Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Minggu 23 Februari 2020 ; Mazmur 31 : 1 - 9

Invocatio             : Tetapi Tuhan adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku Mzm. 94:22

Bacaan Pertama  : Matius 17: 1-13

Khotbah               : Mazmur 31:1-9

Thema       : Tuhan Adalah Gunung Batu tempat Aku Berteduh

1.     Pengantar

Cara Tuhan menyelamatkan dan memelihara kehidupan kita sungguh tak terselami. Seorang nenek tua suatu kali sedang duduk kelelahan di sebuah bangku di pinggir jalan. Tanpa diduga, tongkat yang ia gunakan terjatuh dan menggelinding ke jalan. Nenek tersebut lalu meminta bantuan seorang pemuda yang berdiri tidak jauh darinya untuk mengambilkan tongkat itu. Tetapi pemuda itu justru tidak acuh untuk membantu nenek tua, bahkan ia terus sibuk memakan makanan yang ada di tangannya. Si nenek merasa jengkel dan ingin marah, mengapa pemuda zaman sekarang sangat miskin empati bahkan tidak hormat pada orang tua. Dengan terpaksa nenek itu bangun dari tempat duduknya dan mengambil sendiri tongkat itu walaupun dengan susah payah. Tiba-tiba, bum…!!! Terdengar suara sebuah piano yang sedang dipindahkan dari gedung sebelah ternyata terjatuh tepat di tempat si nenek duduk tadi. Dia terkejut dan termangu di tempat dia mengambil tongkatnya yang hanya berjarak 2 meter dari tempat duduk sebelumnya, dimana  piano itu jatuh. Sang nenek sekarang bersyukur karena dibalik peristiwa yang tidak mengenakkan itu, ternyata ada pemeliharaan dan cara Tuhan yang menyelamatkan hidupnya. Sebab itu benarlah yang dikatakan oleh thema bahwa Tuhan itu gunung batu tempat perteduhan bagi kita.

2.  Penjelasan Teks

a.      Mazmur 94:22 terdapat pada bagian ke lima dalam keseluruhan pasal 94. Mazmur 94 adalah sebuah doa permohonan kepada Tuhan sebagai Allah yang dipercaya dapat membawa kelepasan atas kemelut yang dihadapi Pemazmur. Dalam permohonannya Pemazmur meminta agar Allah tidak menunda-nunda lagi dalam bertindak atas orang-orang yang congkak, yang suka menindas orang lain serta  bahkan berbahagia di atas penderitaan orang lain. Orang-orang yang tinggi hati ini berlaku seolah- olah Tuhan itu tidak ada, tetapi sesungguhnya  Pemazmur  sangat yakin bahwa Allah Mahatahu dan tidak akan melupakan  umatnya yang ada dalam himpitan. Oleh sebab itu, orang yang saleh dapat dengan tenang menantikan  kuasa Tuhan dalam kesulitan yang dialami  dan percaya bahwa betapa orang yang  fasik sesungguhnya sedang menantikan akhir yang buruk sebagai buah dari perbuatan mereka. Pemazmur tinggal dalam percaya bahwa pasti keadilan Allah akan ditegakkan, bahwa Allah tidak mungkin bersekutu dengan orang-orang jahat dan terus membiarkan perbuatan mereka.  Sebab itulah Pemazmur sanggup mengatakan: “Tuhan adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku”.  Tuhan adalah pembela dan kekuatan bagi orang-orang yang ada dalam ketidakberdayaan.

b.     Matius 17:1-13

Bacaan ini memperlihatkan kepada kita mengapa kita dapat meletakkan iman percaya dan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Dalam Matius 17: 2-3 dikisahkan betapa rupa Yesus berubah di hadapan murid-murid yang Yesus bawa ke atas gunung, serta para murid melihat Elia dan Musa sedang berbicara dengan Yesus. Bagian ini menegaskan bahwa Yesus punya kuasa ilahi, bahwa dia benar-benar adalah Allah yang sejati. Dalam bahasa aslinya penglihatan para murid tersebut memakai istilah horama (bahasa Yunani); yang berarti bahwa apa yang mereka lihat bukan sebuah imaginasi, bukan sekedar sebuah mimpi atau lamunan tetapi benar-benar nyata dimana para murid tersebut dipakai menjadi saksi atas kemuliaan dan keilahian Yesus.

Adapun kemuliaan dan kuasa Tuhan itu berkaitan dengan sebuah karya yang luar biasa yaitu karya penyelamatan bagi manusia sampai di atas kayu salib. Bahkan dalam bacaan Matius 17 ini kita dapat melihat bahwa Allah Tritunggal berkarya dan terlibat dalam misi penyelamatan manusia ini. Bukan hanya Yesus yang adalah Anak Allah yang hadir, tetapi kita dapat melihat pada  ay. 5-6 Allah Bapa pun hadir dalam bentuk suara yang berbicara, serta Roh kudus hadir dalam bentuk awan yang terang.

Bagian lain yang peril kita cermati dari bacaan ini adalah Kata “dengarkanlah Dia” dari Bapa adalah sebuah penegasan bahwa Yesus adalah Allah yang firmanNya patut ditaati. Kehadiran Musa dan Elia dalam penglihatan itu, juga menegaskan bahwa Yesus adalah penggenapan dari firman yang dinyatakan kepada para nabi. Dengan kata lain, jika kita mau memuliakan Yesus marilah kita mendengarkan Yesus yang berarti mau memberikan telinga dan memberikan hati untuk taat mengikuti segala firman dan jalanNya.

c.      Mazmur 31:1-9

Mazmur ini merupakan Mazmur yang ditulis oleh Daud, dimana bagian pembacaan kita terdapat pada bagian pertama dari keseluruhan pasal 31. Dari isinya kita dapat melihat bahwa pada waktu itu ia sedang menghadapi kesulitan besar dan berat dan sedang ada dalam pelarian. Mazmur 31 dimulai dengan sebuah penegasan bahwa Pemazmur merasa aman dalam tangan Tuhan dan ia mau berlindung kepada Tuhan (31:1-4). Karena itu ia memohon agar Tuhan sudi menyelamatkannya dan mendengarkan seruannya. Daud disebut sebagai orang yang berkenan dihati Tuhan (Kis. 13:22), bukan karena ia tidak memiliki kelemahan dan kekurangan, melainkan karena pengenalan dan imannya yang teguh kepada Allah. Ketika ia menghadapi kesulitan besar, ia selalu berharap dan berdoa kepada Allah.

Dalam Mazmur 31:1-9 kita dapat melihat metaphor  yang menyebut Tuhan sebagai gunung batu tempat pengungsian. Pemazmur melihat Tuhan sebagai tempat dia mendapatkan keselamatan dan bahkan luput dari perangkap musuh.(bdk. Ay. 5) Dengan tanpa ragu Pemazmur lalu mengakui bahwa ia mau menyerahkan nyawanya ke dalam perlindungan Tuhan sebab ia tahu Tuhan yang adalah Allah yang berkuasa itu akan bertindak menyelamatkan dia. Mengapa Pemazmur begitu yakin akan penyelamatan Tuhan atas hidupnya? Tidak lain karena Pemazmur memiliki pengalaman dan ingatan akan pekerjaan yang Tuhan lakukan atas hidupnya. Oleh sebab itu dalam ayat 8 dikatakan: “aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku,  telah memperhatikan kesesakan  jiwaku.” Dengan kata lain, pengalaman bersama Tuhan membuat Pemazmur tetap dapat bersukacita dalam menanti-nantikan pertolongan Tuhan. Ingatan akan pekerjaan Tuhan dan pengalaman berjalan bersamaNya membuat Pemazmur memiliki dasar keyakinan yang kuat bahwa Tuhan pasti tidak akan menyerahkan dia ke tangan para musuhnya (ay.9)

3.  Aplikasi

a.     Hidup kita terus bergerak dari satu kutub ke kutub yang lain, dari keberhasilan kepada kegagalan, atau bahkan dari sukacita menuju kepada dukacita. Tidak ada yang dapat berlangsung selamanya dalam pergerakan kehidupan. Yang dapat berlangsung selamanya hanyalah penyelenggaraan dan kuasa Tuhan yang terjadi dalam hidup kita. Mengapa demikian? Sebab Dialah Tuhan yang Mahatau dan Mahakuasa atas segalanya, bahkan Dia adalah Tuhan yang berkarya demi mendatangkan keselamatan bagi manusia. Biarlah kita tetap taat dan bersandar padaNya bukan hanya saat kita merasa terpuruk, tetapi juga pada saat sukacita sekalipun.

b.     Tuhan adalah pelindung dan kekuatan bagi yang tidak berdaya dan ada dalam kelemahan. Pengalaman Pemazmur telah membuktikannya berulang kali. Oleh sebab itu, dalam menghadapi pencobaan dan kesengsaraan hidup kita sebagai orang beriman kiranya tidak mudah berputus asa melainkan tetap menjaga hati dan iman kita agar tetap kuat dan teguh. Bukan karena kita mengandalkan diri sendiri, tapi karena kita mengandalkan kasih setia Tuhan yang kekal abadi. Tuhan adalah satu-satunya penolong bagi kita.

c.      Ketika kita memutuskan untuk bersandar kepada Tuhan, kita pun patut mengingat bahwa cara Tuhan menolong kita tidak sama seperti jalan yang dapat kita pikirkan. Seperti Pemazmur yang menantikan Tuhan dalam tenang  percaya, demikian juga yang perlu kita lakukan sebagai sikap iman kita dalam menantikan pertolonganNya. Ingatlah bahwa situasi terburuk yang menjadi titik terendah dalam kehidupan kita sekalipun dapat dipakai Tuhan sebagai panggung yang paling luar biasa untuk menyatakan kuasa dan kelepasan yang datang dari Tuhan.    

Kupang, 20 Januari 2020

Pdt. Eden Prianenta Funu-Tarigan

Minggu 16 Februari 2020 ; Markus 7 : 1-8

Invocatio      :”Adapun Aku, inilah perjanjianKu dengan mereka, Firman Tuhan:RohKU yang menghinggapi engkau dan FirmanKU yang kutaruh dalam mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari sekarang sampai selama-lamanya, Firman Tuhan” (Yesaya 59:21).

Bacaan       : Ulangan 30:15-20

Khotbah     : Markus 7:1-8

Tema          : Melakukan Perintah Allah

A. Pendahuluan

Di dunia ini ada banyak kebiasaan atau adat istiadat yang sudah turun temurun di lakukan, secara khusus GBKP yang dengan latar belakang budaya Karo juga memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sudah lama dilakukan turun temurun yang juga mewarnai kehidupan jemaat. Di beberapa daerah ada yang merasa terbelenggu dengan adat istiadat yang sudah mengakar dan sulit di hilangkan. Gereja yang hadir ditengah dunia ini juga tidak luput dari masuknya atau bercampurnya kebiasaan manusia dengan perintah Allah. Tanpa di sadari kadang kita merasa bahwa apa yang kita kerjakan merupakan perintah Allah, padahal itu adalah pengajaran manusia yang dilakukan secara turun temurun. Bahkan sering kebiasaan dari nenek moyang dipertahankan mati-matian walaupun bertentangan dengan Firman Tuhan. Membenarkan kebiasaan-kebiasaan atau membiasakan kebenaran Tuhan merupakan sebuah perenungan bagi kita untuk memahami hal yang paling mendasar dalam melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi setiap orang yang percaya.

B. Isi

Invocatio: Yesaya 59:21. Merupakan bagian Trito- Yesaya, Kitab ini ditujukan kepada bangsa Israel yang sudah kembali ke Yerusalem dari Babel. Bagian kitab ini mengingatkan kembali bangsa Israel akan penyertaan Allah. Bahwa Allah senantiasa meminpin keberlangsungan hidup umatNya. Oleh karena itu bangsa Israel harus tetap menjaga hubungannya dengan Allah sampai kepada keturunan anak-anak dan segenap keturunannya. Hal ini menunjukkan pentingnya peran orangtua mengingatkan anak-anak mereka, sehingga generasi penerus bangsa Israel yang berbeda dengan generasi yang pernah dibuang  ke Babel.

Ulangan 30:15-21

          Ketika bangsa Israel hendak memasuki tanah yang yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yakni Kanan, Musa menyampaikan pesan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan bangsa Israel ke depan. Musa mengingatkan mereka apa saja yang akan mereka temui di Kanaan. Kemakmuran dan kekayaan yang banyak, tetapi mereka juga harus waspada terhadap kepercayaan dan adat istiadat yang dianut bangsa-bansa sekitar Kanaan. Musa menantang bangsa Israel untuk taat kepada Tuhan, Bagi Musa ketaatan kepada perintah Tuhan bukanlah sesuatu yang mustahil dilakukan. Ketaatan dalam melakukan Firman Tuhan bukan semata-mata berkaitan dengan persoalan apakah bangsa itu mampu melakukan perintah itu, tetapi yang terpenting adalah mereka mau melakukannya. Penekannya bukan pada seberapa besar mereka bisa melakukannya, tetapi lebih pada komitmen mereka urtuk mau taat kepasda perintah Tuhan.

          Ketaatan untu melakukan perintah Tuhanbukanlah sesuatu yang terlalu jauh dilakukan, tidak di langit atau seberang laut tempatnya (bnd ay 11-14)sehingga sangat susah menjangkaunya atau mungkin tidak realistis bagi kehidupan bangsa ini. Perintah Tuhan bukan sesuatu yang tersembunyi di langit dan menjadi misteri bagi mereka. Di gunung Sinai, Allah sendiri telah turun menjumpai mereka, menyatakan isi hatiNya kepada mereka. Sehingga perintah Tuhan itu ada ditengah-tengah mereka, sangat dekat dengan mereka yaitu dalam mulut dan hati mereka.

          Musa tidak saja menyampaikan perintah Tuhan, tetapi dengan tegas menyampaikan akibat dari perintah Allah itu. Jikalau memilih untuk tunduk kepada kebenaran dan perintah Allah, maka mereka akan menikmatihidup dan bertambah banyak dan diberkati Tuhan serta lanjut umur, tetapi jika bangsa ini tidak menghiraukan perintahNya, bahkan mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka kebinasaan akan menimpa mereka.

Markus 7:1-8

          Kehadiran Yesus bersama murid-muridNya membuat kaum Farisi dan para ahli Taurat merasa terancam. Dimana saja Yesus berada melakukan pelayanan, merekapu ada di sana untuk melakukan perlawan. Mencari kesalahan Yesus dan para murid adalah pekerjaan mereka, tidak peduli apakah kebiasaan-kebiasaan itu sejalan atau bertentangan dengan perintah Allah. Jika melanggar adat istiadat nenek moyang, mereka berada di garis depan untuk membelanya. Maka tidak heran ketika murid-murid Yesus makan disuatu tempat dan tidak membasuh tangan saat makan, disitulah kesempatan untuk mendapatkan kesalahan Yesus dengan pertanyaan “ mengapa murid-muridmu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”. Dengan jelas sekali terlihat apa yang ada di benak kaum Farisi dan para ahli hukum taurat, bahwa Yesus tidak menghargai adat istiadat nenek moyang.

          Dengan tegas Yesus mengatakan kepada orang Farisi dan ahli taurat, bahwa mereka adalah orang munafik. Mereka lebih mementingkan adat istiadat daripada kebenaran Allah. Yesus mengecam tindakan mereka bahwa dari luar seakan-akan mereka adalah seorang yang taat kepada Tuhan, namun kenyataannya mereka lebih berpegang pada adat istiadat manusia ketimbang mematuhi perintah Allah.Yesus justru membalikkan tuduhan merekan dengan mengutip Yesaya 29:13: ”Bangsa ini memulikan namaKu dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada Ku. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia, perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia”. Adat istiadat yang mereka pelihara menjadi belenggu bahkan penghambat menyatakan kasih yang sesungguhnya dengan meniadakan Firman Allah. Yesus melukiskan tindakan mereka sepoerti seseorang yang memiliki orangtua yang sangat membutuhkan pertolongan, tetapi karena si anak telah member persembahan kepada Allah untuk kegiatan agama, maka ia bebas dari tanggung jawab untuk menolong orang tuanya. Mereka mengira bahwa hidup dan tindakan mereka sehari-hari sudah sangat religius, dan telah melakukan kehendak Allah. Yesus menegaskan bahwa kedudukan Firman Tuhan tidak dapat digantikan oleh apapun termasuk adat istiadat.

C. Aplikasi

Dunia tempat kita tinggal, sarat dengan berbagai tawaran untuk mengesampingkan Tuhan. Banyaknya aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar kuat seakan sulit untuk tidak ikut didalamnya. Dunia tempat kita sekarang sangat mendukung untuk mengantikan perintah Tuhan dengan situasi yang kita dihadapi. Dunia ini menawarkan jalan yang gampang, sehingga Yesus berkata dalam Matius 7:1`3-14 “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; Karena sesaklahpintu dan sempitlah jalanjalan yang menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatinya”. Kehidupan gereja dalam persekutuan juga harus memelihara perintah Allah. Tidak menutup kemungkinan bahwa gereja pernah memperlihatkan sikap yang lebih mengedepankan aturan-aturan buatan manusia dari pada kebenaran Firman Tuhan. Tidak gampang untuk merubah apa yang selama ini sudah dijalankan apalagi sudah nyaman dengan keadaan itu. Memelihara perintah Tuhan adalah ketika kita mau menurut jalan yang ditunjukkanNya yaitu jalan menuju kehidupan. Sesak dan sempit berarti bersedia menghadapi berbagai tantangan hidup, penyangkalan diri, memikul salib adalah bagian dari jalan yang sesak dan sempit.

          Memelihara perintah Allah dengan benar berarti memilih untuk tunduk, setia dan taat kepada Tuhan. Itu jugalah yang harus kita lakukan sebagai umatNya yang kita praktekkan dalam kehidupan keluarga dan dalam persekutuan di gereja. Mari kita memilih kehidupan dengan menjalankan perintah Allah supaya hidup kita tidak sia-sia. Bahkan kalau selama ini kita salah, karena lebih mempertontonkan sikap mengedepankan aturan manusia daripada aturan Tuhan, kita tetap bersyuykur kepada Tuhan, bahwa Ia masih memberi kita kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar. Mengakui kesalahan seraya bertobat dan kesediaan untuk diubahkan Tuhan adalah bagian penting dari sikap tetap memelihara perinatah Allah.

GBKP Bandung Barat

Pdt Rena Tetty Ginting

Suplemen PJJ : Johanes 14 : 23 - 26 ; Tgl 02-08 Februari 2020

Ogen            : Johanes 14:23-26

Thema           : “Dibata Si Telu Sada”

Johanes 14:23-26 si jadi bahan PJJnta enda eme rangkaian pesan perpisahen Tuhan Jesus ras ajar-ajarNa. Ibas ayat 22 lit ije ikataken Judas (labo Judas Iskariot), “O Tuhan nggit Kam mpetandaken diriNdu man kami, janah la man doni enda?”. Emaka jawapen siiberekenNa man ajar-ajarNa eme, erkiteken kekelengen nge kerina. Ngkai maka bage? Ibas Tuhan Jesus masalah perjuangen Israel ngelawan kalak Roma eme sada hal si la perlu ituriken paksa sie. Isilahkenna sie janah mabai perhatianna, ras perhatianta, kempak sada hal silebih mbelin, eme uga carana kalak banci nggejapken penemani ras keleng ate Kristus. Tempa-tempa ajar-ajar e nungkun, “ngkai Kam la mpetandaken diriNdu man doni enda?”, tapi itafsirken Jesus penungkunen e alu erti “ngkai Kam mpetandaken diriNdu man kalak si patuh nandangi KataNdu?”. Emaka ulihi kami eme erkiteken kekelengenNa. Pangen akap Jesus e nuriken keleng ate Bapa man bana si ngkelengi Ia. Ia si patuh, si ngkelengi Ia, pasti ikelengi Dibata Bapa, alu cara si la terbatas kerna teori saja. Bentuk kekelengen e eme Tuhan Jesus ras Dibata Bapa pasti reh man bana si matuhi KataNa, janah ringan ras ia. Ibas konteks enda ungkapen “ringan ras ia” labo enda maksudna ulih hasil talenta sekalak jelma, tapi maksudna eme hasil kepatuhen. Teridah ijenda pasu-pasu e ibereken khusus man kalak si patuh, labo man tiap kalak si tubuh peduakaliken (lahir baru).

Kalak si nggejapken penemani Dibata eme kalak si patuh nandangi perintahNa janah ngelakokenca. Alu enda Kristus ncidahken maka kerina siikatakenNa ibas Johanes 14 enda man ajar-ajar la terjeng maksudna man kalak si genduari jadi pengikutNa, tapi pe man kerina kalak si tek man baNa erkiteken pemberitanna. Emaka ibas Johanes 14:23-26 enda, lit ije: kewajipen kalak si ngaku sebage ajar-ajar Tuhan Jesus. Kenca ngaloken perintah-perintah Kristus, kita harus ngalokenca. Sebage kalak si idilo ras ngaku Kristen, kita nggo ngaloken perintah Kristus, siibegi ras sioge. Kita ndatken pemeteh kerna perintahNa e. Tapi, sie saja la bias. Adi kita memang mbuktiken diri jadi Kristen, kita harus matuhi perintahNa. Lit ije martabat kalak si ngelakoken kewajipen sekalak ajar-ajar. Kristus natap ia kerina sebage kalak singkelengi Ia. Labo kalak si beluh ndai, tapi kalak si ngikutken perintahNa. Perlu siperdiateken, bukti si pasti kal kerna kekelengenta man Kristus eme kepatuhen kempak perintah Kristus.

Emaka kai ka upah siiberekenNa man kalak si bage. Upahna luar biasa. Kekelengen man Kristus la pernah sia-sia. Ialokenna me kekelengen Bapa: kalak si ngkelengi Aku, ikutkenNa kap katangKu. Alu bage ikelengi BapangKu me ia. Kita la ngasup ngkelengi Dibata adi la ibereken pasu-pasu man banta guna ngkelengi Ia. Ialokenna me kekelengen Kristus. Kristus pe ngkelengi ia. Sebage Bapa, Dibata ngkelengi manusia, janah Tuhan Jesus pe ngkelengi sebage senina, sebage anak sintua.

Kalak situhu-tuhu ngkelengi Jesus janah tuhu-tuhu patuh nandangi rananNa pasti nggejapken kehadiren ras kekelengen langsung arah Bapa ras Anak. Bapa ras Anak reh man kalak si tek arah Kesah Si Badia. Erkiteken Jesus mpetandaken diri man kalak si tek si patuh arah Kesah Si Badia si mpetandaken kehadiren pribadi Jesus ibassa bagepe nemani kalak si ngkelengi Ia. Kesah Si Badia mereken kesadaren man banta kerna rembakna Jesus ras kinata kekelengenNa, pasu-pasuNa ras penampatNa. Hal enda termasuk dahin utama Kesah Si Badia. Kinatana maka Kristus ndeheri kita arah Kesah Si Badia seharusna erbanca kita menanggapi alu kekelengen, penembahen, ras kehamaten. Emaka perlu siperdiateken maka kekelengen Bapa tergantung ibas kekelengenta man Jesus ras kesetianta kempak KataNa.

Kalak si la matuhi ajaren Kristus lalit kekelengenna man Kristus e janah adi lalit kekelengenna kinitekenna pe labo lit (bnd. 1 Joh. 2:3-4). Sikataken maka kalak tetap selamat amin pe ia ngadi ngkelengi Kristus janah mulai ka nggeluh alu la mehuli, sie bertentangen ras ranan Jesus kerna kekelengen, kepatuhen, ras Kesah Si Badia si ringan ibas kalak si tek.

Kai nge pengakun ntah pe dalil ajaren paling sentral ibas kiniteken kalak Kristen? jawapna: Dibata Si Telu Sada, Dibata si mpetandaken diri sebage Bapa, Anak, ras Kesah. Ija nge bagin ibas Pustaka Si Badia si nuratken ajaren Dibata Si Telu Sada enda? Situhuna, lit piga ayat-ayat ibas Pustaka si ngataken Dibata, Jesus, Kesah Si Badia, tapi lalit ayat secara eksplisit ngataken maka telu pribadi enda eme Dibata Si Telu Sada. Adi bage, kai nge dasar gereja ibas kerina aliren radu ras ngakuken Dibata Si Telu Sada? Adi siperdiateken ibas Padan Simbaru, khususna ibas Johanes 14 si jadi oratenta, kai si tersirat ibas Padan Simbaru teridah ibas penjelasen Jesus maka Ia labo erdahin sisada. “O Pilipus, la kin kam tek maka Aku ersada ras Bapa, janah Bapa ersada ras Aku? Kerina si enggo Kukataken man bandu, labo ibas Aku nari saja. Bapa si ersada ras Aku e me si ndahiken kerina si e” (Joh. 14:10). “Kusuruh pagi Penampat si reh ibas Bapa nari ndahi kam. Ia kap Kesah si ncidahken kebenaren Dibata. Adi enggo pagi Ia reh, Ia kap si ersaksi kerna Aku” (Joh. 15:26). Lebih konkrit ka adi siperdiateken Matius 28:19, “Laweslah ku kerina bangsa manusia, bahanlah ia jadi ajar-ajarKu: Peridiken ias ibas gelar Bapa, gelar Anak, ras gelar Kesah Si Badia”.

Emaka sekitar seratus tahun kenca erbage-bage penggelaren kerna Dibata e ibukuken ibas Pustaka Si Badia, Tertullianus (160-220) Tunisia nari mulai meneliti, membahas, ras nuratken bahan-bahan ajaren si mengimani maka Dibata erdahin ibas diri Jesus ras KesahNa. Ajaren e igelari “Tritunggal” ntah pe “Trinitas”. Ajaren enda isampati ras iterusken Origens (185-254) Mesir nari. Kenca arah erbage-bage pertimbangen, ajaran e ialoken gereja. Kedungenna ajaren enda ibahan Athanasius (296-373) lebih eksplisit, bagi irumusken ibas Pengakun Kiniteken Nicea-Konstantinopel. Ije lit kalimat, “Aku tek man sada Dibata, Bapa si la ersibah kuasaNa ... Aku tek man sada Tuhan, Yesus Kristus, Anak Dibata si Tonggal ... Aku tek man Kesah si Badia ... si reh ibas Bapa ras Anak nari, siraduken Bapa ras Anak e isembah dingen imuliaken ...”

Emaka kenca sada abad nggo lit Pengakun Kiniteken Nicea-Konstantinopel si merumusken ajaren Dibata Si Telu Sada ndai, ikembangken Augustinus (354-430) i Aljazair nari si irumusken ibas Pengakun Kiniteken Athanasius, si rulih-ulih irevisi gereja seh abad waluh. Gelar Athanasius ijadiken judul amin pe ia nggo mate piga puluh tahun sebelumna. Pengakun enda bagenda nina, ibas bahasa indonesia suratken kami, “... Sang Bapa adalah Allah, Sang Putra adalah Allah, dan Sang Roh Kudus adalah Allah; namun tidak ada tiga Allah, melainkan hanya ada satu Allah ... Bapa tidak berasal dari siapa pun, tidak diciptakan dan tidak diperanakkan; Putra berasal dari Bapa saja, tidak dijadikan atau diciptakan melainkan diperanakkan; Roh Kudus berasal dari Bapa dan dari Putra, tidak dijadikan atau diciptakan, melainkan dipancarkan ... Dalam ketritunggalan ini tidak ada yang lebih dulu, atau yang lebih kemudian; tidak ada yang lebih tinggi, atau yang lebih rendah, ...”. Rumusen Pengakun Kiniteken Nicea-Konstantinopel (selanjutna igelari Niceanum) ras Pengakun Kiniteken Athanasius (selanjutnaa igelari Athanasium) ialoken kerina gereja i doni enda. Apakah rumusen pengakun kiniteken e final ras mutlak? Lang! Kerina dogma ntah pe dalil ajaren agama eme produk manusia fungsina sebage alat sinampati kita guna erban ungkapen (mengungkapkan) kai si iteki kita.

Apakah alu pengakun kiniteken enda misteri Dibata Si Telu Sada nggo jelas? Tentu lang. Kerina dogma ntah pe dalil ajaren nadingken tanda tanya guna generasi selanjutna. Pengertinta kerna Dibata tuhu-tuhu terbatas seh maka terjeng meremang saja siidah. Nina Paulus, “Sabap pemeteh ras nubuatta labo dem. Kai siidah kita genduari enda bali ras awih si meremang-remang ibas cermin tembaga; tapi pagin kerina siidah alu petala-tala. Pemeteh si lit ibas aku genduari langa dem; tapi pagin pemetehku e jadi kuh dingen serta me, bali ras pemeteh Dibata kerna aku kuh dingen serta kap” (1 Kor. 13:9,12). Emaka alu bage, apakah ajaren Dibata Si Telu Sada perlu sibela? Lang! Keyakinenta kerna Dibata labo perlu ibela. Tuhu-tuhu arogan kal kita adi kita merasa ngasup mewakili Dibata guna mbela Ia. Adi bage, kai siharus silakoken? Ngataken bujur kita janah terus siperjelas kinitekenta kerna Dibata Si Telu Sada. Ngataken bujur kerna kiniulin Dibata seh maka nggit Ia hadir alu telu cara si akap kami tuhu-tuhu kreatif. Sebaga Dibata Bapa, Ia mpekena-kena ras memulihken kita. Sebage Anak, Ia ngalemi ras nemani kita. Sebage Kesah, Ia mbersihken ras mereken pengaruh ibas pusuhta. Kai ertina e, labo sieteh, tapi banci sigejapken ras siungkapken.

Bapa, Anak ras Kesah Si Badia lalap radu ras hadir ras ndahiken dahin si seri (penciptaan, penyelamatan, dan penebusan) masing-masing alu peran ras tugas si jadi porsina guna erbahan dahin e jadi nyata. Ibas karya penciptaan, misalna: Sang Bapa adalah penciptaan, Sang Anak membuat karya penciptaan itu menjadi nyata, dan Roh Kudus memampukan ciptaan itu menyadari keberadaanNya sebagai ciptaan Allah dan karena itu menjalani kehidupannya menurut teladan yang ditunjukkan Allah kepadanya. Dalam hal keilahian, tidak ada pribadi Allah yang di depan, pribadi Allah yang di tengah, dan Allah yang di belakang. Ketiga pribadi itu sama-sama di depan dan sama-sama di belakang. Pribadi ilahi yang satu hanya mau dikenal dalam kebersamannya dengan dua pribadi yang lainnya sebagai satu Allah.

Sipelajari Doktrin Trinitas (Dibata Si Telu Sada) eme guna kita ncidahken usahanta membahasaken Dibata alu telu kata eme Dibata e lebih mbelin asangken kata-kata manusia janah kerina bentuk usahanta guna erban gambaren keberadan Dibata. Nina Karl Barth, “Allah ada di surga dan kita di bumi”. Augustinus pe ngataken, “Allah adalah pencipta dan kita hanyalah ciptaan”. Kata-kata ntah pe bahasa siipake kita guna erban gambaren kerna Ia pe tuhu-tuhu terbatas. Uga ka mungkin bahasanta si terbatas enda banci menampung Dibata situhu-tuhu la terbatas? Johanes Calvin ngataken hal si seri, tapi ibas ungkapen si berbeda ibas bahasa Latin: finitum non capac infiniti, si terbatas la banci menampung si la terbatas (yang terbatas tidak dapat menampung yang tak terbatas). Enda labo berarti maka usahanta membahasaken Dibata merupaken sada spekulasi. Lang! Bahasanta memang terbatas. Dibata si la terbatas tuhu-tuhu tehna kerna keterbatasenta, tapi ibas kiniulinNa nggit Ia makeken bahasanta si terbatas guna mengkomunikasiken diriNa. Enda sada pasu-pasu si harus sikataken bujur. Salah sada bentukna eme makeken bahasanta si terbatas e guna mberitaken Dibata si la terbatas alu kesadaren maka kai siikataken kerna Dibata la pernah ngasup erban gambaren Dibata e alu sempurna. Gambarenta kerna Dibata lalap merupaken gambaren si lenga dung, tapi harus lalap iulih-ulihi. Karl Barth erban gagasen si menarik kerna hal enda, eme, “Mengatakan hal yang sama dalam kata-kata yang lain”. Ngataken hal si seri alu kata-kata sideban seh telu kali.

Gereja ibas usahana situhu-tuhu guna menanggapi Dibata simpetandaken diri, ngaku tek man Dibata sebage “Tuhan yang ada di atas kita”. Ia lebih mbelin asangken kerina gagasen, perukuren ras pandangenta. “Tuhan di atas kita” sie me si nepa kita ras erbahan kerinana jadi lit. Pengakun enda irumusken secara konkret ibas pengakun kiniteken man “Dibata selaku Bapa”. Ibas pengalamen pergaulen ras Dibata, gereja minter menyadari maka pengakunna nandangi Dibata sebage “Tuhan di atas kita” kepeken lenga bias. Dibata selaku “Tuhan di atas kita” tuhu-tuhu seh kal dauhna. Pengalamen manusia ras Dibata sibagenda la bage, eme ndauh ras la terdeheri. Dibata sinidatas e tuhu-tuhu ndeher ras manusia. Ia labo terjeng lit sebage Bapa. Lebih asa sie, Ia pe igejapken sebage senina. Erkiteken pengalamen enda, gereje terdorong guna mbelasken mulihi pengakun kinitekenna. Sebage penegasen pengakun kerna Dibata sebage Tuhan sinidatas, gereja negasken ka maka Dibata e radu ras eme “Tuhan di antaras kita”. Ia labo saja ndauh ras mesera ndeherisa, tapi pe Ia lit itengah-tengahta, jadi salah sada diantara kita. Pemahamen kiniteken enda lit ibas pengakun kerna “Dibata Anak”. Anak e me sierbanca sitandai pendahin Bapa. Adi sedekah enda Bapa e terbuni. Ibas Anak e lanai Bapa e terbuni. Anak e me wujud diri Bapa si sempurna. Ertina, icidahken Anak e man banta ise Bapa e. Ibas diri, kegeluhen, ras dahin Anak e banci me siidah Bapa e. Emaka ikataken me Anak e Imanuel: Dibata itengah-tengahta. Uga kin pe iulih-ulih pengakun kerna Dibata si sada ibas dua kata tuhu-tuhu teridah nggo sikap. Gereja tetap merasa lit kal kerna Dibata e si lenga terakomodasi. Lit dimensi sideban silenga ikataken kerna Dibata e adi pengakun ndai ngadi ije. Pengalamen pergaulen manusia ras Dibata ncidahken maka Dibata pe ringan ibas kita. Erdahin Ia labo terjeng ras kita, tapi pe ibas kita guna nalihken kelemahen ras keterbatasenta jadi gegeh ras kesempurnan. Ibas kesadaren enda me gereja sekali nari ngakuken kiniteken si seri man Dibata alu kata-kata sideban. Iakukenna me Dibata e sebage “Tuhan di dalam kita”. Dibata Kesah Si Badia jadi kata kunci guna dimensi sipeteluken arah pengakun gereja kerna Dibata. Ise nge Kesah Si Badia e? Ia me pribadi peteluken ibas Dibata Si Telu Sada. Dibata Kesah Si Badia eme pribadi si lalap bergerak ndarat ibas Bapa menuju kempak Anak janah arah Anak nari menuju Bapa. Ibas keberadanna enda, Dibata Kesah Si Badia eme persadan antara Bapa ras Anak. Dibata Kesah Si Badia eme sirkulasi ntah pe geraken siigelari ibas Dibata Si Telu Sada. Ibas pengalamen perjumpanna ras Dibata, gereja mengalami maka Dibata reh man bana labo terjeng ibas sada cara, tapi telu cara. Dibata mpetandaken diri man gereja sebage Bapa Anak, ras Kesah Si Badia, ntah pe ibas ungkapen si lebih akrab ibas cuping kalak Indonesia: Allah di atas kita, Allah di antara kita, dan Allah di dalam kita.

Pdt. Asnila Br. Tarigan

GBKP Rg. Cijantung

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate