Khotbah Minggu tgl 09 Mei 2021 ; I Samuel 1 : 9-18

(ROGATE: BERDOA / ERTOTOLAH)

Invocatio :           “Pertama-tama aku menasehatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang” (I Timotius 2:1)

Bacaan : I Yohanes 5:1-5

Kotbah  : I Samuel 1:9-18

Tema    :  “Terus Menerus Berdoa Di Hadapan Tuhan”

(B.Karo: “Terus Ertoto Man Tuhan”)

Di tengah-tengah kehidupan kita berbagai-bagai situasi yang harus kita jalani. Terkadang situasi yang mendatangkan suka cita, terkadang situasi yang mendatangkan pergumulan di tengah-tengah kehidupan kita. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, tidak ada jaminan bahwa tidak ada masalah di dalam hidup. Bagi orang percaya juga sering sekali terjadi tidak seperti yang diharapkan (pergumulan hidup). Sebagai orang percaya, bagaimanakah sikap kita ketika menghadapi pergumulan/ persoalan hidup? Kepada siapakah kita mengadu atau mencari pertolongan ketika kita mempunyai pergumulan dalam hidup? Kita akan belajar dari kehidupan Hana.

Hana adalah isteri dari Elkana. Elkana adalah seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim. Ia memiliki dua orang isteri yaitu Hana dan Penina.  Hana tidak memiliki anak, sedangkan Penina memiliki anak. Keluarga ini memiliki suatu kebiasaan, bahwa setiap tahun Elkana membawa keluarganya ke Silo untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan semesta alam.

Di tengah-tengah peribadatan yang mereka lakukan, Hana selalu merasa tersakiti oleh madunya, Penina supaya ia gusar (ay 6). Mengapa Penina menyakiti hati Hana? Mungkin saja Penina merasa tersaingi karena Elkana lebih mencintai Hana dibandingkan  Penina (ay 5), Penina menyakiti Hana karena Hana tidak memiliki anak. (Di dalam konteks budaya saat itu tidak bisa melahirkan anak atau mandul memang sering dianggap sebagai aib, bahkan hukuman dari Tuhan). Disana Hana seperti direndahkan. Tidak hanya dari Penina, penderitaan Hana terasa bertambah karena suaminya tidak memahami perasaannya, sehingga permasalahan ini terjadi dari tahun ke tahun (ay 6-8).

Apa yang dilakukan Hana ketika menghadapi masalah yang berat ini? Bagaimana sikapnya terhadap orang-orang yang telah menyakiti hatinya dari tahun ke tahun? Hana tidak membalas apa yang telah dilakukan Penina kepadanya. Hana tidak merasa bahwa Penina itu musuhnya, walau hati Hana begitu sakit, namun emosinya tidak meledak, ia tidak mudah terpancing untuk balas dendam. Namun ia membawa semuanya itu kepada Tuhan di dalam doanya.

Di dalam Alkitab ada kasus yang sama dengan kasus yang di hadapi Hana yaitu Sara. Ketika Sara tidak memiliki anak, ia meminta Abraham untuk mengambil budaknya, Hagar untuk mendapatkan anak baginya. Namun setelah Hagar memiliki anak, ia memandang rendah terhadap nyonyanya yaitu Sara sehingga Sara juga merasa tersakiti oleh Hagar. Oleh karena rasa sakit hati yang dia derita, kemudian Sara menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkan Sara (Kejadian 16:1-6). Dalam kasus Abraham dan Sara, Sara-lah yang menawarkan Hagar namun Sara jugalah yang mengusir Hagar. Di sini Abraham hanya mengikuti kata istri sebagai suami yang takut istri. Sara memiliki karakter keras. Ia sering memaksakan keinginannya kepada suaminya. Namun Hana tidak demikian. Hana bisa saja melaporkan apa yang Penina lakukan kepada Elkana, namun ia tidak melakukan itu. Meskipun Elkana mencoba menghibur Hana, Hana tetap bersedih. Namun seandainya Hana meminta agar Penina diusir, apakah Elkana akan taat? Kemungkinan besar Elkana akan setuju karena ia sangat mencintai Hana. Mengapa Hana tidak memiliki karakter seperti Sara? Mengapa ia pasif dalam hal ini namun aktif berdoa kepada Tuhan? Itulah kelebihan Hana, keanggunan atau keelokan Hana.

Hana berdoa dan mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Ia terus menerus berdoa dan sungguh-sungguh di dalam doanya. Ia berdoa meminta seorang anak laki-laki dan ia berjanji bahwa anak itu akan dipersembahkan menjadi hamba Tuhan. Ia menginginkan seorang anak namun ia tidak mau menguasai anak itu. Apa yang ia minta, ia kembalikan kepada Tuhan. Inilah nazarnya.

Doa bukan berbicara mengenai apa yang kita inginkan tetapi berbicara mengenai menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Doa bukan untuk mengubah waktu dan kehendak Tuhan supaya sesuai keinginan kita. Hana berdoa dan kehendaknya selaras dengan kehendak Tuhan. Jadi Hana mengerti hati Tuhan. Ia memikirkan bagaimana anaknya bisa dipakai dalam rencan Tuhan.

Bisakah Hana berdoa meminta lebih banyak anak? Bisa saja, namun kalau ia meminta hal itu maka pasti ada rasa sakit dalam hatinya. Ini karena permintaannya bisa berkaitan dengan hal balas dendam. Permintaan yang tidak murni dan tidak tulus tidak akan menyembuhkan hatinya. Bisakah ia meminta dua anak lalu menyerahkan hanya satu untuk Tuhan? Hana berdoa step-by-step. Ia meminta satu anak dahulu. Kadang kita tidak tahu diri dan meminta banyak hal dari Tuhan demi diri kita sendiri. Tuhan memimpin kita selangkah demi selangkah. Curahan hati Hana di hadapan Tuhan menunjukkan hati dan karakternya. Dalam isi hatinya tidak ada hal yang menjelekkan Penina. Ia tidak meminta dirinya dimengerti secara egois. Kita bisa jatuh ke dalam dosa jika berdoa seperti Penina atau orang Farisi yang menjelekkan pemungut cukai (Lukas 18:9-14). Orang Farisi itu membanggakan kehebatan dirinya dan kerohaniannya di hadapan Tuhan, namun pemungut cukai yang merendahkan diri itulah yang dibenarkan oleh Tuhan. Kita bisa berdosa dalam ibadah jika hati kita tidak lurus di hadapan Tuhan. Seluruh permohonan Hana menunjukkan imannya dan karakternya kepada Tuhan. Ia meminta satu hal dan mempersembahkan hal itu untuk Tuhan. Hana mencari kesembuhan hati dari Tuhan. Ia tidak mencari kepuasan emosi sesaat. Ia mencari solusi dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Di zaman ini banyak orang lebih suka menceritakan masalah di media sosial dari pada berdoa kepada Tuhan. Jika kita demikian maka itu berarti kerohanian kita belum matang. Hana percaya kepada Allah sebagai Sumber Penghiburan, Sumber Kekuatan, dan Gembala Agung. Ia berdialog dengan Tuhan agar rahimnya bisa dipakai untuk pekerjaan Tuhan. Ia berdoa dengan iman.

Kita bisa saja berdoa namun tanpa iman dan itu tidak baik. Hana berdoa dengan iman dan iman itulah, bukan Elkana, yang menyembuhkannya. Masalah itu belum selesai secara fisik namun masalah dalam hatinya sudah selesai.

Ketika menghadapi masalah, iman, bukan emosi, harus memimpin kita. Hana dipimpin oleh imannya. Ia tidak pernah merasa ada masalah dengan Penina. Penina-lah yang merasa bermasalah dengan Hana. Keindahan hidup kita adalah karena hidup kita dipimpin oleh iman dan iman itu memimpin kita untuk menyelesaikan setiap masalah. Kita dipanggil untuk menyelesaikan masalah dalam pimpinan Firman Tuhan. Setiap kita memiliki masalah di dalam diri kita, kita harus menyelesaikan itu dengan bergantung pada Tuhan setiap hari melalui Firman Tuhan dan doa. 

Hana percaya kepada janji Tuhan, maka dari itu ia bisa pulang dengan tenang. Ia kembali menjalankan kehidupannya secara normal. Mungkin saat itu Penina merasa bingung melihat Hana yang begitu tenang setelah disakiti begitu rupa. Jika Hana membawa terus masalah itu, maka masalah itu tidak akan selesai dan terus bertambah. Setelah ia percaya akan janji Tuhan, semuanya menjadi beres. Setelah semua itu dalam anugerah Tuhan Hana dapat mempunyai anak yaitu Samuel. Ia menjadi pemenang. Di dalam kesakitannya Hana menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan dan ia mendapatkan pertolongan.

Tuhan adalah Gembala Agung kita yang selalu setia dan senantiasa menolong kita dengan memberikan hikmat dan pimpinan sehingga kita  bisa menangkap apa kehendak Tuhan bagi kita. Dengan iman kita kepada Tuhan kita akan mampu hidup tampil beda dengan dunia ini dan mampu mengalahkan dunia ini (bnd. Bahan bacaan).

Masalah akan selalu ada, tapi dalam setiap masalah/ pergumulan yang kita hadapi tetaplah mengandalkan Tuhan, tetaplah berserah kepada Tuhan. Curahkanlah segala pergumulan kita kepadaNya di dalam doa, terus meneruslah berdoa di hadapan Tuhan dengan iman, kita percaya Tuhan akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan waktuNya Tuhan. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang setia dan penuh kasih.

Pdt.Evlida br Ginting

GBKP Rg.Klender

Khotbah Minggu tgl 02 Mei 2021 ; Mazmur 150 : 1-6

(KANTATE: BERNYANYILAH / RENDELAH)

Invocatio  : Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambal mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. (Kolose 3:17)

Bacaan   : Wahyu 15:1-4

Khotbah  : Mazmur 150:1-6

Tema      : “Semua yang Bernafas Pujilah TUHAN”

(B.Karo: “Kerina Si Erkesah Muji Dibata)

I.     Pendahuluan

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, setiap tahun kita merayakan minggu yang disebut Kantate yaitu minggu untuk mengingatkan atau mengajak setiap umat menyanyikan nyanyian baru bagi TUHAN (Cantate Domino Canticum Novum). Nyanyian tentang kasih Allah yang tidak berkesudahan di dalam kehidupan kita. Kasih yang telah dinyatakan dalam pengorbanan Yesus Kristus bagi keselamatan umat manusia, keselamatan dunia ini. Melalui kasih itu kita telah dipersatukan menjadi umat TUHAN yang baru. Di dalam persekutuan itu juga kita dimungkinkan untuk memberi ‘buah’ yang baik dalam kehidupan kita. Terlebih dalam kondisi Pandemic Covid-19 yang masih mempengaruhi setiap aspek kehidupan kita saat ini. Inilah yang menjadi inti setiap kali kita merayakan minggu Kantate.

II. Pembahasan Teks

Perikop Firman TUHAN Mazmur 150:1-6 merupakan Mazmur terakhir dari kumpulan kitab Mazmur Haleluya (Psl. 146-150) dan pasal penutup dari rangkaian kitab Mazmur. Walaupun Mazmur 150 tidak menyebutkan nama penulisnya tapi Mazmur ini diyakini sebagai karangan Daud.     

Mazmur 150:1-6 ini sebuah seruan beribadah kepada orang-orang Israel untuk memuji TUHAN. Panggilan tersebut bukanlah untuk pribadi saja, tetapi ajakan untuk banyak pribadi, dan tentunya adalah orang-orang Israel. Dan kebiasaan ibadah ini dilakukan di Bait Suci Yerusalem.  Dalam kitab Mazmur kata ‘Haleluya’ (Pujilah TUHAN) sering diulangi/doksologi. Haleluya pada kata pembuka dan penutup (pasal 106; 113; 135; 150) dan hanya menuliskan kata ‘Haleluya’ pada kata pembuka saja (pasal 111; 112) atau penutup (pasal 116). Adanya pengulangan kata ‘Haleluya’ dalam kitab Mazmur menjelaskan bahwa hanya TUHAN-lah yang patut dipuji. TUHAN yang kudus, menguasai cakrawala, yang perkasa dengan segala kebesaranNya. Dan pujian itu dilakukan dari segala yang ada pada diri setiap orang percaya/umat-Nya. Melalui segala aspek kehidupan umat-Nya patut memuliakan TUHAN.

Dalam perikop ini ada 13 kali perintah untuk memuji TUHAN (Haleluya 2x, Pujilah Allah 1x, Pujilah Dia 9x, Mumuji TUHAN 1x). Memuji TUHAN di tempat kudus-NYa (Bait Suci Yerusalem) dan Cakrawala-Nya yang kuat atau alam (luar tempat ibadah) (ayat 1). Dan umat memuji TUHAN karena segala keperkasaan-NYa dan karena kebesaran-Nya yang hebat (ayat 2). Pujian kepada TUHAN dilakukan dengan melibatkan berbagai alat music dan ditiup mengunakan nafas dan di petik dengan jemari, dan tari-tarian yang melibatkan seluruh tubuh (3-5):

-  dengan tiupan sangkakala   - gambus dan kecapi

-  rebana dan tari-tarian         - permaianan kecapi dan seruling

-  ceracap yang berdenting     - ceracap yang berdentang

Dalam ayat 6 jelas sekali yang diminta memuji TUHAN adalah segala yang bernafas. Bukan yang tidak bernafas. Berarti bisa diartikan yang memuji TUHAN baik manusia dan hewan, tumbuhan yang masih hidup.

Dalam bahan bacaan Wahyu 14:1-4 sebuah gambaran akhir dari pengikut Anak Domba (Yesus Kristus). Mereka akan menjadi milik sorgawi, tempat yang Agung dan Bahagia. Dalam PL bukit Sion adalah nama lain dari Yerusalem (warisan Allah) yang melambangkan kehadiran dan keselamatan TUHAN, juga melambangkan kemenangan bagi umat TUHAN. Anak Domba berdiri di Gunung Sion menunjukkan bahwa Mesias/Yesus Kristus telah menang. 144.000 orang adalah pasukan-Nya yang memenangkan kemengan terakhir dalam pertempuran terakhir (bd. Wahyu 7:1-8). Suara air dan guntur terdengar di langit seolah-olah para musisi itu sedang memainkan musik dan TUHAN yang akan membuat mereka Bahagia. Karena lagu baru adalah lagu pujiian hanya kepada TUHAN, dan lagu baru itu hanya dapat dipelajari oleh mereka yang mengikut TUHAN sampai akhir (bd. Wahyu 15:1-8).

III.    Kesimpulan

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, melaui perikop Firman TUHAN di minggu Kantate ini dalam Mazmur 150:1-6 ada 3 alasan mengapa seluruh yang bernafas memuji TUHAN?

1.  Firman TUHAN yang memerintahkan (ayat 1-6)

    Dalam Mazmur 150:1-6 jelas sekali perintah untuk memuji TUHAN ada 13 kali. Jika kita renungkan dalam kehidupan kita banyak hal yang sudah kita lalui, baik suka maupun duka. Seperti suara musik dan lagu yang dinyanyikan ada nada yang tinggi dan ada nada yang rendah, semua nada-nada itu jika dimainkan dan dinyanyikan maka akan kelihatan makna dari sebuah lagu, adanya keharmonisan dalam suara musik dan lagu yang bisa kita dengar. Begitu juga dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu tidak ada alasan jika kita tidak memuji TUHAN. Sama halnya dalam perjalanan kehidupan umat TUHAN Israel. Begitu panjang perjalanan kehidupan yang mereka lalui sehingga sampai akhirnya mereka keluar dari pembuangan. Merenungkan semua yang telah terjadi tidak ada alasan untuk tidak memuji TUHAN.

2.  TUHAN layak menerima pujian (ayat 1-2)

    TUHAN layak dipuji karena IA pemilik segalanya, TUHAN perkasa dan besar. Tidak ada yang tidak atas kuasa TUHAN dari seluruh isi dunia ini. Sejarah kelepasan bangsa Israel dalam perbudakan menunjukkan penampakan kekuatan dan kekuasaan TUHAN yang mampu memberikan keselamatan kepada umat-Nya. Peristiwa yang besar itulah yang layak dinyayikan oleh orang yang menang (bd. Wahyu 14:1-4). Terlebih dalam kondisi Pandemic Covid-19 yang kita alami sampai saat ini tidak terlepas atas kekuatan dan kuasa TUHAN yang besar.

3.  Kita dilayakkkan dan dimampukan (ayat 3-5)

    Dalam perikop ini TUHAN berkenan dipuji oleh alat-alat yang fana yang dibuat oleh manusia dari logam, kayu. Tetapi TUHAN berkenan untuk dipuji dari instrument buatan manusia itu. Nafas untuk meniup, memukul, memetik dan alat tubuh untuk menari semua itu adalah pemberian TUHAN. Dengan kata lain dalam segala yang kita miliki baik harta, jabatan, sikap dan perbuatan menggambarkan sebuah pujian hanya untuk TUHAN. Sebab TUHAN-lah yang memberikan kekuatan dan TUHAN yang melayakkan kita untuk menerima segalanya maka IA pantas untuk dipuji.

    Sudah semestinya kita memuji TUHAN tidak dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, sebab dalam Firman TUHAN ini jelas bahwa setiap yang bernafas memuji TUHAN. Jikalau saat ini kita masih bernafas, hal ini mengisyaratkan bahwa kita harus memuji TUHAN. Dan inilah ciri-ciri orang yang percaya kepada TUHAN bahwa dalam segala keadaan tetap memuji TUHAN. Mereka yang menyadari bahwa hidup ini adalah anugerah. Jikalau saat ini kita sedang mengalami berbagai pergumulan, belajarlah untuk senantiasa memuji TUHAN sebagai ungkapan syukur atas kasih-Nya. Jangan enggan untuk memuji TUHAN sebab hanya Dialah yang patut kita puji dan tinggikan.

                                                                                    Pdt.Mulianta E. Purba

GBKP Rg. Cibubur

Khotbah Minggu Tgl 25 Maret 2021 ; I Yohanes 3 : 19-24

(JUBILATE: BERSORAKLAH / ERSURAKLAH)

Invocatio:   “Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak, oleh karena penghukuman-Mu, ya TUHAN.” (Mazmur 97:8)

Bacaan:      Yosua 1: 5-8

Khotbah:    1 Yohanes 3: 19-24

Tema:         “Menuruti Perintah TUHAN”

(B.Karo: “Ngikutken Perentah Dibata”)

Pengantar

Minggu ini adalah Minggu Jubilate yang artinya “bersoraklah”. Minggu ke 3 setelah Paskah, kita masih tetap merayakan pembebasan yang Tuhan anugerahkan. Bagi bangsa Israel pembebasan yang paling bersejarah adalah dibebaskan dari Mesir. Bagi orang Kristen pembebasan itu adalah bebas dari belenggu dosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus. Oleh sebab itu patutlah kita bersorak-sorai memuji Tuhan.

Penjelasan Teks

Ayat 19a: Kita berasal dari kebenaran. 1 Yohanes ditulis untuk meneguhkan keyakinan pembacanya bahwa benar Yesus adalah Anak Allah, sebab ada ajaran yang tidak mempercayai seorang Mesias, Anak Allah, datang sebagai manusia. Jemaat Kristen perdana mencoba merumuskan apa ciri khas anak-anak Allah yang sejati. Berasal dari kebenaran (ay 19b) adalah kontra dari ‘berasal dari si jahat’ (ay 12). Maka setiap orang yang berasal dari kebenaran semestinya taat pada perintah Tuhan.

Ayat 19b-21: Menenangkan hati di hadapan Allah.

Isi hati manusia tidak ada yang tahu. Bahkan hati manusia bisa menuduh dirinya sendiri. Manusia yang pernah melakukan kesalahan, sekalipun tidak ada orang yang tahu, ia bisa terus menerus dihantui rasa bersalah. Hal ini terjadi karena hati nurani manusia bisa mendeteksi adanya sesuatu yang salah dan memberikan alarm. Tetapi pada ayat 9-10, jika hati manusia menuduh/menghakimi dirinya sendiri, ada kemungkinan ia jadi tidak bernyali menghadap Allah! ‘Saya bersalah maka saya tidak layak datang ke hadapan Allah.’ Alangkah salahnya jika penghakiman atas manusia yang dilakukan oleh hatinya sendiri membuat ia menjaga jarak dengan Allah. Karena itu teks ini mengajar kita untuk menenangkan hati di hadapan Allah. “Kita tahu, bahwa kalau kita disalahkan oleh hati kita, pengetahuan Allah lebih besar dari pengetahuan hati kita, dan bahwa IA tahu segala-galanya.” (1 Yoh 3: 20, BIS). Ayat ini mau mengatakan bahwa penghakiman salah benar adalah bagian Allah, yang lebih mengetahui segalanya dibanding hati kita. Karena itu manusia berdosa pun akan tetap punya nyali menghadap Allah dengan keberanian. Justru karena kita berdosa dan bercela, kita perlu menghadap pada Tuhan. Karena kita berdosa dan bercela, kita butuh mengikuti kebaktian, ibadah, dan ber-saat teduh. Ini bukan bentuk kemunafikan melainkan kesadaran bahwa kita butuh terus diingatkan dan ditegur melalui kebenaran firman Tuhan. Jangan biarkan siapapun termasuk hati kita menghakimi kita. Allah adalah lebih besar dari hati kita. Penghakiman itu hanya milik Allah.

Ayat 22: Kepatuhan mendahului perolehan.

Pastilah kita senang jika ada jaminan dari Tuhan: apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya. Tapi perhatikan keterangan selanjutnya, yaitu kita harus menuruti segala perintahNya dan berbuat apa yang berkenan kepadaNya. Jadi tidak sembarangan kita memperoleh apa saja yang kita mau. Ini berarti, saat kita sudah hidup dalam kebenaran itu sendiri, permintaan kita bukanlah permintaan yang berlawanan dengan kehendak Allah. Orang yang taat dan patuh pada Allah, melakukan apa yang berkenan bagiNya dalam pikiran, perkataan, bahkan keinginan. Sebab keinginan dan kerinduannya adalah menyenangkan hati Tuhan. Maka kita memperoleh apa saja yang kita minta.

Ayat 23: Perintah Allah: pertama percaya pada Yesus dan kedua saling mengasihi. Beriman kepada Tuhan Yesus harus dibuktikan dalam kemauan untuk mengikuti perintahNya. Perintah Yesus adalah untuk saling mengasihi karena Ia telah lebih dahulu mengasihi kita. Standar kasih-mengasihi dunia ini adalah kita mengasihi orang yang telah lebih dulu mengasihi kita. Tetapi standar kasih-mengasihi Allah adalah kita mengasihi orang yang mengasihi dan yang tidak mengasihi kita, sebab kita telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah. Kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran (ayat 18).

Ayat 24: Menuruti segala perintah sebagai bentuk kebersatuan dengan Allah. Orang-orang yang menuruti segala perintah Allah, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dengan demikian karya Roh Kudus dalam dirinya dinyatakan. Sekalipun Roh tidak terlihat, karya-Nya dapat kita saksikan dalam diri orang-orang percaya, termasuk dalam diri kita. Kita berasal dari kebenaran, maka kebenaran Tuhan mestinya tampak dari perbuatan-perbuatan kita.

Bacaan Yosua 1: 5-8: kuatkan dan teguhkanlah hatimu, yakni supaya umat Tuhan sungguh-sungguh bertindak hati-hati sesuai hukum Tuhan, merenungkan Taurat (bagi kita saat ini berarti Firman Tuhan dalam Alkitab, bukan hanya Taurat) siang dan malam. Mengikuti perintah Tuhan memerlukan keteguhan hati. Kita yang harus berhati-hati dan memperhatikan pilihan-pilihan hidup kita apakah masih sesuai dengan hukum Tuhan.

Aplikasi

1.    Untuk bisa menjadi penurut Allah, kita harus senantiasa terhubung dengan-Nya, agar kehendak-Nya bisa kita pahami dan patuhi. Bangunlah hubungan yang erat dengan Tuhan melalui doa pribadi, saat teduh, dan persekutuan dalam gereja.

2.    Hidup menurut perintah Tuhan menjadi beban saat kita melakukannya dengan keterpaksaan, tetapi menjadi sukacita dan sorak-sorai saat kita merasakan nikmatnya hidup dekat dengan Tuhan. “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.” (Mazmur 119: 165)

3.    Perintah Tuhan adalah percaya pada Yesus dan saling mengasihi. Dua hal ini tidak terpisahkan. Iman kepada Tuhan dan kasih kepada sesama harus sejalan.

Pdt.Yohana br Ginting

GBKP Rg.Samarinda

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate