Khotbah Minggu tgl 09 Mei 2021 ; I Samuel 1 : 9-18
(ROGATE: BERDOA / ERTOTOLAH)
Invocatio : “Pertama-tama aku menasehatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang” (I Timotius 2:1)
Bacaan : I Yohanes 5:1-5
Kotbah : I Samuel 1:9-18
Tema : “Terus Menerus Berdoa Di Hadapan Tuhan”
(B.Karo: “Terus Ertoto Man Tuhan”)
Di tengah-tengah kehidupan kita berbagai-bagai situasi yang harus kita jalani. Terkadang situasi yang mendatangkan suka cita, terkadang situasi yang mendatangkan pergumulan di tengah-tengah kehidupan kita. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, tidak ada jaminan bahwa tidak ada masalah di dalam hidup. Bagi orang percaya juga sering sekali terjadi tidak seperti yang diharapkan (pergumulan hidup). Sebagai orang percaya, bagaimanakah sikap kita ketika menghadapi pergumulan/ persoalan hidup? Kepada siapakah kita mengadu atau mencari pertolongan ketika kita mempunyai pergumulan dalam hidup? Kita akan belajar dari kehidupan Hana.
Hana adalah isteri dari Elkana. Elkana adalah seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim. Ia memiliki dua orang isteri yaitu Hana dan Penina. Hana tidak memiliki anak, sedangkan Penina memiliki anak. Keluarga ini memiliki suatu kebiasaan, bahwa setiap tahun Elkana membawa keluarganya ke Silo untuk menyembah dan mempersembahkan korban kepada Tuhan semesta alam.
Di tengah-tengah peribadatan yang mereka lakukan, Hana selalu merasa tersakiti oleh madunya, Penina supaya ia gusar (ay 6). Mengapa Penina menyakiti hati Hana? Mungkin saja Penina merasa tersaingi karena Elkana lebih mencintai Hana dibandingkan Penina (ay 5), Penina menyakiti Hana karena Hana tidak memiliki anak. (Di dalam konteks budaya saat itu tidak bisa melahirkan anak atau mandul memang sering dianggap sebagai aib, bahkan hukuman dari Tuhan). Disana Hana seperti direndahkan. Tidak hanya dari Penina, penderitaan Hana terasa bertambah karena suaminya tidak memahami perasaannya, sehingga permasalahan ini terjadi dari tahun ke tahun (ay 6-8).
Apa yang dilakukan Hana ketika menghadapi masalah yang berat ini? Bagaimana sikapnya terhadap orang-orang yang telah menyakiti hatinya dari tahun ke tahun? Hana tidak membalas apa yang telah dilakukan Penina kepadanya. Hana tidak merasa bahwa Penina itu musuhnya, walau hati Hana begitu sakit, namun emosinya tidak meledak, ia tidak mudah terpancing untuk balas dendam. Namun ia membawa semuanya itu kepada Tuhan di dalam doanya.
Di dalam Alkitab ada kasus yang sama dengan kasus yang di hadapi Hana yaitu Sara. Ketika Sara tidak memiliki anak, ia meminta Abraham untuk mengambil budaknya, Hagar untuk mendapatkan anak baginya. Namun setelah Hagar memiliki anak, ia memandang rendah terhadap nyonyanya yaitu Sara sehingga Sara juga merasa tersakiti oleh Hagar. Oleh karena rasa sakit hati yang dia derita, kemudian Sara menindas Hagar, sehingga ia lari meninggalkan Sara (Kejadian 16:1-6). Dalam kasus Abraham dan Sara, Sara-lah yang menawarkan Hagar namun Sara jugalah yang mengusir Hagar. Di sini Abraham hanya mengikuti kata istri sebagai suami yang takut istri. Sara memiliki karakter keras. Ia sering memaksakan keinginannya kepada suaminya. Namun Hana tidak demikian. Hana bisa saja melaporkan apa yang Penina lakukan kepada Elkana, namun ia tidak melakukan itu. Meskipun Elkana mencoba menghibur Hana, Hana tetap bersedih. Namun seandainya Hana meminta agar Penina diusir, apakah Elkana akan taat? Kemungkinan besar Elkana akan setuju karena ia sangat mencintai Hana. Mengapa Hana tidak memiliki karakter seperti Sara? Mengapa ia pasif dalam hal ini namun aktif berdoa kepada Tuhan? Itulah kelebihan Hana, keanggunan atau keelokan Hana.
Hana berdoa dan mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Ia terus menerus berdoa dan sungguh-sungguh di dalam doanya. Ia berdoa meminta seorang anak laki-laki dan ia berjanji bahwa anak itu akan dipersembahkan menjadi hamba Tuhan. Ia menginginkan seorang anak namun ia tidak mau menguasai anak itu. Apa yang ia minta, ia kembalikan kepada Tuhan. Inilah nazarnya.
Doa bukan berbicara mengenai apa yang kita inginkan tetapi berbicara mengenai menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Doa bukan untuk mengubah waktu dan kehendak Tuhan supaya sesuai keinginan kita. Hana berdoa dan kehendaknya selaras dengan kehendak Tuhan. Jadi Hana mengerti hati Tuhan. Ia memikirkan bagaimana anaknya bisa dipakai dalam rencan Tuhan.
Bisakah Hana berdoa meminta lebih banyak anak? Bisa saja, namun kalau ia meminta hal itu maka pasti ada rasa sakit dalam hatinya. Ini karena permintaannya bisa berkaitan dengan hal balas dendam. Permintaan yang tidak murni dan tidak tulus tidak akan menyembuhkan hatinya. Bisakah ia meminta dua anak lalu menyerahkan hanya satu untuk Tuhan? Hana berdoa step-by-step. Ia meminta satu anak dahulu. Kadang kita tidak tahu diri dan meminta banyak hal dari Tuhan demi diri kita sendiri. Tuhan memimpin kita selangkah demi selangkah. Curahan hati Hana di hadapan Tuhan menunjukkan hati dan karakternya. Dalam isi hatinya tidak ada hal yang menjelekkan Penina. Ia tidak meminta dirinya dimengerti secara egois. Kita bisa jatuh ke dalam dosa jika berdoa seperti Penina atau orang Farisi yang menjelekkan pemungut cukai (Lukas 18:9-14). Orang Farisi itu membanggakan kehebatan dirinya dan kerohaniannya di hadapan Tuhan, namun pemungut cukai yang merendahkan diri itulah yang dibenarkan oleh Tuhan. Kita bisa berdosa dalam ibadah jika hati kita tidak lurus di hadapan Tuhan. Seluruh permohonan Hana menunjukkan imannya dan karakternya kepada Tuhan. Ia meminta satu hal dan mempersembahkan hal itu untuk Tuhan. Hana mencari kesembuhan hati dari Tuhan. Ia tidak mencari kepuasan emosi sesaat. Ia mencari solusi dengan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Di zaman ini banyak orang lebih suka menceritakan masalah di media sosial dari pada berdoa kepada Tuhan. Jika kita demikian maka itu berarti kerohanian kita belum matang. Hana percaya kepada Allah sebagai Sumber Penghiburan, Sumber Kekuatan, dan Gembala Agung. Ia berdialog dengan Tuhan agar rahimnya bisa dipakai untuk pekerjaan Tuhan. Ia berdoa dengan iman.
Kita bisa saja berdoa namun tanpa iman dan itu tidak baik. Hana berdoa dengan iman dan iman itulah, bukan Elkana, yang menyembuhkannya. Masalah itu belum selesai secara fisik namun masalah dalam hatinya sudah selesai.
Ketika menghadapi masalah, iman, bukan emosi, harus memimpin kita. Hana dipimpin oleh imannya. Ia tidak pernah merasa ada masalah dengan Penina. Penina-lah yang merasa bermasalah dengan Hana. Keindahan hidup kita adalah karena hidup kita dipimpin oleh iman dan iman itu memimpin kita untuk menyelesaikan setiap masalah. Kita dipanggil untuk menyelesaikan masalah dalam pimpinan Firman Tuhan. Setiap kita memiliki masalah di dalam diri kita, kita harus menyelesaikan itu dengan bergantung pada Tuhan setiap hari melalui Firman Tuhan dan doa.
Hana percaya kepada janji Tuhan, maka dari itu ia bisa pulang dengan tenang. Ia kembali menjalankan kehidupannya secara normal. Mungkin saat itu Penina merasa bingung melihat Hana yang begitu tenang setelah disakiti begitu rupa. Jika Hana membawa terus masalah itu, maka masalah itu tidak akan selesai dan terus bertambah. Setelah ia percaya akan janji Tuhan, semuanya menjadi beres. Setelah semua itu dalam anugerah Tuhan Hana dapat mempunyai anak yaitu Samuel. Ia menjadi pemenang. Di dalam kesakitannya Hana menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan dan ia mendapatkan pertolongan.
Tuhan adalah Gembala Agung kita yang selalu setia dan senantiasa menolong kita dengan memberikan hikmat dan pimpinan sehingga kita bisa menangkap apa kehendak Tuhan bagi kita. Dengan iman kita kepada Tuhan kita akan mampu hidup tampil beda dengan dunia ini dan mampu mengalahkan dunia ini (bnd. Bahan bacaan).
Masalah akan selalu ada, tapi dalam setiap masalah/ pergumulan yang kita hadapi tetaplah mengandalkan Tuhan, tetaplah berserah kepada Tuhan. Curahkanlah segala pergumulan kita kepadaNya di dalam doa, terus meneruslah berdoa di hadapan Tuhan dengan iman, kita percaya Tuhan akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan waktuNya Tuhan. Karena Tuhan kita adalah Tuhan yang setia dan penuh kasih.
Pdt.Evlida br Ginting
GBKP Rg.Klender