Khotbah Minggu 18 Juli 2021 ; Kisah Para Rasul 19:11-20
Invocatio : “Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih” (Kol.1:13).
Bacaan : 2 Raja-Raja 21:1-15
Khotbah : Kisah Para Rasul 19:11-20
Tema : Akukanlah Kepada Tuhan (Akuken Man Tuhan)
PENDAHULUAN
Sekilas kami mengutip sebuah kalimat dari seorang Mother Teresa yang mengatakan demikian; “Tidak jarang, mereka yang menghabiskan waktu untuk memberikan cahaya bagi orang lain justru tetap berada dalam kegelapan.” Pertanyaan yang timbul dalam benak penulis ialah apakah mungkin orang yang hidup dalam kegelapan bisa memberikan cahaya kepada orang lain? Bagaimana mungkin kita dapat memahami maksud dari bunda Teresa tersebut kedalam kehidupan spiritual Kristen pada saat ini? Paling tidak secara sederhana kita dapat mengambil contoh melalui pengalaman kehidupan bergereja bahwa meskipun gereja sudah banyak berdampak terhadap lingkungan dan sekitarnya tetapi sering kali kehidupan orang-orang di dalam gereja itu sendiri banyak terjadi pelecehan spiritual baik dalam kehidupan secara pribadi lepas pribadi maupun secara komunal dalam persekutuan.
Perenungan kita pada Minggu setelah Trinitatis ini, kembali kita diajak untuk melihat bagaimana sisi kegelapan dan sisi terang dalam kehidupan orang percaya. Tema kita tentang mengakukan kepada Tuhan bukanlah persoalan bahwa Tuhan yang Mahakuasa dan Mahatau sudah lebih mengetahui apa yang menjadi sisi gelap dari diri kita, tetapi orientasinya ialah kepada dasar dan komitmen kesetiaan dan ketaatan kita terhadap Yesus Kristus yang telah mengorbankan diri-Nya di Kayu Salib dan bangkit untuk mengalahkan kegelapan. Ada orang yang sudah terlihat dosa dan kejahatannya tetapi tetap tidak mengaku dan ada juga orang yang memiliki dosa ataupun kejahatan yang belum diketahui orang sama sekali tetapi dia mengakukan kesalahannya karena sisi gelap tersebut membuat kehidupannya tidak dapat tenang dan bersukacita. Mari kita mencoba membahas teks firman Tuhan yang menjadi dasar dan kacamata kita hari ini dalam menggumuli dan merenungkan kehidupan kita yang berada di dalam sisi gelap dan sisi terang itu.
Pengantar kepada teks khotbah kita hari ini yang diambil dari Kisah Para Rasul 19 :11-20 menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana kuasa dari sisi kegelapan dan kuasa dari terang diperhadapkan saat Paulus melayani di Efesus. Seperti halnya dalam kitab Kejadian Allah telah memisahkan terang dan gelap, ternyata dalam kehidupan orang percayapun kegelapan itu masih selalu mengintip dan dapat mengacaukan kita pada saat kita lengah.
ISI
Pada ayat 11-12 dijelaskan bagaimana Allah bekerja dalam pelayanan Paulus yang menghadirkan mujizat bagi mereka yang menerima kuasa Allah yang melepaskan mereka dari nos-os (penyakit/kesakitan) dan roh ponayros (gangguan dan masalah yang dapat menimbulkan bahaya bagi iman orang yang percaya seperti pikiran dan hati yang dikuasai kejahatan/juga bisa berarti keadaan buruk yang bisa menggoda kita untuk kehilangan iman kita terhadap kuasa Tuhan). Beberapa penafsir menyatakan bahwa mujizat yang terjadi tentu tidak jauh berbeda seperti yang dilakukan Petrus dalam Kis. 5:12-16, yang menghadirkan kuasa peyembuhan oleh Allah diluar akal kemampuan manusia. Penulis setuju akan hal tersebut meskipun ketika membaca teks secara langsung ada beberapa hal baru yang penulis temukan bahwa rupa-rupanya ada roh kejahatan yang diciptakan oleh manusia sendiri ketika mungkin mereka berada dalam masalah serius dalam kehidupan mereka seperti mungkin mengalami sakit penyakit yang parah, ataupun pergumulan kehidupan yang berat dan sulit seperti kehidupan kita di masa-masa pandemi Covid-19 ini. Menarik sekali pada ayat 11 jika dalam teks alkitab NIV terjemahan dalam bahasa inggris kalimatnya demikian, “God did extraordinary miracles through Paul” artinya ialah bahwa sumber ataupun pelaku yang sesungguhnya dalam mujizat yang terjadi pada teks ini ialah Allah. Mungkin dalam terjemahan baru bahasa Indonesia sudah jelas dikatakan “Oleh Paulus Allah mengadakan Mujizat”, tetapi jika merujuk pada NIV yang sudah penulis lihat maka arah dari pada penjelasan teks lebih jelas bahwa Allah melakukan mujizat melalui Paulus. Paulus adalah perpanjangan tangan Allah untuk mewujudnyatakan kerajaanNya bagi orang-orang yang percaya.
Mengenai soudarion (saputangan yang digunakan untuk menyeka keringat) dan simikinthion (celemek atau apron yang biasa dipakai oleh pelayan dan pekerja untuk melindungi baju) adalah media yang digunakan oleh Paulus saat melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan Tuhan, namun karena begitu banyaknya orang-orang yang membutuhkan kesembuhan maka menurut konteks perikop ini orang-orang itu tampaknya sulit untuk bertemu Paulus sekaligus, maka dari itu orang-orang yang telah disembuhkan ikut membantu pelayanan Paulus sehingga media yang sering digunakan oleh Paulus juga digunakan oleh mereka untuk mewujudnyatakan kehendak Allah. Artinya ialah media ini bukan fokus penting tetapi yang hendak dijelaskan ialah bahwa kuasa Allah begitu besar bagi mereka yang tertuju kepada Allah dan memohon pengampunan serta kesembuhan jiwa dan jasmani mereka. Dalam tradisi ibadah Taize ada yang dinamakan doa ikon yaitu berdoa kepada Tuhan dengan menggunakan ikon-ikon tertentu seperti salib, lilin dan lain sebagainya. Adapun ikon tersebut tidak dimaksudkan untuk berharap kepadanya karena ia memiliki kekuatan magis tetapi ikon itu ada sebagai symbol untuk merasakan kehadiran Allah dalam kita berdoa kepadaNya. Tradisi ini tentu saja tidak jauh berbeda dengan hal yang terjadi pada ayat 11-12 dimana Allah berkenan mewujudnyatakan kuasaNya.
Selanjutnya pada ayat 13-16 adalah peristiwa dimana ada orang-orang yang hanya mengetahui tentang Yesus lalu mereka menjual nama Yesus untuk kepentingan diri mereka agar dipandang oleh masyarakat. Kemungkinan besar ini berkaitan dengan sosial politik yang terjadi pada saat itu karena beberapa pengikut kuil Artemis datang kepada ajaran Paulus untuk percaya kepada Yesus. Meskipun mereka mencoba mempromosikan tentang terang yang benar, rupa-rupanya mereka sendiri memiliki motif jahat yang membawa mereka kepada kegelapan yaitu bahwa mereka menjadi gelap mata untuk melakukan segala hal yang mungkin bisa saja beresiko. Pada akhirnya mereka memaksakan diri menjual nama Yesus untuk mengusir roh jahat. Sangat mengejutkan bahwa roh jahat yang coba mereka usir tersebut malahan mengenal siapa Yesus dan siapa Paulus sedangkan para Skew itu tidak dikenal ataupun roh jahat itu tidak melihat kuasa otiritas Allah ada di dalam mereka. Beberapa hal menarik yang terlihat ialah:
1. Roh jahat mengenal siapa Allah didalam Yesus Kristus dan otoritas kekuasaanNya.
2. Mengetahui siapa Yesus belum tentu memiliki relasi yang ataupun pengenalan yang dalam terhadapNya.
3. Ketika hanya menggunakan nama Yesus untuk kepentingan diri kita sendiri bisa jadi yang ada ialah masalah semakin rumit dan membuat kita semakin gelap mata terhadap yang benar.
4. Orang yang menjual nama Yesus sifat dan karakternya justru menghakimi ataupun menyumpahi orang lain yang sisi gelapnya terlihat sedangkan sisi gelap dari dirinya sendiri tidak terlihat.
Keempat hal tersebut dapat kita jumpai dalam ayat 13-16 yang memperlihatkan bagaimana sisi terang tidak dapat dimanipulasi. Hanya dalam kegelapan setiap hal dapat kita manipulasi misalnya seperti dalam kehidupan sehari-hari ketika tujuan dan motif kita sudah menggelapkan mata iman kita maka bisa jadi meskipun kita orang yang mengaku percaya kepada Yesus, bisa saja kita mau menjual nama Yesus untuk kepentingan kita, bahkan mengakui diri kita orang yang percaya untuk mendapatkan tujuan tertentu tidak lain ialah keuntungan untuk diri kita. Misalnya kritik terhadap teologi kemakmuran yang sering kita dengar bahwa rasa-rasanya ada transaksi menjual nama Yesus demi kekayaan finansial indvidu maupun komunitas. Namun hendaknya tidak ada pengakuan atas diri kita sendiri bahwa kita orang benar dan menghakimi yang lain karena mereka salah. Ada baiknya bahwa kita mengaku kepada Tuhan bahwa sisi kegelapan tidak dapat kita lewati jika kita tidak bersama dengan Yesus melewatinya. Seperti yang dikatakan oleh invocatio kita bahwa Allah telah memindahkan kita dari kuasa kegelapan ke dalam kerajaanNya sehingga perpindahan tersebut hanya bisa terjadi jika Allah yang sudah memprakarsai kehidupan kita.
Pada bagian terakhir yaitu ayat 17-20, kita mendapat makna bagaimana hikmat Allah akan dunia ini dan rencanaNya untuk kehidupan kita sebagai manusia. Pada bagian sebelumnya penulis menjelaskan bahwa Allah tidak menghilangkan kegelapan tetapi hanya memisahkan terang dan gelap. Dengan demikian kita mengetahui bahwa kegelapan ini adalah realita dalam kehidupan manusia yang tidak dapat dihindari. Jika posisi kita dalam terang melihat gelap atau posisi kita dalam gelap melihat terang, itulah yang menjadi dinamika kehidupan spiritual yang harus terus diperbaharui dan disadari agar kita mampu melihat bagaimana karya Allah dalam kehidupan kita. Meskipun kegelapan selalu menjadi realita yang tidak terhindarkan maka jika melihat ayat dalam bagian ini mengatakan bahwa sekalipun roh jahat yang ingin menggelapkan kita dan diizinkan oleh Tuhan terjadi, berarti ada rencana Tuhan yang ingin Ia sampaikan yaitu di dalam peristiwa tersebut kuasa Allah hendak dinyatakan dan dialami oleh orang-orang yang menyadari bahwa ia membutuhkan terang ataupun Yesus dalam kehidupannya. Kita semua manusia pasti memiliki sisi gelap kita yang belum diterangi oleh Kristus. Pertanyaannya ialah apakah Kristus itu sudah menerangi dan kita mau diterangi oleh Kristus? Kita tidak bisa menyalahkan roh jahat ataupun kegelapan yang menggoda kita atau bahkan bisa jadi kitapun menyalahkan Tuhan. Sudah seharusnya kita merenungkan bahwa yang perlu dievaluasi ialah fokus dan orientasi keyakinan iman kita kepada Tuhan berdasarkan kebutuhan demi keuntungan kita atau berdasarkan relasi kita terhadapNya sehingga keyakinan kita bukan sekedar kepercayaan yang religius tetapi justru kepercayaan yang terus menerus membaharui spiritualitas kita. Mengenal dan mengalami Yesus adalah puncak spiritual yang dapat kita jalani dengan berbagai macam cara, yang penting fokus dan orientasi kita tetap berpusat pada Kristus yaitu kehidupan spiritual yang Kristosentris.
Kesimpulan
Tema kita pada minggu ini tema kita berbicara tentang pengakuan yang mengajak kita kepada sebuah kesadaran bahwa semua manusia sudah berdosa sejak dari dalam kandungan. Kegelapan adalah realita yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari karena jika kita tidak memiliki terang maka terjadi kehidupan yang manipulatif didalam kegelapan itu sendiri. Seperti dalam bacaan kita bagaimana Manasye justru terjebak di dalam kegelapan yang pada akhirnya di berbuat sesuka hati, meskipun semua yang dia perbuat itu adalah tindakan jahat dan yang keji bagi Tuhan. Tidak ada harapan masa depan jika tetap hidup dalam kegelapan, yang ada hanya malapetaka seperti yang dialami oleh Yehuda dan Yerusalem akibat perbuatan keji yang dipelopori oleh Manasye. Lalu bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita sudah memiliki spiritual yang Kristosentris? Jika sudah, maka seharusnya bagaimana kehidupan kita kita tetap merendahkan diri dihapadan Tuhan dan mengaku bahwa kita memiliki begitu banyak pergumulan. Mengaku bukan berdasarkan bahwa kita sudah “ketahuan,” tetapi berdasarkan kehidupan rohani kita yang setia dan taat kepadaNya untuk terus menerus memperbaharui kehidupan kita secara holistik. Dengan demikian berbahagialah kita anak-anak Allah yang sudah dimenangkan dan dipindahkan dari dalam kegelapan kepada kerajaanNya baik dimasa kini maupun di masa kehidupan yang akan datang. Maka dari itu akukan kepada Tuhan setiap keterbatasan dan kekurangan kita sebagai manusia dan selamat menyaksikan karya Allah di dalam setiap kehidupan kita. Amin.
Det. Samuel Barcley August Barus, S.Si.Teol, CCM
GBKP Runggun Tambun Perpulungen Cirebon