Invocatio :”Adapun Aku, inilah perjanjianKu dengan mereka, Firman Tuhan:RohKU yang menghinggapi engkau dan FirmanKU yang kutaruh dalam mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari sekarang sampai selama-lamanya, Firman Tuhan” (Yesaya 59:21).
Bacaan : Ulangan 30:15-20
Khotbah : Markus 7:1-8
Tema : Melakukan Perintah Allah
A. Pendahuluan
Di dunia ini ada banyak kebiasaan atau adat istiadat yang sudah turun temurun di lakukan, secara khusus GBKP yang dengan latar belakang budaya Karo juga memiliki kebiasaan-kebiasaan yang sudah lama dilakukan turun temurun yang juga mewarnai kehidupan jemaat. Di beberapa daerah ada yang merasa terbelenggu dengan adat istiadat yang sudah mengakar dan sulit di hilangkan. Gereja yang hadir ditengah dunia ini juga tidak luput dari masuknya atau bercampurnya kebiasaan manusia dengan perintah Allah. Tanpa di sadari kadang kita merasa bahwa apa yang kita kerjakan merupakan perintah Allah, padahal itu adalah pengajaran manusia yang dilakukan secara turun temurun. Bahkan sering kebiasaan dari nenek moyang dipertahankan mati-matian walaupun bertentangan dengan Firman Tuhan. Membenarkan kebiasaan-kebiasaan atau membiasakan kebenaran Tuhan merupakan sebuah perenungan bagi kita untuk memahami hal yang paling mendasar dalam melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi setiap orang yang percaya.
B. Isi
Invocatio: Yesaya 59:21. Merupakan bagian Trito- Yesaya, Kitab ini ditujukan kepada bangsa Israel yang sudah kembali ke Yerusalem dari Babel. Bagian kitab ini mengingatkan kembali bangsa Israel akan penyertaan Allah. Bahwa Allah senantiasa meminpin keberlangsungan hidup umatNya. Oleh karena itu bangsa Israel harus tetap menjaga hubungannya dengan Allah sampai kepada keturunan anak-anak dan segenap keturunannya. Hal ini menunjukkan pentingnya peran orangtua mengingatkan anak-anak mereka, sehingga generasi penerus bangsa Israel yang berbeda dengan generasi yang pernah dibuang ke Babel.
Ulangan 30:15-21
Ketika bangsa Israel hendak memasuki tanah yang yang dijanjikan Tuhan kepada mereka yakni Kanan, Musa menyampaikan pesan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan bangsa Israel ke depan. Musa mengingatkan mereka apa saja yang akan mereka temui di Kanaan. Kemakmuran dan kekayaan yang banyak, tetapi mereka juga harus waspada terhadap kepercayaan dan adat istiadat yang dianut bangsa-bansa sekitar Kanaan. Musa menantang bangsa Israel untuk taat kepada Tuhan, Bagi Musa ketaatan kepada perintah Tuhan bukanlah sesuatu yang mustahil dilakukan. Ketaatan dalam melakukan Firman Tuhan bukan semata-mata berkaitan dengan persoalan apakah bangsa itu mampu melakukan perintah itu, tetapi yang terpenting adalah mereka mau melakukannya. Penekannya bukan pada seberapa besar mereka bisa melakukannya, tetapi lebih pada komitmen mereka urtuk mau taat kepasda perintah Tuhan.
Ketaatan untu melakukan perintah Tuhanbukanlah sesuatu yang terlalu jauh dilakukan, tidak di langit atau seberang laut tempatnya (bnd ay 11-14)sehingga sangat susah menjangkaunya atau mungkin tidak realistis bagi kehidupan bangsa ini. Perintah Tuhan bukan sesuatu yang tersembunyi di langit dan menjadi misteri bagi mereka. Di gunung Sinai, Allah sendiri telah turun menjumpai mereka, menyatakan isi hatiNya kepada mereka. Sehingga perintah Tuhan itu ada ditengah-tengah mereka, sangat dekat dengan mereka yaitu dalam mulut dan hati mereka.
Musa tidak saja menyampaikan perintah Tuhan, tetapi dengan tegas menyampaikan akibat dari perintah Allah itu. Jikalau memilih untuk tunduk kepada kebenaran dan perintah Allah, maka mereka akan menikmatihidup dan bertambah banyak dan diberkati Tuhan serta lanjut umur, tetapi jika bangsa ini tidak menghiraukan perintahNya, bahkan mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka kebinasaan akan menimpa mereka.
Markus 7:1-8
Kehadiran Yesus bersama murid-muridNya membuat kaum Farisi dan para ahli Taurat merasa terancam. Dimana saja Yesus berada melakukan pelayanan, merekapu ada di sana untuk melakukan perlawan. Mencari kesalahan Yesus dan para murid adalah pekerjaan mereka, tidak peduli apakah kebiasaan-kebiasaan itu sejalan atau bertentangan dengan perintah Allah. Jika melanggar adat istiadat nenek moyang, mereka berada di garis depan untuk membelanya. Maka tidak heran ketika murid-murid Yesus makan disuatu tempat dan tidak membasuh tangan saat makan, disitulah kesempatan untuk mendapatkan kesalahan Yesus dengan pertanyaan “ mengapa murid-muridmu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?”. Dengan jelas sekali terlihat apa yang ada di benak kaum Farisi dan para ahli hukum taurat, bahwa Yesus tidak menghargai adat istiadat nenek moyang.
Dengan tegas Yesus mengatakan kepada orang Farisi dan ahli taurat, bahwa mereka adalah orang munafik. Mereka lebih mementingkan adat istiadat daripada kebenaran Allah. Yesus mengecam tindakan mereka bahwa dari luar seakan-akan mereka adalah seorang yang taat kepada Tuhan, namun kenyataannya mereka lebih berpegang pada adat istiadat manusia ketimbang mematuhi perintah Allah.Yesus justru membalikkan tuduhan merekan dengan mengutip Yesaya 29:13: ”Bangsa ini memulikan namaKu dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada Ku. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia, perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia”. Adat istiadat yang mereka pelihara menjadi belenggu bahkan penghambat menyatakan kasih yang sesungguhnya dengan meniadakan Firman Allah. Yesus melukiskan tindakan mereka sepoerti seseorang yang memiliki orangtua yang sangat membutuhkan pertolongan, tetapi karena si anak telah member persembahan kepada Allah untuk kegiatan agama, maka ia bebas dari tanggung jawab untuk menolong orang tuanya. Mereka mengira bahwa hidup dan tindakan mereka sehari-hari sudah sangat religius, dan telah melakukan kehendak Allah. Yesus menegaskan bahwa kedudukan Firman Tuhan tidak dapat digantikan oleh apapun termasuk adat istiadat.
C. Aplikasi
Dunia tempat kita tinggal, sarat dengan berbagai tawaran untuk mengesampingkan Tuhan. Banyaknya aturan dan kebiasaan-kebiasaan yang sudah mengakar kuat seakan sulit untuk tidak ikut didalamnya. Dunia tempat kita sekarang sangat mendukung untuk mengantikan perintah Tuhan dengan situasi yang kita dihadapi. Dunia ini menawarkan jalan yang gampang, sehingga Yesus berkata dalam Matius 7:1`3-14 “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; Karena sesaklahpintu dan sempitlah jalanjalan yang menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatinya”. Kehidupan gereja dalam persekutuan juga harus memelihara perintah Allah. Tidak menutup kemungkinan bahwa gereja pernah memperlihatkan sikap yang lebih mengedepankan aturan-aturan buatan manusia dari pada kebenaran Firman Tuhan. Tidak gampang untuk merubah apa yang selama ini sudah dijalankan apalagi sudah nyaman dengan keadaan itu. Memelihara perintah Tuhan adalah ketika kita mau menurut jalan yang ditunjukkanNya yaitu jalan menuju kehidupan. Sesak dan sempit berarti bersedia menghadapi berbagai tantangan hidup, penyangkalan diri, memikul salib adalah bagian dari jalan yang sesak dan sempit.
Memelihara perintah Allah dengan benar berarti memilih untuk tunduk, setia dan taat kepada Tuhan. Itu jugalah yang harus kita lakukan sebagai umatNya yang kita praktekkan dalam kehidupan keluarga dan dalam persekutuan di gereja. Mari kita memilih kehidupan dengan menjalankan perintah Allah supaya hidup kita tidak sia-sia. Bahkan kalau selama ini kita salah, karena lebih mempertontonkan sikap mengedepankan aturan manusia daripada aturan Tuhan, kita tetap bersyuykur kepada Tuhan, bahwa Ia masih memberi kita kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar. Mengakui kesalahan seraya bertobat dan kesediaan untuk diubahkan Tuhan adalah bagian penting dari sikap tetap memelihara perinatah Allah.
GBKP Bandung Barat
Pdt Rena Tetty Ginting