Khotbah Minggu tgl 03 Oktober 2021 ; Mazmur 122:3-9

Invocation    : “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera” (Efesus 4:3)

Bacaan         : Kolose 3:12-15

Kotbah         : Mazmur 122:3-9

Tema            : Berdamai Dengan Saudara (Erdame Ras Sangkep Nggeluh)

-           Pendahuluan

Hidup berdamai dengan saudara-saudara kita merupakan suatu harapan di dalam kehidupan kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan. Ketika kita hidup berdamai ada ketenangan, damai sejahtera, ada suka cita. Inilah yang menjadi harapan kita dalam ibadah kita pada minggu budaya II ini, supaya kita sebagai orang karo yang berbudaya dan sebagai orang yang percaya kepada Tuhan bisa berdamai dengan saudara-saudara kita (sangkep geluhta)

-           Isi

Mazmur 122 ini merupakan mazmur ziarah Daud, dimana dalam mazmur ini menceritakan bagaimana bangsa Israel yang terdiri dari 12 suku datang ke Yerusalem untuk beribadah kepada Tuhan dan memberi persembahan kepada Tuhan. Pemazmur mengingat bagaimana sukacitanya menanggapi ajakan sekelompok peziarah yang hendak ke Yerusalem untuk beribadah kepada Tuhan (Ay 1-2)

Ayat 3 “Hai Yerusalem yang telah didirikan sebagai kota yang bersabung rapat”

Kota Yerusalem merupakan pusat peribadatan kepada Tuhan sejak Daud menjadi Raja Israel. Daud merebut kota Yerusalem dari bangsa Yebusi  dan memindahkan ibu kota Israel dari Hebron ke Yerusalem. Kota ini dibangun dengan tembok-tembok yang kokoh dan besar yang berfungsi untuk menyatukan seluruh bangsa Isreal. Kata kerja Habar, diterjemahken “bersabung rapat” terutama menujuk pada persahabatan manusia yang eret.

Ayat 4. Semua suku bangsa Israel  bersama-sama pergi ke Yerusalem dan saling mengajak satu dengan yang lainnya dengan suka cita untuk bisa bersama-sama dalam peribadatan itu. Di sana mereka beribadah dan mendengarkan Firman Tuhan yang akan disampaikan kepada mereka.

Ayat 5. Selain pusat peribadatan, kota Yerusalem juga merupakan pusat pemerintahan bangsa Israel, dimana raja-raja Israel memerintah bangsa Israel yang adalah bangsa pilihan Tuhan, memerintah dengan adil dan takut akan Tuhan demi kesejahteraan bangsa Israel.

Ayat 6-9. Pemazmur mengajak semua suku-suku Israel berdoa untuk kesejahteraan Yerusalem sebelum mereka pulang dan akan meninggalkan Yerusalem, sebab di sinilah rumah Tuhan.

Pemazmur mengajak rakyatnya untuk berdoa bagi kesejahteraan Yerusalem, sehingga tidak ada ancaman bagi Yerusalem juga untuk seluruh istana raja. Pemazmur mengharapkan ada damai sejahtera dan ketenangan bagi seluruh penduduk Yerusalem.

-                Aplikasi

1.    Minggu ini merupakan minggu budaya II. Melalui minggu budaya ini diharapkan melalui tema kita “Berdamai Dengan Saudara (Erdame Ras Sangkep Nggeluh)” mengajak kita sebagai warga GBKP yang berbudaya dan sebagai orang percaya bisa berdamai dan tetap berdamai dengan saudara-saudara kita (sangkep nggeluh kita). Walaupun memiliki latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan yang berbeda-beda, tetapi bagaimana kita bisa bersatu dan berdamai. Sama seperti bangsa Israel yang terdiri dari 12 suku, tapi bisa bersatu dan bersama-sama beribadah kepada Tuhan di Yerusalem. Jika mereka tidak bersatu, jika tidak ada kedamaian di dalam kehidupan mereka, tidak akan bisa bersama-sama dan saling mengajak satu dengan yang lain pergi ke Yerusalem untuk beribadah kepada Tuhan. Mereka tidak akan bersuka cita ketika berangkat dan ketika hendak pulang ke kampung mereka masing-masing.

2.    Seperti pemazmur yang mengajak seluruh bangsanya untuk berdoa bagi Yerusalem, untuk kesejahteraan dan kedamaian Yerusalem, demikian juga kita selalu berdoa untuk kedamanian dan keharmonisan dengan saudara-saudara kita. Karena ketika kita berdoa untuk kedamaian kita dengan saudara-saudara kita (sangkep nggeluh kita) kita akan terhidar dari iri hati, keegoisan dan perpecahan di tengah-tengah keluarga besar kita.

Karena di tengah-tengah kehidupan kita sebagai orang karo, sering sekali terjadi perpecahan dan ketidakdamaian dengan keluarga besar kita oleh karena berbagai-bagai hal (Mis. Karena harta gonogini, dll). Jadi, kita sebagai orang percaya yang memiliki keluarga besar (sangkep nggeluh) tetaplah hidup berdamai dan saling menopang serta saling mendoakan. Kita harus memperlihatkan bahwa kita adalah manusia baru yang telah di tebus oleh Yesus Kristus, yang selalu hidup penduh dengan belas kasihan, rendah hati, lemah lembut, sabar  dan salaing mengampuni satu dengan yang lain (Bnd. Bahan bacaan Kolose 3:12-15)

Pdt  Evlida  br Ginting 

Rg  GBKP Klender 

Khotbah Minggu Tgl 26 September 2021 : Mazmur 20:2-10

Invocatio     : 1 Tawarikh 17:27 “Kiranya Engkau sekarang berkenan memberkati keluarga hambamu ini supaya tetap ada di hadapanMu untuk selama-lamanya. Seabab apa yang Engkau berkati, ya Tuhan diberkati untuk selama-lamanya”

Bacaan         : Kolose 4:2-6

Khotbah       : Mazmur 20:2-10 

Tema : Allah mendengar permohonanku

A.   Pendahuluan

Ketika seorang anak meminta sesuatu kepada orangtua tentu ada yang perlu dia minta dan ada cara dia meminta kepada orangtuanya. Si anak akan meyakinkan orangtuanya bahwa apa yang dia minta itu merupakan kebutuhan dan keinginan yang dianggapnya perlu untuk dirinya. Namun bagaimana sikap orang tua terhadap anak? Apakah setiap permintaan anak akan dipenuhi oleh orangtuanya. Saya berpikir bahwa orangtua akan melihat dan menimbang apakah permintaan tersebut memang perlu dan memang untuk kebaikan sang anak?. Demikianlah hal doa yang akan kita renungkan hari ini bahwa berdoa ( memohon itu perlu namun akan sangat bergantung kepada Allah yang menjawab setiap permohonan manusia termasuk hari ini kita mendoakan semua para pelayan Tuhan dimana pun berada. Kita mendoakan pelayan Tuhan agar sehat dan selalu diberkati dengan kesejahteraan. Namun kenyataan pahit sering kita hadapi dengan sakit penyakit, PHK bahkan kematian para Hamba/pelayan Tuhan. Nah muncul pertanyaan apakah Tuhan tidak mendengarkan dan menjawab doa-doa kita? Apakah Tuhan juga tidak mendengarkan doa keluarga yang bersangkutan?. Kita akan Bersama melihat apa dan bagaimana sebenarnya Allah mendengar doa kita dalam teks Mazmur dan Kolose yang akan kita baca.

B.   Pendalaman Teks

·         Mazmur 20:2-10

Mazmur ini menceritakan bagaimana Daud dan bangsa Israel  berseru dan memohon pertolongan dari Tuhan sebab mereka akan mendapat masalah, menghadapi peperangan. Musuh mereka telah datang dengan  membawa tanda bendera perang.  Sementara orang-orang Kafir (tidak mengenal Allah/Pagans) mempercayai kekuatan kereta dan kuda-kuda mereka, namun bangsa pilihan Tuhan mempercayai ALLAH Yakub. Bangsa Israel akan diberkati dalam peperangan. Daud di sini berdoa untuk kemenangan melawan bangsa yang tidak mengenal TUHAN. Dalam liturgi ibadah khusus Israel, raja dan seluruh umat berkumpul di bait Allah. Raja akan memberikan korban persembahan sebagai ungkapan merendahkan diri dan memohon pertolongan Allah. Raja atau imam akan berdoa mewakili umat.

Dimulai Daud permohonan doa ayat 2 kiranya Tuhan menjawab engkau (bangsa Israel) pada waktu kesesakan, Kiranya Allah Yakub memberntengi engkau ( The Lord of Jacob will keep you safe)

Ayat 3 menyatakan bahwa pertolongan datang dari tempat kudus/Bait suci  dan disokong/ diselamatkan dari Sion. Tempat kudus/ Bait suci adalah simbol keberadaan dan kehadiran Allah.  Daud menekankan perlu berdoa masuk kehadirat Tuhan ke tempat kudusNya dan diselamatkan/disokongNya dari Sion. Kata "Sion" pertama kali disebutkan di kitab 2 Samuel 5:7: "Tetapi Daud merebut kubu pertahanan Sion, yaitu kota Daud." Sion pada awalnya merupakan nama benteng kuno orang Yebus di kota Yerusalem. Sion tidak hanya merupakan nama dari benteng tersebut tetapi juga merupakan nama kota dimana benteng itu berdiri. Setelah Daud merebut "kubu pertahanan Sion,"

Sion kemudian disebut sebagai "Kota Daud" (1 Raj 8:1; 1 Taw 11:5; 2 Taw 5:2). Ketika Raja Salomo membangun Bait Suci di Yerusalem, area Sion diperluas sampai Bait Suci dan daerah sekitarnya (Mzm 2:6, 48:2). Sion akhirnya digunakan sebagai nama untuk merujuk kota Yerusalem, tanah Yehuda, dan orang-orang Israel secara keseluruhan (Yes 40:9; Yer 31:12).
Penggunaan yang paling penting dari kata "Sion" terkait arti teologisnya. Sion digunakan sebagai kiasan bagi bangsa Israel sebagai umat Allah (Yes 60:14). Makna spiritual dari kata Sion juga disebutkan di Perjanjian Baru. Petrus juga menyebut Kristus sebagai batu penjuru Sion: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan" (1 Ptr 2:6).

Ayat 5 : Kiranya Tuhan mengingat korban persembahan  dan korban bakaran bangsa Israel. Tuhan juga kiranya memberikan apa yang engkau kehendaki dan menjadikan apa yang dirancangkan.

Dilanjutkan dengan ayat 6 menyatakan bahwa bangsa Israel akan bersorak-sorai tentang kemenangan yang diberikan  dan mengangkat panji-panji demi nama ALLAH . Kiranya Tuhan memenuhi segala permintaanmu (May the Lord answer all of you prayers ).

Dalam doa permohonan Daud dan bangsa Israel adalah hanya percaya dan mengandalkan Tuhan Allah dalam setiap perkara dan peperangan yang mereka hadapi. Nyatanya Ketika mereka percaya dan bermegah dalam nama TUHAN, Allah maka kemenangan bangsa ini terbukti ada. Allah memberkati dalam berperang melawan musuh-musuh bangsa Israel, Allah menjawab dengan kemenangan yang gilang gemilang (ayat 7-10)

·         Kolose 4:2-6

Dalam teks Kolose ini Paulus menggambarkan bagaimana  seorang Kristen menjalani kehidupannya. Paulus memulai dengan meminta agar:

1.     Berdoa secara terus-menerus dan setia. Allah tidak menghendaki doa menjadi peristiwa yang terjadi hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Doa dimaksudkan untuk menjadi komunikasi yang terus menerus dengan Tuhan. 1 Tesalonika 5:17 mencatat bahwa orang percaya harus "berdoa tanpa henti" atau tanpa akhir."  Paulus menyebutkan dua aspek penting dari doa.

Pertama, orang percaya harus "berjaga-jaga" dalam doa. Ini membawa gagasan untuk berjaga-jaga, atau tetap terjaga di malam hari untuk memastikan lokasi aman. Doa menuntut perhatian terus-menerus, seperti penjaga di gerbang kota. Dalam istilah praktis, ini berarti doa tidak seharusnya menjadi tindakan yang sembrono, santai, atau sembrono. Kita harus berdoa dengan sungguh-sungguh dari hati kita.

Kedua, doa harus mengucap syukur. Orang-orang percaya di Kolose sudah diberkati dan hiduplah  dengan ucapan syukur (Kolose 2:7), dengan Paulus berterima kasih/mengucap syukur kepada Tuhan untuk mereka dalam doa-doanya (Kolose 1:3). Manfaat utama dari doa adalah menyelaraskan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Dengan Do akita mempunyai iman dan kekuatan yang dating dari Roh Tuhan.

2.    Tindakan yang penuh hikmat (ayat 5)

Aspek tindakan ini (ayat 5) nanti akan dibedakan dari aspek perkataan (ayat 6). Nasihat untuk hidup dengan penuh hikmat bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Kehidupan orang Kristen memang tidak terpisahkan dari hikmat. Dalam surat ini saja Paulus sudah berkali-kali menyinggung tentang hikmat. Hikmat sangat diperlukan untuk memahami kehendak Allah (1:9). Pemberitaan kebenaran juga perlu dilakukan dengan hikmat (1:28; 3:16). Hikmat di sini tentu saja bukan menurut dunia (2:23). Hikmat dunia hanyalah seumpama fatamorgana: terlihat menjanjikan, tetapi menyesatkan. Hikmat yang dimaksud di sini berkaitan dengan Kristus karena “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (2:3). Nasihat untuk hidup dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar di 4:5 sangat bertolak belakang dengan ajaran guru-guru palsu di 2:16-23. Hikmat kita bersumber dari Kristus (2:3), sedangkan hikmat mereka dari dunia (2:23). Hikmat dari Kristus menuntun kita pada interaksi yang membangun dengan semua orang (4:5), sedangkan hikmat mereka menciptakan gaya hidup spiritis yang aneh dan mengisolasi diri dari dunia (2:18, 21-23). Mereka yang memiliki hikmat dari Allah seharusnya mau terlibat ke dalam dunia milik Allah.

Bukan sebatas itu sajabagaimana wujud konkrit tindakan yang penuh hikmat dalam interaksi dengan orang-orang luar: “mempergunakan waktu yang ada, menggunakan waktu sebaik-baiknya atau, secara lebih spesifik, memaksimalkan setiap kesempatan. Jadi, hidup dengan penuh hikmat tidak hanya mau terlibat, tetapi memaksimalkan setiap kesempatan yang ada. Bagaimana kita dapat memaksimalkan setiap kesempatan? Dengan menyadari betapa berharganya setiap kesempatan.

3.    Berkata-kata dengan penuh kasih karunia (ayat 6)

Kalau fokus Paulus di ayat 5 adalah tindakan, di ayat 6 adalah perkataan. Secara lebih spesifik, yang disorot di sini sebenarnya bukan “apa yang dikatakan,” melainkan “bagaimana berkata-kata.” Kata “senantiasa” menyiratkan sebuah kebiasaan. Ini tentang gaya berbicara anak-anak Tuhan. Kata-kata kita harus senantiasa penuh kasih (LAI:TB). Secara hurufiah, bagian ini seharusnya diterjemahkan “di dalam kasih karunia” (en chariti, lihat versi Inggris “with grace” atau “gracious”). Sebagaimana kita sudah mengenal kasih karunia Allah (1:6), demikian pula perkataan kita harus mencerminkan kasih karunia itu (4:6).  Kata “kasih karunia” (grace) sangat berkaitan dengan “ucapan syukur” (gratitude). Kata Yunani yang sama  - yaitu charis – memang bisa berarti kasih karunia atau ucapan syukur. Dalam surat Kolose pun kata charis merujuk pada kasih karunia (1:2, 6; 4:6, 18) atau ucapan syukur (3:16). Keduanya sangat berhubungan erat. Tanpa kita menyadari bahwa segala sesuatu adalah grace, kita akan sulit untuk memiliki perasaan bersyukur ( gratitude).

 

Kasih karunia Allah yang terbesar bagi kita tentu saja adalah Yesus Kristus sendiri (Yoh. 3:16; Rm. 8:32; 1Yoh. 4:9-10). Allah menjadi manusia untuk merasakan dan mengalahkan kelemahan, penderitaan, dan kematian kita. Jika kasih karunia telah menguasai seluruh kehidupan kita, kasih karunia itu seharusnya terpancar dalam perkataan kita.

Paulus menerangkan perkataan yang penuh kasih karunia ini dengan “jangan hambar”. Secara hurufiah, bagian ini berbunyi: “dibumbui dengan garam” Bukan sekadar menyenangkan orang lain, tetapi membangun orang tersebut. Padanan yang paling pas ada di Efesus 4:29b “pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia

Jika kita terbiasa berbicara dengan penuh anugerah kepada semua orang, kita akan tahu bagaimana “harus memberi jawab kepada setiap orang” (ayat 6b). Yang ditekankan di sini lebih pada “bagaimana,” bukan “apa.” Jika perkataan kita dikuasai oleh anugerah, kita akan menjawab pertanyaan, keraguan, atau sanggahan orang lain dengan belas-kasihan, kesabaran, dan kelemahlembutan. Semua nilai ini bersumber dari Injil Yesus Kristus. Oleh belas kasihan-Nya Allah menyelamatkan manusia. Dengan penuh kesabaran Dia menebus manusia dari dosa-dosa. Dengan penuh kelemahlembutan Allah selalu menuntun manusia pada kebenaran-Nya. Allah yang tidak membutuhkan apapun di alam semesta begitu menginginkan hati kita, sampai Dia rela mengorbankan Anak-Nya untuk mendapatkan kita!

C.   Penutup

Pada masa sekarang ini, konteks kita saat ini adalah berperang melawan covid 19, pergumulan dan kesulitan yang kadang membuat kita lelah, tertekan, stress  dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang telah terpapar virus dan bahkan mereka telah banyak pergi mendahului kita. Sekarang apa yang dapat kita lakukan?

1.    Berdoa terus menerus dan andalkan Tuhan dalam hidup kita baik secara individual maupun komunal/Bersama-sama.

Mari kita Kembali berdoa seperti Daud dalam teks Mazmur dan Paulus dalam teks Kolose dimana yang ditekankan adalah DOA sebagai komunikasi dengan Allah. Prioritas mereka adalah Allah dan penyertaanNya atas umatNya. Kita juga PERCAYA/ Beriman  kepada Tuhan Yesus dan RohNya selalu menyertai senantiasa. Melalui doa dan permohonan dengan melihat contoh   dalam kehidupan Daud tidak mengandalkan diri, kereta perang dan kuda-kudanya, namun Daud  bersama bangsa Israel Percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan Tuhan memberi mereka hikmat sehingga mampu menaklukkan musuh-musuh mereka. Demikian juga kita perhatikan apa yang dikerjakan oleh Paulus, dia tidak melayani jemaat  seorang diri saja. Dia melayani bersama tim pelayanan, diantaranya : Tikhikus, Onesimus, Aristarkhus, Markus, Yustus, Eprafas, Lukas, dsb. Mereka sangat mengandalkan Tuhan Yesus dalam pelayanan mereka, Mereka diajak untuk terus  berdoa. Mereka kuat dan Tangguh dalam menjalankan pelayanan.  Kita juga demikian para pelayan/serayan Tuhan dan jemaat perlu kita saling topang dalam doa-doa kita. Agar kita mendapat kemenangan dan kekuatan. Kita perlu berdoa secara tekun, terus-menerus dan dengan hati penuh ucapan syukur.

2.    Minta Hikmat Tuhan dan perkataan Penuh kasih Yesus Kristus

 Berhikmat dan menggunakan perkataan penuh kasih. Hidup kita isi dengan doa dan dipenuhi hikmat serta kasih Tuhan sehingga kita dimampukan untuk mempraktekkannya baik dalam perkataan dan perbuatan. Doa, hikmat dan kasih Tuhan Yesus menjadi dasar Ketika kita bertemu dengan siapa saja. Sehingga kita dapat selalu kuat dan Tangguh dalam menghadapi semua masalah apapun dan percaya Tuhan akan menjawab setiap doa serta pergumulan kita seturut dengan kehendak dan waktuNya Tuhan. Tetap Berdoa dan berjaga-jaga. Selalu komunikasi dengan Roh Tuhan melalui doa dan Hikmat Tuhan yang kita lakukan. Ketika doa dan harapan belum terjawab maka Tuhan akan memberikan hikmatNya dan KasihNya untuk bisa menerima apapun jawaban dan hasil yang akan kita dapat Tuhan menyediakan yang terbaik bagi kita. Kita menggunakan kesempatan yang diberikan Tuhan dengan berusaha hidup selaras dan sesuai dengan kehendak Tuhan sehingga Kita tidak sungut-sungut tapi kita mampu mengucap syukur atas apapun yang terjadi dalam hidup ini. Kita dapat menjadi berkat bagi siapa saja karena hikmat Tuhan dan perkataan kita penuh kasih Yesus. Tuhan memberkati kita senantiasa. Selamat hidup dalam Doa (mendoakan pelayan Tuhan, jemaat dan bangsa kita), hidup dalam hikmat dan Kasih Tuhan,. Amin

Pdt  Rosaliana br Sinulingga

Rg GBKP  Bumi Angrek

Khotbah Minggu Tgl 19 September 2021 ; 2 Korintus 1 : 8 -11

 

Invocatio : “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan  berpuasalah untuk aku”. (Ester 4 : 16a)

Bacaan       : Ezra 8 : 21 - 23

Kotbah       : 2 Korintus 1 : 8 - 11

Tema          : “JEMAAT MENDOAKAN HAMBA TUHAN”

I.     Kata Pengantar

Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan, minggu ini kita masuk ke dalam Minggu mendoakan hamba Tuhan (para Pelayan) yang mengingatkan dan mengajak kita sekalian untuk bersama-sama menopang para pelayan Tuhan dalam melakukan panggilan pelayanan yang telah Allah percayakan bagi mereka. Panggilan pelayanan yang harus dilakuken oleh gereja dan para pelayan Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Begitu kompleks pergumulan dan tantangan yang dihadapi para pelayan Tuhan dan gereja khususnya ditengah-tengah keadaan kita saat ini.. Oleh karena itu sudah seharusnya semua jemaat memberikan dukungan bagi para pelayan agar dimampukan dan dikuatkan melakukan tanggungjawab yang besar yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah. Pada dasarnya kita semua orang-orang percaya adalah para pelayan Tuhan yang seharusnya mengabdikan diri untuk melayani Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Namun pada minggu ini kita khusus berbicara bagaimana kita mendukung dan menopang para pelayan Tuhan yang telah dipilih Allah secara khusus untuk melaksanakan pelayanan di dalam gereja, yakni Pdt, Pt/ Dk dan Em.

II.   Isi

2 Korintus 1 : 8 – 11

Surat 2 Korintus ini ditulis oleh Paulus kepada jemaat Korintus yang sifatnya sangat personal.

Paulus begitu terbuka menyatakan isi hatinya kepada jemaat. Dalam perikop ini Paulus memberitahukan tentang berbagai pergumulan dan tantangan yang ia alami dalam pelayanannya, tantangan secara fisik dan mental yang dialaminya. Termasuk jemaat Korintus sendiri memberikan tuduhan kepada Paulus tentang “kepalsuan kerasulannya”, tidakan dan perlakuan mereka kepada Paulus sangat buruk. Namun itu semua tidak membuat Paulus mendendam atau marah kepada jemaat Korintus, tidak ada kebencian atau kepahitan yang disimpan Paulus dalam hatinya. Paulus bahkan begitu mengasihi jemaat ini dan menyatakan kasihnya itu dengan memberikan penjelasan yang benar kepada jemaat. Apa yang Paulus sampaikan adalah suatu fakta yang perlu dibuka dan dibereskan sehingga pemberitaan tentang Allah bisa terus berlangsung dan jemaat memahi kebenaran yang ada di dalam Kristus dan firman-Nya.

Ay. 8-9a : Paulus dengan terbuka memberitahukan segala pergumulan dan penderitaan      yang ia alami dalam pelayanannya di Asia kecil (mungkin kekacauan yang ditimbulkan oleh Demetrius di Efesus – Kisah Para Rasul 19; perkelahian dengan hewan buas di Efesus – 1 Kor. 15, atau masalah lain).  Kejujuran yang keluar dari mulut seorang hamba Tuhan yang mengalami betapa berat dan sulitnya tekanan dan penderitaan yang dia alami. Beban itu sepertinya sudah  “overload” artinya belum selesai satu sudah ditambahkan beban yang lain  sehingga ia juga seakan putus asa akan hidupnya (ay 8b) dan seakan-akan ia   merasa bahwa ia telah dijatuhi hukuman mati (ay. 9a).

Ay. 9b - 10 : Paulus memaparkan semua tekanan dan penderitaan yang ia alami pada ayat  sebelumnya bukan untuk mengatakan bahwa ia “kalah”, bukan untuk  mengatakan bahwa ia mau berhenti dari pelayanannya, bukan untuk mengatakan bahwa ia menyalahkan orang lain atau Allah yang telah memilih dan mengutus ia bukan juga untuk mengatakan bahwa “ia hebat” karena masih bisa bertahan  dengan segala tekanan dan penderitaan yang ia alami. Tetapi Paulus mau mengatakan bahwa ia mengalami segala “proses” itu supaya ia tidak   mengandalkan dirinya yang begitu lemah dan terbatas. Ia hanyalah manusia  biasa yang memiliki keterbatasan namun oleh karen kuasa dan kekuatan dari  Allah ia tetap dimampukan untuk tetap sabar dan bertekun dalam pelayannnya. Kepada Allahlah ia tetap berpengharapan, Allah yang telah melepaskan ia dari kematian yang mengerikan, Allah yang senantiasa menolong dan   menyelamatkan ia. Allah yang memanggil, Allah yang memapukan dan  memperlengkapi; Allah yang utus, Allah yang urus, itulah yang mau di katakan  oleh Paulus.

Dalam pembukaan surat ini, yakni ayat 3 “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan allah sumber segala penghiburan”, Paulus telah menyatakan dasar yang membuat ia tetap sabar dan  bertekun menghadapi semua keadaannya yaitu Allah. IA adalah Allah yeng  penuh belas kasihan dan menjadi Bapa yang senantiasa memberikan penghiburan ditengah kesusahannya yang besar. Kata “penghiburan/menghibur  dipakai oleh Paulus beberapa kali (10x) untuk mengungkapkan sukacita dan   kekuatan Paulus dalam menghadapi segala sesuatu. Kesulitan, tekanan dan  penderitaan itu tidak begitu penting bagi Paulus. Yang terpenting baginya adalah  bahwa ia senantiasa mendapatkan penghiburan, damai sejahtera dan sukacita Allah dalam hidupnya.

       Paulus juga mau mengatakan bahwa semua yang ia alami itu memampukan ia juga untuk menghiburkan dan menguatkan orang lain dalam kesusahan yang dialami (ay. 4). Paulus menginginkan bahwa jemaat Korintus juga senantiasa dikuatkan dalam segala keadaan yang mereka hadapi (ay. 6-7)

Ay. 11   : Paulus meminta agar jemaat Korintus juga ikut menopang dan mendukung  pelayanan Paulus melalui doa jemaat. Doa menjadi kekuatan besar yang akan memampukan Paulus untuk melakukan tugas pelayanannya sehingga semakin banyak orang yang akan mengucap syukur atas karunia yang mereka peroleh.

Ezra 8 : 21 – 23

Ezra dipercayakan untuk membawa bangsa Israel keluar dari pembuangan Babel menuju kampung halamannya Jerusalem. Ada banyak tantangan yang menanti Esra dan bangsa Israel Ketika dalam perjalanan. Ezra sebenarnya bisa saja meminta bantuan kepada Raja Artasasta untuk memberikan bala tantara dan orang-orang berkuda untuk mengawal mereka namun hal itu tidak dilakukan oleh Ezra. Ia mengajak semua orang Israel untuk bersatu hati untuk berpuasa dan memohon penyertaan dan perlindungan kepada Allah. Allah mendengarkan dan mengabulkan permohonan mereka.

Ester 4 : 16a

Ester menyuruh Mordekhai untuk mengumpulkan semua orang Yahudi, meminta mereka untuk berdoa dan berpuasa sehingga Ester dimampukan untuk menyampaikan permohonan kepada Raja Haman untuk tidak memusnahkan orang Yahudi sekalipun dengan konsekuensi yang berat, yakni kematian.

III.       Aplikasi

Menjadi pelayan/ hamba Tuhan bukanlah panggilan yang mudah untuk dilakukan terlebih ditengah kompleksitas persoalan dan tantangan kehidupan yang terjadi saat ini. Suatu perjalanan yang berat yang menuntut tanggungjawab besar, ketekunan dan kesabaran, kemauan untuk tetap belajar, kerendahan hati akan otoritas Allah, daya tahan akan berbagai tekanan dan penderitaan, ditolak bahkan dimusuhi. Bagaimana para pelayan boleh tetap dimampukan dalam menghidupi panggilannya?

1. Kesadaran akan banyaknya tekanan dan pergumulan dalam hidup, baik secara pribadi, keluarga, pekerjaan terlebih pelayanan seharusnya menyadarkan kita untuk tetap merendahkan hati dihadapan Allah. Sebagai para pelayan/ hamba Tuhan harus senantiasa mengandalkan Tuhan dalam segala keadaan kehidupan. Hidup intim denga Allah (hidup di dalam Tuhan) akan memampukan kita tetap sabar dan tekun, tetap bersukacita untuk melakukan tugas pelayanan yang telah Allah percayakan, berani menyuarakan suara kenabian/ kebenaran, menyelaraskan hidup kita dengan panggilan kita seturut kehendakNya (memiliki integritas). Kesesakan, keadaan, tekanan hidup, pergumulan dan penderitaan tidak seharusnya menjadi alasan bagi pelayan untuk tidak melakukan panggilannya, khususnya dimasa Pandemi/ Wabah Virus Corona ini, Malah seharusnya dalam situasi saat ini “kualitas” sebagai pelayan itu harus dinyatakan melalui pelayanan yang dilakukan.

2. Jemaat juga harus menyadari bahwa para pelayan Tuhan adalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Dalam hal inilah jemaat boleh tetap hadir menopang dan mendukung para pelayan sehingga para pelayan tetap dimampukan. Dukungan itu tampak dalam mendoakan para pelayan, menghormati para pelayan sehingga mereka tetap semangat dan bersukacita dalam melayani (Ibrani 13 : 17), dalam keterbatasan dan kekurangannya ingatkan dan tegurlah dengan penuh kasih untuk kemajuan pelayanan (bukan kritik yang menjatuhkan).

3.  Seperti Paulus, Ezra dan Ester meminta keterlibatan jemaat dalam pelayanan demikian jugalah jemaat GBKP seharusnya ikut terlibat aktif dalam segala kegiatan pelayanan yang dilakukan gereja. Begitu banyak potensi dan talenta yang ada dalam jemaat yang bisa dikembangkan untuk kemajuan pelayanan GBKP. Hendaknya jemaat bukan lagi menjadi objek tetapi subjek dalam pelayanan.

4.  Perlu adanya kesehatian antara pelayan dengan pelayan, jemaat dengan jemaat dan pelayan dengan jemaat. Ezra dan Ester mengajak semua umatnya untuk bersehati berdoa dan berpuasa, demikian juga hendaknyalah dalam pelayan di gereja GBKP (ula kari bagi kuan-kuan “99 pande kudin 1 pande kahkah”, lalap nongkangi je si sada…PTT = Pantang Tak Top). Kita harus tetap mengingat bahwa pelayanan ini adalah “Milik Allah” dan kita semua bertanggungjawab kepadaNya.

Pdt. Elba Pranata Barus, S.Th

                         GBKP Runggun Bandung Timur

 

 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate