:24-28 

Kotbah         : Matius 26:26-30 

Tema           : “Persadan Si Badia”

1.    Matius menekankan kewajiban orang Kristen untuk makan dan minum perjamuan Tuhan dalam kepatuhan terhadap perintah Yesus. Bahkan perjamuan Tuhan menjadi bagian dari hukum Kristus.

2.    Nats ini menyatakan waktu kejadiannya begitu jelas yaitu “ketika sedang makan”. Ay. 21 Yesus dan murid-murid-Nya sedang makan hidangan pendahuluan, kini mereka sedang makan hidangan utama perjamuan Paskah. Matius secara khusus menyisipkan nama Yesus di ay. 26 supaya membawa kembali Yesus sebagai pusat cerita setelah penyebutan nama Yudas di ay. 25. Yesus mengambil roti, mengucap berkat, dan memecah-mecahkannya. Kemungkinan roti yang dipakai adalah roti biasa bukan roti tidak beragi. Bahasa yang digunakan adalah artos bukan azumos (Ibr. matsah). Sejauh ini tidak ada sesuatu yang baru dari yang dilakukan Yesus beserta murid-Nya dari kebiasaan Yahudi. Hanya mereka tidak menggunakan roti tidak beragi seperti umumnya. Unsur baru terletak pada perkataan Yesus setelah roti itu dibagikan “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku” (terdapat juga di dalam Markus dan Lukas, hanya Lukas menambahkan lagi “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”).

Perjamuan kudus mengingatkan kita akan “kerelaan memberi diri” Yesus (memecah roti yang adalah gambaran tubuh-Nya sendiri).

3.    Ay. 27, dalam Injil Matius dan Markus (14:23) dinyatakan bahwa segera sesudah pembagian roti, Yesus mengedarkan cawan (poterion). Perjamuan Paskah Yahudi umumnya memiliki beberapa cawan berisi anggur. Tetapi Markus dan Matius menyebut hanya satu cawan. Kemungkinan yang dimaksud ialah cawan ketiga dari acara tersebut. Atas cawan itulah orang mengucapkan berkat, karena cawan itu disebut “cawan pengucapan syukur” (1 Kor. 10:16 “poterion tes eulogias”). Cawan ketiga itu juga yang Yesus berikan kepada para murid-Nya disertai kata-kata “minumlah, kamu semua, dari cawan ini”.

4.    Ay. 28, Matius menyebutkan alasan “sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa”. Markus 14:24 tidak mencantumkan kata-kata “untuk pengampunan dosa”. Jadi pada waktu merayakan perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya Yesus memberi yang baru kepada dua unsur yang khas dari Paskah Yahudi yaitu roti dan anggur tersebut. Ketika Yesus mengatakan “ambillah, makanlah, ini tubuh-Ku”, Dia tidak sedang mengatakan bahwa “roti ini sama dengan tubuh-Ku”. Tetapi perlu kita pahami sesuai dengan makna perjamuan Paskah dalam lingkungan Israel. Pada setia perayaan Paskah roti tidak beragi membuat umat Israel teringat akan malam keluaran dari Mesir, akan mukjizat Allah, yaitu penyelamatan bangsa dari perbudakan di Mesir. Seolah-olah orang yang memperingatinya, dia sendirilah yang berada dalam peristiwa itu. Begitu pula Yesus menghendaki agar para murid mengingat bahwa pada waktu perjamuan Paskah terakhir bersama mereka Dia menciptakan kaitan erat antara roti yang dipecah-pecahkan dan dibagikan dengan tubuh-Nya. Yesus telah mengaitkan roti Paskah yang dipecah-pecahkan dan dibagikan itu dengan tubuh-Nya, bahkan dengan diri-Nya sendiri. Jadi tindakan tersebut bertujuan sebagai ingatan akan perkataan dan perbuatan Tuhan Yesus sendiri. Yang pasti adalah bahwa Yesus meminta kita untuk memperingati, bukan kelahiran-Nya, atau hidup-Nya, atau mukjizat-Nya, tetapi kematian-Nya.

Roti berarti Yesus sendiri, air anggur dikaitkan dengan “darah perjanjian-Ku” (bdk. Zak. 9:11). Darah itu “ditumpahkan untuk pengampunan dosa”, maka kata-kata itu menegaskan bahwa tindakan Yesus, yaitu kematian-Nya yang dialami-Nya dengan sukarela, meneguhkan perjanjian baru antara Allah dan umat Israel baru.

Perkataan Yesus mengenai cawan anggur berlatar belakang Yesaya 53:12 dan Yeremia 31:34 yang berisi nubuat mengenai Perjanjian Baru. Sehingga cawan anggur itu menjadi pengemban perjanjian baru itu. Darah Yesus ditumpahkan untuk pengampunan dosa, baik dosa bangsa-Nya sendiri maupun “banyak orang” (pollon). Itu berarti pengampunan terbuka bagi setiap orang karena Yesus sendiri memandang kematian-Nya sebagai korban persembahan bagi semua orang, bahkan sebagai tebusan bagi seluruh dunia.

5.    Menerima Yesus sebagai jalan manusia mendapat bagian dalam anugerah keselamatan. Tidak mungkin manusia dengan sendirinya menjadi umat Allah yang baru, dengan hanya mendaftarkan diri secara administratif. Dalam hal ini menerima roti dan anggur sebagai tanda kehadiran Yesus Kristus.

6.    Ay. 29 “mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai hari Aku meminumnya, yaitu yang baru”. Hal ini kita tidak bisa lepaskan dalam kerangka zaman akhir. Ayat ini menghubungkannya dengan kedatangan Kerajaan Allah kembali dengan sempurna. Pada waktu itu, segala sesuatu menjadi baru, dan pada waktu itu juga Yesus akan minum dari hasil pokok anggur “yang baru” (kainon) bersama-sama dengan para murid-Nya dan semua orang milik-Nya di Kerajaan Bapa-Ku (basilea tou patros mou). Melalui perjamuan tersebut nyata sebuah kesatuan antara “Aku – kamu – Bapa-Ku”. Sehingga melalui Perjamuan Kudus kita akan teringat akan kedatangan Yesus Kristus yang membawa pembebasan, yang mendirikan perjanjian baru antara Allah dengan umat-Nya oleh pengorbanan nyawa-Nya secara sukarela serta kesatuan antara Yesus Kristus, kita sebagai umat yang baru, dan dengan Bapa.

7.    Sebagaimana tindakan perjamuan ini mengingatkan kita akan peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir menuju tanah perjanjian. Maka Perjamuan kudus hari  ini mengingatkan kita supaya kita keluar dari “Mesir-Mesir” yang baru menuju tanah perjanjian mengingat umat Allah yang baru dibawa keluar dari perbudakan “Mesir” yang baru supaya dapat hidup di tanah “perjanjian” bersama dengan Allah.

8.    Pada saat orang Yahudi sibuk mempersiapkan anak-anak domba untuk Paskah, Yesus sendiri sebagai anak domba Paskah sejati siap untuk mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sejati untuk penebusan dosa. Maka jika hari ini kita melakukan perjamuan maka hal tersebut menjadi peringatan (anamnesis) bagi kita akan penderitaan dan kematian-Nya yang membawa pendamaian dalam kerelaan.

9.    Ay. 30, naik ke bukit Zaitun “sesudah menyanyikan nyanyian pujian”. Kemungkian yang dinyanyikan adalah mazmur-mazmur pujian (Mzm. 113-118). Lagu-lagu yang dinyanyikan itu mempunyai tempat tersendri dalam acara Paskah Yahudi. Ketika Yesus merayakan perjamuan Paskah terakhir, Dia tetap berpegang pada acara yang wajib dipakai umat Yahudi, termasuk dalam hal nyanyian.

Bukit Zaitun tersebut masih dalam wilayah kota Yerusalem. Pada malam Paskah tersebut orang dilarang keluar dari wilayah kota. Jadi, dalam hal ini pun Yesus tidak melanggar kebiasaan Yahudi.

10. “Maundy Thursday” adalah hari Kamis terakhir sebelum hari Jumat Agung dan menjadi penutup masa Pra-Paskah, sebelum Triduum, yaitu Trihari Paskah yang meliputi: Kamis Putih - Jumat Agung - Sabtu Sunyi - Paskah. Istilah Maundy berasal dari bahasa Latin yang berarti “mandat” atau “perintah” dan menunjuk kepada perintah baru yang Yesus berikan kepada murid-murid-Nya untuk saling mengasihi dan saling melayani satu sama lain (“Mandatum Novum” atau perintah baru: “Aku memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34). Dalam liturgi Kamis Putih gereja secara utuh menghayati dan mengenang peristiwa Perjamuan Malam Terakhir, penetapan sakramen Perjamuan Tuhan, dan sikap Yesus yang menekankan kasih-Nya sebagai seorang hamba dengan membasuh kaki para murid-Nya.

11. Salah satu hal yang dilakukan Yesus pada perjamuan terakhir adalah membasuh kaki para murid. Dan dalam beberapa tahun ini belakangan ini gereja kita juga melakukan hal yang sama meski masih banyak yang belum menghayati makna dari pembasuhan kaki tersebut. Tradisi Yahudi, membasuh kaki adalah salah satu bentuk penghormatan pada seseorang yang mempunyai status atau jabatan lebih tinggi. Kaki adalah anggota tubuh yang terletak paling bawah dan biasanya paling kotor. Membasuh kaki adalah kewajiban para pelayan. Yesus mau memberi teladan melayani. Dengan teladan pembasuhan kaki ini, Yesus juga ingin mengajarkan bahwa pada dasarnya semua manusia itu sama di mata Tuhan, memiliki hak dan martabat yang sama, sehingga karena persamaan itulah semua manusia diharap dapat saling melayani dengan penuh kasih. 

12. Mengingat adalah salah satu hal yang terpenting dalam teologi Kristen. Semboyan proklamator “jas merah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Dalam Perjamuan Kudus? Apa yang perlu kita ingat? Tentu kebaikan Tuhan yang dengan sukarela menjadi persembahan Paskah yang sejati sekali untuk selamanya menebus dosa kita. Apa yang tidak perlu kita ingat-ingat? Kesalahan orang lain (elem-elem/ dendam)! sebagaimana Perjamuan Kudus memiliki mandat baru demikianlah kita kiranya saling mengasihi.

13. Perjamuan Kudus mengingatkan kita bahwa makan dan minum bukan hanya masalah perut saja. Tetapi kesatuan ataupun kebersamaan yang setara. Tidak seperti yang terjadi di jemaat Korintus, antara golongan kaya dan miskin (kaum budak) ada hieararki. Sudah jelas ketika melakukan perjamuan budak tidak tentu jam kedatangannya karena pasti menunggu izin dari tuannya untuk bisa hadir di perjamuan yang telah ditentukan. Tetapi golongan kaya tidak sabar akhirnya menghabiskan makanan dan minuman. Perjamuan kudus kembali mengingatkan kita untuk saling menerima satu dengan yang lain dan tidak ada tembok pemisah.

14. Perjamuan Kudus mengingatkan kita akan kebaikan Tuhan. Ditengah gampangnya kita melupakan kebaikan Tuhan, yang kita ingat adalah kebaikan diri kita. Memang seribu perbuatan Tuhan yang baik bagi kita tidak cukup menjadi alasan kita bersyukur kepada-Nya, tetapi satu hal yang Tuhan berikan tidak sesuai dengan hati kita sudah sangat cukup bagi kita untuk menyatakan Tuhan tidak adil. Mengingat kebaikan Tuhan mendorong kita mengucap syukur sebagaimana Yesus lakukan sebelum memecah roti tersebut. Dalam ungkapan syukur terkandung ingatan akan kebaikan Tuhan.

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, -

GBKP Rg. Palangka Raya

Minggu 5 April 2020 ; Markus 11 : 1 - 11

Invocatio      : “Barangsiapa mengambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku” (Matius  10 : 40)

Bacaan         :  Yesaya  52 : 7 – 12 

Khotbah       :  Markus  11 : 1 – 11 

Tema           :  “Mengikut Yesus”

      Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, sebelum menerusken khotbah ini saya mau mengajak kita menyanyikan sebuah lagu rohani yang berjudul, “Mengikut Yesus Keputusanku” (I Have Decided to Follow Jesus).

Mengikut Yesus keputusanku  

Mengikut Yesus keputusanku

Mengikut Yesus keputusanku

Ku tak ingkar, ku tak ingkar

 

Tetap ku ikut walau sendiri

Tetap ku ikut walau sendiri

Tetap ku ikut walau sendiri

Ku tak ingkar, ku tak ingkar

Mengikut Yesus harus menjadi keputusan pribadi kita. Tidak boleh asal ikut, apalagi ikut-ikutan. Mengikut Yesus harus dengan penuh kesadaran. Tuhan tidak memaksa kita mengikuti-Nya. Dia mengajak manusia mengikuti-Nya. Dengan lembut Dia memanggil kita mengikuti-Nya. Ya, mengikut Yesus harus terus menjadi komitmen kita orang-orang percaya. 

      ISI

Dipanggil untuk mengikut Yesus dan memberitakan Injil (Matius 10:40)

      Yesus Kristus tidak hanya memanggil manusia untuk menjadi murid-murid-Nya dan mengikuti-Nya. Tetapi Ia juga mengutus mereka memberitakan Kerajaan Allah. Tuhan memberi missi bagi pengikut-Nya. Demikianlah ditunjukkan dalam ayat firman Tuhan sebelum invocatio Matius 10:40. Akan ada tantangan bahkan penderitaan dan penolakan ketika murid-murid memberitakan Injil. Pasti ada yang menolak baik dengan halus maupun dengan kasar. Tetapi pasti ada juga yang menerima pemberitaan mereka. Dalam hal ini Tuhan Yesus mengatakan bahwa siapa yang menerima mereka (murid-murid) dan beritanya mereka sebenarnya menerima Yesus Kristus. Siapa yang menerima Yesus sebenarnya mereka menerima Allah yang mengutus Yesus. Karena Yesus adalah Anak Allah sendiri, Yesus dan Allah adalah satus sebagaiman Allah, Yesus, dan Roh Kudus adalah satu. Yesus adalah Allah (Bdk. Yoh. 1:1-4, 14). Menerima Yesus yang adalah Allah berarti menerima pengampunan dan keselamatan dan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Jadi, tidak sekedar dan hanya menerima murid-murid dan beritanya saja tapi meneriman yang terpenting dan terbesar di dalam hidup manusia.   

      Mengikut Yesus ternyata disertai dengan perintah memberitakan berita sukacita yaitu berita keselamatan. Mengikut Yesus meminta ketaatan dan kesetiaan terus menerus. Dalam melaksanakan missi pasti ada hambatan, tantangan bahkan penderitaan. Tetapi yakinlah bahwa pasti ada juga yang menerimanya. Bagi yang menerimanya sebenarnya mereka menerima pemberian yang terbaik yang bisa mereka terima yaitu Allah di dalam Yesus yang adalah Juruselamat dunia. 

      Sukacita yang luar biasa atas keselamatan dari TUHAN (Yes. 52:7-12) 

      Dikalahkan, ditawan dan dibuang jauh dari keluarga, saudara, tetangga, dari sahabat dan teman sungguh suatu yang pilu sekali. Tinggal berpuluh-puluh tahun jauh terasing dari rumah sendiri, Rumah Tuhan/ pusat ibadah sendiri dan negeri sendiri sungguh sangat menyesakkan hati. Hancurlah hati, hilangah harapan dan mimpi. Inilah yang terjadi bagi kaum Yehuda yang di masa pembuangan Babel. Tetapi Tuhan tidaklah meninggalkan mereka. Yesaya kedua (Deutro Yesaya) menubuatkan keselamatan dari Tuhan bagi Sion (orang Yehuda). Betapa indahnya kelihatan kedatangan pembawa berita damai, kabar baik, berita selamat dari Tuhan bagi umat terjajah dan terbuang. TUHAN tampil sebagai Raja. Dia Raja segala raja. Dia datang kembali ke Sion. TUHAN telah menghibur umat-Nya, Dia telah menebus mereka. Dia menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan semua bangsa. Setelah 70 tahun TUHAN membawa mereka kembali ke Yerusalem. TUHAN berjalan di depan bangsaNya dan berjaga di belakang mereka.          

      Banyak orang yang hidup dalam kebimbangan, ketidakpastian dan keputusasaan. Ada yang yang tidak bisa melihat terang dalam hidupnya. Ada yang hilang pengharapan akan masa depan. Ada orang yang merasa terbuang dan terasing dalam hidupnya. Mereka sangat membutuhkan kehadiran kita para utusan Tuhan Yesus. Sebagai pengikut Yesus, marilah membawa kabar baik, terang bagi saudara-saudari kita yang membutuhkan. Biarlah mereka menerima keselamatan Tuhan Yesus melalui kita. 

              Yesus memasuki Yerusalem dan orang banyak mengikuti dan menyambut-Nya dengan sangat meriah (Markus 11:1-11)

             Dalam ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya di sorga, Yesus pergi menuju Yerusalem tempat Dia akan ditangkap dan divonis mati. Dia tetap pergi kesana sekalipun maut menanti. Yesus datang kesana dengan mengendarai keledai muda yang adalah lambang kerendahan hati. Ia tidak menunggangi kuda lambang kekuatan dan kekuasaan. Orang banyak mengikuti Yesus menuju Yerusalem. Mereka menyambut Yesus yang datang dengan sorak-sorai dan sangat meriah. Hal itu terlihat dengan membuka baju mereka dam meletakkannya di jalan yang dilalui Yesus. Ada juga yang meletakkan ranting-ranting hijau di jalanan. Ada banyak orang yang dibelakang Dia dan di deban-Nya. Mereka berseru dan berkata-kata, “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, diberkatilah Kerajaan yang datang, Kerajaan bapak kita Daud, hosanna di tempat yang maha tinggi!” Ternyata motivasi mereka menyambut dan mengikut Yesus mau menjadikan mereka sebagai mesias politis. Supaya Yesus melepaskan mereka dari penjajahan kerajaan Romawi. Mereka tidak bisa menangkap simbol yang dipakai Yesus dengan menunggangi keledai.         

 Mengikut Yesus haruslah dengan motivasi yang benar. Motivasi kita perlu dimurnikan dalam mengikut Yesus. Bukan untuk hidup duniawi saja tetapi terlebih untuk jiwani dan rohani kita. Mengikut Yesus untuk mengubah hati dan pikiran kita. Mengikut Yesus supaya hidup kita berkenan bagi Allah dan sesama.

 Penutup/ kesimpulan

·            Kita telah sampai ke Minggu Passion VII terakhir disebut juga Minggu Palmarum. Selanjutnya kita akan memasuki rangkaian ibadah pra Paskah yang dimulai dengan Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Pengharapan dan Paskah. Seperti Tuhan Yesus taat dan setia sampai akhir marilah kita tetap taat dan setia mengikut Yesus.

·            Mengikut Yesus artinya mengambil posisi dibelakang Yesus. Mengikut Yesus artinya meneladani-Nya baik pikiran, sifat/ karakter, melakukan perkataan-Nya, perbuatan dan  tujuan hidup-Nya. Jangan sekali-kali mendahului-Nya dan membelakangi-Nya. Mendahului-Nya maksudnya kita merasa tidak memerlukanNya. Membelakangi-Nya maknanya tidak menghormati-Nya.

·            Mengikut Yesus adalah keputusan dan tindakan tetap terus-menerus. Artinya, kita mengikut Dia dengan kesadaran dan komitmen. Kita tidak boleh asal-asalan ikut dan ikut-ikutan saja. selanjutnya mengikut Yesus adalah aksi atau tindakan tetap dan berkelanjutan. Setiap hari bahkan setiap saat kita harus mengikuti-Nya dengan taat dan setia. Mengikut Yesus sampai akhir hayat kita. 

·            Mengikut Yesus tidak boleh dengan syarat. Mengikut Yesus itu tanpa syarat. Artinya kalau sesuai keinginan kita kita mengikuti-Nya. Tetapi kalau berlawanan dengan kemaun, kita meninggalkan-Nya atau membelakangi-Nya. Justru barangsiapa mau mengikut Yesus, harus menyangkal diri, pikul salip dan mengikut Dia (Markus 8:34, 35). Supaya kita sanggup setia mengikut Yesus, kita harus tinggal di dalam Dia. Dengan tinggal di dalam-Nya maka kita akan dimampukan mengikuti-Nya dengan benar (bdk. Yoh. 15:5).

·            Walau ada konsekuensi mengikut Yesus misalnya: tidak populer, melawan kebiasaan yang ada, ada yang teringgung lalu  membekot (memboikot) dan memusihi kita namun mengikuti-Nya adalah yang terbaik bagi kita. Dengan mengikuti-Nya kita beroleh sukacita, kehidupan dan keselamatan kekal (bdk. Wahyu 2:10c).  

Pdt. Juris Tarigan, MTh; 

GBKP RG Depok - LA

Minggu 29 Maret 2020 ; 2 Petrus 1 : 1-7

Invocatio         : Tunjukkanlah kasih setiaMu yang ajaib, ya Engkau yang menyelamatkan orang-orang yang berlindung pada tangan kananMu terhadap pembrontakan (Maz. 17:7)

Bacaan            :   Zefanya 2:1-3 

Khotbah           :   2 Petrus 1:1-9 

Tema               :   Mendapat bagian di dalam kemuliaan dan kebaikan Tuhan

          Segala hal yang dijanjikan Allah dalam firmanNya, bukan hanya untuk sekedar kita ketahui melainkan juga untuk kita alami. (2 Raja-raja 2:10). Seperti halnya Tuhan menyertaidan memberkati bangsa Israel melalui berkat-berkat rohani yang membuat bangsaNya tidak kekurangan dalan hal apapun. Semua ini bisa mereka terima jika bangsanya tetap dan selalu setia didalam mengikuti dan menjalankan perintah-perintahNya.

          Namun walaupun demikian fakta sejarah menyatakan sering sekali terjadi bahwa bangsa ini berpaling dari perintah Allah itu sendiri sehingga murka Allah yang mereka terima sebagai imbalan dari ketidak setiaan mereka. Tuhan sangat rindu akan pertobatan umatnya, kesempatan demi kesempatan Tuhan berikan agar Nama Tuhan dapat dinyatakan didalam kehidupan bangsaNya.

          Yang menjadi menjadi renungan bagi kita bagaimana sikap kita ataupun bangsaNya ketika hukum atas ketidaksetiaan mereka terima sebagai peringatan untuk meluruskan jalan dan sikap hidup yang sebenarnya dihadapan Tuhan ??

          Pasrah menerima keadaan bukanlah sikap yang tepat dalam menghadapi hukuman Allah yang begitu mengerikan (Zef. 2:1). Zefanya menekankan ajakan untuk bertobat. Allah akan menghukum manusia atas keberdosaannya. Tetapi penghukuman bukan akhir dari segalanya, jika kita/bangsaNya mencari hadirat-Nya, melakukan keadilan dan hidup dalam kerendahan hati agar terlindung dari kemurkaan Tuhan. Gampang-gampang susah jika kita melihat karakter manusia. Dibutuhkan waktu karena terkadang manusia tidak memahami dirinya secara integral.

          Zefanya mengundang dan memotivasi bangsanya yang acuh tak acuh agar memahami bahwa “pintu” kasih Allah masih terbuka lebar (band Zefanya 2:1-3)

          Sama halnya ketika Petrus mengingatkan kita tentang panggilan Tuhan yang harus kita kerjakan dengan sungguh-sungguh tidak ada kata setengah-setengah dalam menjalalankan kehidupan kekristenen. Sebaliknya kita harus mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar (Pilipi 2:12). Karena itu Petrus memberi nasehat agar berusaha dengan sungguh-sungguh. “ ….. untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuaan penguasaan diri dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, kasih akan semua orang (2 Petrus 1:5-7). Kata sungguh-sungguh berati melakukan dengan sepenuh hati, tidak asal-asalan atau main-main. Berusaha dengan sungguh-sungguh juga berati bahwa kita berusaha tidak dengan kekuatan sendiri dalam melakukan apa yang difirmankan tetapi mengacu pada respons kita terhadap panggilan Tuhan itu.

          Orang yang sudah dipilih adalah orang yang sudah menunjukkan citra Allah didalam dirinya dan berhak mendapat bagian didalam kemuliaan dan kebaikan Tuhan (band Tema).

          Daud selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi penyertaan di dalam hidupnya karena Daud merasa banyak sekali pergumulan yang dihadapinya. Tetapi Daud percaya hanya Tuhanlah tempat yang paling aman untuk perlindungan yang mampu menjaga dan membebaskan segala ketakutan, kekhwatiran  bagi orang yang selalu berseru kepadaNya (Maz. 17:7)

          Tujuan kehidupan kita sebagaimana dirancang Allah ketika Ia mencipta manusia adalah :

·         Memuliakan Allah dan menikmati persekutuan denganNYA

·         Berhubungan baik dengan sesama

·         Bekerja

·         Berkuasa atas bumi

Lihatlah betapa Tuhan itu baik Ia tidak ingin kita hidup dalam penderitaan. Oleh karena itu didalam minggu Judika ini kita diingatkan kembali untuk selalu berdoa dan berserah kepada Tuhan, untuk meminta kekuatan dan penyertaan Tuhan agar kita mampu menunjukkan sikap hidup dalam keadilan dan kebenaran.

Sehebat dan sekuat apapun godaan dunia, orang yang setia di dalam iman dan pengharapan kepada Tuhan akan memperoleh kebaikan dan kemurahanNya untuk bisa tampil beda dengan orang lain. Tak satupun yang bisa kita banggakan selain “Hidupku bukannya aku lagi, tetapi hidupku ada di dalamMu”. Proses perubahan ke arah yang lebih baik akan terjadi di dalam diri kita, karena Tuhan itu menngasihi saya dan saudara.

Haleluya……. Amin    

Pdt. Neni Triana Sitepu

Runggun  GBKP Cisalak

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate