Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Suplemen PJJ ; Efesus 2 : 8-10 ;Tgl 26 Juli -1 Agustus 2020

(Ngelitken ras Merawat Inventaris Gereja)

Nats   : Efesus 2:8-10

Tema  : Ngerencanaken Ras Ndahiken

Ibas 79 Tahun GBKP NJayo,  melala kel tuhu perkembangan-perkembangan si terjadi. Wilayah pelayanan semakin luas ibarengi alu pembangunan-pembangunan gedung gereja. Enda tuhu sada prestasi si luar biasa, si banci siidah wilayah pelayanan GBKP.  Tentu kerina enda banci terjadi erkiteken lit sada dasar sinteguh sierbahanca maka GBKP banci berkembang dari waktu ke waktu.

Enda me siitekanken  Rasul Paulus ibas suratna man perpulungen Efesus, alu ngajuk ndalaniken sura-sura Dibata ibas kegeluhen guna persadan manusia ibas Jesus Kristus. Jadi lit 2 point penting eme ibas kegeluhen eme Nggeluh ibas persadan ras Sura-sura Dibata/Kiniteken. Ituriken Paulus maka persadan e banci jadi erkiteken Dibata Bapa enggo milih bangsaNa, ngalemisa ras mbebaskenca arah Jesus Kristus AnakNa. Emaka  Perikop bahan PJJ nta pe nuriken kerna perubahan kecibal  ibas kematen ku kegeluhen.  Dosa erbahanca manusia kehilangen kegeluhennna, tapi Dibata arah Yesus Kristus ngangkatken manusia ibas kematen nari bengket ku bas kegeluhen si rasa lalap. Kerina e jadi erkiteken lias ate Dibata sierbahanca kita terkelin, iepeke Dibata kita, ipekundulNa kita ras Ia guna sada tujun eme gelah reh ngasupna kita ngidah kiniulin Dibata ibas Jesus Kristus man banta. Lias ate Dibata nge sierbahanca kita selamat labo erkiteken perbahanenta. Jadi perbahanenta eme buah ibas kita nggejapken lias ate Dibata  si enggo leben nelamatken kita. Lit sada kuan-kuan nina “tidak ada konsep Moral tanpa Agama”. Contohna, Aku mengasihi karena iman. Ketika kita mengasihi tanpa iman, berarti aku mengasihi untuk kepentingan diriku sendiri.  Jadi iarapken pe maka lias ate Tuhan jadi palas ibas ndalani kegeluhen ibas kiniersadan. Aminna pe berbeda suku, latar belakang, kebiasaan tapi kerina enggo irakut alu lias ate Tuhan sebagai anak-anak si enggo iselamatken,  sienggo ipilih guna ndahiken dahin-dahin si mehuli sienggo leben irencanaken Tuhan, guna sidahiken. Jadi mari sicidahken kinitekenta ras lias ate Dibata sienggo sialoken e alu muat bagin ibas dahin Tuhan, eme ngelitken ras merawat inventaris gereja. Adi sinen nominal aset-aset gereja  sebagian besar totalnya mencapai miliyaran rupiah, si e pe ndube ilitken sebagai ulih nggeluh ibas kiniersadan.  Kerina mpersada gegeh aminna pe labo seri gegehta. Tapi melala denga kel siidah kurangna kesadarenta guna njagai ras merawat.  Tentuna adi lit barangnta simeherga labo mungkin siampar-amparken, tapi pasti sijagai ras siperdiateken.  Tapi mekatep enda la teridah ibas kecibal nandangi rumah pertotonta bagepe kerina inventaris si lit. Mungkin karena ini milik bersama she maka kita kurang merasa memiliki, piah sidalih-dalihen (enggo lit tim inventaris, koster, rsdna). Semestinya  ibas perawaten pe harus menjadi gerakan bersama ibas sada persadan. Emaka tetaplah sibuat baginta aminna pe sitik/kitik tapi ula sempat ketadingen kita ibas dahin ngelitken ras merawat inventaris gerejanta. Alu pengarapen, arah perbahanenta e, teridah kinitekenta sebab kerina enda guna pujin man Tuhan.  

Pdt Sripinta br Ginting

Rg GBKP Cileungsi

Suplemen PA Moria : Kuan-kuanen ; Tgl 9-15 Agustus 2020

Ogen            : Kuan-kuanen 23:24-25

Tema            : Bahanlah Megah Akap Orangtua

Tujun           : Gelah Moria

-          Meteh maka malem kal ate orangtua adi anakna mpehaga ia

-          Reh beluhna ngergaken orangtua

1.    Jika orangtua ditanya saat ini, Apakah yang paling diharapkan dan mampu membuatnya bersukacita dari seorang tua dari anaknya? Di antara kita akan menjawab, jika anak berprestasi, sukses, kaya dsb. Tetapi ada penggalan syair KEE 124:3 “Meriah kal iakap orangtua, adi anakna ngikut ajar e, e malem ukur si mesui lupa, ‘Di la njuruken lagu anak e...”. benarkah apa yang dinyatakan dalam syair lagu KEE tersebut? Salomo mengakui kebenaran apa yang diungkapkan dalam KEE tersebut. Bahwa yang membuat orang tua berbahagia adalah ketika anaknya "hidup benar dan bijak" (ay.24). Bahwa ada juga sebagian orangtua melihat kekayaan dan kesuksesan jauh lebih menarik daripada "hidup benar dan bijak". Bahkan  beberapa orang tua tidak peduli bagaimana kualitas hidup anaknya, yang penting secara lahiriah sukses. Firman Tuhan hendak menolong kita. Siapa kita jauh lebih penting di hadapan Allah daripada apa yang kita miliki. Menjadi orang benar jauh lebih penting daripada apa yang kita hasilkan. Sebagai orang tuapun kita harus menjadikan ini sebagai nilai. Jangan bangga ketika anak terlihat berhasil dan hidup berkelimpahan tetapi pada sisi yang lain spritualnya tidak benar. Berbangga dan bersukacitalah ketika anak saudara memegang prinsip-prinsip kebenaran dan hidup dengan bijaksana seturut dengan firman Tuhan.

2.    Kehadiran anak ditengah keluarga tentu sangat menggemberikan. Sehingga banyak ungkapan yang menyatakan bahwa anak itu merupakan hal yang paling berharga, anak adalah permata hati, anak adalah harta termahal, dsb. Biasanya ketika ada pertemuan di antara orangtua di acara-acara tertentu maka salah satu topik pembicaraan adalah tentang anak (piga anakndu? ja ia sekolah ntah kuliah? Ja ia erdahin? rst ).  Ketika ada orangtua yang kebetulan anaknya memiliki karakter yang baik, memiliki prinsip kehidupan yang benar, benar di mata manusia dan benar di mata Tuhan, tentunya dia akan senang/ bahagia menceritakan tentang anaknya kepada orang lain. Sebaliknya akan terjadi, jika anak tersebut tidak berlaku benar, sering menyakiti hati orangtua, hidupnya tidak jelas maka itu suatu hal yang memalukan dan jelas menjadi beban pemikiran orangtua pastinya. Meskipun anak tetaplah anak.

3.    Anak yang memberi sukacita di ay. 24b tidak hanya benar di mata manusia dan di mata Tuhan, tetapi dilengkapi dengan segala pengetahuan yang dibutuhkan dalam hidup, ia dewasa karena mampu mempertimbangkan dan memilih yang benar dan yang baik dari sekian banyak yang tidak benar dan tidak baik. Ia tidak saja memilki tata tertib yang baik, tetapi memperoleh keberhasilan dalam hidupnya. Orangtua mana yang tidak akan bersukacita melihat anaknya bertumbuh menjadi anak bijaksana seperti ini?

4.    Ay. 25a “biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita” hal ini ditegaskan ulang akan dampak/ hasil dari kehidupan seorang anak yang benar dan bijak kepada orangtuanya. Di dalam ay. 22 disebutkan peran ayah dan ibu yang seimbang dalam mendidik anak-anaknya (itu berarti penting sekali peran tim di dalam keluarga antara ayah dan ibu), karena itu dalam ay. 25a disebutkan bahwa keduanya bersukacita menyaksikan hasil didikan mereka. Banyak bagian kitab Amsal yang memberikan informasi mengenai hubungan yang seimbang antara ayah dan ibu dan yang timbal balik antara anak dan orangtua. Orangtua mengajarkan hikmat kepada anaknya dan anak bijak yang berhasil hidupnya mendatangkan sukacita bagi kedua orangtuanya (Ams. 1:8-9; 4:1-4; 10:1, dan 29:3).

5.    Ay. 25b “biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau”. Untuk memberi penegasan, kegembiraan orangtua kembali disebutkan di sini. Kalau dalam ay. 25a disebutkan ayah dan ibu bersukacita, dalam ay. 25b yang bersukacita adalah ibu yang melahirkan dia. Pada ayat-ayat sebelumnya (ay. 22a dan 24b) disebutkan ayah yang memperanakkan, sekarang pada ay. 25b ibu yang melahirkan. Hal ini memperlihatkan keseimbangan peran ayah dan ibu dalam memperanakkan dan mendidik anak-anaknya.

6.    Tema kita “Bahanlah megah akap orangtua”. Ada sebuah konsep dalam budaya Cina yang disebut Haoyang merupakan sebuah konsep yang telah diwariskan dari generasi ke generasi di Cina selama ribuan tahun. Kebanyakan orang Cina setuju bahwa anak-anak harus menunjukkan bakti kepada orang tua dan sesepuh keluarga lain, seperti kakek-nenek.Pada zaman dulu,orang-orang yang tidak memperlakukan orang tua dengan baik dipandang rendah oleh masyarakat. Jika seorang pejabat tidak menunjukkan bakti, ia tidak dipromosikan. Jika seorang sarjana tidak menunjukkan bakti, ide-idenya tidak disetujui oleh orang lain. Jika pemilik toko tidak menunjukkan bakti, tidak ada yang akan membeli sesuatu dari dia. Dan jika seorang wanita tidak menunjukkan bakti, tidak ada yang akan menikahinya. Dalam beberapa dinasti, kurang berbakti terhadap orang tua dianggap kejahatan. Dan sejarah ini sudah berlangsung sejak lama.Bakti kepada orang tua merupakan kriteria utama pemilihan pegawai negeri pada zaman Dinasti Han dari tahun 206 SM (kutipan dari laman BBC dengan judul “Pujian untuk profesor yang membawa ibunya yang berusia 85 tahun mengajar”).

7.    Moria sebagai anak dan Moria sebagai ibu. Kedua peran ini harus ditampilkan dengan baik. Sebagai anak tentu menjadi kewajiban untuk mengormati orangtua, seturut dengan firman Tuhan sendiri dalam Kel. 20:12 ”Hormatilah ayah dan ibumu supaya kamu berumur panjang di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”. Sebagai ibu, Moria juga harus menjadi teladan dalam mendidik anak-anak supaya kelak anak-anak memberi sukacita ke tengah-tengah keluarga. Supaya kelak, Moria tidak “menyesal” di dalam hatinya melahirkan anak, karena kehidupan anak tersebut tidak benar bahkan cenderung merusak. Dan ada juga beberapa kita lihat, gara-gara memikirkan kehidupan anak yang tidak baik, orangtua menjadi stress dan bahkan ada yang sakit.

8.    Ada syair lagu Toba yang judulnya “Uju Dingolukkon Ma Nian” seperti ini “so marlapatan marende, margondang, marembas hamu.molo dung mate au.so marlapatan nauli, na denggan, patupaon mu.molo dung mate au.uju di ngolukkon ma nian.tupa ma bahen akka nadenggan.asa tarida sasude.holong ni rohami, marnatua-tua i” (terj. Bebasnya “tak ada artinya walau kamu menyanyi, menabuh gendang, atau menari, kalau aku sudah meninggal, tak ada artinya yang baik yang kamu lakukan, kalau aku sudah meninggal, semasa hidupku lah semestinya, kamu melakukan hal-hal yang baik agar terlihat cinta dan kasihmu terhadap orang tua mu.”). Selagi masih ada, bahagiakan orangtua kita, itu juga merupakan bagian dari ibadah kita kepada Tuhan.

Pdt  Dasma  Sejahtra  Turnip

GBKP  Rg  Palangkaraya 

Suplemen PA Moria : 1 Korinti 4 : 15-16 ; Tgl 9-15 Agustus 2020

Ogen            : 1 Korinti 4 :15-16

Tema            : Jadi Guru ras Usihen

Tujun           : Gelah Moria

-          Ngidah maka Paulus jadi guru si pemena ras usihen man perpulungen Korinti

-          Pang ngataken maka ia me guru si ngajari ras jadi usihen man anak-anakna.

1.    Dalam pemahaman kita saat ini, tugas guru adalah tugas yang dibebankan kepada mereka pengajar dalam arti profesi yaitu mereka yang mengajar di sekolah, mereka yang pekerjaannya sebagai guru. Dan tidak jarang juga orangtua merasa bahwa bukan tugasnya sebagai guru karena tugas tersebut adalah tugas guru di sekolah dengan alasan sudah mengeluarkan uang (telah membayar) sekolah anak. Sehingga pendidikan intelektual dan karakter diserahkan kepada lembaga pendidikan (guru), sedang pendidikan rohani diserahkan kepada gereja (guru KAKR), dan tugas orangtua utamanya adalah mencari nafkah. Apakah benar demikian? Jelas tidak! Peran pendidikan utamanya ada ditengah keluarga. Sehingga ada kalimat bijak mengatakan Warisan yang utama dari orangtua bukanlah materi tetapi teladan rohani dan etis/moral”.

2.    Siapa itu guru? Guru dalam tradisi Jawa merupakan akronim dari "digugu lan ditiru" (orang yang dipercaya dan diikuti), bukan hanya bertanggung jawab mengajar mata pelajaran yang menjadi tugasnya, melainkan lebih dari itu juga mendidik moral, etika, integritas, dan karakter (kutipan harian kompas 25/11/2015).

3.    Kenyataan, kadang orangtua lebih memilih mengutamakan pendidikan intelektual dibanding dengan yang lain. Sehingga dari pagi bahkan hingga malam dipenuhi dengan usaha untuk memantapkan intelektual anak. Pagi sekolah, siang les, malam private. Hal tersebut jelas memiliki kekeliruan. Aristoteles pernah berkata “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali”. C.S. Lewis  juga mengatakan “Pendidikan tanpa nilai, seberapa bergunanya itu, tampaknya hanya akan mencipatakan seorang iblis yang lebih pintar.” Jika tidak ada keseimbangan antara intelektual, emosional, dan spritual maka akan melahirkan generasi yang timpang. Cerdas tapi egois, kognisi kaya tapi miskin dalam interaksi, tipis dalam pergaulan.Disekolahkan oleh orangtua, malah semakin tahu banyak menipu orangtua. Tinggi intelektual tapi semakin tual (sombong). Jika kita evaluasi, seberapa besar usaha kita mendidik anak-anak kita secara intelektual, apakah demikian juga usaha kita dalam  pendidikan rohani mereka? Mari kita evaluasi!

4.    Pendidikan tidak seimbang, melahirkan generasi yang timpang. Ada kisah nyata yang mengisahkan tentang semakin berpengetahuan malah menjauh dari Tuhan. 8 September 1636 berdirilah Harvard University yang dulunya bernama New College, dinamakan Harvard karena donatur terbesar pada saat itu adalah John Harvard seorang yang percaya kepada Tuhan dan Kristen Puritan (gereja yang ingin mereformasi protestanisme/anglikan di Inggris abad ke 16). Motto dari Universitas ini adalah “Christo et Ecclesiae” (Bagi Kristus dan Gereja). Salah satu prinsip yang dianut universitas ini adalah “setiap orang harus memikirkan tujuan utama dari hidup dan studinya yakni mengenal Allah dan Yesus Kristus yang merupakan hidup kekal ”(Yoh. 17:3). Dan itu merupakan tujuan rohani dari kampus tersebut. Tetapi kini banyak diantara mahasiswa dan bahkan mahasiswa teologi beranggapan bahwa hal tersebut sesuatu yang picik dan kuno. Apalagi ada peristiwa simbolisasi pemakaman Allah, yang menyatakan bahwa Allah itu telah mati. Lebih kurang setelah 350 thn Harvard didirikan, tujuan utama tersebut sudah berbalik. Seolah ada pemahaman bahwa semakin berpengetahuan manusia maka dia semakin tidak rohani. Bukankah ini mengingatkan kita akan kisah manusia jatuh ke dalam dosa? Mereka memakan buah PENGETAHUAN yang baik dan yang jahat dan mata mereka terbuka. Mereka memang berpengetahuan tetapi semakin jauh dengan Allah (jatuh ke dalam dosa). Pengetahuan mereka membuat mereka semakin jauh dari Tuhan. Bukan tidak mungkin anak-anak kita juga demikian kelak. Kita mendidik mereka tetapi pendidikan yang mengalami ketimpangan tidak seimbang antara intelektual, emosional, dan spritual.

5.    Tidak hanya kepada jemaat Korintus Paulus pernah mengatakan “Turutilah teladanku” (1 Kor. 4:16), “…supaya dari teladan kami kamu belajar” (1 Kor.4:6. Tetapi juga kepada jemaat di Filipi dia mengatakan “Saudara-saudara, ikutilah teladanku  dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu”( Filipi 3:17). Mengapa Paulus berani mengatakan “turutilah teladanku”. Karena teladan Paulus adalah Kristus (ay. 17 “... hidup yang kuturti dalam Kristus Yesus”).Paulus tidak mungkin berani berkata seperti itu apabila ia tidak atau belum menjadikan dirinya sebagai contoh apapun yang ia sampaikan mengenai kebenaran firman Tuhan. Meskipun masa lalu Paulus tidak seturut dengan kebenaran firman Tuhan, tetapi dia mengalami pertobatan di dalam Tuhan, serta hidupnya benar-benar berubah. Dalam hal inilah dia berani mengatakan “turutilah teladanku”. Tentu, hal ini menginspirasi orangtua semuanya utamanya Moria, supaya tidak terpenjara dengan masa lalu yang mungkin ada yang tidak baik di masa lalu.Turutilah teladanku kata Paulus, sebab ia telah memperjuangkan apa yang ia percayai dalam kata dan perbuatan.

6.    Pentingnya menghidupi apa yang kita ajarkan. Jauh lebih mudah untuk menegur dan menasihati orang dibanding menjadi teladan, karena sebagai teladan sikap kita haruslah sesuai dengan perkataan yang kita ajarkan (hidup berintegritas).  Sikap hidup yang sesuai dengan pengajaran seperti itu sudah semakin sulit saja ditemukan hari ini. Tuhan menghendaki kita semua agar tidak berhenti hanya dengan memberi nasihat, teguran atau pengajaran saja, melainkan menjadi teladan dengan memiliki karakter, gaya hidup, sikap, tingkahlaku dan perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai kebenaran yang kita katakan. Alkitab mengatakan : "Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu" (Titus 2:7).

7.    Paulus memberi perbandingan antara pendidik dan seorang bapa (ay. 15). Hal ini mungkin saja dilatarbelakangi bahwa pada masa itu juga tidak kurang orang-orang yang berpendidikan, tetapi yang kurang adalah orang-orang yang menghidupi apa yang mereka ajarkan (cakap saja). Istilah pendidik dalam nats ini dengan guru dalam konteks sekarang berbeda, sebab pendidik dalam konteks yang Paulus maksudkan adalah para budak pengawas Romawi yang bertugas mengawasi secara umum anak-anak tuannya hingga mereka mencapai usia dewasa dan dapat memakai toga.  Dengan meminjam istilah ini Paulus seakan hendak mengatakan bahwa jemaat di Korintus itu memiliki banyak pengawas rohani atas kehidupan mereka, tetapi tidak sedikit yang benar-benar mau menuntun mereka ke dalam kehidupan rohani sejati. Pendidik belum tentu berperan sebagai bapak namun seorang bapak tentunya juga harus mendidik.

8.    Kita mau anak-anak kita berubah ke arah yang lebih baik dan kita berusaha mengubah mereka menjadi pribadi yang baik. Tetapi ingat!Jangan menuntut orang lain berubah, sementara anda tidak atau belum juga berubah. Mulailah dari anda sendiri untuk ambil keputusan besar hari ini. Teladan lebih berdampak daripada seribu kata-kata yang kita ucapkan. Karena anak adalah peniru yang sempurna.“Tak ada yang paling menular seperti teladan” (Charles Kingley). Dan kita sering meyakini bahwa “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”.

9.    Ki Hadjar Dewantara dalam kalimatnya “Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Di Depan, Seorang Pendidik harus memberi Teladan atau Contoh Tindakan Yang Baik, Di tengah atau di antara Murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan Arahan.” Kesemuanya adalah sebuah bentuk kunci sukses, bahwa pola pembelajaran anak itu diperlukan sebuah keteladan (ing ngarsa sun tuladha), selanjutnya diikuti dengan pengembangan (ing madya mangun karsa), langkah akhirnya adalah pemberdayaan (tut wuri handayani) Locomotif dari kunci sukses itu adalah “keteladanan”.Sejalan dengan prinsip pendidikan Alkitab yang dimulai dari keluarga. Ki Hadjar Dewantara pernah berkata “Didalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda.” Maka jangan alihkan tanggungjawab sebagai guru hanya kepada guru di sekolah, tetapi itu juga merupakan bagian dari orangtua.

10. Cita-cita terbesar utamanya “nande” adalah supaya anak-anak melebihi mereka. Orangtua sering mengatakan kepada anak-anak kalimat nasehatnya “gelah ula kari bagi aku e kam nakku, adi banci min lebihen asangken aku e.”Itulah kerinduan orangtua umumnya, supaya melebihi orangtua mereka dalam hal yang baik. Kerinduan ini harus mewujud dalam keteladanan kepada anak-anak.

11. Dalam pola pendidikan Yahudi ada istilah Kabbalah yang adalah seluruh kegiatan spritual yang berkaitan dengan kepercayaan Yahudi. Kabbalah berasal dari kata Kabal yang artinya diturunkan, artinya diturunkan dari generasi ke generasi. Penting untuk kita pikirkan, apa yang kita “turunkan” kepada generasi selanjutnya? Mengapa penting? Karena tidak jarang saat ini yang diteladani anak-anak bukan lagi orangtua mereka, tetapi artis-artis dunia hiburan. Anak-anak hari ini kehilangan sebuah model yang benar untuk dijadikan contoh (krisis integritas dari orangtua). Pengertian teladan atau role model sudah begitu menyimpang. Banyak orang yang keliru mengambil figur panutan dan meneladani perilaku-perilaku buruk dari figur tersebut. Ketika orang percaya tidak bersedia untuk menjadi model mewakili Kerajaan Sorga, maka si jahat akan terus memunculkan “model-model” yang salah, yang menampilkan perilaku-perilaku buruk untuk dicontoh oleh banyak orang. Tuhan mau kita menjadi orang-orang yang bersedia untuk berani berkata “turutilah teladanku!” jadilah Moria menjadi figur yang tepat untuk diteladani anak-anak.

12. Jika selama ini kita katakan kepada anak-anak kita “nak, kamu harus rajin ke gereja, rajin baca Alkitab, rajin berdoa supaya masuk surga kelak” gantilah dengan kalimat “nak, ayo kita rajin ke gereja, rajin baca Alkitab, rajin berdoa supaya kelak kita ke surga bersama-sama”.

Pdt  Dasma  Sejahtra  Turnip

GBKP  Rg  Palangkaraya

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate