Minggu 02 Februari 2020 ; Matius 5 : 1 - 12

Invocatio : “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya (Maz.146:5)

Bacaan         : Mikha 6 : 1 - 8

Khotbah       : Matius 5 : 1 - 12

Tema : Kebahagiaan Yang Sesungguhnya (Ketuahan Si Tuhu-tuhu)

I.    PENDAHULUAN

Salah satu aspek yang diharapkan oleh hampir semua orang di muka bumi ini adalah kebahagiaan hidup. Jika seseorang ditanyakan mengenai apa yang diinginkannya dalam hidupnya, maka kebanyakan orang akan menjawab bahwa mereka menginginkan kebahagiaan. Biasanya ukuran kebahagiaan tidak jauh-jauh dari kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecantikan dan kesehatan. Namun, ada kisah-kisah kehidupan yang memperlihatkan bahwa kekayaan, ketenaran, kekuasaan, kecantikan dan kesehatan tidak otomatis membawa kebahagiaan.

·      Jika kekayaan bisa membuat orang sangat bahagia, tentu Adolf Merckle yang menyandang gelar orang terkaya di Jerman tidak bunuh diri dengan menabrakkan badannya ke kereta api. Tentu Adolf Merckle bukan satu-satunya orang kaya yang bunuh diri.

·      Jika ketenaran bisa membuat orang bahagia, tentunya Michael Jackson, penyanyi terkenal di USA atau Sulli, artis terkenal dari Korea Selatan, tidak bunuh diri. Michael Jackson meminum obat tidur hingga overdosis, sedangkan Sulli, menurut pernyataan polisi setempat, menggantung dirinya di rumahnya karena depresi berat.

·      Jika kekuasaan membuat orang bahagia, tentunya Getulio Vargas, presiden Brazil tidak akan menembak jantungnya sendiri. Sebelum mengakhiri hidupnya, Vargas menulis ungkapan di secarik kertas. Isinya, kekecewaan mendalam krisis ekonomi yang saat itu menghantam Brazil.

·      Jika kecantikan membuat orang bahagia, tentu Marlyn Monroe,  artis cantik dari Amerika, tidak akan meminum alkohol dan obat depresi hingga overdosis dan menewaskan dirinya.

·      Jika kesehatan bisa membuat orang bahagia, tentunya Thierry Costa, seorang dokter terkenal dari Perancis, tidak akan bunuh diri akibat sebuah acara di televisi. Thierry mengakhiri hidupnya ketika dia dikritik media soal integritasnya sebagai dokter.

Dalam bahan khotbah Minggu ini, kita akan belajar “konsep berbahagia” dari ajaran Yesus.

II.         I  S  I

Oleh LAI, dalam Alkitab Terjemahan Baru, perikop Matius 5 : 1 – 12 diberi judul “Ucapan Bahagia”. Kata ‘berbahagialah’ di ayat 3 - 11, oleh KJV dan NIV dituliskan blessed’  (= diberkatilah). Kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ tidak menunjuk kepada kebahagiaan / keadaan diberkati menurut ukuran dunia, seperti kaya, sukses, berkuasa, cantik, sehat dan sebagainya. Sebab, bila demikian bagaimana bisa dikatakan berbahagialah / diberkatilah orang yang dianiaya / dicela / difitnah’ seperti dalam Mat 5:10-11? Juga, kata ‘bahagia’ di sini tidak menunjuk pada ‘perasaan bahagia’ yang terasa dalam hati. Bila kata ‘bahagia’ memang menunjuk pada perasaan bahagia dalam hati, bagaimana mungkin bisa ada ay 4 yang berbunyi: Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur”?

Kata ‘berbahagialah’ / ‘diberkatilah’ di sini menunjuk pada kebahagiaan / keadaan diberkati dalam pandangan Tuhan. Jadi, dalam pandangan Tuhan orang-orang seperti dalam Mat 5:3-12 adalah orang yang berbahagia / diberkati. Bisa saja pandangan Tuhan ini bertentangan dengan pandangan manusia. Jadi bisa saja kita miskin, gagal, menderita, dianiaya, lemah dsb, tetapi dalam pandangan Tuhan kita berbahagia / diberkati. Sebaliknya bisa saja kita kaya, berkedudukan tinggi, sukses, Dan sebagainya, tetapi dalam pandangan Tuhan kita celaka / terkutuk.

Bdk. Luk 6:24-26 - “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu.’”.

Bila kita melihat cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Luk 16:19-31), yang mana dari mereka yang berbahagia / diberkati menurut pandangan manusia? Pasti orang kayanya. Tetapi yang mana yang berbahagia / diberkati dalam pandangan Tuhan?

Lazarusnya! (Eksposisi Injil Matius : golgothaministry.org)

Namun, bukan pula lalu setiap orang yang miskin, gagal, menderita pasti berbahagia/diberkati dalam pandangan Tuhan, sedangkan orang kaya, sukses, berkedudukan tinggi, pasti celaka dalam pandangan Tuhan. Yang berbahagia atau yang diberkati dalam pandangan Tuhan adalah yang berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allah. Sebagaimana dituliskan dalam Mikha 6 : 8 (bacaan pertama GBKP dalam kebaktian Minggu, tanggal : 02 Februari 2020) : “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu  : selain berlaku adil,   mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati   di hadapan Allahmu? "

Tuhan Yesus memberikan definisi yang sangat berbeda mengenai kebahagiaan di dalam Allah dengan kebahagiaan yang dipahami manusia pada umumnya. Setiap orang Kristen terpanggil untuk menghidupi suatu kehidupan yang penuh makna, apa pun situasi yang sedang dihadapinya. Dunia mengejar dan berusaha mendapatkan berbagai hal untuk kebahagiaan diri namun setiap anak Tuhan terpanggil untuk memberikan diri dan mendatangkan damai dan kebahagiaan bagi dunia.

alam perjalanan hidup kita, yang terberat bukanlah masalah atau problem yang terjadi, seperti kemiskinan, dukacita, kelaparan, aniaya. Yang terberat adalah ketika kita seorang diri menghadapi masalah atau problem itu, bukan? Seberat apa pun masalah atau problem tersebut, kita dapat menanggungnya selama kita mempunyai teman untuk berbagi. Namun, ketika kita merasa sendiri, masalah atau problem itu akan menggilas kehidupan kita. Berapa banyak orang yang berputus asa dan mengakhiri kehidupan, bukan hanya karena beban berat, tetapi karena tidak mempunyai rekan untuk berbagi. Kemungkinan, Adolf Merckle, Michael Jackson, Sulli, Getulio Vargas, Marlyn Monroe, Thierry Costa, yang kisahnya dituliskan di awal tulisan ini, mengakhiri hidupnya karena merasa tidak punya teman atau penolong dalam menghadapi situasi yang sulit. Itu makanya, kembali kita diingatkan melalui  ayat invocatio, Mazmur 146 : 5, Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya.

III.   REFLEKSI

Marilah dengan tekun dan setia kita melakukan perbuatan baik dan kiranya hati kita tetap tertuju kepada Allah, penolong kita, sehingga disetiap sisi kehidupan kita, kita tetap berbahagia dan mampu mengucap syukur.

Kebahagiaan sejati adalah dampak dari hidup taat kepada Allah dengan segala konsekwensi apa pun yang mungkin terjadi didalamnya, entahkah mendatangkan pengalaman sukacita atau mungkin akan menghadapi tantangan.

Jikalau Tuhan mengijinkan kita mengalami penderitaan dan kekecewaan, itu karena Allah ingin membentuk dan membawa kita memasuki pengalaman rohani yang semakin dalam. Kebahagiaan tidak pernah menjauh dari orang yang mentaati Allah.

Di dalam kitab kehidupanmu, temukanlah saat di mana Tuhan pernah jadi bagian penting dan dekat denganmu: saat kecilmu yang indah, saat pergulatan masa remajamu, saat airmatamu jatuh saat kau sakit atau kecewa, saat indahmu bersama orang-orang yang dikasihi, saat perihmu karena diabaikan….saat lelahmu melakukan yang terbaik….., saat kamu berbagi kasih…….

Pdt.Asnila Br Tarigan

GBKP Rg.Cijantung

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate