Khotbah Minggu Tgl 01 Agustus 2021 ; Matius 17 :24-27

Invocatio: “Betapa disenangi tempat kediamanMu, ya Tuhan semesta alam!” (Mazmur 84:2).

Bacaan       : Keluaran 39:32-43.

Khotbah      : Matius 17:24-27

Tema          : Melakukan Tanggung Jawab Terhadap Bait Allah

I. KATA PENGANTAR

          Secara umum sering sekali kita membela diri agar tidak ambil bagian dalam pemeliharan Gedung gereja dengan mengatakan, “Gereja Bukanlah Gedungnya, tetapi orangnya”. Akan tetapi tanpa kita sadari sering sekali kita takjub melihat rumah ibadah agama lain karena kebersihannya dan keindahan bangunannya. Bahkan secara umum perjalanan wisata yang sering kita lakukan Sebagian besar adalah untuk melihat keindahan bangunan-bangunan rumah ibadah tertentu. Akan tetapi Ketika kita diperhadapkan dengan pemeliharaan rumah ibadah sering sekali kita, membuat alasan-alasan tertentu agar terhindar dari tanggungjawab kita dengan mengatakan “gereja bukanlah gedungnya”.

Bahkan ada sebuah gereja di Mesir yang orang Indonesia mengatakan dengan sebutan “GEREJA SAMPAH”. Sesungguhnya gereja itu bukanlah gereja sampah tetapi Gereja Santo Simon, akan tetapi sangkin banyaknya sampah sepanjang jalan menuju gereja itu dan sangkin baunya di sekitar gereja itu sehingga muncullah sebutan sebagai gereja sampah. Bahkan sekalipun gereja itu memiliki keindahan dan cerita pengalaman yang luar biasa bagaimana banyaknya kursi roda yang ada di dalam Gudang gereja itu sebagai pertanda bahwa banyaknya orang yang lumpuh akhirnya bisa berjalan setelah berdoa di gereja itu (Menurut cerita tour quitnya), akan tetapi mengingat aroma tak sedap di sekitar gereja itu dan banyaknya sampah di sepanjang jaan menuju gereja itu membuat kita meragukan akan hal tersebut. dan  Akan tetapi Ketika kita diperhadapkan dengan pemeliharaan rumah ibadah sering sekali kita, membuat alas an-alasan tertentu agar terhindar dari tanggungjawab kita.

II. ISI

Dalam khotbah kita hari ini diceritakan tentang Kristus yang membayar bea untuk Bait Allah. Untuk pemeliharaan Bait Allah, diatur pemungutan bea: dua dirham tiap orang. Sebenarnya sebagai Putra Allah, Dialah pemilik sah Bait Allah. Ia tidak perlu membayar bea. Kristus pada waktu itu sedang berada di Kapernaum, tempat Ia paling sering menetap. Ia tidak menghindar dari situ supaya dapat menghindari kewajiban membayar bea, sebaliknya Ia datang ke sana, siap untuk membayar. Bea yang dituntut ini bukanlah bayaran rakyat kepada pemerintah Romawi, yang dengan ketat dituntut oleh para pemungut cukai, melainkan pajak bagi Bait Allah, yang banyaknya setengah syikal, atau dua dirham, yang dituntut dari setiap orang atau setiap ibadah di dalam Bait Allah, dan itulah biaya yang dikeluarkan untuk ibadah di sana. Uang itu disebut uang pendamaian karena nyawa (bnd. Kel. 30:12, dst.). Bea ini tidak terlalu dituntut dengan ketat pada waktu itu seperti pada waktu sebelum-sebelumnya, terutama di daerah Galilea.

Tuntutan itu diajukan dengan sangat sopan. Para pemungut bea berdiri di hadapan Kristus dengan penuh hormat, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang besar, sehingga mereka tidak berani berbicara kepada-Nya mengenai hal ini, tetapi langsung berbicara kepada Petrus, yang rumahnya berada di Kapernaum, dan mungkin pada waktu itu Kristus sedang menginap di rumahnya. Oleh karena itu, dialah orang yang tepat untuk diajak bicara, sebab dialah tuan rumahnya, dan mereka menganggap bahwa Petrus mengetahui pikiran Gurunya. Pertanyaan mereka adalah, "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?" Kelihatannya mereka menanyakan ini dengan rasa hormat, dengan menunjukkan bahwa jika Kristus mendapatkan hak istimewa untuk tidak membayar bea itu, maka mereka pun tidak akan memaksakannya.

Sesungguhya Kristus adalah Anak Allah, dan Ahli Waris atas segala sesuatu. Bait Allah adalah Bait-Nya (Mal. 3:1), Rumah Bapa-Nya (Yoh. 2:16), di dalamnya Dia setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya (Ibr. 3:6), dan oleh sebab itu Dia tidak berkewajiban membayar bea ini untuk ibadah di Bait Allah. Demikianlah Kristus menegaskan hak-Nya, supaya jangan sampai pembayaran bea yang dilakukan-Nya ini disalahartikan untuk memperlemah gelar-Nya sebagai Anak Allah dan Raja Israel, dan supaya tidak disalahpahami bahwa Dia sendiri mengingkari gelar itu. Kekebalan-kekebalan hukum yang menjadi hak anak seperti ini hanya diberikan kepada Yesus Tuhan kita dan tidak bisa diperluas kepada orang lain. Oleh anugerah dan Roh yang mengangkat mereka menjadi anak-anak Allah, anak-anak ini dibebaskan dari perbudakan dosa dan Iblis, tetapi tidak dari berbagai kewajiban terhadap pemerintah-pemerintah sipil dalam hal-hal kemasyarakatan. Di sini hukum Kristus diungkapkan, Tiap-tiap orang (tidak terkecuali orang-orang kudus) harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya. Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar.

Meskipun Yesus berhak dibebaskan dari pajak, tetapi Yesus tetap melakukannya dan membayar pajak untuk dirinya sendiri supaya jangan menjadi batu sandungan bagi mereka. Ia memperoleh uang bagi diri-Nya untuk membayar bea itu dari mulut seekor ikan (ay. 27). Entah kemahakuasaan-Nya yang menempatkan uang itu di sana, atau kemahatahuan-Nya yang mengetahui bahwa uang itu ada di sana, semuanya mengarah kepada hal yang sama. Hal ini merupakan bukti keilahian-Nya, dan bahwa Dia adalah Tuhan semesta alam. Makhluk-makhluk ciptaan yang paling jauh dari kehidupan manusia berada di bawah perintah Kristus, bahkan ikan-ikan di laut diletakkan di bawah kaki-Nya (Mzm. 8:7); dan untuk membuktikan kekuasaan-Nya di dunia ini, dan untuk menyesuaikan diri-Nya dengan keadaan-Nya sekarang yang sedang merendah, Ia memilih mendapatkan uang itu dari mulut ikan, meskipun Dia bisa saja memperolehnya dari tangan malaikat. Bahkan dalam mengadakan mujizat Ia menggunakan sarana untuk mendorong ketekunan dan usaha manusia. Petrus harus melakukan sesuatu, dan yang harus dilakukannya itu termasuk panggilannya juga. Hal ini untuk mengajar kita agar kita rajin dalam melakukan apa yang menjadi panggilan kita. Apakah kita berharap agar Kristus memberikan sesuatu kepada kita? Kalau begitu, marilah kita bersiap-siap bekerja bagi-Nya.

Ikan itu muncul, dengan uang di dalam mulutnya, yang menggambarkan kepada kita mengenai upah ketaatan bila kita taat. Suatu pekerjaan yang kita kerjakan atas perintah Kristus dengan sendirinya akan memberikan upah bagi kita. Baik di dalam memelihara perintah-perintah Allah maupun setelah menjalankannya, ada upah yang besar (Mzm. 19:12).

Yesus memberikan teladan yang sangat baik. Pelayanan-Nya memang mengkonfrontasikan diri-Nya dengan para pemimpin agama, yang pada akhirnya akan menyalibkan Dia (ayat 22-23). Namun, ketika diperhadapkan pada kewajiban sebagai orang Yahudi untuk membayar pajak bait Allah, Ia tidak menghindar walaupun kewajiban membayar pajak Bait Allah tidak tercantum dalam Hukum Taurat. Peraturan itu diciptakan oleh para pemimpin agama. Yesus tetap membayarnya karena tidak ingin menjadi batu sandungan bagi para pemimpin agama (ayat 27). Ia tidak menjadikan pertentangan dengan para pemimpin agama sebagai alasan untuk tidak menaati peraturan.

III. APLIKASI

Tema kita hari ini adalah Melakukan Tanggung Jawab Terhadap Bait Allah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Tanggung Jawab artinya keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya. Dengan kata lain tema ini memberikan pengertian kepada kita bahwa kita sebagai anak-anak Tuhan wajib menanggung segala sesuatu untuk memelihara Bait Allah.

