Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Pekan Doa Wari V : Mazmur 72 : 1-7

Invocatio : “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat,

hendaklah ia memintakannya kepada Allah yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit-maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5)

Renungan : Mazmur 72:1-7

Thema      : Ertoto Guna Pemimpin Bangsa.

Pemimpin atau pemerintah seperti apa yang paling didambakan oleh rakyat di seluruh belahan bumi? Tentu saja jawabannya adalah pemimpin yang adil, dapat dipercaya serta yang mengusahakan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpin. Inilah sebabnya mengapa Zhou Enlai (1898-1976) sebagai seorang politikus sangat dicintai dan dihormati oleh rakyat China. Zhou Enlai dikenal sebagai orang yang paling berpengaruh dalam  penyatuan dan pembentukan Republik Rakyat China (RRC). Ia dikenal sebagai politikus yang berintegritas, ramah dan gigih dalam pekerjaan. Bukan saja dalam pekerjaan, tetapi dalam hidup rumah tangganya pun Zhou Enlai menjadi teladan kesetiaan (pada masa itu para politikus biasanya memiliki banyak istri, tetapi Zhou Enlai hidup setia hanya dengan istrinya yang bijak; Deng Yingchou) dan karena itu,ia menjadi sangat dipercaya oleh rakyat.  Seorang penulis (Kim Doo Eung) bahkan menyatakan dalam tulisannya: “Tidak ada orang China yang lebih dihormati lebih dari Zhou Enlai.” 

Ketika pemimpin atau pemerintah memiliki integritas dan dapat mengayomi rakyatnya, niscaya akan terjadi banyak hal-hal baik yang membawa kesejahteraan bagi seluruh Negara. Pada sisi lain, kita juga mesti mengakui bahwa pemimpin dan pemerintahan yang adil dan dapat dipercaya tidak sering kita jumpai hari-hari ini bukan?  Hal ini tertuang dalam salah satu kutipan Lord Acton yang diamini banyak orang mengatakan: “Kekuasaan cenderung menyimpang dan kekuasaan mutlak  pasti mutlak menyimpang.” Daud sendiri juga memahami hal itu dengan baik sehingga di ujung pemerintahannya dia menuliskan Mazmur 72 ini sebagai doa dan harapan bagi Salomo yang akan menggantikannya kelak. Dalam doa yang dia ungkapkan dalam Mamur 72 ini ada beberapa aspek yang disorot sebagia kriteria pemerintahan yang baik, yakni;

1.    Mau menegakkan hukum dengan keadilan serta mempergunakan hukum itu untuk membela yang tertindas (ay.2)

2.    Bekerja untuk membawa damai sejahtera dan kebenaran (ay.3). Dalam hal ini pemimpin dan seluruh jajarannya bekerja bersama mendatangkan kesejahteraan itu (gunung dan bukit adalah bahasa kiasan untuk menunjuk kepada pemerintah di bawah Raja)

3.    Berpihak kepada rakyat kecil (bdk. Ay.4; memberi keadilan kepada orang tertindas dan menolong yang miskin serta meremukkan pemeras)

4.    Rakyat hidup dalam ketaatan kepada pemerintah yang bekerja demi banyak orang (ay.5)

5.    Segala yang dikerjakan tujuannya membawa berkat bagi rakyat (ay.6). Pada ayat ini pemerintahan digambarkan sebagai “hujan atas padang rumput” dan “pancuran yang mengairi bumi”

6.    Terus berupaya dengan setia untuk membangun keadilan dan mendatangkan damai sejahtera (ay.7 bahkan menunjukkan rentang waktunya yakni sampai tidak ada lagi bulan)

Melalui hal-hal yang disoroti oleh Daud dalam Mazmur 72 : 1-6 ini hal yang ingin menyampaikan bahwa pemerintah adalah perwakilan Allah yang ditempatkan untuk memerintah dalam dunia dan sudah seharusnya perwakilan Allah itu memiliki sifat-sifat yang mewakili sifat Allah sendiri. Tidak dapat dipungkiri ketika kita melihat kriteria dan harapan itu kita menjadi kecil hati sebab sesungguhnya tidak ada pemerintahan yang akan mampu memenuhi semua ukuran pemerintahan yang ideal. Hanya pemerintahan Allah sendiri-lah yang dapat memenuhi semua kriteria yang ada dengan sempurna. Itulah sebabnya mengapa kita perlu terus berdoa bagi pemerintahan kita agar mereka dapat terus bekerja menuju ke arah yang tepat sesuai dengan firman Tuhan dalam Mazmur Daud ini.

Dalam konteks Negara Indonesia sendiri tentu tidak mudah bagi pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kebaikan di tengah-tengah tantangan keragaman, terlebih lagi tantangan pandemi Covid-19 yang menjadi pergumulan bersama di seluruh dunia. Sebagai orang percaya dan warga negara yang baik apa yang dapat kita lakukan bagi pemerintahan dan Negara kita dalam situasi sulit saat ini?

1.    Kita setia mengambil waktu untuk mendoakan pemerintah negara kita dalam “pukulan-pukulan” yang sedang dihadapi saat ini. Perang dagang AS-China yang berdampak pada ekonomi, penyebaran Covid-19 yang membutuhkan penanganan serius dan dana yang cukup besar, perlambatan ekonomi akibat pandemi, isu SARA, dan masih banyak lagi persoalan besar yang mesti dihadapi. Pemerintahan perlu dukungan doa kita sama seperti Daud berdoa bagi Salomo dan penerus-penerusnya yang akan memerintah Israel. Kita memohon dalam doa agar pemerintah kita menjadi pemerintah yang takut akan Tuhan dan sungguh-sungguh berjuang menerapkan keadilan Tuhan itu demi kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia.

2.    Selain mendoakan, kita juga harus memiliki ketaatan sebagai bentuk dukungan pada pemerintah. Banyak beredar foto-foto yang menunjukkan masyarakat tidak taat pada kebijakan yang diambil pemerintah khususnya dalam konteks pandemi Covid 19. Seruan untuk tinggal di rumah tidak ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh banyak orang dan hasilnya penyebaran virus yang semakin tidak terkendali. Doa tanpa dukungan kita tidak berarti apa-apa, karena itu mari kita mendukung pemerintah dengan tindakan yang konkrit. Tidak perlu kita menjadi penimbun ini dan itu dalam masa sulit sekarang ini, sebab semuanya itu tidak menambah sehasta pun jalan hidup kita. Ditengah kegaduhan informasi yang beredar, mari kita menularkan keteduhan. Mereka tularkan ketegangan, mari kita tularkan ketenangan. Di tengah kekuatiran, mari kita tularkan rasa percaya bahwa semua ini ada masanya dan akan berlalu.

3.    Bersikap kritis sangat diperlukan dalam upaya terus-menerus memperjuangkan keadilan Allah atas kehidupan orang banyak. Salah satu sikap kritis yang dapat kita lakukan adalah dalam era demokrasi ini mari kita memilih pemimpin yang memiliki rasa keadilan. Kita perlu menjadi pemilih-pemilih yang cerdas yang memilih pemimpin yang baik berdasarkan kinerjanya, bukan berdasarkan hubungan persaudaraan ataupun harta kekayaannya. Kita tidak mau menyesal dan menderita di kemudian hari karena kita memilih pemimpin yang salah bukan?

Satu hal yang diyakini Daud dan dituangkan dalam Mazmur 72:1-7 adalah keadilan hanya bersumber dari Allah dan tidak dapat bersumber dari diri kita sendiri. Sehebat apapun kita, kita sangat memerlukan tuntunan dan hikmat dari Tuhan untuk mendatangkan keadilan dalam kehidupan setiap hari. Pemerintah dan juga kita semua perlu menundukkan diri di bawah Allah sehingga dalam ketundukan kita terus menerus belajar kepada Allah, Sang Pemberi hukum sendiri. Invocatio dalam Yakobus 1:5 telah menyampaikannya kepada kita: mintalah hikmat kepada Tuhan dan ia akan memberikannya kepada kita. Dengan demikian kita dapat dijauhkan dari kesewenang-wenangan yang tidak berkenan dihadapanNya.

Pdt. Eden P.Funu-Tarigan S,si (Teol)

Perpulungen GBKP Kupan

Pekan Doa Wari IV : Kejadian 18 : 16 - 33

INVOCATIO    : Kukataken man  bandu maka i bas  wari pendungi e pagi, nahanken ukumnen si isehken Dibata man kota Sodom asangken man kota e. (Lukas 10:12)

Khotbah        : Kejadin 18:16-33,

TEMA            : ERTOTO GUNA KEJUAH-JUAHEN BANGSA/BERDOA UNTUK

  KESEJAHTERAAN BANGSA

Jemaat yang dikasihi Tuhan nas khotbah kita hari ini menceritakan tentang

perjumpaan Abraham dengan Allah (Kejadian 18:16-22). Awalnya para utusan

dari sorga itu telah menunaikan satu bagian dari tugas mereka, yang

merupakan perjalanan untuk menyampaikan kasih karunia bagi Abraham dan

Sara bahwa Sara akan melahirkan seorang anak di usianya yang sudah tua,

dan merupakan tugas yang yang mereka selesaikan terlebih dahulu.setelah menyampaikan kasih karunia Allah bagi Abraham dan Sara mereka menyampaikan kepada Abraham bahwa Sodom akan dibinasakan, dan mereka harus melakukannya (19:13). Dalam hal ini Allah memang Maha Kasih tetapi Allah juga adalah Allah yang berhak menghukum. Mereka memandang ke arah Sodom  dengan murka (ay. 16). Dalam hal ini kita dapat memahami bahwa meskipun sejak lama kelihatannya Allah membiarkan orang berdosa begitu saja, sehingga mereka berkata bahwa Allah tidak melihat dan tidak peduli, tetapi ketika hari kemurkaan-Nya tiba, Ia akan memandang kepada mereka.

Kepada Abraham Allah menyampaikan rencana-Nya untuk membinasakan Sodom. Dan bukan itu saja, melainkan Dia juga berbicara secara terbuka dengannya mengenai hal itu. Dengan mengikat Abraham melalui suatu kovenan dengan diri-Nya sendiri, secara lebih akrab daripada sebelumnya (ps. 17), di sini Dia mengizinkan Abraham memiliki suatu persekutuan yang lebih intim dengan diri-Nya sebagai orang yang dilibatkan dalam rencana-Nya.

Allah memberitahukan rencananya kepada Abraham bahwa Dia akan menghancurkan Sodom karena ia adalah sahabat dan orang yang disukai Allah, karena dia adalah seorang yang baginya Allah menyediakan kebaikan istimewa dan perkara-perkara besar, Karena dia akan menjadi sebuah bangsa yang besar, dan bukan itu saja, melainkan juga di dalam Mesias, yang akan berasal dari keturunannya, segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat. Allah memberitahu Abraham tentang rencanaNya karena Abraham harus tahu, supaya ia mengajar seisi rumahnya (ay. 19).

Tetapi setelah mendengar perkataan Allah bahwa Allah akan menghancurkan Sodom, maka sebagai salah satu sifat dan teladan Abraham yang sangat cemerlang adalah dia tidak hanya berdoa bersama seluruh keluarganya, tetapi juga mengajar mereka sebagai orang yang berpengetahuan. Tidak itu saja, ia mengajar mereka sebagai orang yang punya kuasa, dan merupakan nabi dan raja, sekaligus imam, di rumahnya sendiri.

Abraham tahu bahwa Lot, keponakannya ada di Sodom atas pilihannya sendiri. Abraham sudah pernah menyatakan belas kasihnya dengan menyelamatkan Lot dari bangsa yang menawannya (lihat pasal 14). Namun, Lot tetap memilih tinggal di situ. Rasa keadilan Abraham digugah, walau ia tahu Lot bukan lagi tanggung jawabnya sebagai paman. Lot sudah memilih jalannya sendiri, dan sebagai orang dewasa harus menerima akibat pilihannya tersebut. Namun, Abraham melihat dari perspektif lain. Abraham memperhitungkan nama Tuhan yang akan dihujat bila membiarkan orang benar dibinasakan bersama-sama orang fasik (ayat 23-25). Keadilan Tuhan harus ditegakkan. Abraham tergugah untuk bersyafaat demi kemuliaan Tuhan tetap dipertahankan.

Di dalam doa syafaat yang hebat untuk beberapa orang benar di Sodom, Abraham menunjukkan unsur-unsur yang lebih luhur dalam wataknya yakni kemurahan, kasih saying, kepekaan dan perhatiannya terhadap kebenaran di dalam Tuhan dan manusia. Dia menunjukkan bahwa  Allah mengampuni dan memberikan pembebasan sepenuhnya serta mau berurusan  dengan makhluk-makhluk  ciptaan-Nya sekalipun mereka itu jahat, menurut keadilan dan kebenaran yang telah dinyatakan. Abraham tahu bahwa Allah dapat diandalkan untuk bertindak dengan sifat kudus-Nya.

Setelah Abraham selesai berdoa syafaat, dia memperoleh janji Allah bahwa Allah akan membiarkan Sodom jika tedapat sepuluh orang benar di dalam kota itu. Namun ketika jumlah itu tidak bias dipenuhi, tidak ada lagi yang dapat mengalihkan malapetaka tersebut.

Tema kita BERDOA UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA. Dalam kamus Alkitab Doa adalah adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar dari manusia', karena 'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak 'mengindahkan' setiap doa (Yes 1:15; 29:13).

Kesejahteraan atau damai sejahtera dalam kamus Alkitab berasal dari kata Ibrani syalom artinya sehat walafiat, utuh, keadaan baik. Kata Yunani eirene mempunyai makna syalom, dan hampir selalu mempunyai anti rohani. Bahwa kata itu mempunyai arti yg sangat luas yaitu selamat, persahabatan, jangan kuatir, damai, kesejahteraan, kemujuran, tenteram, keselamatan, damai sejahtera.

Jadi melalui tema ini kita sebagai orang beriman diajar untuk melakukan persekutuan dengan Allah untuk mengajukan permohonan kita agar Tuhan memberikan kesejahteraan atau keselamatan bagi bangsa. Dalam hal ini kita sesungguhnya sadar bahwa kita memiliki tanggungjawab untuk mendoakan sekeliling kita sekalipun sepintas kita tidak memiliki tanggungjawab apapun terhadap mereka. Seperti Abraham yang tetap mendoakan Lot keponakannya meskipun sesungguhnya Abraham bukan lagi bertanggungjawab sepenuhnya terhadap Lot karena Lot tinggal di kota yang masyarakatnya hidup dalam dosa atas keputusannya sendiri.

Tetapi doa syafaat senantiasa menunjukkan yang terbaik di dalam diri manusia. Perhatian yang tanpa pamrih untuk orang lain bersinar bagaikan permata yang indah. Di dalam mengajukan permohonannya kepada tuhan, Abraham dengan jelas menunjukkan kasih dan perhatian yang sungguh-sungguh. Melalui Kebaktian Pekan Doa ini marilah kita boleh sadar bahwa sebagai orang yang percaya kita memiliki tanggungjawab untuk mendoakan sekitar kita dan bangsa kita. Kita hendaknya senantiasa mau memberikan waktu kita untuk melihat orang-orang sekitar kita, bangsa kita dan mau memberikan waktu kita untuk mendoakannya agar senantiasa diberkati dan diselamatkan oleh Tuhan. Amin

Pdt. Jaya Abadi  Tarigan

GBKP Runggun Bandung Pusat

Pekan Doa Wari III : Efesus 1 : 15-23

Invocatio      : Datanglah nahkoda mendapatkannya sambil berkata: 

“Bagaimana mungkin engkau tidur begitu   nyenyak? Bangunlah, berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita,  sehingga kita

tidak binasa.” (Yunus 1:6)

Renungan     : Efesus 1:15-23

Tema            : Berdoa Untuk Jemaat

PENDAHULUAN

Kita sering mendengar ungkapan, bahwa “Doa adalah nafas hidup orang percaya, jika tidak bernafas, maka kita akan mati, jika tidak berdoa, maka kerohanian kita akan mati.”  Ketika kita mendisiplinkan diri dalam hal berdoa, kita akan semakin dewasa rohani, sehingga kita pun semakin mengenal Tuhan dan semakin mengerti kehendakNya atas kita.  Kehebatan pelayanan Yesus Kristus bukan sebatas karena IA mengandalkan keberadaanNya sebagai Anak Allah, tetapi sebagai Anak Manusia yang senantiasa mengandalkan BapaNya melalui doa-doaNya.  IA tidak pernah melewatkan waktuNya tanpa doa. KehidupanNya selama di bumi penuh dengan doa. Untuk itu kita harus mengikuti teladan Yesus mendisplinkan diri dalam hal berdoa.

Demikian halnya dengan Rasul Paulus, dia dikenal sebagai sosok pengikut Kristus yang sangat radikal dan pelayanannya menjadi sangat berdampak luas karena surat-suratnya yang ditulis ke berbagai daerah tempat pelayanannya di masa itu. Sebagai pribadi yang sangat mengasihi Kristus, dia belajar untuk menanggalkan keakuannya dan fokus melayani banyak orang. Dia adalah sosok yang sangat pengasih, seorang mentor dan guru yang memuridkan banyak orang-orang percaya. Sepanjang pelayanannya, dia juga dikenal sebagai sosok yang berpegang teguh dalam doa-doanya. Paulus mengajarkan kita tentang pentingnya tekun di dalam doa serta pentingnya berdoa untuk hal-hal yang tepat. Paulus menyebutkan bahwa siang dan malam dia berdoa sungguh-sungguh supaya suatu saat mereka punya kesempatan untuk bertemu satu sama lain dan dia punya kesempatan untuk memperlengkapi mereka di dalam iman. Dari setiap surat yang dituliskan Paulus kepada jemaat orang percaya di berbagai daerah saat itu, kita bisa menilai bahwa Paulus adalah sosok imam atau pemimpin yang selalu berjaga-jaga dalam doa untuk jemaat dan rekan-rekan sekerjanya. Hal ini mengingatkan kita bahwa sekalipun dia pemimpin, tapi dia tahu bahwa mendoakan orang-orang percaya yang dia layani adalah kewajiban yang harus dia lakukan. Bahkan doa-doanya berisi hal-hal spesifik dan yang terpenting yang diperlukan oleh mereka pada saat itu. Jadi, melalui bahan renungan kita hari ini, mari belajar berdoa sama seperti Paulus.

ISI TEKS

Teks renungan kita pada Pekan Doa hari ke-3 ini berisi tentang doa ucapan syukur Rasul Paulus atas kehidupan jemaat Kristen di Efesus, yang telah menunjukkan kehidupan kekristenan yang sesungguhnya, dan pada saat yang sama Paulus menghaturkan doa dan kerinduannya atas jemaat untuk tetap menghidupi kekristenan mereka itu secara konsisten, terus menerus, dan dengan cara yang benar. Rasul Paulus melayani jemaat Efesus selama tiga tahun dengan semangat yang luar biasa (Kis 9:10). Rasul Paulus tidak dapat menyembunyikan betapa sukacitanya dia ketika mendapat berita bahwa kehidupan beriman jemaat di Efesus begitu mendalam bagi Yesus dan tindakan kasih mereka nyata dirasakan dalam hidup persekutuan. Apa yang ditabur mendatangkan hasil yang menggembirakan. Rasul Paulus bersyukur sebab hidup beriman jemaat mengalami pertumbuhan yang dapat disaksikan oleh banyak orang. Paulus mengasihi jemaat ini sehingga mendoakan mereka dalam karya pelayanan hari demi hari.

Surat kepada jemaat di Efesus ini ditulis oleh Rasul Paulus ketika ia sedang berada dalam penjara di Roma sekitar tahun 60-61 M. Walaupun di dalam penjara yang sudah pasti dia menderita, tertekan, apalagi dia dipenjara bukan karena suatu kesalahan melainkan karena memberitakan Injil Yesus Kristus. Tetapi, perhatikan kondisi dan suasana hati Paulus ketika menulis surat ini: “aku... tidak berhenti mengucap syukur karena kamu....” ( ay.16). Ternyata Paulus bukan menggerutu, bukan tertekan dan kecewa, tetapi justru ia bersukacita dan bersyukur. Mengapa demikian? Ayat 15 menjelaskan alasannya; Paulus tetap bersukacita dan bersyukur walaupun ia dalam penjara disebabkan karena suatu alasan yang menurut Paulus itu sangat penting, yakni mendengar kabar tentang iman orang-orang Efesus. Ternyata jemaat yang ia bentuk ini menunjukkan perkembangan yang sangat baik, sehingga menjadi “obat” baginya yang mendatangkan sukacita walau ia berada dalam penjara. Kondisi dalam penjara bukan saja berubah suasana karena kabar itu, tetapi juga membuat Paulus lupa tentang suasana penjara karena kesibukan yang baru dalam penjara yakni menjadi pendoa bagi jemaat itu (ay.16) dan sekaligus mendampingi mereka melalu surat yang menguatkan.

Ada dua hal mendasar dalam kehidupan jemaat yang membuat Paulus bersyukur, yaitu tentang “Iman (Kesetiaan) mereka dalam Tuhan Yesus” dan tentang “Kasih Jemaat” terhadap semua orang kudus. Ucapan syukur Paulus terhadap kedua hal ini menegaskan bahwa jemaat yang benar adalah jemaat yang memelihara iman (kesetiaan) kepada Tuhan Yesus, sekaligus menunjukkan kasih kepada sesama. Kedua hal ini harus berjalan bersama, sebab iman (kesetiaan) kepada Tuhan Yesus tanpa diiringi dengan kasih terhadap sesama sesungguhnya tiada gunanya. Bukti bahwa jemaat telah menunjukkan kesetiaan kepada Tuhan adalah kasih mereka kepada sesama. Atas dasar itu kemudian Paulus menghaturkan doa pengharapannya atas jemaat sehingga pengenalan mereka akan Kristus semakin dalam dan benar.

Menurut Paulus dalam doanya, jemaat Tuhan di Efesus harus memahami dengan baik bagaimana seharusnya hidup dalam pengharapan yang benar sekalipun ada berbagai tantangan kehidupan seperti yang dialami oleh Paulus sendiri. Benar bahwa kadang-kadang jemaat Tuhan yang beriman dan telah menunjukkan kasih yang tulus kepada sesama mengalami berbagai persoalan yang bahkan bisa saja membuat mereka mengalami kegagalan, tetapi, demikian doa Paulus, justru dalam berbagai persoalan dan kegagalan itu pengharapan dalam Tuhan harus terus menerus diperdengarkan. Benar bahwa ada banyak fenomena kehidupan di dunia ini yang cenderung merusak dan menghancurkan, tetapi, bagi Paulus dalam doanya, situasi itu harus menjadi semacam cambuk bagi jemaat Tuhan untuk menaruh pengharapannya dalam Tuhan sekaligus menyerukan dan menghadirkan pengharapan itu melalui kesetiaan mereka kepada Tuhan dan kasih mereka terhadap sesama seperti yang telah mereka mulai lakukan selama ini.

Hidup dalam pengharapan ini sangatlah penting, terutama dalam menghadapi berbagai ketidakpastian hidup, dan Paulus mau kalau iman dan kasih jemaat dilengkapi dengan pengharapan; dapat disebut sebagai tiga serangkai dari kehidupan kekristenan, yaitu iman, pengharapan dan kasih (bd. 1 Kor. 13:13). Itulah yang diinginkan oleh Paulus di jemaat Efesus ini, yaitu bahwa mereka tidak kehilangan pengharapan dalam Kristus, dan bahwa mereka juga dapat menjadi pembawa pengharapan Kristus itu di tengah-tengah dunia di mana mereka berada, sehingga melalui pengharapan yang mereka hadirkan itu dunia akan mengenal Allah dengan benar.

APLIKASI

Rasul Paulus dalam imannya kepada Tuhan dimampukan untuk bersyukur seperti yang dituliskan dalam Efesus 1:15-23. Dia mengangkatkan doa syukurnya mengingat jemaat Efesus. Mengapa? Karena orang orang Efesus yang bertobat, percaya kepada Tuhan Yesus dan hidup sebagai jemaat Tuhan.

Bagaimana dengan kita, sudahkah kita bersyukur kepada Tuhan untuk jemaat kita? Untuk para Pendeta yang Tuhan tempatkan, untuk para Pertua/Diaken yang bertugas, untuk para Guru KAKR, pengurus PJJ-Kategorial, paduan suara, dan semua orang yang aktif melayani atau anggota jemaat? Belajar dari Rasul Paulus yang mendoakan jemaat di Efesus. Doa ucapan syukurnya dan pengharapan agar kasih mereka makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian. Anggota jemaat diselamatkan oleh kasih Kristus. Kasih bukan suatu teori yang harus dipelajari. Kasih adalah sesuatu yang telah mereka alami.

Oleh karena itu kita juga bertanggungjawab saling mendoakan, agar kita juga bertumbuh dalam kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama. Kita juga diharapkan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan pengertian tentang Firman Tuhan. Disini sebagai orang Kristen diharapkan memiliki target untuk belajar Firman Tuhan sehingga pegetahuan dan pengertian tentang siapa Tuhan, apa yang telah Dia lakukan dan hidup yang bagaimana yang dikehendaki Tuhan makin difahami dan makin dimampukan memilih apa yang baik untuk hidup suci menjelang hari kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Ini menjadi doa kita, doa para pemimpin/pelayan gereja untuk semua anggota jemaat dan lebih penting lagi ini menjadi kerinduan Tuhan Yesus agar kasih kita bersama makin melimpah, demikian juga pengetahun dan pengertian akan Firman Tuhan. Mengingat doa juga menjadi kerinduan Tuhan Yesus, mari kita mengusahakan dan mempraktekan kasih dalam konteks jemaat, konteks keluarga, konteks ditempat kerja, di konteks sekolah dan ditengah masyarakat. Mempraktekkan kasih kepada sesama dengan terus hidup dalam persekutuan kasih dengan Tuhan Yesus sumber kasih. Bersamaan dengan itu kembangkan kasih dan kerinduan untuk menambah pengetahuan dan pengertian akan Firman Tuhan.

Pdt. Melda Tarigan, STh

GBKP Runggun Pontianak

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate