Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Suplemen PA Mamre : Mazmur 19 : 1-7 ; Tgl 23-29 Februari 2020

Ogen : Masmur 19:1-7

Tema  : Dibata erberita arah erbage-bage cara

I.        Perlebe

Sada paksa sekalak ahli fisika, Albert Einstein isungkun ntah tek nge ia man Dibata. Jababna “kita enda bagi sekalak anak kitik, masuk kubas perpustakaan simbelin janah dem alu buku. Anak e meteh maka sekalak jelma pasti enggo nulis buku-buku e. tapi la ietehna uga si e banci jadi. Kita pe bali ras anak kitik e ndai. Kita banci ngidah uga luar biasa doni enda ras kerina isina iatur seh kel ulina janah pe banci erdalin sesuai hukum alam siberlaku, tapi kita terjeng meteh sada bagin sikitik ngenca”. Amin pe Einstein takjub nandangi keindahan doni enda, tapi ia la tek nandangi sinepasa.

II.        Pemahamen Teks

Pemasmur pe nggejabken keterpanaan si seri ras Einstein. Ibas Masmur 19:1-7, Daud mereken judul “Dibata Ermulia Ibas TinepaNa”. Daud kemamangen ras takjub ngidah Tinepa Dibata, Langit, Awang-awang, suari, berngi, matawari. Kerina tinepa Dibata e nuriken kemulian Dibata ras kinimbisanNa. Berbanding terbalik ras sikap Einstein, Pemasmur Daud tek man Dibata sinepa Doni enda.

Keajaiban Doni enda siigejabken kita arus jadi sada tanda simabai kita ku kemulian Dibata sinepasa. Joh 1:3 mereken tambahen “arah kata e ijadiken Dibata kerina si nasa lit; lalit sada pe ibas kerina sienggo jadi e ijadiken la arah kata e”.

Kemulian Dibata sidapeti ibas karya tan Dibata nandnagi doni enda (ay. 2-7). Nibari kemulian ras kinimbisan Dibata nehenlah langit ras awang-awang, uga lukisen doni enda jilena. Matawari, bulan ras bintang mereken terang rikut ras waktu sienggo itentuken. Lau ras daraten ipesirang alu pemandangen simejile, reh nggitna kita ngenehen tinepa Dibata ibas doni enda reh ngangkana kita kerna kemulian Dibata e.

John Ernest, sekalak astronom sienggo seh ku bulan, ia pe manusia pemena sinyetir mobil i bulan. Kesaksinna, tantangna ia seh i bulan minter ia ertoto janaj i bulan me ia bertobat, engkai mka bage? Erkiteken i bulan me iidahna maka ratur kel susunen galaksi. Lalit iketen singiketsa antara sada ras sidebanna, tapi kerina erdalin sesuai poros. La terbayangkenna adi galaksi-galaksi e tabraken tentu hancur me alam semesta. Tapi si e la terjadi, janah katakenna tuhu-tuhu erkuasa kel Dibata e.

III.        Aplikasi/Refleksi

Tek nge kam nandangi Sinepa doni enda? Ntah lit kin keragun ibas pusuhndu? Nehenlah langit, bintang ras bulan berngi enda. Ntah pe bunga-bunga si terlak mejile. Doni enda ras isina kerina mereken sada tanda si luar biasa, tanda simabai kita ku Dibata Sinepasa. Arah penjelasen Mazmur enda, kita la ipindo guna nggeluh terjeng mengagumi kemulian Dibata, ras kuasaNa. Pemasmur mindo lebih man banta eme, pengetahuan kerna Dibata arus mabai kita reh deherna, erkemalangen ras patuh man Dibata.

Pdt  Nenni Traina br Sitepu

Rg GBKP  Cisalak

Sabtu Pengaharapan tgl 11 Februari 2020 ; Matius 12 : 38 - 42

Invocatio       :  Apabila kamu telah  mati  bersama-sama  dengan Kristus dan bebas dari Roh-roh dunia (Kolose 2:20a)

Bacaan          : Markus 15:42-43

Khotbah        : Matius 12:38-42

Thema          : Bertobat Dari Dosa

I.             Pendahuluan

Sabtu suci merupakan hari terakhir dalam Pekan Suci yang dirayakan oleh orang Kristen sebagai persiapan perayaan Paskah. Hari Sabtu Suci memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan dikubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan. Keesokan harinya (Paskah) Yesus bangkit dari kematianNya. Yesus berada di dunia kematian jadi satu bentuk perjuanganNya untuk menyelamatkan kita dan menumbuhkan pengharapan kepada kita bahwa di dalam Kristus ada kebangkitan dan kehidupan yang kekal. Perjuangan Yesus janganlah menjadi sia-sia, marilah kita hargai dan kita jadikan sebagai penyemangat kepada kita untuk memperbaiki kehidupan kita dengan bertobat dari dosa.

II.           Isi

Bahan invocatio kita mengatakan jemaat Kolose telah mati bersama Kristus. Ini fakta yang telah terjadi pada jemaat Kolose dan bukan kondisional. Berdasarkan fakta ini sekarang jemaat Kolose tidak lagi berada di bawah kuasa roh-roh jahat. Dahulu, ketika jemaat Kolose belum percaya kepada Yesus, roh-roh dunia menguasai hidup mereka. Mereka hidup di bawah kendali roh-roh dunia. Akan tetapi, sekarang roh-roh dunia telah ditaklukkan dan kekalahannya telah dipertontonkan di muka umum. Roh-roh dunia tidak memiliki kuasa apapun atas orang Kisten. Karena jemaat telah mati bersama Kristus, maka mereka telah mati juga dari roh-roh dunia. Kematian membebaskan hamba dari kuasa tuannya. Demikian juga, kematian bersama Kristus membebaskan manusia dari cengkeraman roh-roh dunia.

Bahan bacaan kita menceritakan sementara itu hari mulai malam, dan hari itu adalah hari persiapan, hari menjelang Sabat. Karena Sabat dimulai sejak matahari terbenam, jenazah Yesus harus segera dikuburkan sebelum Sabat dimulai. Memindahkan dan menguburkan jenazah tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Karena itu, Yusuf, orang Arimatea, seorang anggota Majelis Besar yang terkemuka yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Hari telah malam dan besok adalah Sabat, hari ketujuh. Hari ini juga Yusuf harus menghadap Pilatus. Ia adalah anggota Sanhedrin, majelis yang menentukan kebijaksanaan atas diri Yesus. Tetapi besar kemungkinan penyaliban ini telah berlaku tanpa persetujuan Yusuf dari Arimatea. Sebagai anggota dewan kehormatan, Yusuf berada di posisi yang dapat membela Yesus. Tapi dia tampaknya tidak bisa (bnd. Yoh. 19:38). Publisitas Yusuf terjadi setelah penyaliban Yesus. Keberaniannya yang muncul terlambat beberapa jam. Namun dalam meminta tubuh Yesus, Yusuf mempertaruhkan reputasi dan kariernya. Dan dengan menyentuh jenazah, dia menajiskan dirinya, dan membuatnya tidak layak untuk ikut serta dalam perayaan Paskah, yaitu hari raya orang Yahudi yang paling ditunggu-tunggu. Yusuf orang Arimatea adalah orang kaya. Ia membaringkan mayat Yesus di kuburan miliknya sendiri, yang belum pernah dipakai, yang dilubangi pada dinding batu (bnd. Mat. 27:57-60; Yes. 53:9).

Kemunafikan orang Farisi terus diberitakan oleh Matius. Dalam bahan khotbah ini orang Farisi berpura-pura mau menjadi pengikut Tuhan Yesus yang masih mempunyai sedikit ganjalan. Tinggal sedikit lagi maka mereka akan menjadi murid Yesus, asalkan Yesus memberikan tanda. Ini pertanyaan yang menunjukkan kedegilan hati mereka. Apakah masih perlu tanda lagi? Benarlah apa yang dikatakan Paulus dan Yehezkiel. Orang Yahudi menghendaki tanda (1 Kor. 1:22) karena mereka bangsa yang tegar tengkuk (Yeh. 2:3-7). Setelah melihat tanda begitu banyak mereka masih minta tanda lagi. Tanda apakah yang mereka harapkan, dengan begitu banyaknya mujizat yang dibuat Tuhan Yesus? Itulah sebabnya Tuhan Yesus merespon mereka dengan mengatakan bahwa mereka adalah angkatan yang jahat dan tidak setia (ay. 39). Tuhan menegur mereka dengan teguran yang sangat keras. Mereka hanya akan mendapatkan tanda nabi Yunus. Apakah tanda Yunus itu? Tuhan Yesus menjelaskan bahwa tanda Yunus adalah bahwa Anak Manusia akan tinggal di perut bumi tiga hari tiga malam. Tetapi hal lain lagi yang sangat dimengerti oleh ahli Taurat dan orang Farisi adalah bahwa Yunus menjadi tanda penghakiman bagi Niniwe. Yunus menjadi alat menyatakan peringatan Tuhan bagi kota besar Asyur itu setelah dia keluar dari perut ikan besar yang menelan dia. Inilah peringatan yang secara implisit mau dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Dia akan tiga hari ditelan oleh kematian, tetapi setelah itu Dia akan bangkit untuk menghakimi manusia. Penghakiman oleh Yunus terjadi setelah dia dikeluarkan dari perut ikan, dan penghakiman oleh Yesus terjadi setelah Dia dibangkitkan dari antara orang mati. Tanda yang dialami oleh orang Farisi dan ahli Taurat adalah bahwa setelah bangkit dari kematian Yesus akan menghakimi mereka. Kecuali mereka bertobat sama seperti Niniwe bertobat, mereka akan segera dijungkirbalikkan (Yun. 3:4). Tanda Yunus adalah adalah tanda penghakiman yang menuntut respon pertobatan dengan segera. Penghakiman segera akan datang, cepatlah bertobat.

Tetapi pada bagian ini Tuhan Yesus tidak mau meninggikan diriNya sendiri. Dia tidak mengatakan bahwa setelah tiga hari di perut bumi Anak Manusia akan menghakimi setiap orang. Siapa yang menolak Dia akan dihukum dengan berat. Dia tidak memberitakan itu tetapi Dia mengatakan bahwa yang akan bangkit adalah orang Niniwe dan ratu dari Syeba. Mengapa begitu? Karena baik orang Niniwe maupun ratu Syeba tidak tertarik kepada mujizat dan tanda-tanda. Orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus. Mereka bertobat karena firman. Mereka tidak bertobat karena mujizat. Orang Yahudi menghina Yesus dan masih meminta tanda padahal Yesus jauh lebih berkuasa daripada Yunus. Jika Niniwe bertobat karena Yunus, apalagi jika mereka mendengar Yesus. Demikian juga Ratu Syeba mengadakan perjalanan yang sangat jauh untuk mencari hikmat Salomo. Dia tidak datang karena mendengar Salomo mampu mengerjakan tanda-tanda mujizat. Dia datang untuk mendengar hikmat Salomo. Itu sebabnya ratu ini pun akan menjadi ukuran bagi penghakiman untuk Israel. Isarel masih meminta tanda padahal Yesus jauh lebih berhikmat daripada Salomo. Jika hikmat Salomo saja membuat Ratu Syeba terkesan, apalagi jika ratu itu mendengar Yesus mengajar. Mereka dengan kebodohan yang luar biasa, menghina apa yang paling agung dan bernilai di bumi ini. Mereka menolak Anak Allah yang mempunyai kuasa dan hikmat melampaui semuanya. Celakalah mereka karena kebodohan mereka. Inilah tanda bagi mereka yang berpura-pura mau ikut Yesus.

III.         Refleksi

Sabtu Suci (Sabtu Pengarapen) adalah momen kita merenungkan arti kasih setia Tuhan melalui kematian Yesus Kristus. Kematian adalah hal yang sangat ditakuti manusia. Bahkan kalau membicarakan tentang kematian pun banyak orang takut untuk membicarakannya apalagi membicarakan tanda-tanda kematian itu sendiri. Dan tambah lagi hancurnya hati kalau orang yang kita kasihi meninggalkan kita. Yesus sudah masuk ke dunia kematian, dan mengalahkan kuasa kematian. Kematian pun tidak sanggup lagi memisahkan kita dari kasih setia Tuhan itu sendiri. Sampai dunia kematian pun kita diperjuangkanNya dan diselamatkanNya. Kematian Kristus membawa keselamatan kepada kita dan juga kepada semua orang yang sudah mati dalam Kristus. Khotbah Sabtu Suci (Sabtu Pengarapen) ini membawa kita untuk lebih lagi menghargai pengorbanan Kristus yang mati di kayu salib dan berjuang di dunia kematian untuk mengalahkan kuasa dosa agar kita mendapatkan keselamatan. Kita mengetahui dan kita merasakan bahwa kematianNya karena dosa-dosa kita, untuk menebus kita. Untuk itu harus ada di dalam diri kita dan terlihat dalam kehidupan kita seperti thema khotbah kita “Bertobat Dari Dosa”. Itulah tandanya kita menghargai kematian Kristus. Bertobat dari dosa membuat kita tidak lagi menjadi musuh Allah, tapi menyatu dengan Dia.

Pdt. Andarias Brahmana, S.Th

Ketua Klasis Jakarta-Kalimantan 

Jumat Agung tgl 10 April 2020 ; Matius : 27 : 45 - 56

Invocatio      : Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka muliutnya seperti anak domba    yang dibawa ke pembantaian; seprti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting  bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (Yesaya 53:7)

Bacaan         : Ibrani 10:19-29   

Kotbah         : Matius 27:45-56

Tema           : “Eli, Eli Lama Sabakhtani”.

 Kata Pengantar

Setelah Yesus disalibkan pasukan Romawi dan ahli Taurat, orang farisi serta orang banyak yang telah dihasut imam-imam untuk meneriakkan penyaliban Yesus, mereka menjaga dan menyaksikan Yesus yang tersalib, dengan hati yang penuh tanda tanya dan membenarkan diri, apakah Yesus yang mengaku Anak Allah, raja orang Yahudi dapat turun dari salib itu. Apakah Allah akan datang menolong Yesus AnakNya itu. Menurut mereka Yesus telah gagal, mengaku diri Anak Allah tetapi tidak mendapat pertolongan dari Allah. Masakan Allah tidak peduli kepada keprihatinan yang dihadapi AnakNya? Mereka merasa telah berhasil membuktikan bahwa kesaksian Yesus tentang diriNya Anak Allah adalah palsu dan merekalah yang benar. Dengan menangkap mengadili dan menghukum Yesus mereka merasa dirinya jauh lebih mulia dan lebih kudus, mereka merasa berjasa memerankan dirinya sebagai penjaga dan yang menegakkan kebenaran.  Dengan menyalibkan Yesus diapit ke dua penjahat besar yang disalibkan di sebelah kanan dan kiri Yesus, mereka menyamakan  Yesus dengan penjahat yang penuh dosa. Saat saat penyaliban itu semakin menegangkan dan memprihatinkan.

Pembahasan dan pemberitaan

Mulai jam dua belas, saat saat dimana biasanya matahari persis berada di posisi atas dan bersinar bebas, dunia terang benderang tetapi tiba tiba  kegelapan meliputi semua wilayah itu sampai jam tiga sore hari. Peristiwa menjadi gelap itu tentunya sangatmencekam, mendebarkan hati dan menakutkan. Sepertinya dunia berkabung atas kejamnya manusia ciptaan Allah yang menyalibkan Tuhannya. Pastilah orang orang yang ada di situ menghubungkan kegelapan itu dengan peristiwa penyaliban Yesus. Orang-orang yang menyaksikan peristiwa itu pastilah bertanya-tanyadan gelisah, apakah yang akan terjadi. Kira-kira jam tiga berteriaklah Yesus dengan suara nyaring “Eli, Eli lama sabakhtani?” artinya “Allah-Ku, Allah-Ku mengapa engkau meninggalkan Aku?” Seruan Yesus itu bukanlah ucapan seperti orang yang mengigau karena menghadapi beratnya tekanan dan sakitnya penyiksaan. Tapi Firman Tuhan menjelaskan betapa beratnya beban dosa yang ditanggungkan kepada Yesus sebagai Juruselamat. Yesus  mengalami penderitaan fisik karena penyiksaan penyiksaan dan penyaliban. Ia juga mengalami penderitaan batin sebab dihianati dan di tinggalkan murid muridNya yang sudah mengatakan janji setia sampai mati dan juga karena orang banyak yang telah menikmati pelayanan Kerajaan Allah dari setiap pelayanan dan mujizat yang dilakukan Yesus yang meminta Yesus di salibkan dan Barabas di bebaskan. Yesus juga mengalami penderitaan rohani, bahwa dalam setiap pelaayananNya Yesus selalu disertai Bapa tetapi di atas kayu salib Allah Bapa meningalkan Yesus dan Ia harus menggung sendiri segala beban dosa dunia dari sepanjang jaman yang sangat berat dan mematikan yang harus dipikulnya, berjuang sendiri dan sampai kepada puncaknya Ia menyerahkan nyawaNya kepada Bapa.

Seruan Yesus “Eli, Eli lama sabakhtani?” adalah seruan betapa beratnya penderitaan rohani yang hanya dapat di mengerti dari pemahaman rohani yang dalam. Karena itu orang banyak tidak memahaminya, sebab mereka hanya melihat penderitaan fisik sehingga mereka mengira Yesus memanggil Elia untuk menolongNya. Alkitab jelas memberitakan Yesus berseru dengan suara nyaring, suara yang jelas dan pasti maka orang yang mengira Yesus memanggil Elia-lah yang salah mengartikan seruan Yesus itu.

Tidaklah mudah memahami penderitaan rohani yang ditanggungkan kepada Yesus sebab kecenderungan mata jasmani hanya memahami penderitaan fisik, penyaliban fisik dan kematian fisik. Firman Tuhan yang kita baca hendak membawa kita kepada pemahaman melampaui pemahaman penderitaan fisik dan batin, sebab jika demikian cukuplah manusia menanggapinya dengan berkata; “Sungguh berat penderitaan Yesus” atau “Kasihan Yesus”.

Penderitaan rohani adalah pengajaran kayu salib bagi orang percaya dan dunia. Oleh karena penderitaan rohanilah maka Yesus dari atas kayu salib memohonkan kepada Bapa: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Luk. 23:34). Sebelum Yesus disalibkan, ketika perempuan-perempuan Yerusalem menangisi dan meratapi Dia, kepada mereka Yesus mengatakan “Hai putri-putri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiari dan anak-anakmu!” (Luk. 23:28).

Memahami perkataan Yesus “Eli, Eli lama sabakhtani?” kita dapat membandingkan dengan ketidak setiaan Israel, ketika mereka menyembah berhala dan hidup di dalam moral etika yang memberontak kepada Firman Allah, sehingga Tuhan Allah meninggalkan mereka. Bahwa karena begitu banyaknya dosa yang di tanggungkan kepada Yesus dan karena kejijikan dosa, maka Allah Bapa meninggalkan Yesus. Dosa menyebabkan kematian, dan kematian rohani adalah putusnya hubungan dengan Allah. Meski Yesus tidak berbuat dosa tetapi Allah memperlakukanNya sebagai orang berdosa, tetapi Yesus terus menjalaninya sebab ketaatanNya kepaada Allah Bapa.

Yesus mengalami kematian fisik sebab dosa dunia yang sudah di tanggungkan kepadaNya dan dosa telah dibayar lunas oleh kesetiaan Yesus di atas kayu salib. Karena itu kematian Yesus justru membuahkan kehidupan. Tabir Bait Allah terbelah dua dari atas sampai ke bawah; melambangkan bahwa hubungan manusia dengan Allah yang di gambarkan terputus, tertutup tirai antara ruang penyembahan dengan ruang maha kudus di dalam Bait Allah telah terhubung langsung. Dosa yang di tebus di dalam kematian Yesus menyebabkan hubungan manusia dengan Tuhan Allah dapat terjalin kembali di dalam Yesus Kristus. Pada peristiwa kematian Yesus terjadi gempa bumi dan yang menyebabkan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.

Peristiwa salib mengubah pemahaman jasmani menjadi pemahaman rohani. Kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang menjaga Yesusbertanya-tanya kebenaran apakah Yesus anak Allah dan dengan mengalami goncangan gempa bumi oleh kematian Yesus akhirnya mereka mengakui dan berkata “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” Kematian Yesus telah menyebabkan kehidupan rohani bagi kepala pasukan dan prajurit prajurit.

Penutup

Dosa adalah penyebab penderitaan dan kekacau balauan. Dosa membuat terputusnya hubungan dengan Allah dan dosa adalah penyebab kematian yang mengerikan seperti yang dialami Yesus. Persoalan dosa adalah perkara yang sulit dan tidak mungkin di selesaikan, tapi di dalam Yesus semua telah di atasi,  kekuatan dosa telah di lumpuhkan. Penebusan di atas kayu salib menjadikan generasi orang percaya menjadi generasi perjanjian baru adalah orang-orang yang telah dibebaskan dari kuasa dosa sehingga Allah  tidak akan meninggalkan anak-anak yang dikasihiNya. Kita tidak akan berteriak “Eloi, Eloi lama sabakhtani?” tapi kita akan terus memuji-muji Tuhan. Kita adalah generasi pemuji Tuhanyang dapat leluasa berdoa bersekutu dengan Allah dan membangun kehidupan rohani yang intim dengan Allah.

Melalui bacaan Firman Tuhan Ibrani 10:19-29 mengajar kita bahwa dengan penebusan oleh darah Yesus membuat kita dengan penuh keberanian dapat masuk ke tempat kudus Tuhan dan Yesus menjadi Imam Besarkita yang Agung. Kita harus menjaga kekudusan kita sebab jika kita sengaja berbuat dosa sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (26). Kita harus menghidupkan kesetiaan Yesus di atas kayu salibdi dalam semua aspek kehidupan kita.

Tetap setia!

Pdt Ekwin W.Ginting  Manik

Ketua Klasis Bekasi – Denpasar 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate