Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Minggu, 06 September 2020 ; Yohanes 2 : 1-12

Invocatio    : “Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan      ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.” (1 Kor. 5 : 8)

Bacaan       :  Ayub  42 : 7 – 11  

Khotbah     :  Yohanes  2 : 1 – 12 

Tema         :  “Yesus Membenahi/ Menerangi Adat”

 Pendahuluan

Saudara-saudari yang terkasih, ada satu pepatah mengatakan, “Lain lubuk lain ikannya, lain tempat lain kebiasaannya.” Kebiasaan adalah bagian dari adat atau budaya setempat. Setiap suku/ etnis mempunyai adat atau budaya masing-masing. Kita suku/ orang Karo mempunyai adat budaya kita sendiri. Orang Jawa dan orang Sunda juga mempunyai adat budayanya. Demikian juga orang Israel atau orang Yahudi dalam teks kita mempunyai adatnya sendiri. Minggu ini adalah Minggu Budaya II di gereja kita. Bisa jadi kita bertanya dalam hati. Mengapa sampai 2 kali dilaksanakan Minggu budaya di Gereja kita? Jawaban saya pribadi yaitu karena Gereja kita memandang budaya begitu penting dalam hidup dan kehidupan kita. Karena adat dan budaya tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari lahir, bahkan sebelum lahirpun sampai meninggal, kita punya adatnya. Karena penting sekali budaya ini diterangi oleh firman Tuhan. Budaya tentu saja punya kekurangan dan kelemahan. Budaya tidaklah sempurna. Yg sempurna hanya Tuhan Yesus. Karena itu budaya perlu dibenahi dan diterangi.    

ISI

Yesus diundang ke pesta yang mengalami kekurangan anggur (ayat 1-5)

      Sama seperti kita orang Karo, orang Yahudi juga melangsungkan pesta perkawinan. Inilah yg terjadi di Kana yang di Galilea. Maria ibu Yesus, Yesus dan murid-muridNya diundang ke pesta itu. Yesus bersama murid-muridNya datang ke pesta tersebut. Yesus ada di adat Yahudi tersebut. Awalnya pesta berjalan baik dan lancar. Tiba-tiba terjadi masalah tetapi belum semua tahu masalahnya. Yg tahu persis adalah orang-orang tertentu saja seperti petugas konsumsi, Maria dan Yesus tentunya karena Dia adalah Mesias, Anak Allah, Juruselamat. Maria memberitahu Yesus akan situasi masalah pesta. Terjadi percakapan antara Yesus dan ibuNya Maria. Bukan berarti Yesus tidak sopan kepada Mara. Juga bukan bermaksud menghina Maria dengan mengatakan, “Mau apakah engkau dari padaKu?” Disini Yesus mulai menyatakan siapa Dia sebenarnya. Dia bukanlah sekedar anak Maria. Justru Ia adalah Tuhannya Maria. Yesus tahu akan saat dan waktunya yg tepat untuk beraksi.  

      Diundang ke sebuah pesta adat misalnya perkawinan sudah biasa bagi kita. Bahkan sebelum Covid 19 terjadi bisa 2 atau 3 undangan adat yang kita terima dalam satu hari. Kita hadir dengan sukacita dan kita ada dalam acara adat yg dilaksanakan. Ketika kita diundang marilah menghargai undangan tersebut. Kita menghargainya dengan mengadirinya dengan baik . ketika kita diundang berarti kita diperlukan oleh yg melaksanakan pesta. Marilah kita menunjukkan bagian dan peran kita sesuai dengan undangan yg diterima. Berikan yg terbaik yg bisa kita lakukan bagi yg berpesta. Jangan pandang bulu alias pilih kasih dalam mendatangi yg berpesta. Lihat apa yg kurang di pesta, bukan melihat kekurangan atau kelemahan pesta. Lalu berbuat sesuatu untuk membenahinya. 

Yesus mengubah air menjadi anggur (ayat 6-10) 

     Yesus menyuruh para pelayan pesta untuk mengisi tempayan-tempayan yg adalah tempat air untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi. Isi total air yg dibutuhkan kira-kira 450-690 liter. Para pelayan tidak berbantah dan tidak melayan perintah Yesus. Mereka dengan taat melaksanakannya seperti arahan Maria. Apa saja yg disuruh Yesus mereka lakukan, merekea laksanaka dengan baik. Dan terjadilah mujizat. Air diubah Yesus menjadi anggur yang sangat baik/ anggur terbaik. Pemimpin pesta tidak tahu apa yg telah terjadi. Tetapi para pelayan yang mencedok dan menghantar air yg telah berubah anggur itu tahu. Maka selamatlah pesta dari rasa malu, cibiran dan aib. Semua karena mujizat yg telah dibuat Yesus.         

     Adat yg kita atau orang lain lakukan bisa jadi menghadapi masalah. Ada banyak factor yg bisa terjadi yg tidak disangka dan diduga. Walau sudah dipersiapkan dengan matang dan didoakan bisa saja terjadi hal yg tidak diharapkan. Tema kita mengatakan, “Yesus Menerangi, Membenahi Adat.” Yesus datang bukan menolak adat, pesta di Kana. Dia juga tidak meniadakan adat. Dia datang menerangi, membenahi dan menyelamatkan adat, pesta di Kana. Sebagai orang percaya, marilah teladani Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengubah yg tidak baik menjadi baik kembali. Tuhan Yesus datang menjadi pemecah masalah. Masalah menjadi tidak masalah bersama Yesus. Lihat apa yg bisa kita lakukan terhadap pesta adat yg kita hadiri. Lihat dan temukanlah apa yg perlu diterangi dan dibenahi di acara adat-adat kita. Karena adat, pesta dan budaya kita produk lama dan terlebih buatan manusia, pastilah ada kekurangan dan kelemahan. Sebaik dan sebagus-bagusnya budaya yg ada pasti ada  cacat celanya. Apalagi dibuat oleh manusia yg sudah jatuh ke dalam dosa. Inilah tugas kita sebagai orang percaya untuk menerangi dan membenahinya untuk melayani manusia. Adat ada untuk melayani manusia. Adat adalah alat untuk melayani. Adat untuk manusia, bukan manusia untuk adat. Karena itu adat itu sejatinya untuk mensejahtrakan, membahagiakan dan memuliakan manusia. Adat tidak boleh membebani dan memberati kita. Ketika adat dilaksanakan untuk pamer, menunjukkan gengsi, kesombongan dan ketinggian hati, di situ adat harus diterangi dan dibenahi. Ketika adat bertele-tele, mengorbankan waktu orang banyak itu juga harus diterangi dan dibenahi. Lihatlah bagaimana Ayub melakukan pesta/ adatnya setelah kepulihannya (Ayug 42:7-11). Adat yg  dilaksanakan intinya atau utamanya untuk berempati dan  simpati atas segala malapateka yg dialami Ayub. Lalu menyelamati Ayub dan memberikan dukungan moril dan materil (doa dan dana). Terlebih di zaman IT atau digital ini, saatnya menerangi dan membenahi adat-adat kita. Saatnya berpesta, melaksanakan adat dengan kemurnian dan kebenaran (bdk. 1 Kor. 5:8). Sebagai anak-anak Tuhan, marilah agar kehadiran kita di dalam pesta dan di adat menjadi pengubah positif. Biarlah kehadiran kita membenahi, bukan justru merecoki. Memberi nilai tambah; bukan memberi nilai kurang. Menerangi; bukannya menggelapi. Meneduhkan; bukan malah memanaskan. Menyelamatkan; bukannya mencekakan. Menyukakan; bukannya mendukakan. Membersihkan; bukan justru mengotori. Memberi; bukannya mengambil. Menenangkan; bukan jadi menegangkan. Menyelesaikan; bukannya membuntukan. Memberi kebaikan; bukannya membawa keburukan.       

Tanda untuk menyatakan kemuliaan agar percaya Yesus (ayat 11-12)

            Air berubah menjadi anggur di Kana yg di Galilea adalah tanda ajaib (mujizat) pertama yg dilakukan Yesus. Ada 7 mujizat yg Yesus perbuat dalam pasal 2-12. Tanda-tanda mujizat tersebut tidak asal dibuat Yesus. Ada maksud dan tujuan Yesus membuat tanda mujizat. Tanda-tanda mujizat yg dibuat Yesus adalah untuk menyatakan kemuliaanNya. Mujizat dibuatNya agar orang percaya kepadaNya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan supaya oleh imannya ia memperoleh hidup dalam namaNya (bdk. 20:31). Setalah melihat tanda ajaib air menjadi anggur ini, murid-muridNya percaya kepadaNya.       

Banyak orang Kristen meminta dan berharap agar terjadi mujizat dalam hidupNya. Mujizat kesembuhan, mujizat mendapat anak/ keturunan, mujizat dalam usaha dan pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya. Sah, tidak salah dan boleh-boleh saja. Tetapi marilah tidak hanya sampai melihat terjadi mujizat. Tetapi lihatlah kemuliaan Tuhan di balik muzijat yg terjadi baik terhadap diri kita maupun di luar diri kita. selanjutnya biarlah kemuliaan yg kita lihat membawa kita semakin beriman dan percaya kepada Tuhan Yesus. Biarlah kita semakin melihat kemuliaanNya dan semakin dimampukan untuk memuliakanNya.

Penutup/ kesimpulan

       Covid 19 mengubah semua segi dan aspek kehidupan kita manusia. Bukan hanya segi kesehatan, pekerjaan dan pendidikan anak-anak kita saja. Tetapi juga termasuk cara bergereja dan beradat kita. Kita harus melihat semua hal, semua aspek hidup kita secara baru. Dan kita harus mendefinisikan ulang cara dan prilaku kita. AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) dengan prilaku baru di tatanan kehidupan baru (New Normal Life) tidak bisa tidak. Ini menjadi suatu keharusan dan mutlak. Kita hanya bisa melihat normal lama (Old normal). Normal lama sepertinya tinggal kenangan atau memori saja. Selama ini acara adat kita  berjalan lancar dan normal seperti: Mbaba Belol Selambar, Nganting Manuk, Kerja Erdemu Bayu, pemasu-masun perjabun, Persadan Tendi, Mesur-mesuri, Peridin Sibadia man anak kitik, Motong buk anak kitik, Mbuka kunci dst. Sekarang semua harus kita pikirkan ulang dan susun ulang. Saatnya normal baru (New Normal) mulai. Termasuk dengan semua adat dan budaya kita. Adat dan budaya kita harus berubah dan menyesuaikan. Dalam hal ini marilah kehadiran kita adalah kehadiran yg menerangi dan membenahi adat kita. Biarlah adat kita untuk melayani kita. Adat yg kita laksanakan untuk meninggikan dan memuliakan Tuhan Yesus. Amin.

Pdt. Juris Tarigan, MTh; 

GBKP RG Depok – LA

Minggu 30 Agustus 2020 ; Lukas 12 : 13-21

Invocatio    : “Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang” (Markus 7:23)

Bacaan       : Amsal 22:22-29

Kotbah        : Lukas 12:13-21

Tema          : Kaya di hadapan Allah                            

PENGANTAR

Kaya dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki tiga pengertian, yaitu :  mempunyai banyak harta (uang dan sebagainya), mempunyai banyak (mengandung banyak dan sebagainya), (ber) kuasa. Dalam budaya karo, ketika ada orang yang menikah, pesan yang biasa  disampaikan kepada pengantin adalah : “Merih manuk ni asuh, mbuah page ni suan”, yang dapat diartikan sebagai doa agar apapun yang dikerjakan berhasil. Dalam kehidupan, banyak orang berharap agar hidupnya lebih baik, lebih sukses, lebih kaya dan sebagainya, sehingga ia bekerja keras dan berjuang untuk mendapatkan lebih banyak dari apa yang sudah dimilikinya. Apakah itu salah?? Tentu saja tidak!!. Tapi firman Tuhan hari ini, mengajak kita untuk melihat lebih dalam tentang kekayaan, yang tidak hanya tentang bagaimana mendapat dan mengumpulkan tetapi juga bagaimana menggunakan sehingga kita kaya di hadapan Allah.

ISI

Invocatio

Markus 7:23, merupakan apa yang dikatakan Yesus kepada murid-muridNya, tentang apa yang menajiskan orang, yaitu hal-hal yang jahat yang timbul dari dalam hati manusia. Dimulai dari ay. 21-22, Yesus menjabarkan tentang hal-hal jahat yang timbul dari dalam, dari hati manusia, yaitu :timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahaan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan dan kebebalan.

Bacaan

Amsal 22:22-29, merupakan bagian dari amsal-amsal orang bijak, yang menuntun kepada hidup yang benar di hadapan Tuhan (bdk.ay. 19-21).  Bagian kitab Amsal ini berbicara tentang, bagaimana bersikap terhadap orang lemah, bagaimana menjaga pergaulan, dan  bagaimana bijak dalam melihat situasi dan bagaimana orang yang cakap dalam pekerjaan akan berhasil dalam kehidupannya.

Kotbah

Lukas 12:13-21, merupakan perumpamaan yang mengkisahkan tentang seseorang yang kaya, yang memiliki banyak harta, dan ingin membuat lumbungnya lebih besar, sehingga dia akan menimbun hartanya disana selama bertahun-tahun lamanya, dan kemudian dia akan berkata kepada jiwanya : jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya, beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi Firman Tuhan berkata: Hai, orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kau sediakan, untuk siapakah nanti?. Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah. Beberapa hal yang bisa kita lihat dari kehidupan orang kaya ini adalah :

·         Ia adalah seseorang yang tidak memiliki relasi dengan orang lain, sehingga ia bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya serta memuji dirinya sendiri (ay. 17-18).

·         Ia tidak puas dengan apa yang ia miliki, terlihat dari apa yang dikatakannya “aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku”.

·         Ia adalah seseorang yang berorientasi pada dirinya sendiri, terbukti dari kata “aku” dan “ku” yang muncul dalam 3 ayat (17,18,19) sebanyak 13 kali.

          Perumpamaan yang disampaikan Yesus ini, merupakan agar berjaga-jaga dan waspada terhadap segala ketamakan dan tidak menggantungkan hidup pada kekayaan, namun kepada Tuhan. Kita tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir. Jika selama hidup kita hanya menimbun, maka sia-sialah semua yang kita miliki ketika kita sudah mati.

APLIKASI

Menjadi kaya tidaklah dosa, karena kekayaan adalah salah satu berkat yang Tuhan janjikan, sehingga kita tidak perlu takut untuk hidup sebagai orang kaya. Namun jika karena kekayaan yang kita punya kita menjadi orang yang sombong,  atau untuk mendapatkan kekayaan kita melakukan segala cara, itulah yang dosa. Firman Tuhan hari ini lebih jauh mengajar kita bagaimana memandang kekayaan tidak hanya secara materi dan di dunia ini, tapi juga kaya di hadapan Allah.  Beberapa hal yang bisa kita renungkan, antara lain:

1.    Jangan mengantungkan hidup pada kekayaan, tapi gantungkanlah hidup kepada SANG Pemilik kekayaan. Kita bisa berjuang dan bekerja keras untuk meningkatkan kehidupan kita, tapi jangan biarkan ambisi untuk mendapatkan kekayaan menjauhkan kita dari kehendak Tuhan.  Jangan karena alasan kesibukan dalam pekerjaan kita menomorduakan Tuhan.

2.    Bersykurlah atas apa yang kita miliki, itulah kekayaan yang bernilai tinggi, seperti sebuah kata bijak “ orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki segalanya tapi orang yang mampu bersykur atas apa yang dimilikinya”. Layaknya orang tua yang senang ketika anaknya berterima kasih atas pemberiannya, bukankah ALLAH sebagai BAPA kita, juga akan senang jika kita anak-anakNya selalu bersyukur atas apa yang diberikanNya pada kita?. jangan bandingkan hidup kita dengan orang lain, karena Tuhan memberikan berdasarkan porsi kita masing-masing.

3.    Pakailah kekayaan yang Tuhan beri sebagai alat kita untuk bersaksi dan melayani. Tuhan tidak akan memberkati kita tanpa sebuah tujuan. Sejak semula Tuhan memberkati manusia dengan sebuah tujuan yaitu supaya menjaga dan menguasai bumi (Kej. 1:28), begitu pula Abraham yang diberkati Tuhan untuk menjadi berkat bagi berkat (Kej.12:2-3). Layaknya pohon berbuah tidak untuk dirinya sendiri, tapi untuk dinikmati. Demikia pula kehidupan kita sebagai orang percaya, semakin kita diberkati dengan kekayaan yang kita miliki, berarti Tuhan ingin kita bersaksi dan melayani semakin luas lagi. Jangan takut memberi, karena layaknya “pancuran” (bahasa karo), kita hanyalah saluran, semakin besar kita menyalurkan, semakin besar pulalah Tuhan akan menyalurkan melalui kita. Akhir kata :ikan teri ikan tenggiri, semakin memberi semakin diberkati. Kiranya Tuhan tetap memberkati. Amin.

Pdt  Evlida br Ginting

Runggun GBKP  Klender

Minggu tgl 23 Agustus 2020 : 2 Samuel 9 : 1-13

Invocatio      : Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya telah menasehati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang. (2 Tesalonika 2:11)

Bacaan          : 1 Yohanes 3:1-3 

Khotbah        : 2 Samuel 9:1-13 

Tema            : Ayah yang Setia dan Penuh Kasih / Bapa si Setia ras Erkeleng Ate

I.         PENDAHULUAN

Kata setia dalam KBBI adalah berpegang teguh pada janji dan pendirian, patuh, taat. Bagaimanapun berat tugas yang harus dijalankannya, ia tetap melaksanakannya. Sedangkan pengertian kasih1 adalah perasaaan yang dimiliki setiap manusia, perasaan ini akan timbul apabila manusia tersebut mempunyai rasa memiliki dan menyayangi. Kasih juga bisa dikatakan hubungan keterkaitan antara manusia tersebut dengan sesuatu. Bukan hanya antara manusai dengan manusia tetapi bisa juga antara Tuhan dengan manusia. Dengan adanya rasa kasih membuat manusia mempunyai tujuan hidup yang akan diperjuangkan antara lain dengan memberi yang terbaik dan membahagiakan orang lain. Kasih beda dengan cinta, kasih lebih bersifat rasa kepedulian seseorang tanpa meminta imbalan atas apa yang telah dilakukannya.

Melalui minggu Mamre hari ini, dua pengertian diatas menjadi sebuah harapan bagi setiap kita sebagai jemaat GBKP dimiliki oleh semua Mamre GBKP sebagai ayah/bapak di tengah keluarga. Walaupun pada kenyataannya semua tidak mudah untuk bisa dilakukan sebagai seorang ayah/bapak. Firman Tuhan hari ini menjadi persinget atau kembali mengingatkan bagaimana sikap setia dan penuh kasih itu.

II.       ISI / PENJELASAN NATS 1 https://abdulgani84.wordpress.com

Perikop Firman Tuhan hari ini menceritakan tentang janji dan kasih Daud setelah ia jadi raja atas Israel. Kasih dan janji yang ia nyatakan kepada keturunan Saul terlebih kepada Mefiboset sebagai anak Yonatan yang merupakan sahabat Daud.

1.         Kasih setia atas perjanjian (ayat 1-4)

Daud mengingat akan perjanjiannya kepada Yonatan yang diikat dihadapan TUHAN (1 Samuel 20). Ketika Saul mau membunuh Daud dan Yonatan tidak percaya akan keinginan ayahnya tersebut maka Yonatan mencoba untuk menyelamatkan Daud. Yonatan sangat percaya kepada Daud dan meminta kalau ia mati Daud tetap harus menunjukkan kasih setia TUHAN kepada keturunan Yonatan melalui Daud. Atas perjanjian itulah maka Daud mau menunjukkan kasih setianya kepada keturunan Saul yang masih hidup/ada. Daud benarbenar menunjukkan integritasnya sebagai raja dan orang yang kasih kepada TUHAN sehingga ia tidak mau melanggar perjanjiannya kepada Yonatan. Dan melalui hamba Saul bernama Ziba yang bekerja kepada Daud maka Daud dipertemukan kepada Mefiboset.

2.         Kasih Setia atas anugerah TUHAN (ayat 5-10)

Ketika Daud dipertemukan kepada Mefiboset maka Daud mencoba memberi ketenangan kepada Mefiboset ‘janganlah takut’. Hal yang wajar jikalau rasa takut itu pasti ada pada keturunan Saul karena kerajaan yang harusnya milik ayahnya sudah di ‘rebut’ oleh orang lain yaitu Daud. Ditambah dengan kondisinya yang tidak punya keluarga lagi dan cacat secara fisik. Daud juga memberikan semua semua harta yang dimiliki keluarga Saul sebelumnya kepada Mefiboset. Agar Mefiboset tidak mengkuatirkan akan kehidupan yang akan dijalaninya. Tidak hanya untuk Mefiboset, Daud juga memberikan kekercayaan kepada Ziba dan seluruh hambanya untuk melayani Mefiboset dan mengelola tanah Mefiboset. Dan Daud memperlakukan Mefiboset sebagai anak Raja ‘maka ia akan makan sehidangan dengan aku’. Karena seharusnya memang Mefibosetlah sebagai penerus kerajaan dari Saul – Yonatan – Mefiboset. Apa yang dilakukan Daud kepada Mefiboset sebenarnya secara politik sebuah tindakan yang bisa mengancam kedudukannya sebagai raja. Dengan memperlakukan keturunan raja yang digantikannya hidup berdampingan dengan Daud. Menjadi bagian keluarga kerajaan. Firman TUHAN tidak memperlihatkan adanya rasa kekuatiran tersebut pada diri Daud. Semua ini bisa dilakukan pastinya tidak terlepas dari anugerah TUHAN yang telah ia rasakan dan janjinya kepada Yonatan (bd.7). Ketenangan, perlindungan dan kedudukan diberikan Daud kepada Mefiboset sebagai bentuk kasih setianya.

3.         Respon atas kasih setia Daud

Setelah Daud menyatakan keinginanya untuk memenuhi janjinya kepada Yonatan melalui Mefiboset dan hamba-hambanya, maka Ziba sebagai hamba berjanji untuk melakukannya perintah Daud. Harkat dan martabat Mefiboset sebagi keturunan Saul raja Israel pertama terpulihkan melalui kasih setia TUHAN melalui Daud.

III.     APLIKASI

Melalui perikop Firman TUHAN ini mengingatkan kita betapa pentingnya kesetiaan kepada apa yang telah dijanjikan. Hal ini dapat kita pelajari dari kesetiaan Daud terhadap perjanjiannya kepada Yonatan. Walaupun Yonatan sudah mati tetapi Daud tetap merasa penting akan sebuah perjanjian apalagi yang sudah diikat dihadapan TUHAN. Dalam 1 Yohanes 3:1-3 juga mengingatkan kita karena kasih setia Allah melaui Yesus Kristus kita disebut sebagai anak-anak Allah. Untuk menunjukkan bahwa kita anak-anak Allah dan sudah mengikat perjanjian dengan Allah (dengan adanya baptisan sebagai simbol perjanjian) kita harus mampu memperlihatkan hidup seperti yang Allah inginkan. Menunjukkan kasih setia kepada Allah dengan kita mampu memperlihatkannya kepada orang lain. Di minggu ini yang menjadi harapan kita bagi semua Mamre dimampukan untuk hidup setia dan penuh kasih setia TUHAN seperti kasih setia yang diperlihatkan Daud. Hidup takut akan TUHAN dan menjaga perjanjian pernikahan yang sudah diikat dihadapan Allah dalam sebuah pemberkatan. Sebagai Moria dan anak-anak kiranya juga dimampukan untuk mendukung Mamre sebagai ayah/bapak dalam keluarga untuk hidup seperti yang TUHAN inginkan di tengah keluarga dengan membawa ketenangan, perlindungan dan menjaga kehormatan keluarga. Baik dalam memimpin keluarga dekat pada TUHAN, bekerja dan berusaha seperti yang TUHAN inginkan agar sinar Kristus terpancar dalam kehidupan semua Mamre di GBKP.

Pdt. Mea br Purba

GBKP Runggun Cibubur

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate