Suplemen PA Moria : Kejadian 24:1-9 ; Tgl 19-25 September 2021
Ogen : KEJADIAN 24:1-9
Tema : KINITEKEN PALAS PERGAULEN
Sub Tema : Gelah MORIA:
1. Meteh uga kepentaren Abraham i bas ndarami teman geluh anakna
2. Ngarak-ngarak anak mulai i bas pergaulen seh ku perjabun erpalas kiniteken
Ada sebuah syair yang berkata: “Tentang seseorang, jangan kamu tanya siapa dia. Tanyalah siapa temannya. Karena seseorang akan mengikuti tingkah pola temannya.” Syair ini mengingatkan kita untuk cermat dan bijak dalam memilih teman bergaul atau teman dekat. Siapa teman kita akan sangat mempengaruhi karakter maupun keputusan-keputusan yang kita buat dalam kehidupan ini (I Kor. 15:33 "Janganlah kamu sesat: pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik). Jangan sampai kita menyesal ketika segala sesuatunya telah terlambat. Terkhususnya tentang siapa yang menjadi teman bergaul anak-anak kita, karena ini juga akan mempengaruhi siapa yang akan menjadi teman hidupnya kelak.
Kisah yang tercatat dalam teks kita merupakan salah satu kisah romantis yang ditulis di dalam Alkitab, yaitu bagaimana kisah perjodohan Ishak dan Ribka. Walaupun kisah ini sangat kuno, terjadi sekitar 2000an tahun sebelum Masehi, tetapi kita bisa mendapati ada prinsip yang bisa kita pakai sampai saat saat ini, terutama bagi pemuda-pemudi Kristen yang sedang mencari dan memilih pasangan hidup.
Dalam kebiasaan orang Israel, nenek moyang dan keturunan mereka mempunyai istri lebih dari satu. Maka melalui kisah Ishak dan Ribka, kita bisa melihat perbedaan yang sangat jelas, bahwa Ishak sangat setia kepada Ribka sampai akhir hidupnya. Artinya, kesetiaan Ishak sangat kuat, padahal hidup di tengah-tengah kehidupan yang memperbolehkan poligami (mempunyai banyak istri). Dan kita percaya sedikit banyak ini dipengaruhi oleh bagaimana bapanya Abraham benar-benar serius dalam menyiapkan istri bagi Ishak.
Peranan Abraham selaku orang tua sangat besar, juga hambanya (kemungkinan Elieser, Kej. 15:2) dalam memilih istri untuk Ishak. Abraham pada usia yang sudah tua serta telah menerima berkat-berkat Tuhan dalam segala hal di kehidupannya tetap mengingat yang menjadi janji Tuhan kepadanya, yaitu bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar dan masyur. Janji Allah ini tergenapi melalui Ishak anaknya.
Menarik dicermati bahwa dalam proses tersebut (mencarikan isteri bagi Ishak), ada hambanya paling tua dan sangat dipercayanya untuk dilibatkan dan bersedia mematuhi ketentuan yang disampaikan Abraham (ay.2,9). Keyakinan Abraham dalam proses mencarikan isteri bagi Ishak disampaikannya pula kepada “hamba yang akan diutus itu” bahwa Tuhan akan menolong, ”... Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku” (ay.7).
Abraham mempunyai prinsip yang sangat kuat dalam memilih menantu (istri untuk anaknya Ishak). Abraham memberikan syarat, bahwa istri bagi Ishak bukan perempuan Kanaan, tetapi perempuan dari tanah asal Abraham (Haran), dari antara sanak saudara Abraham sendiri (ay. 3-4). Bangsa Kanaan adalah bangsa yang tidak percaya Tuhan (menyembah berhala). Jika kita aplikasikan dalam hidup saat ini, kita seharusnya memilih pasangan dari saudara seiman (bdk. 2 Kor. 6:14).
Perkawinan adalah persekutuan yang utuh antara laki-laki dan perempuan, bukan hanya sebatas persekutuan fisik. Pasangan yang tidak seiman tidak akan bisa bersatu sampai pada titik terdalam dan itu akan membuat perkawinan kacau. Perbedaan iman akan membuat rumah tangga tidak akan kuat. Tuhan memberikan prinsip dalam menemukan teman hidup sesuai dengan teks bacaan kita. Dalam hal ini bisa kita lihat bagaimana peranan orang tua (Bapak) yaitu Abraham, yang mencari jodoh (teman hidup) anaknya dengan tetap berpegang teguh kepada janji Allah. Mungkin akan berbeda jika Ishak yang disuruh untuk mencari sendiri. Ribka punya karakter yang sangat baik (ay. 17-20). Bukan hanya baik, tetapi juga sangat cantik (ay. 16).
Mari orang tua minta hikmat dari Tuhan. Kisah dalam Alkitab ini mungkin berbeda dengan situasi kita saat ini, karena itu minta hikmat dari Tuhan dengan melihat prinsip-prinsip Firman Tuhan. Orang tua harus peduli dengan teman bergaul anak-anak, dengan siapa saja dia membangun relasi. Coba lihat, apakah lingkungannya itu membuat anak-anak kita maju di dalam Tuhan atau mundur? Jika tidak, maka kita harus berani tegas seperti Abraham yang lansung mengatakan bahwa Ishak tidak boleh menikahi perempuan Kanaan yang tidak mengenal Tuhan. Orang tua harus terus memberikan nasehat dan arahan, demikian juga Gereja melalui para pelayan Tuhan juga bisa memberikan tuntunan, sehingga anak-anak kita melalui pergaulannya semakin terbangun imannya dan tetap terpuji Tuhan.
Pdt. Melda Tarigan, STh
GBKP Rg. Pontianak