Suplemen Mamre : Masmur 128 : 2 - 6 Tgl 17-23 Juni 2018
Suplemen Bimbingen PA MAMRE 17-23 Juni 2018
Ogen : Masmur 128:1-6
Tema : Jabungku Kesangapenku
Tujun : Gelah MAMRE:
a. Ngeteh palas kesangapen i tengah-tengah jabu eme malang man Tuhan.
b. Ngasup nandai ras ngaloken biak si mehuli ras si la mehuli i bas anggota jabu.
1. Mazmur 128 ini diberi judul perikop “Berkat Atas Rumah Tangga”. Mazmur ini merupakan nyanyian ziarah nyanyian tentang berkat. Berkat atas rumah tangga. Ini adalah satu kerinduan bagi mereka, yaitu setiap keluarga yang pergi menyembah ke Yerusalem mendapatkan berkat bagi rumah tangga mereka dan merupakan mazmur kebijaksanaan yang melukiskan hidup seorang bapa yang berjalan menurut kehendak Allah sehingga ia menerima berkat di dalam rumah tangganya dan sebagai warga kota Yerusalem. Mazmur ini mencerminkan suasana sesudah pembuangan dan erat hubungannya dengan Mazmur 1 dan 127.
2. Melalui mazmur ini hendak mengajarkan cara hidup yang baik; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan TUHAN (Yes. 30:18), dan berlindung pada-Nya (Mzm. 2:12; 34:9), berpegang pada Taurat (Ams. 29:18), rela diajar oleh Tuhan (Mzm. 94:12) dan diampuni oleh-Nya (Mzm. 32:2) dan itu sebabnya menaruh belas kasihan pada orang yang menderita (Ams. 14:21). Segala ajaran ini dapat disimpulkan dengan; “Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN” (Ams. 28:14), yaitu setiap orang yang menghormati Allah sebagai TUHAN dan menempatkan dirinya di bawah pemerintahan-Nya untuk mengikuti jalan yang ditunjukkan-Nya (Bdk. Ams. 8:23). Itu berarti bahwa letak kebahagiaan yang mengandalkan Tuhan berbeda dengan yang tidak mengandalkan Tuhan. Atau bahkan dasar fondasi orang percaya untuk berbahagia berbeda dengan fondasi orang yang tidak percaya untuk berbahagia. Harusnya, standar “kesangapen” untuk orang percaya berbeda dengan standar “kesangapen” orang yang tidak percaya.
3. Dalam Mazmur 128 ini pemazmur memberikan dasar utama untuk memiliki keluarga yang diberkati dan berbahagia. Dasar itu adalah takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya (ayat 1), sebab "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26). Takut akan Tuhan merupakan unsur penting dalam kehidupan orang percaya. Tanpa rasa takut akan Tuhan seseorang akan cenderung berpikir, berbicara dan berbuat menurut kehendak diri sendiri. Alkitab memperingatkan, "Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;" (Amsal 3:7). Rasa takut akan Tuhan itu tumbuh ketika seseorang menyadari akan kekudusan, keadilan, dan kebenaran Tuhan, sehingga ia akan memandang Tuhan dengan penuh rasa hormat dan kagum. Dari situ akhirnya seseorang memiliki ketetapan hati untuk tidak mengecewakan Tuhan melalui pikiran, perkataan dan perbuatannya; dan dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau takut mengalami hukuman, serta berkomitmen untuk hidup menurut kehendak Tuhan dan menjauhi segala kejahatan.
4. Dalam membangun keluarga yang bahagia setiap pasangan pasti memiliki impian-impian yang hendak diwujudkan bersama pasangannya. Impian itu adalah sebuah keluarga yang harmonis, diberkati dan dipenuhi oleh kebahagiaan. Memang untuk mewujudkan impian tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun hal itu juga bukanlah perkara yang mustahil asalkan kita mau menapaki hari-hari bersama dengan Tuhan.
5. Kebahagiaan orang percaya sebagaimana digambarkan di ay. 1 tersebutlah yang dilukiskan sebagai berkat.
a. Sebagai petani atau tukang, bapa itu memakan hasil kerja tangannya sendiri. Tidak ada tuan tanah, pemungut pajak/utang maupun musuh yang mengambil apa yang sewajarnya dipakai sendiri (bnd. Yes. 65:21-23). Tebun nge ulih latih encari e asangken hasil korupsi e nina lagu Harto Tarigan. Dan bahkan banyak diantara kita yang “memiliki” tetapi tidak mampu “menikmati”, jika seperti ini maka itu bukan berkat sesungguhnya.
b. Sebagai kepala rumah tangga bapa itu mempunyai “istri di dalam rumah” yang menyerupai “pohon anggur”, yang carang-carangnya sering diikatkan pada dinding rumah, dimana ia paling subur (karena terlindung dari angin dan disiram dengan teratur). Anggur merupakan lambang sukacita dan kesenangan. Anak-anaknya menyerupai “tunas pohon zaitun”, yang mudah berkembang dan memberikan minyak pada waktunya (bdk. Mzm. 127:3-5; Kej. 49:22). Minyak zaitun adalah bisa jadi obat, jika dimakan pun tidak jadi racun. Dan pohon zaitun disekeliling mejamu (ay.3b) Mereka akan menjadi penghiburan, akan menjadi obat akan menjadi pertolongan bagi kita. Rezeki yang mencukupi dan keluarga besar yang harmonis bukan jasa seseorang, melainkan berkat TUHAN, yang diberikan-Nya kepada orang yang menjalankan petunjuk-Nya (Mzm. 24:4-6).
6. Berkat itu mengalir dari Sion, tempat kudus Tuhan. Itu berarti bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan bagi orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Berkat akan Tuhan tambahkan bagi keluarga yang damai sebagaimana dinyatakan di dalam Mazmur 133 bahwa Tuhan akan memerintahkan berkat-Nya terhadap orang yang “diam bersama dan rukun”. Berkat bukan milik pribadi yang dapat dinikmati sendiri-sendiri. Kesetiaan bapa terhadap keluarganya juga akan menjadi prasyarat akan hadirnya berkat Tuhan. Maleakhi 2:13-14 “Dan inilah yang kedua yang kamu lakukan: Kamu menutupi mezbah TUHAN dengan air mata, dengan tangisan dan rintihan, oleh karena Ia tidak lagi berpaling kepada persembahan dan tidak berkenan menerimanya dari tanganmu. Dan kamu bertanya: "Oleh karena apa?" Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu.”
7. Keluarga merupakan hal yang sangat penting di mata Tuhan. Maka setanpun membuat sasaran utama adalah keluarga yang sebelumnya gereja. Lihatlah bagaimana Tuhan mengatakan kesediaanNya untuk secara langsung menjadi saksi dalam pernikahan (Maleakhi 2:14-16). Keluarga yang harmonis merupakan “kesangapen” yang tidak ternilai oleh ukuran dunia ini. Neraka dalam dunia ini ialah pernikahan yang hancur dan sebaliknya surga dapat dinikmati dalam keluarga yang dibangun kasih. Hari-hari kehidupan jika kita tidak hidup di dalam kasih?
- Sunday (Minggu) menjadi Sadday (hari penuh kesedihan)
- Monday (Senin) menjadi Moanday (hari penuh keluhan/rintihan)
- Tuesday (Selasa) menjadi Tearsday (Hari penuh air mata)
- Wednesday (Rabu) menjadi Wasterday (Hari yang penuh kesia-siaan)
- Thursday (Kamis) menjadi Thirstday (hari haus akan cinta)
- Friday (Jumat) menjadi Fightday (Hari perkelahian)
- Saturday (Sabtu) menjadi Shatterday (Hari penuh kehancuran hati).
8. Kepala keluarga yang mengikuti petunjuk Allah dan sehari-harinya hidup sesuai dengan Firman Tuhan pasti diberkati di dalam rumah tangganya dan menjadi berkat dalam masyarakat luas. Walaupun sering dikatakan bahwa bapa (suami) merupakan kepala keluarga tetapi nakhoda sejati adalah Allah itu sendiri, maka tetaplah takut dan berharap kepada Tuhan saja. Karena kebahagiaan sejati tidak dapat dilepaskan dari Tuhan. Ingat, dasar utama untuk meraih kebahagiaan ialah takut kan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya. Takut akan Tuhan berarti menjadikan Tuhan dan perintahNya sebagai dasar utama kehidupan keluarga. Takut akan Tuhan berarti siap menerima pasangan hidupnya dengan penuh cinta kasih yang murni yang rela memberi dan berkorban bagi orang yang dicintainya; sebab ada orang yang menikah dengan tujuan supaya ia dapat menuntut pasangannya berbuat ini dan itu untuk kepuasan dirinya sendiri. Takut akan Tuhan berarti siap berbagi kehidupan dengan pasangannya baik saat suka maupun duka; saling memberi semangat, dorongan dalam hal-hal yang baik dan saling menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Pdt Dasma Sejahtra Turnip
RG GBKP PONTIANAK