Minggu 30 Desember 2018 ; Lukas 2 : 27-35
Invocatio
“Pada waktu itu TUHAN akan melindungi penduduk Yerusalem, dan orang yang tersandung di antara mereka pada waktu itu akan menjadi seperti Daud, dan keluarga Daud akan menjadi seperti Allah, seperti Malaikat TUHAN, yang mengepalai mereka” (Zakaria 12:8)
Khotbah : Lukas 2:27-35
Tema
Yesus Kristus Penolong Untuk Semua Orang
Ada sebuah cerita tentang seorang wanita tua yang oleh dokternya dikatakan bahwa dia mungkin tidak akan dapat hidup lebih lama lagi. Kemudian, wanita tua itu memanggil keluarganya dan mendiskusikan apa yg harus dilakukan, dimana dia akan dikuburkan, peti jenazahnya akan seperti apa, dsb. Ketika diskusi berlangsung, wanita itu berkata, “Ada satu hal yang sangat penting, saya ingin dikuburkan dengan garpu di tangan kanan saya.” Anak-anaknya bingung mendengar pernyataannya, dan salah seorang di antara mereka tidak sanggup menyimpan rasa penasarannya bertanya: “Apa yang mama maksudkan?” Jawab wanita tua itu: “Aku teringat waktu makan dengan keluargaku ketika aku masih gadis. Setiap kami harus membantu membereskan piring-piring, sendok, dll setelah makan. Ketika nenekmu berkata simpan garpumu, itu artinya akan ada makanan lezat yang akan segera dihidangkan. Maka saya ingin dikuburkan dengan garpu di tangan kanan, karena akan ada hal baik yang datang!”
Ilustrasi ini menceritakan tentang sebuah "pengharapan". Ketika kita menunggu bis, kita pasti berharap bis segera datang. Pengharapan kita dibangun karena menantikan sesuatu yang akan datang. Itulah makna yang indah akan kehidupan Kristen: berbalik dari cara hidup yang lama, menjadi melayani Tuhan dan menantikan kedatangan Yesus yang kedua kali. Kita mempunyai pengharapan karena kita menantikan seseorang. Dia akan memberikan kepada kita sesuatu yang indah, kehidupan yang tidak ada penderitaan dan kesedihan. Kita memiliki pengharapan karena kita tahu hal yang baik akan segera datang. Kita berpengharapan karena itu dengan sabar kita menunggu, menunggu kedatangan kembali Tuhan kita.
Kitab Lukas mencatat ada seorang laki-laki tua yang benar dan saleh bernama Simeon, yang sabar menantikan penghiburan bagi Israel (Luk 2:25). Dengan penuh pengharapan dia menantikan kehadiran Mesias. Ia adalah representasi dari ‘sisa Israel’ yang dengan rindu menantikan penggenapan janji penyelamatan dari Allah. Kelahiran Yesus yang telah dinubuatkan ratusan tahun sebelumnya, membuat Simeon yang penuh dengan hikmat Allah mewakili para nabi terdahulu bertemu dengan Mesias yang telah dijanjikan. Sikap Simeon saat dia melihat bayi Yesus yang dibawa oleh Maria dan Yusuf ke Bait Allah mengungkapkan isi hatinya yang digenangi oleh perasaan syukur tak terkira, langsung mengenali bahwa bayi yang dibawa Maria dan Yusuf, adalah bayi yang ditunggu-tunggu kelahiranNya.
Penantian dari generasi ke generasi akan janji yang kudus itu, Simeon yang berhati tulus dan saleh hidupnya, bisa melihat bahwa kelahiran bayi Yesus tidak hanya membawa keselamatan bagi bangsa Yahudi tapi juga menjadi kemuliaan bagi bangsa Israel. Kebanyakan orang Yahudi ketika memikirkan Mesias, mereka pikir Dia datang hanya untuk mereka dan untuk menghancurkan bangsa-bangsa lain di bawah kaki-Nya saja. Berbeda dengan Simeon, dia memahami dari Firman Allah apa yang kebanyakan orang Yahudi pada zaman itu telah lewatkan (kehilangan). Dia mengerti bahwa Yesus datang untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain, untuk membawa keselamatan bagi bangsa-bangsa lain, untuk mengungkapkan diri-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Dan bahwa Dia akan melakukan hal ini melalui penderitaan sebagai seorang hamba, mati di kayu salib, dan kemudian bangkit dari antara orang mati. Ia justru membawa kebangkitan bagi banyak orang Israel untuk menerima keselamatan. Firman Tuhan yang disaksikan oleh Nabi Yesaya telah digenapi (Epistel, Yes. 52:7-10). Sebuah proklamasi keselamatan untuk bangsa Israel, dan seluruh bangsa. Firman ini mengingatkan akan sebuah pengharapan luar biasa, yang diberitakan Nabi Yesaya kepada umat Tuhan: Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion:’Allahmu itu Raja!’Simeon memiliki kesempatan untuk menyaksikan berita keselamatan itu.
Digerakkan oleh Tuhan sendiri Simeon menanti di Bait Suci, dan meyambut Yesus yang dibawa masuk oleh kedua orang tuanya. Simeon berkata demikian: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel” (Luk. 2:29-32). Firman Tuhan yang disampaikan melalui Simeon ini memberitahukan kepada orang tua Yesus, dan juga kepada kita, bahwa Yesus akan menjadi keselamatan bagi segala bangsa. Sayangnya tidak semua bisa melihat apa yang dilihat Simeon tetapi karena karya Roh Kudus yang tidak pernah berhenti, kita dibawa ke dalam pengertian satu ke pemahaman lainnya sehingga kita sampai pada pengenalan akan kasih Tuhan yang menyelamatkan.
Puji syukur kita naikkan kehadirat Kristus Sang Kepala Gereja, Tuhan yang Maha Kuasa sang pencipta langit bumi dan segala isinya, karena oleh Kuasa dan KasihNya kita sudah diantar sampai pada penghujung tahun ini. Mari sejenak merenungkan perjalanan kehidupan kita, mungkin ketika mengawali tahun 2018 ini ada banyak tekad yang kemarin mau kita kerjakan, kita sudah menetapkan resolusi dari setiap persoalan yang kita hadapi di tahun 2018, dan saat ini kita mau mengevaluasi seberapa efisien resolusi yang sudah kita lakukan, seberapa banyak tekad kita yang terrealisasi di tahun 2018 ini. Ketika menjalani tahun 2018 ini kehidupan kita mungkin tidak mulus, banyak masalah, suka, duka silih berganti. Perlu kita mengevaluasi semua perjalanan kehidupan kita apakah semua berjalan seperti yang kita “rencanakan?” kalau iya puji Tuhan, tapi kalau tidak, coba kita renungkan apakah lebih baik atau lebih buruk dari yang kita bayangkan. Tetapi, kepala kita terlalu kecil untuk memikirkan semuanya itu, semua harus kita respons dengan iman, bahwa rancangan Tuhan bukan rancangan kecelakaan tetapi rancangan damai sejahtera, suka dan duka Tuhan pakai mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihiNya.
Perayaan Natal mula-mula berbeda dengan perayaan Natal sekarang (yang baru saja kita lakukan). Apa yang dahulu masih sebagai pengharapan, kini sudah menjadi kenyataan. Apa yang dahulu masih terbentang jauh di depan, sekarang sudah menjadi pengalaman. Jika sebuah pengharapan saja sudah cukup bagi Simoen untuk bersukacita dan memuji Allah, apalagi sekarang. Kita seharusnya jauh lebih bersukaria, karena kita telah melihat penggenapan dari pengharapan tersebut. Jika Simeon yang hanya memandang cicipan keselamatan bisa memuji Allah, apalagi kita yang sudah melihat penggenapan keselamatan Allah yang jauh lebih besar. Jika dengan berbekal pengharapan Simeon sudah puas dengan hidupnya, apalagi kita yang sudah melihat dan menikmati realisasi dari pengharapan itu. Tidak ada alasan untuk takut dan kuatir. Selalu ada alasan untuk memuji dan bersyukur. Selamat memasuki Tahun Baru 2019. Soli Deo Gloria.
Pdt Melda br Tarigan
GBKP Pontianak