Invocatio : "Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, yang melakukan keadilan di segala waktu! (Mzm. 106:3)
Bacaan : Matius 5 : 17 - 20
Khotbah : Mazmur 112 : 1 - 10
Tema : Kebahagiaan orang benar.
Pendahuluan
Saudara saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus
SEPTUAGESIMA dalah nama untuk hari Minggu kesembilan sebelum Paskah, yang ketiga sebelum Rabu Abu . Istilah ini kadang-kadang diterapkan pada tujuh puluh hari dimulai pada hari Minggu Septuagesima dan berakhir pada hari Sabtu setelah Paskah. Ada juga pendapat mengatakan Septuagesima berarti 'yang ke-70'. Angka 70 itu tidak me-nunjukkan hari ke-70 sebelum Paska, tetapi melambangkan ke-70 bangsa di dunia (kej. .10) serta ke-70 tahun masa pembuangan di negeri Babel (2Taw. 36:21; Yer. 25:11,12).
Di Minggu Septuagesima ini kita diajak untuk mengingat masa masa ketika Yesus menghadapi berbagai percobaan disaat melayani di dunia ini. Namun kepatuhan Yesus kepada Tuhan membawa DIA menang mengalahkan berbagai percobaan. Tentu ini dikarenakan jelas sekali tujuan Yesus di dalam hidupNYA dan mengerti akan tujuanNYA di dunia ini. Oleh karena itu tetap berpegang teguh dan patuh kepada Tuhan yang mengutusNya. Demikian juga kita, diajak agar kita patuh kepada Tuhan sang empu kehidupan kita, karena kepatuhan inilah yang menjadi kebahagiaan kita.
ISI
Saudara saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Semua manusia yang hidup didalam dunia ini pasti merindukan kebahagiaan. Pasal 112 melukiskan orang benar yang telah mengerti apa arti takut akan Allah. Demikian pula dalam pokok yang dibicarakan Mazmur, mempunyai kesamaan dengan pasal sebelumnya pasal 111 yang menyatakan perbuatan-perbuatan mengagumkan dari Allah. Ada 3 bahagian inti dalam Mazmur 112:1-10 ini yaitu,
1. Ayat 1-3, Kebahagiaan. Berbahagialah orang. Dengan gaya bahasa yang mengingatkan pada Mazmur 1:1, pemazmur mengemukakan tentang kebahagian orang yang takut akan Tuhan. "Takut akan Tuhan" lebih dipahami dalam pengertian rasa hormat atau kagum yang muncul ketika berjumpa dengan pribadi Allah yang hidup. Perjumpaan itu akan mengakibatkan perubahan dalam diri manusia, baik pribadinya maupun keluarganya. Orang yang takut akan Tuhan tentu saja suka melakukan perintah-perintah Tuhan. Sehingga Keturunannya pun menjadi pewaris berkat-berkat-Nya, baik secara rohani maupun materi.
2. Ayat 4-6. Sifat-sifatnya. Pengasih dan penyayang, orang yang adil. Kata-kata ini juga dipakai dalam Mazmur 111 ketika penulisnya menggambarkan tentang Allah. Ini adalah penerapan dari kebenaran kekal bahwa orang saleh makin hari makin menjadi serupa dengan obyek ibadahnya. Kemakmurannya abadi dan namanya akan terus diingat orang karena kesalehannya.
3. Ayat 7-10. Keadaannya Yang Tetap. Hatinya teguh. Kepercayaannya yang kuat kepada Allah memberinya rasa mantap yang tidak mungkin dimiliki oleh orang fasik. Di sini kebenaran dan kebajikannya tetap untuk selama-lamanya berlawanan secara tajam dengan nasib orang fasik.
Yesus menegaskan dalam bacaan kita di Ayat 17, bahwa Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat, tapi apakah itu berarti bahwa semua hukum Taurat PL masih berlaku bagi kita sekarang? Dalam PL ada 3 kategori hukum:
- The ceremonial law. Berkaitan dengan ibadah penyembahan umat Israel (Im. 1:2,3). Ini tidak berlaku lagi sejak Yesus mati bagi kita. Prinsipnya: kita harus menyembah dan mengasihi Allah.
- The civil law. Berkaitan dengan tata cara kehidupan umat Israel (Ul. 24:10,11). Semua hukum sosial yang mengatur kehidupan bangsa Israel sudah tidak berlaku. Prinsipnya: kita perlu mengatur sikap hidup kita.
- The moral law. Ini adalah 10 Hukum Taurat Musa (Kel. 20:13). Ini masih berlaku dan diminta untuk dilakukan secara ketat. Yesus sendiri sudah mentaati hukum moral secara sempurna.
Ayat 20, menegaskan, bahwa orang-orang Farisi dan para ahli Taurat adalah orang-orang yang berusaha mentaati dan melakukan hukum Taurat. Lalu mengapa Yesus memerintahkan kita supaya hidup lebih benar dari hidup mereka?
• Karena mereka merasa puas diri sudah mentaati hukum Taurat secara lahiriah. Padahal hati mereka jauh dari kerajaan Allah.
• Mereka tidak mengijinkan Tuhan merubah hati dan sikap hidup mereka. Dengan kata lain, mereka mengajarkan firman, tetapi tidak menghidupi firman, atau mereka tidak memiliki integritas antara iman dan perbuatan (Mat. 23:3).
• Karena itu, Yesus berkata bahwa kualitas dari kesalehan, kebenaran kita harus lebih besar daripada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat, jika ingin masuk dalam kerajaan Allah.
Aplikasi
Pada zaman ini banyak sekali tawaran duniawi kepada kita antara yang kebenaran dan kepalsuan, antara benar dan salah, baik dan jahat yang hampir tidak terbedakan kita. Namun orang yang takut akan Tuhan pasti patuh kepada perintah Tuhan dan orang yang patuh kepada Tuhan pasti benar hidupnya. Sehingga orang yang demikian pasti bahagia hidupnya. Minggu Septuagesima ini kita diajak :
1. Hidup benar dan adil adalah sikap yang Tuhan inginkan (invocatio). Orang benar adalah orang yang tidak mementingkan dirinya sendiri, bersikap adil, mau menolong, tujuan hidupnya berguna bagi semua orang. Dan hanya orang yang berpegang teguh kepada hukum Tuhan yang mampu melakukannya.
2. Tuhan Yesus mau kita hidup tidak hanya sekedar hidup, tetapi menjalani hidup yang berkualitas, hidup tampil beda, hidup di dalam kasih dan ketaatan.
a. Kebenaran kita harus bersumber dari apa yang Allah lakukan dalam hidup kita, bukan apa yang dapat kita lakukan dari diri sendiri.
b. Kebenaran kita harus berpusat kepada Allah (God centered) bukan diri sendiri (self centered).
c. Kebenaran kita harus berdasarkan relasi kita dengan Allah, bukan pengakuan orang lain.
d. Kebenaran kita harus melampaui sekedar menjaga hukum Taurat, tetapi menghidupi prinsip-prinsip dibalik hukum Taurat itu.
3. Hiduplah takut akan Tuhan supaya hidup kita berbahagia. Kita bisa takut akan Tuhan jikalau kita hidup senantiasa mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Berdoalah agar hidup kita menjadi berkat. Itulah kebahagiaan orang benar. Amin
Pdt Nur Elly Tarigan M.Div
GBKP runggun Karawang
081362008714