Dalam hal ini bisa kita lihat bahwa Yesus sendiri tidak seharusnya membayar pajak terhadap Bait Allah karena Dia adalah Allah dan Dia sendirilah pemilik bait Allah tersebut, akan tetapi supaya Dia tidak menjadi batu sandungan kepada orang lain sehingga Yesus membayar pajak untuk rumah-Nya sendiri. Sebagai anak-anak Allah kita juga harus mau memelihara bait Allah tanpa mau mempertentangkan soal hak atau kewajiban kita sebagai jemaat, melainkan kita melakukannya sebagai bukti bahwa kita adalah anak-anak Allah. Seperti yang disampaikan dalam bacaan kita Keluaran 39:32-43, bahwa Orang-orang yang membangun Kemah Suci menuntaskan pekerjaan mereka dengan sangat baik. Orang banyak mengerjakan pekerjaan itu dengan sepenuh hati dan bersemangat, dan tidak sabar untuk melihatnya selesai. Mereka menjalankan perintah-perintah tepat waktu, dan tidak sedikit pun menyimpang darinya. Mereka melakukannya tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa (ay. 32, 42).

Oleh sebab itu pada Minggu Perawatan Inventaris ini, marilah kita semua bersama-sama merawat rumah Tuhan sekalipun saat ini kita belum bisa berkumpul Bersama-sama di Gedung gereja untuk memutus mata rantai virus Corona, agar Ketika saatnya kita semua Kembali boleh Bersama-sama berkumpul di Gedung gereja, kita masih dapat merasakan bahwa di masa pandemi ini ternyata tidak menghilangkan  kebersamaan kita dalam memelihara Rumah Tuhan. Dan amini serta imanilah bahwa Tuhan sangat menyenangi orang-orng yang memelihara rumah Tuhan dan bahkan memberkatinya. Seperti yang disampaikan dalam Hagai 2:19, “Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya, mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan ke Sembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait Tuhan, perhatikanlah apakah benih masih tingal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat”. Oleh sebab itu marilah kita semua tetap memperhatikan dan memelihara Rumah Tuhan di masa pandemic ini sekalipun dan tetaplah kita menanamkan rasa sayang dan mencintai rumah Tuhan seperti yang disampaikan Daud dalam Invocatio kita, ““Betapa disenangi tempat kediamanMu, ya Tuhan semesta alam!”. Amin

Pdt. Jaya Abadi Tarigan

GBKP Runggun Bandung  Pusat

Khotbah Minggu Tgl 25 Juli 2021 ; 1 Yohanes 2 : 14-17

Invocatio   : Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri (Yohanes 7:17)

Bacaan       :  Daniel 1:17-21 (Tunggal)

Kotbah        :  1 Yohanes 2:14-17 (Tunggal)

Tema           : Melakukan Kehendak Allah (Ndalanken Peraten Dibata)

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…

Ada sebuah syair lagu yang dituliskan oleh Adeleide A.Polard (1907). “Have thine own way Lord” 

Kehendak Tuhan laksanakan

Ku tanah liat, Kau penjunan

Bentuklah aku, sesukaMu

Aku menunggu di kakiMu

Yang mendorong kita untuk tetap setia melaksanakan kehendak Tuhan dalam kehidupan kita setiap harinya dan hidup kita ada dalam kuasa Tuhan.  Melakukan kehendak Allah merupakan tanggungjawab hidup orang yang percaya kepadanya. Melalui bahan kotbah Minggu ini, mari bersama kita mendengarkan firman Tuhan yang mendorong kita untuk tetap setia melakukan kehendak Allah.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan..

Bahan kotbah minggu ini dari 1 Yohanes 2:14-17. Surat 1 Yohanes ini ditulis untuk mendorong jemaat agar tetap teguh berpegang kepada kebenaran bahwa Yesus, Anak Allah, adalah sungguh manusia dan benar-benar menumpahkan darahNya untuk menyucikan manusia dari dosa (1:7). Persoalan yang paling menonjol melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan caranya bekerja di dalam diri orang percaya. Dari segi doktrin, ajaran sesat itu menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (2:22, bd. 5:1); sedangkan dari segi etika, ia juga mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (2:3-4; 5:3) dan hidup kudus serta terpisah dari dosa (3:7-12) dan dari dunia (2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1:6; 5:4-5). Karena itu, tujuan Yohanes menyampaikan pengajarannya dalam surat ini adalah untuk menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu; dan menasehati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1:4) dan kepastian (5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putera Allah (4:15; 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (2:20; 4:4,13).

Surat ini mendefenisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan dan tidak memberi kompromi diantara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan. Yohanes menuliskan surat ini, dan disampaikannya kepada setiap orang yang percaya kepada Kristus.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, ada dua hal yang hendak disampaikan oleh penulis surat 1 Yohanes ini kepada kita, yaitu :

1.Sapaan dan peneguhan dari Yohanes kepada para pembacanya (ayat 14)

Aku menulis kepada kamu, hai anak-anak, karena kamu mengenal Bapa.

Aku menulis kepada kamu, hai bapa-bapa, karena kamu mengenal Dia, yang ada dari mulanya.

Aku menulis kepada kamu, hai orang-orang muda, karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu dan kamu telah mengalahkan yang jahat.

Di sini Yohanes hendak menyampaikan pengajarannya kepada anak-anak yaitu orang-orang yang baru percaya kepada Kristus, mereka adalah bayi-bayi dalam Kristus. Selanjutnya Yohanes juga menyapa “hai bapa-bapa” yaitu orang-orang yang sudah lama mengenal Kristus, hidup dalam firman Tuhan serta sungguh-sungguh telah mengetahui, mengenal serta memiliki pengalaman hidup rohani dengan Allah dalam kehidupannya setiap hari. Sedangkan sapaan “hai orang-orang muda” yaitu orang-orang Kristen yang yang sedang mengalami perkembangan dan menuju kepada kedewasaan dalam iman. Yohanes meneguh hati “orang-orang muda” itu bahwa mereka adalah orang yang kuat. Mereka dimampukan untuk membedakan hal yang jahat dan yang baik. Firman Allah yang hidup dalam kehidupan mereka setiap  hari telah mengalahkan yang jahat. Firman Allah merupakan senjata yang dapat digunakan untuk mengalahkan si jahat. Ia bagai pedang Roh untuk menangkal anak-anak panah si iblis. Dan orang-orang yang memiliki firman Allah dalam dirinya, mereka diperlengkap dengan baik untuk menaklukan dunia.

Sapaan dan peneguhan serta pengajaran yang disampaikan Yohanes ini, tentu saja sangat memotiva untuk tetap setia beriman kepada Tuhan dan hidup sesuai dengan kehendak Allah, serta tidak terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran palsu yang membawa manusia jatuh ke dalam dosa yang ditawarkan oleh dunia ini.

2.Janganlah mengasihi dunia ini (ayat 15-17)

 Istilah “dunia”  (Yunani : kosmos) merupakan kehidupan yang ditawarkan oleh iblis dan terpisah dengan Allah. Bukan hanya kesenangan dunia yang sudah jelas jahat, dursila dan berdosa tetapi juga menunjuk kepada roh pemberontakan atau ketidakacuhan terhadap kehendak Allah. Iblis mempergunakan berbagai gagasan, moralitas, filsafat, psikologi, keinginan, pemerintah, kebudayaan, pendidikan, sains, kesenian, obat-obatan, musik, sistem ekonomi, sarana hiburan, media massa, agama,  dan lainnya dari dunia ini untuk menentang Allah. Contohnya, media hiburan dapat membinasakan standard rohani seseorang, membuat manusia jatuh kedalam dosa karena perbuatan dagingnya.

Seorang yang percaya kepada Kristus, yang tinggal di dalam dunia ini, tidak menjadi serupa dengan dunia ini (Roma 12:2), mengalahkan dunia ini (1 Yoh. 5:4) membenci kejahatan dunia (Ibrani 1:9), tidak mengasihi dunia (1 Yoh. 2:15), mati terhadap dunia (Galatia 6:14) dan dibebaskan dari dunia (Kolose 1:13-14). Mengasihi dunia mencemarkan persekutuan kita dengan Allah dan mendatangkan kebinasaan rohani. Mustahil mengasihi dunia dan Bapa pada saat yang bersamaan (Mat. 6:24; Luk. 16:13). Mengasihi dunia  berarti bersekutu secara intim dengannya, dan mengabdi kepada nilai-nilai, kepentingan, cara-cara dan kesenangan dunia. Mengasihi dunia  berarti menyenangi dan menikmati  hal-hal yang menentang Allah.

Ada tiga aspek dari dunia berdosa yang menciptakan permusuhan dengan Allah yaitu, pertama: “keinginan daging” termasuk keinginan yang mengejar kesenangan dosa dan pemuasan hawa nafsu (1 Kor. 6:18; Fil. 3:19; Yak. 1:14). Kedua, “keinginan mata” menunjuk kepada keinginan akan hal-hal yang menarik mata tetapi dilarang oleh Allah, termasuk keinginan untuk melihat hal-hal yang memberikan kesenangan berdosa (Kel. 20:17; Roma 7:7). Pada zaman modern, hal ini meliputi keinginan untuk menghibur diri dengan melihat pornografi, kekerasan, kejahatan dan kebejatan di panggung dan di televisi, di media sosial, ataupun dibioskop (Kej. 3:6,Yosua 7:21; 2 Samuel 11:2; Matius 5:28). Ketiga, : “keangkuhan hidup” berarti adanya roh kecongkakan dan kemandirian yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan atau Firman-Nya sebagai kekuasaan tertinggi. Itulah roh yang berusaha untuk mengagungkan diri, memuliakan diri dan memajukan diri sebagai pusat kehidupan (Yakobus 4:16). Seorang yang percaya kepada Kristus akan menghadapi penderitaan dari dunia ini. Dengan menggunakan daya tarik dunia ini, iblis senantiasa berusaha untuk membinasakan hidup Allah dalam diri seorang yang percaya kepadaNya (2 Kor.11:3; 1 Petrus 5:8). Dunia ini bersifat sementara dan akan dibinasakan oleh Allah (1 Kor. 7:31).

Bagaimana kehidupan orang yang melakukan kehendak Allah ? Tetapi, orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya, yaitu orang -orang yang selalu menaati perintah Allah akan menerima anugerah hidup yang kekal (1 Yoh. 1:2).

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan..

Dalam bahan bacaan kita minggu ini, dari Daniel 1:17-21, menceritakan kepada kita bahwa  kepada Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya diberikan Allah pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat. Mengapa demikian ? Karena keempat pemuda ini mengabdi kepada Allah, mereka setia melakukan kehendak Allah dalam kehidupannya. Mereka tidak menajiskan diri dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja, ketika mereka menjalani pendidikan selama 3 tahun sebelum mereka bekerja kepada raja Babel. Meskipun apa yang mereka lakukan itu dapat mengancam hidupnya karena telah melawan perintah Raja Babel, mereka berketetapan hati untuk tetap setia kepada Allah ketika diperhadapkan dengan pencobaan dari dunia ini.

Sungguh ke empat pemuda ini tidak terpengaruh oleh kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia. Imannya kepada Allah telah tertanam dengan kuat sehingga ia melakukan kehendak Allah dengan sepenuh hatinya (Daniel 1:5-8). Allah mewajibkan diriNya untuk menolong mereka. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa jikalau kita sungguh-sungguh berusaha taat kepada Allah serta melakukan kehendakNya, maka Allah pasti menolong dan memberikan anugerahNya.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan…

Minggu ini kita memperingati 80 tahun kemandirian GBKP, tepatnya pada tanggal 23 Juli. Sebagai seorang percaya kepada Tuhan, sebagai seorang warga GBKP :

1.    Marilah kita tetap setia hidup dalam iman kepada Tuhan serta melakukan kehendakNya dalam kehidupan setiap hari dengan sukacita. Meskipun banyak tantangan dari dunia ini yang hendak menjerumuskan kita dalam keinginannya, yaitu keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup; bahkan dunia berusaha menjerumuskan kita kedalam keinginannya yaitu korupsi, pergaulan bebas, individualis, hedonis, materialis, kekerasan, tindakan amoral, dan lain sebagainya. Tetapi karena iman yang teguh di dalam Tuhan, dan hidup yang menyatu dengan Allah (unity in God) menuntun kita tetap setia melakukan kehendaknya dan tidak terperangkap dalam jerat si iblis.

2.    Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna (Roma 12:2). Roh kudus memampukan kita melakukan hal yang berkenan kepadaNya.

3.    Kemandirian GBKP memperlihat kepada kita betapa besar kuasa Tuhan sehingga GBKP tetap menjalankan tugasnya bersaksi, bersekutu dan melayani. Kemandirian GBKP dapat terjadi karena didukung juga oleh setiap anggotanya yang ikut ambil bagian dalam hal kemandirian daya, dana dan juga teologi.

Selamat setia melakukan kehendak Allah.

Pdt. Crismori V. Br Ginting

GBKP Sitelusada

Khotbah Minggu 18 Juli 2021 ; Kisah Para Rasul 19:11-20

Invocatio      : “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kol.1:13).

Bacaan          : 2 Raja-Raja 21:1-15 

Khotbah        : Kisah Para Rasul 19:11-20

Tema            : Akukanlah Kepada Tuhan (Akuken Man Tuhan)

PENDAHULUAN

          Sekilas kami mengutip sebuah kalimat dari seorang Mother Teresa yang mengatakan demikian; “Tidak jarang, mereka yang menghabiskan waktu untuk memberikan cahaya bagi orang lain justru tetap berada dalam kegelapan.” Pertanyaan yang timbul dalam benak penulis ialah apakah mungkin orang yang hidup dalam kegelapan bisa memberikan cahaya kepada orang lain? Bagaimana mungkin kita dapat memahami maksud dari bunda Teresa tersebut kedalam kehidupan spiritual Kristen pada saat ini? Paling tidak secara sederhana kita dapat mengambil contoh melalui pengalaman kehidupan bergereja bahwa meskipun gereja sudah banyak berdampak terhadap lingkungan dan sekitarnya tetapi sering kali kehidupan orang-orang di dalam gereja itu sendiri banyak terjadi pelecehan spiritual baik dalam kehidupan secara pribadi lepas pribadi maupun secara komunal dalam persekutuan.

          Perenungan kita pada Minggu setelah Trinitatis ini, kembali kita diajak untuk melihat bagaimana sisi kegelapan dan sisi terang dalam kehidupan orang percaya. Tema kita tentang mengakukan kepada Tuhan bukanlah persoalan bahwa Tuhan yang Mahakuasa dan Mahatau sudah lebih mengetahui apa yang menjadi sisi gelap dari diri kita, tetapi orientasinya ialah kepada dasar dan komitmen kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Yesus Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya di Kayu Salib dan bangkit untuk mengalahkan kegelapan. Ada orang yang sudah terlihat dosa dan kejahatannya tetapi tetap tidak mengaku dan ada juga orang yang memiliki dosa ataupun kejahatan yang belum diketahui orang sama sekali tetapi dia mengakukan kesalahannya karena sisi gelap tersebut membuat kehidupannya tidak dapat tenang dan bersukacita. Mari kita mencoba membahas teks firman Tuhan yang menjadi dasar dan kacamata kita hari ini dalam menggumuli dan merenungkan kehidupan kita yang berada di dalam sisi gelap dan sisi terang itu.

          Pengantar kepada teks khotbah kita hari ini yang diambil dari Kisah Para Rasul 19 :11-20 menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana kuasa dari sisi kegelapan dan kuasa dari terang diperhadapkan saat Paulus melayani di Efesus. Seperti halnya dalam kitab Kejadian Allah telah memisahkan terang dan gelap, ternyata dalam kehidupan orang percayapun kegelapan itu masih selalu mengintip dan dapat mengacaukan kita pada saat kita lengah.

ISI

          Pada ayat 11-12 dijelaskan bagaimana Allah bekerja dalam pelayanan Paulus yang menghadirkan mujizat bagi mereka yang menerima kuasa Allah yang melepaskan mereka dari nos-os (penyakit/kesakitan) dan roh ponayros (gangguan dan masalah yang dapat menimbulkan bahaya bagi iman orang yang percaya seperti pikiran dan hati yang dikuasai kejahatan/juga bisa berarti keadaan buruk yang bisa menggoda kita untuk kehilangan iman kita terhadap kuasa Tuhan). Beberapa penafsir menyatakan bahwa mujizat yang terjadi tentu tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan Petrus dalam Kis. 5:12-16, yang menghadirkan kuasa peyembuhan oleh Allah diluar akal kemampuan manusia. Penulis setuju akan hal tersebut meskipun ketika membaca teks secara langsung ada beberapa hal baru yang penulis temukan bahwa rupa-rupanya ada roh kejahatan yang diciptakan oleh manusia sendiri ketika mungkin mereka berada dalam masalah serius dalam kehidupan mereka seperti mungkin mengalami sakit penyakit yang parah, ataupun pergumulan kehidupan yang berat dan sulit seperti kehidupan kita di masa-masa pandemi Covid-19 ini. Menarik sekali pada ayat 11 jika dalam teks alkitab NIV terjemahan dalam bahasa inggris kalimatnya demikian, “God did extraordinary miracles through Paul” artinya ialah bahwa sumber ataupun pelaku yang sesungguhnya dalam mujizat yang terjadi pada teks ini ialah Allah. Mungkin dalam terjemahan baru bahasa Indonesia sudah jelas dikatakan “Oleh Paulus Allah mengadakan Mujizat”, tetapi jika merujuk pada NIV yang sudah penulis lihat maka arah dari pada penjelasan teks lebih jelas bahwa Allah melakukan mujizat melalui Paulus. Paulus adalah perpanjangan tangan Allah untuk mewujudnyatakan kerajaanNya bagi orang-orang yang percaya.

          Mengenai soudarion (saputangan yang digunakan untuk menyeka keringat) dan simikinthion (celemek atau apron yang biasa dipakai oleh pelayan dan pekerja untuk melindungi baju) adalah media yang digunakan oleh Paulus saat melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan Tuhan, namun karena begitu banyaknya orang-orang yang membutuhkan kesembuhan maka menurut konteks perikop ini orang-orang itu tampaknya sulit untuk bertemu Paulus sekaligus, maka dari itu orang-orang yang telah disembuhkan ikut membantu pelayanan Paulus sehingga media yang sering digunakan oleh Paulus juga digunakan oleh mereka untuk mewujudnyatakan kehendak Allah. Artinya ialah media ini bukan fokus penting tetapi yang hendak dijelaskan ialah bahwa kuasa Allah begitu besar bagi mereka yang tertuju kepada Allah dan memohon pengampunan serta kesembuhan jiwa dan jasmani mereka. Dalam tradisi ibadah Taize ada yang dinamakan doa ikon yaitu berdoa kepada Tuhan dengan menggunakan ikon-ikon tertentu seperti salib, lilin dan lain sebagainya. Adapun ikon tersebut tidak dimaksudkan untuk berharap kepadanya karena ia memiliki kekuatan magis tetapi ikon itu ada sebagai symbol untuk merasakan kehadiran Allah dalam kita berdoa kepadaNya. Tradisi ini tentu saja tidak jauh berbeda dengan hal yang terjadi pada ayat 11-12 dimana Allah berkenan mewujudnyatakan kuasaNya.

          Selanjutnya pada ayat 13-16 adalah peristiwa dimana ada orang-orang yang hanya mengetahui tentang Yesus lalu mereka menjual nama Yesus untuk kepentingan diri mereka agar dipandang oleh masyarakat. Kemungkinan besar ini berkaitan dengan sosial politik yang terjadi pada saat itu karena beberapa pengikut kuil Artemis datang kepada ajaran Paulus untuk percaya kepada Yesus. Meskipun mereka mencoba mempromosikan tentang terang yang benar, rupa-rupanya mereka sendiri memiliki motif jahat yang membawa mereka kepada kegelapan yaitu bahwa mereka menjadi gelap mata untuk melakukan segala hal yang mungkin bisa saja beresiko. Pada akhirnya mereka memaksakan diri menjual nama Yesus untuk mengusir roh jahat. Sangat mengejutkan bahwa roh jahat yang coba mereka usir tersebut malahan mengenal siapa Yesus dan siapa Paulus sedangkan para Skew itu tidak dikenal ataupun roh jahat itu tidak melihat kuasa otiritas Allah ada di dalam mereka. Beberapa hal menarik yang terlihat ialah:

1.    Roh jahat mengenal siapa Allah didalam Yesus Kristus dan otoritas kekuasaanNya.

2.    Mengetahui siapa Yesus belum tentu memiliki relasi yang ataupun pengenalan yang dalam terhadapNya.

3.    Ketika hanya menggunakan nama Yesus untuk kepentingan diri kita sendiri bisa jadi yang ada ialah masalah semakin rumit dan membuat kita semakin gelap mata terhadap yang benar.

4.    Orang yang menjual nama Yesus sifat dan karakternya justru menghakimi ataupun menyumpahi orang lain yang sisi gelapnya terlihat sedangkan sisi gelap dari dirinya sendiri tidak terlihat.

Keempat hal tersebut dapat kita jumpai dalam ayat 13-16 yang memperlihatkan bagaimana sisi terang tidak dapat dimanipulasi. Hanya dalam kegelapan setiap hal dapat kita manipulasi misalnya seperti dalam kehidupan sehari-hari ketika tujuan dan motif kita sudah menggelapkan mata iman kita maka bisa jadi meskipun kita orang yang mengaku percaya kepada Yesus, bisa saja kita mau menjual nama Yesus untuk kepentingan kita, bahkan mengakui diri kita orang yang percaya untuk mendapatkan tujuan tertentu tidak lain ialah keuntungan untuk diri kita. Misalnya kritik terhadap teologi kemakmuran yang sering kita dengar bahwa rasa-rasanya ada transaksi menjual nama Yesus demi kekayaan finansial indvidu maupun komunitas. Namun hendaknya tidak ada pengakuan atas diri kita sendiri bahwa kita orang benar dan menghakimi yang lain karena mereka salah. Ada baiknya bahwa kita mengaku kepada Tuhan bahwa sisi kegelapan tidak dapat kita lewati jika kita tidak bersama dengan Yesus melewatinya. Seperti yang dikatakan oleh invocatio kita bahwa Allah telah memindahkan kita dari kuasa kegelapan ke dalam kerajaanNya sehingga perpindahan tersebut hanya bisa terjadi jika Allah yang sudah memprakarsai kehidupan kita.

          Pada bagian terakhir yaitu ayat 17-20, kita mendapat makna bagaimana hikmat Allah akan dunia ini dan rencanaNya untuk kehidupan kita sebagai manusia. Pada bagian sebelumnya penulis menjelaskan bahwa Allah tidak menghilangkan kegelapan tetapi hanya memisahkan terang dan gelap. Dengan demikian kita mengetahui bahwa kegelapan ini adalah realita dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Jika posisi kita dalam terang melihat gelap atau posisi kita dalam gelap melihat terang, itulah yang menjadi dinamika kehidupan spiritual yang harus terus diperbaharui dan disadari agar kita mampu melihat bagaimana karya Allah dalam kehidupan kita. Meskipun kegelapan selalu menjadi realita yang tidak terhindarkan maka jika melihat ayat dalam bagian ini mengatakan bahwa sekalipun roh jahat yang ingin menggelapkan kita dan diizinkan oleh Tuhan terjadi, berarti ada rencana Tuhan yang ingin Ia sampaikan yaitu di dalam peristiwa tersebut kuasa Allah hendak dinyatakan dan dialami oleh orang-orang yang menyadari bahwa ia membutuhkan terang ataupun Yesus dalam kehidupannya. Kita semua manusia pasti memiliki sisi gelap kita yang belum diterangi oleh Kristus. Pertanyaannya ialah apakah Kristus itu sudah menerangi dan kita mau diterangi oleh Kristus? Kita tidak bisa menyalahkan roh jahat ataupun kegelapan yang menggoda kita atau bahkan bisa jadi kitapun menyalahkan Tuhan. Sudah seharusnya kita merenungkan bahwa yang perlu dievaluasi ialah fokus dan orientasi keyakinan iman kita kepada Tuhan berdasarkan kebutuhan demi keuntungan kita atau berdasarkan relasi kita terhadapNya sehingga keyakinan kita bukan sekedar kepercayaan yang religius tetapi justru kepercayaan yang terus menerus membaharui spiritualitas kita. Mengenal dan mengalami Yesus adalah puncak spiritual yang dapat kita jalani dengan berbagai macam cara, yang penting fokus dan orientasi kita tetap berpusat pada Kristus yaitu kehidupan spiritual yang Kristosentris.

Kesimpulan

Tema kita pada minggu ini tema kita berbicara tentang pengakuan yang mengajak kita kepada sebuah kesadaran bahwa semua manusia sudah berdosa sejak dari dalam kandungan. Kegelapan adalah realita yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena jika kita tidak memiliki terang maka terjadi kehidupan yang manipulatif didalam kegelapan itu sendiri. Seperti dalam bacaan kita bagaimana Manasye justru terjebak di dalam kegelapan yang pada akhirnya di berbuat sesuka hati, meskipun semua yang dia perbuat itu adalah tindakan jahat dan yang keji bagi Tuhan. Tidak ada harapan masa depan jika tetap hidup dalam kegelapan, yang ada hanya malapetaka seperti yang dialami oleh Yehuda dan Yerusalem akibat perbuatan keji yang dipelopori oleh Manasye. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita sudah memiliki spiritual yang Kristosentris? Jika sudah, maka seharusnya bagaimana kehidupan kita kita tetap merendahkan diri dihapadan Tuhan dan mengaku bahwa kita memiliki begitu banyak pergumulan. Mengaku bukan berdasarkan bahwa kita sudah “ketahuan,” tetapi berdasarkan kehidupan rohani kita yang setia dan taat kepadaNya untuk terus menerus memperbaharui kehidupan kita secara holistik. Dengan demikian berbahagialah kita anak-anak Allah yang sudah dimenangkan dan dipindahkan dari dalam kegelapan kepada kerajaanNya baik dimasa kini maupun di masa kehidupan yang akan datang. Maka dari itu akukan kepada Tuhan setiap keterbatasan dan kekurangan kita sebagai manusia dan selamat menyaksikan karya Allah di dalam setiap kehidupan kita. Amin.

Det. Samuel Barcley August Barus, S.Si.Teol, CCM

GBKP Runggun Tambun Perpulungen Cirebon

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate