Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Khotbah : Kisah Para Rasul 20:32-38 ; Khotbah Minggu 10 Juni 2018

KOTBAH 10 JUNI 2018 (warna stola: hijau)

Invocatio    : Efeus 4:28

Bacaan       : 2Tesalonika 3:6-15 (antiponal)

Khotbah      : Kisah Rasul 20:32-38 (Tunggal)

Tema         : Rajinlah. Jangan jadi Pemalas

1.    Kata Pengantar

Salah satu bagian di Alkitab yang menarik dan cocok untuk diteladani dalam seputar sikap rajin adalah kisah tentang Yusuf, anak Yakub. Kisah ini menarik karena tidak hanya menampilkan rajin dalam kondisi menyenangkan. Akan tetapi juga, rajin dalam kondisi yang tidak menyenangkan.

 

Ketika membaca Yusuf masih berada di keluarga tidak terlalu nampak bahwa Yusuf adalah seorang yang rajin. Namun, peristiwa dimana ia berada di rumah Potifar membuktikan bahwa kakak laki-laki dari Benyamin ini adalah seorang yang rajin.

“Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apapun selain dari makanannya sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.” (Kejadian 39:6)

Sangat mustahil seorang yang malas dapat bekerja dengan hasil sebaik itu, bukan?

Adapun poin-poin penting yang dapat kita bagikan kepada anak dari kisah Yusuf anak Yakub berkaitan dengan sikap rajin:

1.  Jika kita rajin maka orang akan menyenangi kita

2.  Rajin itu tidak perlu ditentukan oleh situasi sekitar.

3.  Rajin atau malas menentukan keberhasilan-kegagalan kita. Jika kita rajin maka dampaknya keberhasilanlah yang kita dapatkan (kita menjadi pintar, kita bisa menyelesaikan persoalan dan sukses); sedangkan jika kita malas maka kita menjadi bodoh, kita akan kesulitan mengatasi masalah yang ada.  Jadilah teladan dalam hal kerajinan karena keteladanan akan memperkuat apa (pesan) yang kita bagikan.

2.    Isi

Di dalam bahan kotbah, kita juga menemukan bagaimana Paulus dalam pelayanan dan hidupnya menunjukkan teladan bahwa dia bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup dan pelayanannya. Dia tidak menjadi pemalas. Kamu sendiri tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku. Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kis. Rasul 20:34-35). Dia berusaha dengan keras walau banyak hambatan dan rintangan tidak menjadi penghalang baginya untuk melayani dan memberitakan kabar tentang Tuhan Yesus. Paulus rajin dan memberi teladan bagi orang yang dijumpainya.

Sama halnya dengan teks I Tesalonika 3:6-15

3:6 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus,supaya kamu menjauhkan diri  dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya  dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.3:7Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan  kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu, 3:8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha  dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu. 3:9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu  melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti. 3:10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu,  kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja,janganlah ia makan. 3:11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna. 3:12 Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus,  supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya  dan dengan demikian makan makanannya sendiri. 3:13 Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik. 3:14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia,  supaya ia menjadi malu, 3:15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.

Paulus menegaskan agar menjadi orang Kristen tidak malas dan tidak melakukan hal yang tidak berguna. Mereka yang tidak melakukan pekerjaannya adalah anggota jemaat yang bermalas-malasan dan tidak mau bekerja. Mereka menyalahgunakan kemurahan gereja (bd. 1Tes 4:9-10) dan menerima bantuan dari saudara seiman yang bekerja secara biasa (ayat 2Tes 3:6-15).

1.         Paulus mengatakan bahwa orang semacam itu harus didisiplin dengan menjauhkan diri dan jangan bergaul dengan mereka (ayat 2Tes   3:6,14). Walaupun Paulus menganjurkan bahwa pertolongan harus diberikan kepada mereka yang betul-betul memerlukannya, ia tidak pernah mengajarkan bahwa orang percaya harus memberi uang atau makanan kepada orang sehat yang menolak untuk bekerja tetap (bd. ayat 2Tes 3:10).

3.  Aplikasi

Orang Kristen tidak boleh menjadi pemalas, tetapi harus bekerja keras mencari nafkah/bekerja bagi diri mereka sekeluarga dan mempunyai cukup untuk menolong orang lain yang memerlukannya. Lebih baik memberi dari pada meminta. Bagaimana kita bias memberi jika kita menjadi pemalas? Tidak ada yang bias kita beri.

Anak-anak Tuhan adalah anak-anak rajin dan melakukan apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidupnya. Berkat dan kesuksesan akan menyertainya. TUHAN MEMBERKATI.

Pdt. Rosliana Br Sinulingga

GBKP Runggun Semarang

Khotbah : Kisah Para Rasul 16:6-10 ; Minggu tgl 03 Juni 2018

Khotbah Minggu 03 Juni 2018

(Minggu I Setelah Trinitatis / Minggu UEM)

Invocatio    : “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus,

supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Inji” (Pilipi 1:27).

Bacaan       : 1 Korintus 16:8-12;17-20 (Tunggal)

Khotbah      : Kisah Para Rasul 16:6-10 (Tunggal)

Tema         : “Pergilah dan tolonglah mereka”

1.    Pendahuluan

Memberitakan Injil berdasarkan “Amanat Agung Yesus Kristus” kita akui dalam kata tetapi belum tentu kita akui sepenuhnya dalam aksi. Untuk menjawab panggilan memberitakan Injil yang kita lakukan, memilih dan mengangkat seksi PI dan team PI, lalu kita menyebutkan tugas mereka melakukan PI kedalam (mengapa bukan keluar?)

Perkataan Robertson McQuilken dalam bukunya The Great Omission: “Apabila di dunia ini dari sepuluh orang ada sembilan yang terhilang, tiga dari empat orang tidak pernah mendengar adanya jalan keselamatan, dan satu diantara dua orang tidak dapat mendengar berita keselamatan itu, berarti gereja sedang tertidur. Mungkinkah kita berpikir bahwa ada cara yang lain? Atau mungkin kita tidak terlalu peduli”.Kalau dikatakan tidak peduli, sepertinya perkataan yang terlalu keras, tetapi nyatanya kita sibuk dengan urusan “penting” dalam gereja yang tidak kunjung selesai.

Injil seharusnya menimbulkan daya juang untuk meneruskan berita keselamatan bagi orang lain yang sangat membutuhkannya. Mungkin kita perlu diingatkan kembali untuk memberitakan Injil keselamatan, kita perlu dibekali dan perlu diarahkan untuk memberitakannya: bagaimana, kemana dan kepada siapa?Tentunya Roh Kudus memegang kendali dalam tugas pemberitaan Injil dan tetap mau memakai kita untuk bersaksi.

2.    Pendalaman Nats

Walaupun Tuhan telah memberikan tugas dan mandat  memberitakan Injil, tetapi tidak serta-merta pergi sekehendak hati kemana mereka mau melangkah. Tuhan menentukan pintu mana yang tertutup dan pintu mana yang terbuka. Kita diberitahu bahwa Paulus dan teman-temannya dicegah untuk memberitakan Injil ke Asia, mungkin disebabkan karena saat itu orang-orang di sana belum siap menerima Injil atau ada pertimbangan yang lain pada Tuhan, jadi menurut Tuhan saatnya belum tepat.

Mereka hendak pergi ke Bitinia, tetapi tidak diizinkan. Roh Yesus tidak mengizinkan mereka (ay.7). Saat itu Roh Kudus mencegah mereka, entah itu melalui suara hati dalam pikiran mereka, tentunya mereka belajar untuk peka akan tanda-tanda dalam hati dan pikiran mereka, mereka tentu mempertimbangkan dan memperbincangkan bersama “pengertian yang mereka dapat dalam hati dan pikiran mereka”, ternyata isinya sama dan juga berasal dari Roh yang sama. Pimpinan Roh Kudus ini hendak membuat mereka berhasil dalam tugas memberitakan Injil. Sebab mereka dilarang memberitakan ke satu tempat, tetapi mereka diarahkan ke tempat lain yang lebih membutuhkan. Perhatikan, meskipun mereka memutuskan dan hendak pergi ke Bitinia, namun setelah mengetahui kehendak Allah secara luar biasa, mereka taat dan berubah pikiran. Jika Dia tidak mengizinkan kita melakukan apa yang hendak kita lakukan, kita harus patuh, dan percaya bahwa itulah yang terbaik. Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.Banyak salinan kuno menafsirkannya demikian.Hamba-hamba Tuhan Yesus harus selalu ada di bawah pemeriksaan dan pimpinan Roh Tuhan Yesus, yang mengatur pikiran manusia.

Panggilan Paulus secara khusus ke Makedonia, yaitu Filipi, ibu kotanya, yang agaknya penduduknya kebanyakan orang Roma (ay.21).Di sini kita dapati, Penglihatan yang didapatkan Paulus (ay.9).Paulus memperoleh banyak penglihatan, terkadang untuk menguatkan, terkadang seperti di sini, untuk menuntunnya dalam melakukan pekerjaan. Seseorang muncul di hadapannya, untuk mengatakan kepadanya bahwa Kristus ingin supaya ia pergi ke Makedonia. Di hadapannya berdirilah seorang Makedonia, yang dikenali oleh Paulus mungkin melalui sikap atau logat bicaranya, bisa juga dari pakaiannya. Atau, mungkin orang itu memberitahukannya bahwa ia adalah orang Makedonia. Yang dilihat Paulus adalah seorang Makedonia yang memanggil-manggil dia dan mengirim berita SOS (Save Our Soul!Selamatkanlah kami!).

Menurut beberapa orang, yang dilihat Paulus adalah malaikat yang mengambil rupa orang Makedonia. Atau, seperti anggapan sebagian orang lain, malaikat itu memberi kesan dalam benak Paulus, ketika Paulus dalam keadaan setengah tidur setengah terjaga, gambaran seorang Makedonia, yaitu ia bermimpi melihat orang itu. Pertanyaan kita: “Mengapa bukan Malaikat saja dipakai Tuhan untuk memberitakan Injil?” Kita harus memahami bahwa Malaikat itu tidak boleh memberitakan Injil sendiri kepada orang-orang Makedonia, tetapi harus membawa Paulus kepada mereka.Ia juga tidak menggunakan kuasanya sebagai seorang malaikat untuk memerintah Paulus pergi, tetapi menggunakan wujud seorang Makedonia yang mengundangnya supaya datang. Intinya bahwa penampilan dan suara orang Makedonia itu menimbulkan belas kasihan Paulus karena kejujuran dan ketulusan permohonannya.Undangan yang ditujukan kepada Paulus. Orang Makedonia ini berseru kepadanya, katanya: “Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!” Atau, “Datanglah dan beritakanlah Injil kepada kami.Kiranya kami memperoleh keselamatan dari jerih payahmu.”

Pengelihatan ini dialami sendiri oleh Paulus, bukan bersama teman-temannya.Tetapi saat Paulus menyampaikan pengelihatannya tersebut, teman-temannya percaya bahwa pengelihatan ini datangnya dari Tuhan.Sehingga mereka segera merespons untuk berangkat.Sebab saat Tuhan berkata untuk pergi berarti semua sudah siap, tidak ada lagi alasan untuk menunda. Para pelayan harus berangkat dengan penuh sukacita dan keberanian dalam bekerja ketika mereka merasakan bahwa Kristus memanggil mereka, bukan hanya untuk memberitakan Injil, melainkan untuk memberitakannya pada saat tertentu, di tempat tertentu, dan kepada orang-orang tertentu.Pelayaran Paulus ke Makedonia segera sesudah itu: Dia tidak pernah tidak taat kepada penglihatan yang dari sorga itu , tetapi ia mengikuti tuntunan ilahi ini dengan lebih bersukacita dan lebih puas lagi daripada bila ia menuruti rencana atau dorongan hatinya sendiri.

3.    Pointer Aplikasi

Memberi pertolongan bagi orang yang berseru minta tolong kepada kita, mengandung panggilan jiwa dan dorongan yang kuat akan tanggungjawab. Jika kita tidak memberi jawab, berdiam diri saja, apakah hati kita akan tenang dalam damai sejahtera? Apalagi panggilan itu adalah panggilan Allah bagi kita.Berita SOS tidak boleh diabaikan, apalagi menunda-nunda menaati panggilan Tuhan.Keterlambatan atau kelambanan memberitakan Injil mempunyai dampak yang sangat fatal, sebab menyangkut jiwa banyak orang.

Panggilan memberitakan Injil disampaikan kepada pengikut Kristus yang telah lebih dahulu mendapatkan manfaat dari Injil keselamatan. Seharusnya dorongan dari dalam hati untuk meneruskan kabar baik itu kepada orang lain sudah sangat kuat sekali. Orang-orang yang hendak kita kabari, seperti orang-orang yang sedang kehausan dan sangat membutuhkan air.Hendaknya kita juga punya kehausan untuk memberitakannya.Beritakanlah Injil dengan penuhkeyakinan, rela hati dan penuh sukacita.Dan tentunya mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan diri sendiri.

Kita mengagumi kesehatian mereka (Paulus, Silas, Timotius dan Lukas) dalam tugas pelayanan ini menjadi sebuah tanda bagi kita, bahwa dalam tugas pelayanan kita butuh teman dan kebersamaan.Keberhasilan bukan dalam perjuangan pribadi seseorang dengan berkata “saya sukses dalam pelayanan tanpa pernah diskusi dan berkomunikasi dengan yang lain”.Ingat bahwa yang kita beritakan bukan diri kita sendiri, yang kita kejar bukan keuntungan untuk diri sendiri, tetapi menggenapi tugas panggilan dari Tuhan yang mengutus kita.Amin.

Pdt. Sura Purba Saputra

GBKP Harapan Indah

Suplemen Mamre : Masmur 128 : 2 - 6 Tgl 17-23 Juni 2018

Suplemen Bimbingen PA MAMRE 17-23 Juni 2018

Ogen     :  Masmur 128:1-6

Tema     : Jabungku Kesangapenku

Tujun    : Gelah MAMRE:

a.       Ngeteh palas kesangapen i tengah-tengah jabu eme malang man Tuhan.

b.      Ngasup nandai ras ngaloken biak si mehuli ras si la mehuli i bas anggota jabu.

1.    Mazmur 128 ini diberi judul perikop “Berkat Atas Rumah Tangga”. Mazmur ini merupakan nyanyian ziarah nyanyian tentang berkat. Berkat atas rumah tangga. Ini adalah satu kerinduan bagi mereka, yaitu setiap keluarga yang pergi menyembah ke Yerusalem mendapatkan berkat bagi rumah tangga mereka dan merupakan mazmur kebijaksanaan yang melukiskan hidup seorang bapa yang berjalan menurut kehendak Allah sehingga ia menerima berkat di dalam rumah tangganya dan sebagai warga kota Yerusalem. Mazmur ini mencerminkan suasana sesudah pembuangan dan erat hubungannya dengan Mazmur 1 dan 127.

2.    Melalui mazmur ini hendak mengajarkan cara hidup yang baik; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan TUHAN (Yes. 30:18), dan berlindung pada-Nya (Mzm. 2:12; 34:9), berpegang pada Taurat (Ams. 29:18), rela diajar oleh Tuhan (Mzm. 94:12) dan diampuni oleh-Nya (Mzm. 32:2) dan itu sebabnya menaruh belas kasihan pada orang yang menderita (Ams. 14:21). Segala ajaran ini dapat disimpulkan dengan; “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN” (Ams. 28:14), yaitu setiap orang yang menghormati Allah sebagai TUHAN dan menempatkan dirinya di bawah pemerintahan-Nya untuk mengikuti jalan yang ditunjukkan-Nya (Bdk. Ams. 8:23). Itu berarti bahwa letak kebahagiaan yang mengandalkan Tuhan berbeda dengan yang tidak mengandalkan Tuhan. Atau bahkan dasar fondasi orang percaya untuk berbahagia berbeda dengan fondasi orang yang tidak percaya untuk berbahagia. Harusnya, standar “kesangapen” untuk orang percaya berbeda dengan standar “kesangapen” orang yang tidak percaya.

3.    Dalam Mazmur 128 ini pemazmur memberikan dasar utama untuk memiliki keluarga yang diberkati dan berbahagia.  Dasar itu adalah takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya  (ayat 1), sebab  "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya."  (Amsal 14:26).  Takut akan Tuhan merupakan unsur penting dalam kehidupan orang percaya.  Tanpa rasa takut akan Tuhan seseorang akan cenderung berpikir, berbicara dan berbuat menurut kehendak diri sendiri.  Alkitab memperingatkan, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;"  (Amsal 3:7).  Rasa takut akan Tuhan itu tumbuh ketika seseorang menyadari akan kekudusan, keadilan, dan kebenaran Tuhan, sehingga ia akan memandang Tuhan dengan penuh rasa hormat dan kagum.  Dari situ akhirnya seseorang memiliki ketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya;  dan dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau takut mengalami hukuman, serta berkomitmen untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan menjauhi segala kejahatan.

4.     Dalam membangun keluarga yang bahagia setiap pasangan pasti memiliki impian-impian yang hendak diwujudkan bersama pasangannya.  Impian itu adalah sebuah keluarga yang harmonis, diberkati dan dipenuhi oleh kebahagiaan.  Memang untuk mewujudkan impian tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun hal itu juga bukanlah perkara yang mustahil asalkan kita mau menapaki hari-hari bersama dengan Tuhan.

5.      Kebahagiaan orang percaya sebagaimana digambarkan di ay. 1 tersebutlah yang dilukiskan sebagai berkat.

a.       Sebagai petani atau tukang, bapa itu memakan hasil kerja tangannya sendiri. Tidak ada tuan tanah, pemungut pajak/utang maupun musuh yang mengambil apa yang sewajarnya dipakai sendiri (bnd. Yes. 65:21-23). Tebun nge ulih latih encari e asangken hasil korupsi e nina lagu Harto Tarigan. Dan bahkan banyak diantara kita yang “memiliki” tetapi tidak mampu “menikmati”, jika seperti ini maka itu bukan berkat sesungguhnya.

b.      Sebagai kepala rumah tangga bapa itu mempunyai “istri di dalam rumah” yang menyerupai “pohon anggur”, yang carang-carangnya sering diikatkan pada dinding rumah, dimana ia paling subur (karena terlindung dari angin dan disiram dengan teratur). Anggur merupakan lambang sukacita dan kesenangan. Anak-anaknya menyerupai “tunas pohon zaitun”, yang mudah berkembang dan memberikan minyak pada waktunya (bdk. Mzm. 127:3-5; Kej. 49:22). Minyak zaitun adalah bisa jadi obat, jika dimakan pun tidak jadi racun. Dan pohon zaitun disekeliling mejamu (ay.3b) Mereka akan menjadi penghiburan, akan menjadi obat akan menjadi pertolongan bagi kita. Rezeki yang mencukupi dan keluarga besar yang harmonis bukan jasa seseorang, melainkan berkat TUHAN, yang diberikan-Nya kepada orang yang  menjalankan petunjuk-Nya (Mzm. 24:4-6).

6.      Berkat itu mengalir dari Sion, tempat kudus Tuhan. Itu berarti bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Berkat akan Tuhan tambahkan bagi keluarga yang damai sebagaimana dinyatakan di dalam Mazmur 133 bahwa Tuhan akan memerintahkan berkat-Nya terhadap orang yang “diam bersama dan rukun”. Berkat bukan milik pribadi yang dapat dinikmati sendiri-sendiri. Kesetiaan bapa terhadap keluarganya juga akan menjadi prasyarat akan hadirnya berkat Tuhan. Maleakhi 2:13-14 “Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.”

7.     Keluarga merupakan hal yang sangat penting di mata Tuhan. Maka setanpun membuat sasaran utama adalah keluarga yang sebelumnya gereja. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatakan kesediaanNya untuk secara langsung menjadi saksi dalam pernikahan (Maleakhi 2:14-16). Keluarga yang harmonis merupakan “kesangapen” yang tidak ternilai oleh ukuran dunia ini.     Neraka dalam dunia ini ialah pernikahan yang hancur dan sebaliknya surga dapat dinikmati dalam keluarga yang dibangun kasih. Hari-hari kehidupan jika kita tidak hidup di dalam kasih?

-          Sunday (Minggu)     menjadi   Sadday (hari penuh kesedihan)

-          Monday (Senin)       menjadi Moanday (hari penuh keluhan/rintihan)

-         Tuesday (Selasa)      menjadi Tearsday (Hari penuh air mata)

-         Wednesday (Rabu)  menjadi Wasterday (Hari yang penuh kesia-siaan)

-         Thursday (Kamis)     menjadi Thirstday (hari haus akan cinta)

-          Friday (Jumat)         menjadi Fightday (Hari perkelahian)

-          Saturday (Sabtu)     menjadi Shatterday (Hari penuh kehancuran hati).

8.       Kepala keluarga yang mengikuti petunjuk Allah dan sehari-harinya hidup sesuai dengan Firman Tuhan pasti diberkati di dalam rumah tangganya dan menjadi berkat dalam masyarakat luas. Walaupun sering dikatakan bahwa bapa (suami) merupakan kepala keluarga tetapi nakhoda sejati adalah Allah itu sendiri, maka tetaplah takut dan berharap kepada Tuhan saja. Karena kebahagiaan sejati tidak dapat dilepaskan dari Tuhan. Ingat, dasar utama untuk meraih kebahagiaan ialah takut kan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya. Takut akan Tuhan berarti menjadikan Tuhan dan perintahNya sebagai dasar utama kehidupan keluarga. Takut akan Tuhan berarti siap menerima pasangan hidupnya dengan penuh cinta kasih yang murni yang rela memberi dan berkorban bagi orang yang dicintainya; sebab ada orang yang menikah dengan tujuan supaya ia dapat menuntut pasangannya berbuat ini dan itu untuk kepuasan dirinya sendiri. Takut akan Tuhan berarti siap berbagi kehidupan dengan pasangannya baik saat suka maupun duka; saling memberi semangat, dorongan dalam hal-hal yang baik dan saling menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

      Pdt  Dasma Sejahtra Turnip

      RG GBKP PONTIANAK 

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate