Minggu 23 Februari 2020 ; Mazmur 31 : 1 - 9
Invocatio : Tetapi Tuhan adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku Mzm. 94:22
Bacaan Pertama : Matius 17: 1-13
Khotbah : Mazmur 31:1-9
Thema : Tuhan Adalah Gunung Batu tempat Aku Berteduh
1. Pengantar
Cara Tuhan menyelamatkan dan memelihara kehidupan kita sungguh tak terselami. Seorang nenek tua suatu kali sedang duduk kelelahan di sebuah bangku di pinggir jalan. Tanpa diduga, tongkat yang ia gunakan terjatuh dan menggelinding ke jalan. Nenek tersebut lalu meminta bantuan seorang pemuda yang berdiri tidak jauh darinya untuk mengambilkan tongkat itu. Tetapi pemuda itu justru tidak acuh untuk membantu nenek tua, bahkan ia terus sibuk memakan makanan yang ada di tangannya. Si nenek merasa jengkel dan ingin marah, mengapa pemuda zaman sekarang sangat miskin empati bahkan tidak hormat pada orang tua. Dengan terpaksa nenek itu bangun dari tempat duduknya dan mengambil sendiri tongkat itu walaupun dengan susah payah. Tiba-tiba, bum…!!! Terdengar suara sebuah piano yang sedang dipindahkan dari gedung sebelah ternyata terjatuh tepat di tempat si nenek duduk tadi. Dia terkejut dan termangu di tempat dia mengambil tongkatnya yang hanya berjarak 2 meter dari tempat duduk sebelumnya, dimana piano itu jatuh. Sang nenek sekarang bersyukur karena dibalik peristiwa yang tidak mengenakkan itu, ternyata ada pemeliharaan dan cara Tuhan yang menyelamatkan hidupnya. Sebab itu benarlah yang dikatakan oleh thema bahwa Tuhan itu gunung batu tempat perteduhan bagi kita.
2. Penjelasan Teks
a. Mazmur 94:22 terdapat pada bagian ke lima dalam keseluruhan pasal 94. Mazmur 94 adalah sebuah doa permohonan kepada Tuhan sebagai Allah yang dipercaya dapat membawa kelepasan atas kemelut yang dihadapi Pemazmur. Dalam permohonannya Pemazmur meminta agar Allah tidak menunda-nunda lagi dalam bertindak atas orang-orang yang congkak, yang suka menindas orang lain serta bahkan berbahagia di atas penderitaan orang lain. Orang-orang yang tinggi hati ini berlaku seolah- olah Tuhan itu tidak ada, tetapi sesungguhnya Pemazmur sangat yakin bahwa Allah Mahatahu dan tidak akan melupakan umatnya yang ada dalam himpitan. Oleh sebab itu, orang yang saleh dapat dengan tenang menantikan kuasa Tuhan dalam kesulitan yang dialami dan percaya bahwa betapa orang yang fasik sesungguhnya sedang menantikan akhir yang buruk sebagai buah dari perbuatan mereka. Pemazmur tinggal dalam percaya bahwa pasti keadilan Allah akan ditegakkan, bahwa Allah tidak mungkin bersekutu dengan orang-orang jahat dan terus membiarkan perbuatan mereka. Sebab itulah Pemazmur sanggup mengatakan: “Tuhan adalah kota bentengku dan Allahku adalah gunung batu perlindunganku”. Tuhan adalah pembela dan kekuatan bagi orang-orang yang ada dalam ketidakberdayaan.
b. Matius 17:1-13
Bacaan ini memperlihatkan kepada kita mengapa kita dapat meletakkan iman percaya dan seluruh hidup kita kepada Tuhan. Dalam Matius 17: 2-3 dikisahkan betapa rupa Yesus berubah di hadapan murid-murid yang Yesus bawa ke atas gunung, serta para murid melihat Elia dan Musa sedang berbicara dengan Yesus. Bagian ini menegaskan bahwa Yesus punya kuasa ilahi, bahwa dia benar-benar adalah Allah yang sejati. Dalam bahasa aslinya penglihatan para murid tersebut memakai istilah horama (bahasa Yunani); yang berarti bahwa apa yang mereka lihat bukan sebuah imaginasi, bukan sekedar sebuah mimpi atau lamunan tetapi benar-benar nyata dimana para murid tersebut dipakai menjadi saksi atas kemuliaan dan keilahian Yesus.
Adapun kemuliaan dan kuasa Tuhan itu berkaitan dengan sebuah karya yang luar biasa yaitu karya penyelamatan bagi manusia sampai di atas kayu salib. Bahkan dalam bacaan Matius 17 ini kita dapat melihat bahwa Allah Tritunggal berkarya dan terlibat dalam misi penyelamatan manusia ini. Bukan hanya Yesus yang adalah Anak Allah yang hadir, tetapi kita dapat melihat pada ay. 5-6 Allah Bapa pun hadir dalam bentuk suara yang berbicara, serta Roh kudus hadir dalam bentuk awan yang terang.
Bagian lain yang peril kita cermati dari bacaan ini adalah Kata “dengarkanlah Dia” dari Bapa adalah sebuah penegasan bahwa Yesus adalah Allah yang firmanNya patut ditaati. Kehadiran Musa dan Elia dalam penglihatan itu, juga menegaskan bahwa Yesus adalah penggenapan dari firman yang dinyatakan kepada para nabi. Dengan kata lain, jika kita mau memuliakan Yesus marilah kita mendengarkan Yesus yang berarti mau memberikan telinga dan memberikan hati untuk taat mengikuti segala firman dan jalanNya.
c. Mazmur 31:1-9
Mazmur ini merupakan Mazmur yang ditulis oleh Daud, dimana bagian pembacaan kita terdapat pada bagian pertama dari keseluruhan pasal 31. Dari isinya kita dapat melihat bahwa pada waktu itu ia sedang menghadapi kesulitan besar dan berat dan sedang ada dalam pelarian. Mazmur 31 dimulai dengan sebuah penegasan bahwa Pemazmur merasa aman dalam tangan Tuhan dan ia mau berlindung kepada Tuhan (31:1-4). Karena itu ia memohon agar Tuhan sudi menyelamatkannya dan mendengarkan seruannya. Daud disebut sebagai orang yang berkenan dihati Tuhan (Kis. 13:22), bukan karena ia tidak memiliki kelemahan dan kekurangan, melainkan karena pengenalan dan imannya yang teguh kepada Allah. Ketika ia menghadapi kesulitan besar, ia selalu berharap dan berdoa kepada Allah.
Dalam Mazmur 31:1-9 kita dapat melihat metaphor yang menyebut Tuhan sebagai gunung batu tempat pengungsian. Pemazmur melihat Tuhan sebagai tempat dia mendapatkan keselamatan dan bahkan luput dari perangkap musuh.(bdk. Ay. 5) Dengan tanpa ragu Pemazmur lalu mengakui bahwa ia mau menyerahkan nyawanya ke dalam perlindungan Tuhan sebab ia tahu Tuhan yang adalah Allah yang berkuasa itu akan bertindak menyelamatkan dia. Mengapa Pemazmur begitu yakin akan penyelamatan Tuhan atas hidupnya? Tidak lain karena Pemazmur memiliki pengalaman dan ingatan akan pekerjaan yang Tuhan lakukan atas hidupnya. Oleh sebab itu dalam ayat 8 dikatakan: “aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setia-Mu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku.” Dengan kata lain, pengalaman bersama Tuhan membuat Pemazmur tetap dapat bersukacita dalam menanti-nantikan pertolongan Tuhan. Ingatan akan pekerjaan Tuhan dan pengalaman berjalan bersamaNya membuat Pemazmur memiliki dasar keyakinan yang kuat bahwa Tuhan pasti tidak akan menyerahkan dia ke tangan para musuhnya (ay.9)
3. Aplikasi
a. Hidup kita terus bergerak dari satu kutub ke kutub yang lain, dari keberhasilan kepada kegagalan, atau bahkan dari sukacita menuju kepada dukacita. Tidak ada yang dapat berlangsung selamanya dalam pergerakan kehidupan. Yang dapat berlangsung selamanya hanyalah penyelenggaraan dan kuasa Tuhan yang terjadi dalam hidup kita. Mengapa demikian? Sebab Dialah Tuhan yang Mahatau dan Mahakuasa atas segalanya, bahkan Dia adalah Tuhan yang berkarya demi mendatangkan keselamatan bagi manusia. Biarlah kita tetap taat dan bersandar padaNya bukan hanya saat kita merasa terpuruk, tetapi juga pada saat sukacita sekalipun.
b. Tuhan adalah pelindung dan kekuatan bagi yang tidak berdaya dan ada dalam kelemahan. Pengalaman Pemazmur telah membuktikannya berulang kali. Oleh sebab itu, dalam menghadapi pencobaan dan kesengsaraan hidup kita sebagai orang beriman kiranya tidak mudah berputus asa melainkan tetap menjaga hati dan iman kita agar tetap kuat dan teguh. Bukan karena kita mengandalkan diri sendiri, tapi karena kita mengandalkan kasih setia Tuhan yang kekal abadi. Tuhan adalah satu-satunya penolong bagi kita.
c. Ketika kita memutuskan untuk bersandar kepada Tuhan, kita pun patut mengingat bahwa cara Tuhan menolong kita tidak sama seperti jalan yang dapat kita pikirkan. Seperti Pemazmur yang menantikan Tuhan dalam tenang percaya, demikian juga yang perlu kita lakukan sebagai sikap iman kita dalam menantikan pertolonganNya. Ingatlah bahwa situasi terburuk yang menjadi titik terendah dalam kehidupan kita sekalipun dapat dipakai Tuhan sebagai panggung yang paling luar biasa untuk menyatakan kuasa dan kelepasan yang datang dari Tuhan.
Kupang, 20 Januari 2020
Pdt. Eden Prianenta Funu-Tarigan