Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

SUPLEMEN PA MORIA: ROMA 16:1-16 ; 7- 13 NOVEMBER 2021

Nats            : Roma 16:1-16

Tema          : Ndahiken Dahin Tuhan

Tujun          : Gelah Moria

-         Meteh perpulungen si enggo nampati pelayanen Paulus

-         Aktif mere diri ras ngajuk isi jabuna muat bagin dahiken dahin Tuhan.

1.    Orang awam tapi melayani bersama kaum rohaniawan. Bagian ini adalah bagian yang sangat penting, karena bagian ini penuh dengan doktrin Gereja yang tidak diberitakan secara teoritis, tetapi dinyatakan dengan contoh hidup. Kisah ini memberikan practical life (kegeluhen tep-tep wari) dari hidup yang beribadah kepada Tuhan. Bagaimana hidup orang-orang seperti Priskila, Akwila  dan yang lainnya menjadi teladan bagi orang-orang Kristen sepanjang jaman. Hampir semua dalam kisah di bagian ini adalah orang-orang awam, tetapi mereka membawa pengaruh besar. Paulus memberi salam kepada mereka, dan Paulus menjelaskan salamnya itu secara spesifik. Mereka adalah orang-orang awam yang Tuhan pakai dengan caranya yang berbeda-beda. Maka tidak harus ada gelar-gelar tertentu dulu baru kemudian kita mau ambil bagian dalam pelayanan. Setiap kita sudah seharusnya memberi diri kita untuk mengambil bagian dalam pelayanan meski dalam hal-hal yang sederhana sekalipun. Orang Awam melayani bersama rohaniawan

2.    Mengingat nama salah satu bagian pelayanan. Dalam ay. 1-16 ayat ini maka kita melihat dari nama-nama yang ditulis ada 27 nama, 26 dari antaranya tinggal di Roma. Febe kemungkinan besar sedang menuju ke Roma membawa surat Paulus ini ke Roma. Paulus sebenarnya belum pernah ke Roma, tetapi dia memiliki relasi secara pribadi terhadap orang-orang ini. Paulus mengingat ke 26 orang tersebut dan memberikan salam kepada mereka. Ini mengingatkan kita bahwa penting bagi kita untuk mengingat nama. Teladan Paulus ini merupakan satu kekhususan, dari hal-hal yang kecil kasih itu mengalir. Kasih tidak selalu harus mengalir dari “sungai yang besar”, tetapi juga bisa dari “kali yang kecil”.  Mengingat nama-nama sesama jemaat Tuhan dan kemudian membiasakan diri untuk mendoakan nama-nama tersebut (berdoa dengan menyebut nama). Mulailah berkomitmen untuk mendoakan 2-3 orang per hari dengan menyebut nama mereka (bayangkan selama setahun sudah 700 nama orang yang sudah pernah kita doakan). Itu pelayanan kita dengan tidak membutuhkan waktu dan tenaga ekstra, gelar atau jabatan di gereja, cukup komitmen setiap hari.

3.    Relasi yang beragam adalah kekayaan dalam pelayanan. Dari nama-nama ini, ada relasi yang berbeda-beda, dan relasi-relasi tersebut limpah dan beragam. Paulus menyebut mereka sebagai, saudara kita, teman sekerjaku, saudara yang kukasihi, sebagai pelayan, sebagai orang-orang kudus, sebagai teman sekerja di dalam Allah, sebagai jemaat, sebagai saudara yang kukasihi, sebagai buah pelayanan, sebagai saudara yang dipenjarakan bersama-sama dengan Paulus, sebagai orang yang terpandang di tengah para Rasul, sebagai yang di kasihi di dalam Tuhan, sebagai orang yang tahan uji, sebagai ibu bagi Paulus. Semakin kita banyak berelasi dengan berbagai macam orang, kita bertemu dengan segala macam watak, termasuk dengan anak-anak. Waktu kita melayani, kita bukan hanya melayani secara umum, tetapi melayani dengan relasi yang berlimpah dan beragam. Kita mendapat berkat dari keragaman ini. Semakin kita membangun relasi dengan berbagai macam orang, semakin banyak berkat yang kita bisa bagikan dengan cara yang berbeda-beda. Semakin kita membangun relasi, semakin banyak potensi pelayanan yang mungkin selama ini terpendam.

4.    Relasi yang berpusat kepada Kristus. Bagian ini bukan hanya sekedar list nama-nama, tetapi Kristus menjadi pengantara di dalam hubungan mereka. Paulus menyadari bahwa Kristus adalah yang paling utama di dalam relasi satu dengan yang lain. Di dalam Roma 16 ayat 2: “supaya kamu menyambut dia dalam Tuhan…”; ayat 3 “Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus.”; ayat 5: “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka. Salam kepada Epenetus, saudara yang kukasihi, yang adalah buah pertama dari daerah Asia untuk Kristus.”; ayat 7: “yaitu orang-orang yang terpandang di antara para rasul dan yang telah menjadi Kristen sebelum aku.”; ayat 8: ” Salam kepada Ampliatus yang kukasihi dalam Tuhan”; ayat 9: “kepada Urbanus, teman sekerja kami dalam Kristus”; ayat 10: ” Salam kepada Apeles, yang telah tahan uji dalam Kristus”; ayat 11: “Salam kepada mereka yang termasuk isi rumah Narkisus, yang ada dalam Tuhan.”; ayat 12: “Salam kepada Trifena dan Trifosa, yang bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan.”. Kita bisa melihat bahwa di dalam relasi yang berbeda-beda ini, Kristus menjadi pusat relasi mereka.  Ikatakan pelayan kita adalah Kristus dan kita melayani karena Kristus telah memberi teladan bagi kita.

5.    Pertama Paulus menyebut nama Febe, nama “ibu dermawan” dari Kengkrea, pelabuhan sebelah timur kota Korintus. Di sana kesediaan tamu sangat penting, dia “yang melayani jemaat” dan “yang telah memberikan bantuan kepada orang banyak” termasuk Paulus sendiri (Rm. 16:1-2). Febe ini kemungkinan seorang Kristen asal non-Yahudi, karena namanya berasal dari mitologi Yunani yang berarti “yang murni/bersinar”. Dengan sebutan “saudari kita” itu berarti bahwa ia adalah anggota gereja. Dijelaskan juga bahwa ia melayani jemaat di Kengkrea (kota pelabuhannya Korintus). Kemungkinan dia melayani pemeliharaan orang miskin dan pelayanan dalam perjamuan bersama jemaat Kengkrea. Meski dalam terjemahan lain tidak digunakan kata kerja tetapi kata benda yaitu Diaken, ini menunjukkan jabatan gereja. Melayani di Kengkrea cukup dibutuhkan karena merupakan jemaat pelabuhan. Kemungkinan besar, Febe merupakan wanita yang berada, yang memiliki rumah di Kengkrea, sehingga ia dapat menjalankan kegiatan amal dan menampung saudara seiman yang membutuhkan tempat penginapan di rumahnya (metemue). Dirinya untuk melayani orang lain, tetapi tidak sekedar dirinya, rumahnya pun menjadi tempat menampung mereka yang membutuhkan penginapan. Dari hal ini bisa kita lihat bahwa, jiwa pelayanan sudah tertanam di dalam dirinya, sehingga apapun kepunyaannya digunakan untuk pelayanan.

6.    Memberikan bantuan” berasal dari Yunani “prostasis” yang secara harafiah berarti “seorang yang berdiri di depan”. Di kota Atena, yang dekat dengan Kengkrea, sebutan tersebut dipakai sebagai tokoh resmi yang bertindak sebagai pelindung orang lain yang bukan warga kota (mungkin mirip dengan pendoa syafaat ataupun pendoa pengganti). Paulus berharap supaya orang Kristen di Roma membantu Febe kapan saja ia memerlukan bantuan mereka. Tentu saja bagi seorang wanita di kota asing memerlukan bantuan. Paulus mengemukakan alasan bantuan ini. Alasan pertama ialah karena sesama orang Kristen. Ungkapan ini dinyatakan lewat kata “orang-orang kudus” yang berarti bahwa Febe maupun orang Kristen di Roma. Utamanya kita harus mengasihi sesama kita. Alasan kedua adalah karena Febe sendiri juga telah melakukan hal yang sama kepada mereka yang memerlukan bantuan dan itu berarti bagi jemaat Kengkrea dia adalah orang yang sangat berarti. Kebaikan layak dibalas dengan kebaikan.

7.    Paulus meminta penerima surat agar sampaikan salam kepada Priska dan Akwila. Mereka merupakan pasangan suami istri yang disebutkan selalu secara bersama, agaknya karena mereka sama-sama aktif dalam pekabaran Injil (Mamre ras Moria ula terjeng i doni enda saja ngenca ras i surga pe pagi ras kita terbalik bagi Ananias ras Safira). Uniknya, biasanya nama istri disebut lebih dulu, mungkin karena Priska lebih banyak mencurahkan waktu dan tenaga dalam karya Injil, sedangkan suaminya menjalankan usahanya sebagai tukang kemah (Kis. 18:3). Meski melakukan kebaikan tetapi tetap juga ada tantangan, Priska dan Akwila ini dulu tinggal di Roma, tetapi diusir bersama kaum Yahudi lainnya oleh surat keputusan Claudius pada tahun 50 M (Kis. 18:2). Mereka pergi ke Korintus dan di sana bertemu dengan Paulus. Karena mereka Kristen, dan karena Akwila dan Paulus sama-sama tukang kemah, Paulus tinggal serumah dengan mereka. Sempat menemani Paulus ke berbagai tempat dalam Pekabaran Injil. Ternyata kemudian mereka kembali lagi ke Roma, dan di sana rumah mereka menjadi pusat jemaat rumah tangga. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Akwila bukan orang upahan, melainkan seorang pengusaha yang menjadikan rumahnya sebagai pusat pekabaran Injil. Ikatan antara Paulus dengan orang-orang yang menerima salamnya tidak hanya ditentukan oleh persahabatan pribadi. Ia terikat kepada mereka oleh karya bersama dan oleh penderitaan yang sama dan diperkuat dengan kata-kata dalam Kristus Yesus. Artinya tugas dan tanggungjawab bersama merupakan yang utama, terlepas kepentingan pribadi.

8.    Paulus memberi kesaksian mengenai Priska dan Akwila, bahwa mereka pernah mempertaruhkan nyawanya untuk Paulus. Artinya, jasa mereka sangat banyak terhadap Paulus karena itu dia berterima kasih kepada mereka. Kehidupan yang berpindah-pindah ini adalah suatu yang tidak gampang. Tetapi di manapun mereka berada mereka mendirikan Gereja, di manapun mereka berada, mereka mengumpulkan jemaat di rumah mereka, mereka menjadi berkat di kota tersebut.  Keberadaan mereka membawa berita sukacita, serta kehadiran mereka menjadi cikal-bakal berdirinya gereja.

9.    Gereja memerlukan orang-orang seperti mereka, di dalam pekerjaan yang mereka lakukan, mereka sadar akan identitas mereka di dalam Kristus. Paulus mengatakan kalimat terakhir yang begitu indah tentang Priskila dan Akwila: mereka adalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawanya bagi pekerjaan Tuhan (ayat 4) “Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat

10. Di dalam bahasa aslinya mereka adalah orang-orang yang meletakkan leher mereka di atas batu. Kalau Febe melayani dengan segala apa yang dia miliki, dan membantu Paulus, membawa surat Paulus kepada jemaat di Roma; Priskila dan Akwila melakukan bahkan lebih dari itu, mereka menyerahkan leher mereka bagi Paulus. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Paulus dan jemaat berterima kasih kepada mereka. Bukan satu Gereja, tetapi banyak Gereja yang melihat Priskila dan Akwila mempertaruhkan nyawa mereka untuk Injil boleh diberitakan.

11. Sepanjang pasal 16 ini ada 8 perempuan yang disebutkan Paulus membantu pelayanannya yaitu Febe, Akwila, Maria, Yunia, Trifena, Trifosa, Ibu Rufus, Yulia. Bahwa mereka berperan dalam membantu perkembangan gereja dan juga membantu Paulus. Dalam kitab Kejadian telah dinyatakan bahwa perempuan merupakan “penolong yang sepadan”, termasuk juga membantu pelayanan gereja. Semua pekerjaan bisa menjadi ibadah kita kepada Tuhan jika digunakan untuk membantu pelayanan. Perempuan-perempuan dalam nats ini telah mengukir sejarah hidup mereka dengan melayani Tuhan melalui pekerjaan mereka meski mereka tidak penuh waktu.

12. D. L. Moody pernah berujar: "Saya sanggup mengerjakan pekerjaan sepuluh orang dengan baik, tetapi saya lebih suka ada sepuluh orang yang mengerjakan tugasnya!" Hanya dengan cara itu setiap orang dapat menyumbangkan kemampuan dirinya dalam pekerjaan Allah. Dan itu hanya mungkin ketika pemimpin besar mau memberikan ruang.

13. Menjadi subjek dalam pelayanan. Dari beberapa nama yang disebutkan Paulus tersebut. Yang pasti mereka beragam. Ada yang punya harta, ada yang harus pindah-pindah karena situasi, ada yang bukan Kristen sejak lahir, ada yang berasal dari Yahudi, Yunani dan Romawi. Tetapi mereka telah mengukir sejarah dengan memberi diri mereka mengambil bagian dalam tugas pelayanan. Apakah harus pelayanan yang besar? Tentu tidak! Pekerjaan-pekerjaan sederhana sekalipun tetapi jika dilakukan dengan sepenuh hati begitu berharga bagi Tuhan. Mari bersama-sama menjadi pelaku-pelaku pelayanan bukan hanya menunggu untuk dilayani.

Salam

Pdt. Dasma Sejahtera Turnip

Runggun Palangka Raya

SUPLEMEN PA MORIA: FILIPI 3:7-11; 31 OKTOBER- 6 NOVEMBER 2021

Nats            : Filipi 3:7-11

Tema          : Kiniteken Ras Pengarapen Si Paguh

Tujun          : Gelah Moria

1.   Meteh maka kiniteken man Kristus si ngerembakken kita man Dibata

2.   Nuisken kesaksinna ibas erkiniteken man Kristus

1.    Paulus dalam nats ini berusaha menyingkapkan pengalamanan pribadinya. Paulus berupaya mengungkapkan perbedaan sebelum mengenal Kristus (penganiaya jemaat) dan setelah mengenal Kristus. Dan memang seharusnya “Perjumpaan dengan Kristus seharusnya membawa perubahan”. Paulus menjadikan Yesus Kristus sebagai pusat kehidupannya dengan demikian dia sangat rindu mengenal Kristus dan terlebih lagi diubahkan oleh Kristus “totally transformed by Christ”. Sehingga, kita harus ingat bahwa perubahan tidak akan serta-merta terjadi ketika kita mengandalkan kekuatan kita, tetapi akan terjadi ketika kita memberi diri kepada Kristus untuk diubahkan oleh-Nya. Perubahan terjadi karena menyerahkan diri kepada Kristus dalam iman.

2.    Karena nats ini merupakan pengalaman pribadi rasul Paulus, maka dia juga menjelaskan tentang keuntungan-keuntungan yang pernah ia miliki dahulu sebelum mengenal Krists (3:4b-6), tetapi kemudian dia buang seperti sampah karena Kristus dan karena pengenalannya akan Dia (ay. 7-8). Hal ini dia lakukan, karena ia mau memiliki Kristus dan kebenaran-Nya dengan jalan percaya dan bukan kebenarannya sendiri dengan jalan ketaatan kepada hukum Taurat (ay. 9). Ia mau mengenal Kristus dan mau menjadi serupa dengan Dia dalam penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya (ay. 10-11). Ia tahu bahwa ia belum sempurna, tetapi ia mengejar kesempurnaan itu dan ia berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya, karena untuk itulah ia telah ditangkap oleh Kristus (ay. 12-14).

3.    Before and after (sebelum dan sesudah). Paulus tidak mengatakan “apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap tidak penting atau kurang berarti, tetapi lebih daripada itu, sekarang kuanggap kerugian karena Kristus”. Sekali lagi, apa yang terjadi di dalam diri Paulus terjadi OLEH KARENA KRISTUS. Berulang-ulang Paulus menjelaskan ini dalam nats ini. Seolah-olah memberi penegasan kepada kita ada perubahan radikal SEBELUM MENGENAL KRISTUS DAN SESUDAH MENGENAL KRISTUS. Kebanggaan-kebanggaan masa lalu Paulus menjadi sebuah kerugian bahkan sampah ketika mengenal Kristus. Mungkin  kita juga bisa merenungkan, apa-apa saja kebanggaan-kebanggaan kita saat ini yang kemudian bisa menggantikan posisi Kristus dalam hidup kita? Seolah-olah kita lebih bangga dengan sesuatu itu dibanding dengan Kristus.

Maka, usahakanlah dalam PA Moria kali ini membuat daftar kebiasaan-kebiasaan diri kita yang telah diubahkan oleh Kristus. Buatlah tabel yang terdiri dari dua bagian, isinya karakter kita sebelum mengenal Kristus dan isi tabel yang kedua bagaimana karakter kita setelah mengenal Kristus.

4.    Mengenal Kristus tidak sama dengan sekedar tahu. Dari semua kebanggaan-kebangaan masa lalu Paulus, dia sadar bahwa ada sesuatu yang lebih mulia atau lebih tinggi dari semuanya yaitu “pengenalan akan Yesus Kristus”. Pengenalan  tidak sekedar mengenal secara intelektual (tahu biografi Kristus) tetapi ada yang lebih esensial dalam hal ini, yaitu mengenal dengan seluruh hidup artinya terjalinya “relasi yang mesra- persekutuan yang sangat dekat” dengan Kristus. Mengenal berarti menyatu dengan Kristus. Tidak sekedar tahu secara intelektual. Hal mengenal Kristus ini tentu hanya akan terjadi di dalam iman kepada Kristus, karena ada banyak hal misteri yang tidak bisa dipahami oleh kita jika hanya mengandalkan logika kita saja.

Pengenalan itu juga tidak diperoleh dengan sendirinya, tetapi pengenalan itu berasal dari Dia. Dia yang adalah Tuhan kita yang mememberikan pengenalan tersebut lewat iman. Dan pengenalan akan Dia akan terus bertumbuh seiring dengan relasi kita semakin hari semakin dekat dengan Kristus.

5.    Kita bisa belajar dari Rasul Paulus yang memiliki masa lalu yang hendak ia lupakan.  Sebelum 'ditangkap' oleh Tuhan Yesus, Paulus yang sebelumnya bernama Saulus adalah penganiaya jemaat; ia sangat antipati terhadap orang-orang Kristen.  Namun sejak bertemu Yesus hidup Paulus diubahkan.  Alkitab menyatakan;  "Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru:  yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17). 

6.    Paulus hendak mengakhiri suratnya dengan berpesan kepada jemaat agar mereka “bersukacitalah dalam Tuhan” (3:1a). Luar biasanya karena pesan ini diberikan oleh seseorang yang sedang menderita dalam penjara. Artinya sukacita Paulus tidak bisa “dipenjara” sebagaimana tubuhnya dipenjara. Ingat bahwa tema utama Surat Filipi ini adalah “Bagaimana hidup di dalam dunia yang memusuhi iman Kristen.” Dan dalam hidup di tengah-tengah dunia yang macam ini, Paulus di akhir suratnya berpesan agar jemaat “bersukacita di dalam Tuhan” (bukan di luar Tuhan), itu berarti bahwa sukacita kita ada di dalam Tuhan bukan di tempat lain atau yang lain.

7.    Tujuan Paulus setelah mengenal Kristus. Hidup tanpa tujuan akan menjadi sia-sia. Semua usaha kita selama menjalani hidup akan berakhir dengan kekecewaan, kehampaan, kelelahan, dan rasa frustrasi. Tujuan merupakan aspek penting yang membuat hidup menjadi bermakna dan berarti. Tujuan kita sebagai orang percaya sudah ditetapkan oleh Allah, yaitu kebangkitan dan hidup kekal bersama-Nya di surga. Oleh karena itulah, Paulus tidak lagi membanggakan keadaan lahiriahnya di luar Kristus. Sejak ia menerima Yesus sebagai Juru Selamat, arah tujuan hidupnya berubah secara radikal. Sebelumnya, tujuannya adalah mencari kehebatan dan kemegahan diri sehingga ia tega menganiaya orang-orang yang percaya kepada Yesus. Namun setelah berjumpa dengan Yesus, ia hanya ingin mengejar kebenaran dalam Kristus. Untuk itu, ia rela menanggalkan segala masa lalunya yang gemilang, lalu mengarahkan pandangan secara total untuk mengenal Yesus. Totalitas tersebut mengerahkan seluruh jiwa dan raganya agar ia menjadi sama seperti Kristus serta meraih mahkota kemenangan di dalam Allah. Ia bersungguh-sungguh bekerja keras, dan penuh keberanian untuk mengejar ini. Ia berserah penuh kepada Tuhan agar memampukannya. Tentu saja ini tidak mudah karena nyawa adalah taruhannya

8.    Banyak orang hanya mengarahkan hidupnya pada kesuksesan dan ketenaran duniawi belaka. Mereka mengejar hal itu semua dengan totalitas. Ironisnya, lebih banyak lagi orang yang malah tidak mempunyai tujuan dan arah hidup yang jelas. Mereka seperti tidak sadar, bahkan tidak peduli terhadap itu semua. Kehidupan dijalani begitu saja sehingga mereka tidak mengarahkan hidupnya pada apa yang kekal dan panggilan surgawi sampai ajal menjemput. Marilah kita arahkan pandangan kepada Tuhan yang menyediakan hidup kekal sehingga kita dapat bermegah dalam Kristus Yesus. Dengan hidup yang baru, tujuan kita adalah pengenalan diri akan Tuhan dan hidup yang kekal bersama Allah. Kita mesti mengarahkan hidup kepada Allah tidak sekedar tertuju kepada hal-hal yang fana di dunia ini.

9.    Tidak mundur meski ada tantangan. Beberapa kali Paulus memang hampir-hampir kehilangan nyawanya dalam tugas pemberitaan Injil. Bdk. 2 Kor. 4:8-10 “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;  kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami. Sebab kami, yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.” Pengharapan Paulus adalah juga pengharapan kita saat ini. Bahwa meski ada tantangan menjadi orang percaya, kita tidak mundur karena lebih dari apapun di dunia ini ada yang jauh lebih berharga dan mulia yaitu kebangkitan dan hidup kekal bersama Kristus (ay. 11).

Salam

Pdt. Dasma Turnip

GBKP Rg. Palangka Raya

Suplemen PJJ : Roma 16 :1-7: Tgl 17 - 13 November 2021

Si man ogen  : Roma 16: 1-7

Tema            : KERINA ERDAHIN GUNA TUHAN

 

1.    Surat Roma berisikan uraian teologis Rasul Paulus kerna keselamaten ibas Yesus Kristus. Ibas Surat enda tangkas uga teologia Rasul Paulus si berlatar belakang Yahudi tapi enggo seh man bana berita kerna Yesus Kristus. Ijenda banci sioge ajaren Paulus kerna manusia erdosa, Allah membenarkan, hidup baru, hidup sebagai tubuh Kristus, ras bagin si terakhir eme salam-salam.

2.    Pebe eme sekalak Diaken si reh i Kenkerea nari maba surat rasul Paulus man perpulungen si i Roma. Paulus paksa si e lenga pernah reh ku Roma tapi arah suratna enda ate Paulus mpetandaken dirina man perpulungen i Roma (Rm 1:10). Kota Roma adalah ibu kota kekaisaran Romawi. Sada ingan si cukup penting guna meritaken Injil Yesus Kristus. Ibas suratna iajuk Paulus gelah perpulungen i Roma ngaloken kerehen Pebe, nampati ibas siniperlukena bagi Pebe enggo nampati nterem kalak termasuk Paulus, sebab bage arusna ibahan anak-anak Dibata. Bagi Dibata ngaloken kita, bage me kita pe ngaloken temanta. Teman si sada kiniteken, teman si sada pelayanen enggo jadi bagin komunitasta amin gia mbaru denga sitandan. Sisampat-sampaten ibas dahin Tuhan (bdk. tema PJJ Minggu si lewat “Kerina Erdahin”). Palas si utama ibas ngelakoken pedah e eme erkiteken kita anak-anak Dibata, bage kin arusna silakoken ibas kegeluhen.

3.    Ibas ndahiken dahin Tuhan la banci one man show tapi arus lit teamwork. Rasul Paulus la banci erdahin sisada, nterem si mereken penampat. Erbage bentuk penampat e banci reh ibas kerina perpulungen asa si ersuruh ukurna. Banci si oge ibas bahanta, ise pe banci muat bagin. Sierdahin guna Tuhan erbage-bage latar belakangna. Dilaki ras diberu kerina muat bagin. Lit diaken diberu. Lit perbulangen ras ndehara. Lit mantan narapidana. Lit ka nande ras anak. Lit si la mbiar ngasamken kesah guna teman, lit si enggo latih erdahin guna Tuhan, bagepe lit si ermeriah ukur njadiken rumahna jadi ingan kebaktin. Kalak si mereken rumahna jadi ingan pulung ras beribadah, termasuk kalak si enggo ikut melayani Tuhan. Maka meriah min ukurta adi kita jadi tuan rumah ibas kegiatan-kegiatan gereja (sebelum pandemi). Bagepe meriah lah min ukurta aminna pe gundari erkiteken pandemi kegiatan gereja ilakoken i rumah masing-masing. Adi ibas rumahta ilakoken kebaktin, alu ngikuti live streaming youtube, atau PJJ lewat zoom meeting, ertina lit ibas rumahta hadirat Tuhan. Kesah si Badia hadir i tengah-tengah rumah inganta kebaktin. Malem kel ateta. Baik kita jadi tuan rumah adi enggo banci pulung, ntah kita beribadah di rumah masing-masing, tetaplah meriah ukurta sebab Dibata erdahin la terbatas ruang dan waktu.

4.    D. L. Moody, sekalak penginjil asal Amerika pernah ngataken: "Saya sanggup mengerjakan pekerjaan sepuluh orang dengan baik, tetapi saya lebih suka ada sepuluh orang yang mengerjakan tugasnya!" Sekalak pemimpin ibas pelayanen gereja arus pentar ibas membangun keterlibatan warga gereja alu mereken ruang untuk berkarya man kalak sideban. Semakin banyak yang terlibat, semakin baik. Partisipasi warga gereja adalah salah satu tolok ukur gereja yang hidup. Kerina erdahin guna Tuhan. Mari menjadi pelaku aktif ibas gereja.

5.    Arah Surat Paulus enda tempa-tempa hanya ucapan salam ras gelar-gelar ngenca sioge. Tapi arah enda teridah litna apresiasi man si enggo muat bagin ibas erdahin. Apresiasi enda arah teman sepelayanen, ntah arah pemimpin jemaat, walau hanya sekedar salam sapa “mejuah-juah”. Perlu kita nginget gelar-gelar kalak si enggo nampati kita, ntah pe si enggo pernah sepelayanen ras kita. Memang pelayanan guna Tuhan labo guna manusia, tapi adi kita terberkati ula kita pelit mereken apresiasi. Mengucapkan terima kasih, memberi ucapan yang menyemangati, mengakui bahwa kita terberkati lewat pelayanan yang diberikan, bahkan sekedar ngataken bujur ibas grup WA kenca pengurus ermomo,  kerina e banci mereken semangat man si enggo hadir. Sada hal si mehuli ibas Doa Pagi Klasis Jakarta-Kalimantan, lit Pandita si ertugas menyapa kerina si hadir secara virtual. Sanga isapa gelari sada per sada, gelah tergejap ibas teman e kehadirenna nambahi keriahen ukur, janah si isapa pe merasa dihargai ibas ia enggo menyediakan waktu untuk hadir. Lit gunana kerina si hadir e, ula lit si kitik ukur. Kerina lah kita erdahin guna Tuhan.

Pdt Yohana br Ginting

Rg GBKP  Cibubur

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate