Minggu 07 Februari 2021 ; Yesaya 40 :27-31
Invocatio : “Kata Yesus kepada mereka: Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh.6 : 35)
Bacaan : 1 Korintus 9 : 16 - 23
Khotbah : Yesaya 40 : 27 - 31
Tema : “Allah Membaharui Kekuatan Orang Yang Percaya
(B.Karo: Dibata mpelimbarui Gegeh Kalak Si Tek)”
Pendahuluan
Jemaat yang dikasihi Tuhan, selama hidup di dunia, kita tidak akan lepas dari masalah. Bentuknya bisa beraneka rupa: penyakit, kegagalan, perlakuan buruk orang lain, atau bisa jadi perlakuan diri karena tidak taat kepada Tuhan sehingga melakukan perbuatan-perbuatan yang Tuhan tidak kehendaki. Misalnya, menuruti hawa nafsu yang mencelakakan atau merusak. Saat ini, salah satu pergumulan hidup yang sedang kita hadapi bersama adalah pandemi Covid 19. Sudah hampir satu tahun Covid 19 mewabah dalam kehidupan kita dan belum tahu kapan berakhirnya pandemi ini. Hal ini bisa jadi memunculkan pertanyaan di benak kita: “Akhirnya bagaimana: masihkah daya tahan tubuh kuat atau akan terpapar juga?” “Akankah hidup lebih baik setelah pandemi ini berlalu atau malah semakin berat?”
Bergumul dengan pertanyaan “Akhirnya bagaimana ya, makin baikkah atau makin buruk?” atau “Kapan sih berakhirnya situasi ini?” , tentu menggelisahkan. Bahkan pertanyaan yang tak terjawab ini bisa mengarah kepada satu titik yaitu Tuhan tidak peduli. Sebab, bila Tuhan peduli, penuh kasih dan berkuasa, mengapa persoalan yang dihadapi belum juga terselesaikan atau mengapa pandemi ini belum berakhir?
ISI
Jemaat yang dikasihi Tuhan, perasaan tidak dipedulikan Allah, muncul di benak bangsa Israel yang berada dalam pembuangan di Babel. Bangsa Israel menjadi rakyat jajahan setelah kalah perang dan kemudian ditawan atau dipindahkan dengan paksa ke negeri Babel yang mengalahkan mereka. Kita bisa lihat di Yesaya 40:27, “Hidupku tersembunyi dari Tuhan, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?” Bangsa Israel merasa mereka ditinggalkan dan dilupakan Tuhan.
Memang akan menggelisahkan dan berat bila dari pergumulan dan situasi yang dihadapi, tidak diketahui akan berakhir seperti apa? Namun, yang terberat adalah ketika merasa Tuhan tidak bertindak. Mengapa Tuhan tidak melakukan apa pun? Mengapa Tuhan tidak menjawab? Apakah Tuhan melupakan kami? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dapat menimbulkan keputusasaan, kehilangan harapan sehingga bisa berpaling dari Tuhan atau bahkan mengakhiri hidup.
Dalam situasi yang penuh penderitaan dan tekanan itu, Nabi Yesaya diutus Tuhan untuk menyalakan harapan dalam hati bangsa Israel. Melalui pemberitaan Nabi Yesaya, Tuhan hendak mengingatkan kembali umat-Nya yang sedang menderita, terpuruk dan kehilangan harapan, bahwa “Tuhan ialah Allah kekal, yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; IA tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”(ayat 28). Yesaya menegaskan aspek kemahakuasaan sekaligus kedaulatan Tuhan. Tuhan tidak lepas tangan, Tuhan tidak melupakan. IA berkuasa dan peduli. “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (ayat 29).
Dan di ay.31, Yesaya berkata, "Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah".
Jemaat yang dikasihi Tuhan, apa arti kata menanti-nantikan Tuhan? Menanti-nantikan Tuhan bukanlah duduk diam dan tidak melakukan apa-apa. Akar kata yang dipakai untuk menanti-nantikan Tuhan adalah qavah yang memiliki arti terikat atau dijadikan satu dengan cara dipuntir/dipilin. Itu sama seperti kita menyambung dua kabel menjadi satu dengan cara kita putar supaya saling terkait dengan erat.
Oleh karena itu, menanti-nantikan Tuhan berarti menjadi terikat dengan Tuhan. Kita percaya dan mempercayakan diri dan hidup kita kepada Tuhan.
Untuk itu, seperti Rasul Paulus di bahan bacaan yang pertama, di 1 Kor.9:16, yang merasa celaka bila tidak memberitakan Injil, marilah setiap kita saling mengingatkan dan memberitakan untuk tetap menanti-nantikan Tuhan di dalam kita menghadapi pergumulan dan persoalan di dalam kehidupan ini.
Sebab Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup dan berkuasa dan bersedia memberikan kekuatan bagi kita. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus di Yoh.6:35 yang menjadi ayat invocatio, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” Sehingga kita mendapatkan kekuatan baru. Kekuatan baru yang menyebabkan kita terbang seperti rajawali, berlari tanpa menjadi lesu, dan berjalan tanpa menjadi lelah.
Penutup
Jemaat yang diaksihi Tuhan, dalam hidup ini, yang penting bukan ada atau tidaknya masalah dalam hidup kita: besar atau kecilnya rintangan yang ada di depan kita. Tapi terutama adalah bagaimana sikap kita ketika menghadapi masalah dan rintangan itu?
Marilah kita menghadapinya dengan penuh iman dan mencari hikmah di balik setiap kejadian? Untuk itu, pertanyaan kita ketika menghadapi persoalan atau masalah, bukan lagi “Akhirnya bagaimana?” atau “Kapan sih berakhirnya masalah ini”? Tetapi “Bersama dengan siapa kita melewatinya”. Ini pertanyaan yang terpenting. Mengapa? Karena ketika kita melewatinya bersama Tuhan, kita akan mendapatkan kekuatan baru. Sehingga persoalan dan masalah yang kita hadapi tidak menjadi batu sandungan bagi kita tetapi menjadi batu pijakan untuk kita semakin dekat dengan Tuhan. Dengan demikian kita semakin bertumbuh di dalam iman, pengharapan dan kasih.
Tuhan tidak menjanjikan jalan hidup yang mulus. Yang Tuhan janjikan adalah kekuatan
Amin
Pdt.Asnila br Tarigan
GBKP Rg.Cijantung