SUPLEMEN PA MORIA: ROMA 16:1-16 ; 7- 13 NOVEMBER 2021
Nats : Roma 16:1-16
Tema : Ndahiken Dahin Tuhan
Tujun : Gelah Moria
- Meteh perpulungen si enggo nampati pelayanen Paulus
- Aktif mere diri ras ngajuk isi jabuna muat bagin dahiken dahin Tuhan.
1. Orang awam tapi melayani bersama kaum rohaniawan. Bagian ini adalah bagian yang sangat penting, karena bagian ini penuh dengan doktrin Gereja yang tidak diberitakan secara teoritis, tetapi dinyatakan dengan contoh hidup. Kisah ini memberikan practical life (kegeluhen tep-tep wari) dari hidup yang beribadah kepada Tuhan. Bagaimana hidup orang-orang seperti Priskila, Akwila dan yang lainnya menjadi teladan bagi orang-orang Kristen sepanjang jaman. Hampir semua dalam kisah di bagian ini adalah orang-orang awam, tetapi mereka membawa pengaruh besar. Paulus memberi salam kepada mereka, dan Paulus menjelaskan salamnya itu secara spesifik. Mereka adalah orang-orang awam yang Tuhan pakai dengan caranya yang berbeda-beda. Maka tidak harus ada gelar-gelar tertentu dulu baru kemudian kita mau ambil bagian dalam pelayanan. Setiap kita sudah seharusnya memberi diri kita untuk mengambil bagian dalam pelayanan meski dalam hal-hal yang sederhana sekalipun. Orang Awam melayani bersama rohaniawan
2. Mengingat nama salah satu bagian pelayanan. Dalam ay. 1-16 ayat ini maka kita melihat dari nama-nama yang ditulis ada 27 nama, 26 dari antaranya tinggal di Roma. Febe kemungkinan besar sedang menuju ke Roma membawa surat Paulus ini ke Roma. Paulus sebenarnya belum pernah ke Roma, tetapi dia memiliki relasi secara pribadi terhadap orang-orang ini. Paulus mengingat ke 26 orang tersebut dan memberikan salam kepada mereka. Ini mengingatkan kita bahwa penting bagi kita untuk mengingat nama. Teladan Paulus ini merupakan satu kekhususan, dari hal-hal yang kecil kasih itu mengalir. Kasih tidak selalu harus mengalir dari “sungai yang besar”, tetapi juga bisa dari “kali yang kecil”. Mengingat nama-nama sesama jemaat Tuhan dan kemudian membiasakan diri untuk mendoakan nama-nama tersebut (berdoa dengan menyebut nama). Mulailah berkomitmen untuk mendoakan 2-3 orang per hari dengan menyebut nama mereka (bayangkan selama setahun sudah 700 nama orang yang sudah pernah kita doakan). Itu pelayanan kita dengan tidak membutuhkan waktu dan tenaga ekstra, gelar atau jabatan di gereja, cukup komitmen setiap hari.
3. Relasi yang beragam adalah kekayaan dalam pelayanan. Dari nama-nama ini, ada relasi yang berbeda-beda, dan relasi-relasi tersebut limpah dan beragam. Paulus menyebut mereka sebagai, saudara kita, teman sekerjaku, saudara yang kukasihi, sebagai pelayan, sebagai orang-orang kudus, sebagai teman sekerja di dalam Allah, sebagai jemaat, sebagai saudara yang kukasihi, sebagai buah pelayanan, sebagai saudara yang dipenjarakan bersama-sama dengan Paulus, sebagai orang yang terpandang di tengah para Rasul, sebagai yang di kasihi di dalam Tuhan, sebagai orang yang tahan uji, sebagai ibu bagi Paulus. Semakin kita banyak berelasi dengan berbagai macam orang, kita bertemu dengan segala macam watak, termasuk dengan anak-anak. Waktu kita melayani, kita bukan hanya melayani secara umum, tetapi melayani dengan relasi yang berlimpah dan beragam. Kita mendapat berkat dari keragaman ini. Semakin kita membangun relasi dengan berbagai macam orang, semakin banyak berkat yang kita bisa bagikan dengan cara yang berbeda-beda. Semakin kita membangun relasi, semakin banyak potensi pelayanan yang mungkin selama ini terpendam.
4. Relasi yang berpusat kepada Kristus. Bagian ini bukan hanya sekedar list nama-nama, tetapi Kristus menjadi pengantara di dalam hubungan mereka. Paulus menyadari bahwa Kristus adalah yang paling utama di dalam relasi satu dengan yang lain. Di dalam Roma 16 ayat 2: “supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan…”; ayat 3 “Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus.”; ayat 5: “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus.”; ayat 7: “yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.”; ayat 8: ” Salam kepada Ampliatus yang kukasihi dalam Tuhan”; ayat 9: “kepada Urbanus, teman sekerja kami dalam Kristus”; ayat 10: ” Salam kepada Apeles, yang telah tahan uji dalam Kristus”; ayat 11: “Salam kepada mereka yang termasuk isi rumah Narkisus, yang ada dalam Tuhan.”; ayat 12: “Salam kepada Trifena dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan.”. Kita bisa melihat bahwa di dalam relasi yang berbeda-beda ini, Kristus menjadi pusat relasi mereka. Ikatakan pelayan kita adalah Kristus dan kita melayani karena Kristus telah memberi teladan bagi kita.
5. Pertama Paulus menyebut nama Febe, nama “ibu dermawan” dari Kengkrea, pelabuhan sebelah timur kota Korintus. Di sana kesediaan tamu sangat penting, dia “yang melayani jemaat” dan “yang telah memberikan bantuan kepada orang banyak” termasuk Paulus sendiri (Rm. 16:1-2). Febe ini kemungkinan seorang Kristen asal non-Yahudi, karena namanya berasal dari mitologi Yunani yang berarti “yang murni/bersinar”. Dengan sebutan “saudari kita” itu berarti bahwa ia adalah anggota gereja. Dijelaskan juga bahwa ia melayani jemaat di Kengkrea (kota pelabuhannya Korintus). Kemungkinan dia melayani pemeliharaan orang miskin dan pelayanan dalam perjamuan bersama jemaat Kengkrea. Meski dalam terjemahan lain tidak digunakan kata kerja tetapi kata benda yaitu Diaken, ini menunjukkan jabatan gereja. Melayani di Kengkrea cukup dibutuhkan karena merupakan jemaat pelabuhan. Kemungkinan besar, Febe merupakan wanita yang berada, yang memiliki rumah di Kengkrea, sehingga ia dapat menjalankan kegiatan amal dan menampung saudara seiman yang membutuhkan tempat penginapan di rumahnya (metemue). Dirinya untuk melayani orang lain, tetapi tidak sekedar dirinya, rumahnya pun menjadi tempat menampung mereka yang membutuhkan penginapan. Dari hal ini bisa kita lihat bahwa, jiwa pelayanan sudah tertanam di dalam dirinya, sehingga apapun kepunyaannya digunakan untuk pelayanan.
6. “Memberikan bantuan” berasal dari Yunani “prostasis” yang secara harafiah berarti “seorang yang berdiri di depan”. Di kota Atena, yang dekat dengan Kengkrea, sebutan tersebut dipakai sebagai tokoh resmi yang bertindak sebagai pelindung orang lain yang bukan warga kota (mungkin mirip dengan pendoa syafaat ataupun pendoa pengganti). Paulus berharap supaya orang Kristen di Roma membantu Febe kapan saja ia memerlukan bantuan mereka. Tentu saja bagi seorang wanita di kota asing memerlukan bantuan. Paulus mengemukakan alasan bantuan ini. Alasan pertama ialah karena sesama orang Kristen. Ungkapan ini dinyatakan lewat kata “orang-orang kudus” yang berarti bahwa Febe maupun orang Kristen di Roma. Utamanya kita harus mengasihi sesama kita. Alasan kedua adalah karena Febe sendiri juga telah melakukan hal yang sama kepada mereka yang memerlukan bantuan dan itu berarti bagi jemaat Kengkrea dia adalah orang yang sangat berarti. Kebaikan layak dibalas dengan kebaikan.
7. Paulus meminta penerima surat agar sampaikan salam kepada Priska dan Akwila. Mereka merupakan pasangan suami istri yang disebutkan selalu secara bersama, agaknya karena mereka sama-sama aktif dalam pekabaran Injil (Mamre ras Moria ula terjeng i doni enda saja ngenca ras i surga pe pagi ras kita terbalik bagi Ananias ras Safira). Uniknya, biasanya nama istri disebut lebih dulu, mungkin karena Priska lebih banyak mencurahkan waktu dan tenaga dalam karya Injil, sedangkan suaminya menjalankan usahanya sebagai tukang kemah (Kis. 18:3). Meski melakukan kebaikan tetapi tetap juga ada tantangan, Priska dan Akwila ini dulu tinggal di Roma, tetapi diusir bersama kaum Yahudi lainnya oleh surat keputusan Claudius pada tahun 50 M (Kis. 18:2). Mereka pergi ke Korintus dan di sana bertemu dengan Paulus. Karena mereka Kristen, dan karena Akwila dan Paulus sama-sama tukang kemah, Paulus tinggal serumah dengan mereka. Sempat menemani Paulus ke berbagai tempat dalam Pekabaran Injil. Ternyata kemudian mereka kembali lagi ke Roma, dan di sana rumah mereka menjadi pusat jemaat rumah tangga. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Akwila bukan orang upahan, melainkan seorang pengusaha yang menjadikan rumahnya sebagai pusat pekabaran Injil. Ikatan antara Paulus dengan orang-orang yang menerima salamnya tidak hanya ditentukan oleh persahabatan pribadi. Ia terikat kepada mereka oleh karya bersama dan oleh penderitaan yang sama dan diperkuat dengan kata-kata dalam Kristus Yesus. Artinya tugas dan tanggungjawab bersama merupakan yang utama, terlepas kepentingan pribadi.
8. Paulus memberi kesaksian mengenai Priska dan Akwila, bahwa mereka pernah mempertaruhkan nyawanya untuk Paulus. Artinya, jasa mereka sangat banyak terhadap Paulus karena itu dia berterima kasih kepada mereka. Kehidupan yang berpindah-pindah ini adalah suatu yang tidak gampang. Tetapi di manapun mereka berada mereka mendirikan Gereja, di manapun mereka berada, mereka mengumpulkan jemaat di rumah mereka, mereka menjadi berkat di kota tersebut. Keberadaan mereka membawa berita sukacita, serta kehadiran mereka menjadi cikal-bakal berdirinya gereja.
9. Gereja memerlukan orang-orang seperti mereka, di dalam pekerjaan yang mereka lakukan, mereka sadar akan identitas mereka di dalam Kristus. Paulus mengatakan kalimat terakhir yang begitu indah tentang Priskila dan Akwila: mereka adalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawanya bagi pekerjaan Tuhan (ayat 4) “Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat”
10. Di dalam bahasa aslinya mereka adalah orang-orang yang meletakkan leher mereka di atas batu. Kalau Febe melayani dengan segala apa yang dia miliki, dan membantu Paulus, membawa surat Paulus kepada jemaat di Roma; Priskila dan Akwila melakukan bahkan lebih dari itu, mereka menyerahkan leher mereka bagi Paulus. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Paulus dan jemaat berterima kasih kepada mereka. Bukan satu Gereja, tetapi banyak Gereja yang melihat Priskila dan Akwila mempertaruhkan nyawa mereka untuk Injil boleh diberitakan.
11. Sepanjang pasal 16 ini ada 8 perempuan yang disebutkan Paulus membantu pelayanannya yaitu Febe, Akwila, Maria, Yunia, Trifena, Trifosa, Ibu Rufus, Yulia. Bahwa mereka berperan dalam membantu perkembangan gereja dan juga membantu Paulus. Dalam kitab Kejadian telah dinyatakan bahwa perempuan merupakan “penolong yang sepadan”, termasuk juga membantu pelayanan gereja. Semua pekerjaan bisa menjadi ibadah kita kepada Tuhan jika digunakan untuk membantu pelayanan. Perempuan-perempuan dalam nats ini telah mengukir sejarah hidup mereka dengan melayani Tuhan melalui pekerjaan mereka meski mereka tidak penuh waktu.
12. D. L. Moody pernah berujar: "Saya sanggup mengerjakan pekerjaan sepuluh orang dengan baik, tetapi saya lebih suka ada sepuluh orang yang mengerjakan tugasnya!" Hanya dengan cara itu setiap orang dapat menyumbangkan kemampuan dirinya dalam pekerjaan Allah. Dan itu hanya mungkin ketika pemimpin besar mau memberikan ruang.
13. Menjadi subjek dalam pelayanan. Dari beberapa nama yang disebutkan Paulus tersebut. Yang pasti mereka beragam. Ada yang punya harta, ada yang harus pindah-pindah karena situasi, ada yang bukan Kristen sejak lahir, ada yang berasal dari Yahudi, Yunani dan Romawi. Tetapi mereka telah mengukir sejarah dengan memberi diri mereka mengambil bagian dalam tugas pelayanan. Apakah harus pelayanan yang besar? Tentu tidak! Pekerjaan-pekerjaan sederhana sekalipun tetapi jika dilakukan dengan sepenuh hati begitu berharga bagi Tuhan. Mari bersama-sama menjadi pelaku-pelaku pelayanan bukan hanya menunggu untuk dilayani.
Salam
Pdt. Dasma Sejahtera Turnip
Runggun Palangka Raya