Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Suplemen Mamre : Kuan-kuanen 6 :6-11 ; tgl 10-16 Juni 2018

Suplemen Bimbingen PA MAMRE 10-16 Juni 2018

Ogen    : Kuan-kuanen 6:6-11

Tema   : Biak Erdahin Selaku Mamre (Etos Kerja)

Tujun   : Gelah Mamre

a.       Meteh maka erdahin eme dalan ngaloken pasu-pasu idur Dibata nari.

b.      Ngasup nggejapken maka erdahin eme sada keriahen ras anugerah.

1.       John Oxenham pernah berdoa "Tuhan, ubahlah rutinitas pekerjaan menjadi perayaan kasih". Dalam iman Kristen, pekerjaan bukanlah sesuatu yang terpisah dari dunia rohani (pelayanan). Ketika manusia bekerja, sesungguhnya itu adalah bagian dari gambar dan rupa Allah yang ia miliki (Kejadian 1:26, 27). Kerja bukanlah kutukan Taman Eden. Dengan demikian, ketika kita bekerja, kita menjalankan hakekat kita sebagai manusia. Oleh karena apapun yang kita dalam pekerjaan kita sehari-hari merupakan ibadah kita kepada Tuhan yang harus kita pertanggungjawabkan kepada-Nya setiap saat. Kolose 3:23 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” William Tyndale pernah mengatakan "Tidak ada pekerjaan yang lebih baik dalam menyukakan Tuhan; menuangkan air, mencuci piring, menjadi tukang sepatu, atau rasul, semuanya sama; mencuci piring dan berkhotbah adalah sama, semuanya untuk menyenangkan Tuhan." Manusia bekerja bukan merupakan akibat dari kejatuhan ke dalam dosa, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, Allah telah memanggil manusia untuk bekerja (Kej. 2:15 “mengusahakan dan memelihara”). Itu berarti bahwa bekerja merupakan panggilan dari Tuhan bagi kita.

2.       Pekerjaan kita merupakan lapangan pelayanan yang terbaik untuk kita bisa menjadi saksi Kristus "... dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia. Kamu tahu, bahwa setiap orang, baik hamba, maupun orang merdeka, kalau ia telah berbuat sesuatu yang baik, ia akan menerima balasannya dari Tuhan" (Ef. 6:7-8). Ayat tersebut jelas-jelas menyatakan bahwa Tuhan mengharapkan sebuah pekerjaan yang dikerjakan dengan sangat baik karena dari situlah kesaksian yang efektif akan muncul. Kombinasi pekerjaan yang seperti itulah yang Ia inginkan. Kekristenan akan bekerja saat kita menjadi teladan yang hidup. Dan sebenarnya tidak ada alasan bagi orang percaya untuk bermalas-malasan karena Allah kita adalah Allah yang terus bekerja (Yohanes 5:17 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.")

3.       Pengajaran dalam perikop ini merupakan bentuk peringatan tentang kemalasan dan kemiskinan. Elemen utama dari pengajaran ini ada pada kalimat perintah pertama ayat 6 (Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak) yang berisi dorongan untuk meneladani kerajinan semut. Kalimat di ay. 7-8 merupakan motif dari dorongan tersebut. Dorongan ini dilengkapi dengan peringatan agar tidak masuk ke dalam kemiskinan. Peringatan tersebut dikemukakan secara tidak langsung melalui kalimat pertanyaan retoris pada ayat. 9 (Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?) dan puncaknya kalimat motif terakhir pada ayat 11 (maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.) yang menjelaskan kondisi yang harus dihindarkan.

4.       Pada perikop ini kemalasan dikaitkan dengan kemiskinan. Kemiskinan dalam nats ini dinilai negatif karena disebabkan oleh sikap hidup malas, dan kemiskinan seperti itu tidak dapat ditolerir (Ams. 10:4-5; 14:20).  Penyebab yang paling utama dari diri sendiri. Pengajaran dalam perikop ini disampaikan melalui keteladanan semut karena semut sangatlah rajin dan berdisiplin. Dikatakan bahwa “biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.” Berbeda dengan manusia, semut memang tidak memiliki pemimpin. Tetapi mereka bisa mendisiplinkan diri dan mereka bekerja maksimal. Semut juga teratur dan sistematis di dalam memproduksi kebutuhan hidupnya. Tidak pernah ada catatan mengenai semut yang tidur dan kelaparan karenanya, tetapi semut selalu berkecukupan. Walaupun demikian, sebenarnya ada sisi negatif dari semut ini yang bersifat destruktif. Karakter negatif tersebut adalah kerakusan semut yang luar biasa, kegigihan semut di dalam menyediakan kebutuhannya sebenarnya mengarah kepada kerakusan yang luar biasa. Sebagai orang percaya juga kita diingatkan untuk tidak menghalalkan segala cara untuk mencukupkan kebutuhan ekonomi kita.

5.       Akibat dari kemalasan tentu mengakibatkan intelektualitasnya juga melemah, ia tidak hanya tak bersedia, tetapi memang tak mampu mengantisipasi kesulitan dan mencari solusinya. Kemalasan membuat ia tidak dapat melindungi diri dari kemiskinan dan kekurangan yang datang seperti “penyerbu” dan “laki-laki bersenjata” (ay. 11). Kata “penyerbu” menyatakan betapa cepatnya kedatangan kemiskinan itu, secepat kedatangan seorang penyerbu dalam peperangan. Sedangkan istilah “laki-laki bersenjata” adalah laki-laki dengan perlengkapan senjata dan bertugas untuk menaklukkan suatu kota. Oleh karena itu, istilah ini menunjuk akan kesulitan dalam bentuk kekurangan yang tak terhentikan atau tak terlawan.

6.       Seorang pemalas biasanya suka menunda-nunda pekerjaan atau tugas sehingga pekerjaannya kian menumpuk.  Prinsip mereka:  "Besok masih ada waktu, sekarang santai dulu saja!"  Orang yang lamban dan pemalas selalu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang ada seperti yang diperbuat oleh orang yang menerima satu talenta, sehingga tuannya menjadi sangat marah:  "Hai kamu, hamba yang jahat dan malas,...Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.  Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi."  (Matius 25:26, 30).  Jadi kemalasan dapat dikategorikan sebagai kejahatan.  Langkah untuk mengalahkan kemalasan adalah keharusan hidup disiplin dan bekerja lebih keras lagi.

      Pdt  Dasma Sejahtra Turnip 

      RG GBKP PONTIANAK 

Suplemen Mamre : Masmur 19 :1-7 ; Tgl 03 -09 Juni 2018

Suplemen Bimbingen PA MAMRE (3-9 Juni 2018) “Lingkungan Hidup”

Ogen     : Masmur 19:1-7

Tema     : Engkelengi Tinepa Dibata

Tujun    : Gelah MAMRE

a.       Meteh maka doni eme tinepa Dibata

b.      Encidahken perbahanen si engkelengi tinepaNa

 

1.       Albert Einstein pernah berkata “Kita seperti seorang anak kecil yang memasuki perpustakaan yang amat besar dan penuh beragam buku. Anak itu tahu bahwa seseorang pasti telah menulis buku-buku itu. Tapi dia tidak tahu bagaimana hal itu terjadi. Menurut saya, sama seperti anak kecil ini, demikian juga sikap manusia terpandai sekalipun terhadap Allah. Kita dapat melihat seluruh alam semesta diatur sedemikian hebatnya dan berjalan sesuai dengan hukum alam, tapi kita hanya memahami sebagian kecilnya saja.”

2.       Mazmur ini termasuk kumpulan mazmur Daud dan diperdengarkan di dalam ibadah. Mazmur ini mengagungkan Tuhan karena keindahan ciptaan-Nya. Penyair tidak hanya merasa kagum melihat bahwa siang dan malam berganti terus, ia juga mengetahui bahwa alam yang teratur itu menceritakan kemuliaan Tuhan. Meskipun pemazmur menyanyikan keperkasaan matahari dengan kiasan yang terambil dari dunia sekitar, di mana matahari di puji sebagai kuasa ilahi, tetapi matahari baginya hanyalah suatu benda langit yang menerangi dan memanasi bumi sesuai dengan ketetapan pencipta-Nya, sehingga ia pun tidak berbuat hal lain kecuali memuliakan Tuhan (ay. 5b-7).

3.       Di dalam Mazmur 19 ini terdapat dua contoh penyataan Allah sekaligus, baik penyataan umum yaitu melalui alam semesta (langit-cakrawala-matahari dsb), dan juga penyataan khusus yaitu taurat-Nya (Firman yang tertulis, ay. 8-15). Allah menyatakan diri oleh karena kasih-Nya baik melalui penyataan umum dan penyataan khusus-Nya kepada manusia supaya manusia mengenal Allah serta mengagungkan Dia. Alam semesta ini ada oleh karena karya tangan Tuhan.  Tidak dapat kita bayangkan betapa menakjubkan saat Tuhan menciptakan dunia dan segala isinya ini, seperti tertulis:  "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi."  (Kejadian 1:1).  Maka, sungguh mengherankan bila ada orang tidak percaya kepada Tuhan atau meragukan keberadaan Tuhan, Pencipta alam semesta.  Daud dalam mazmurnya menulis:  "Orang bebal berkata dalam hatinya:  'Tidak ada Allah.' "  (Mazmur 14:1a).  Jadi orang-orang yang masih menyangkal adanya Tuhan dan tidak mau mengakui bahwa Tuhan itu ada disebut sebagai orang bebal atau bodoh!  Itulah sebabnya Paulus menasihati,  "...perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,"  (Efesus 5:15).  Alkitab juga menyatakan agar kita bukan saja hanya mengenal dan memahami bahwa Tuhan itu ada, tetapi juga harus mengasihi dan melayani Dia dengan segenap keberadaan hidup kita.

4.       Ketidakseimbangan memahami kitab suci membuat manusia seolah-olah “tuan” atas segala ciptaan yang lain. Memang dinyatakan dalam Kej. 1:28 “...taklukkanlah tu, berkuasalah...”, dan oleh karena pemahaman yang kurang tepat terhadap ayat tersebut maka manusia mengeksploitasi alam ciptaan Tuhan ini dengan keserakahan. Padahal di bagian lain tepatnya di Kej. 2:15 dinyatakan “mengusahakan dan memelihara”. Tidak hanya mengusahakan tetapi juga memelihara alam yang Tuhan titipkan kepada manusia. Jadi manusia bukan hanya penguasa yang menaklukkan, tetapi juga pengusaha yang harus memelihara.

5.       Mengenal Allah melalui ciptaan-Nya seharusnya membuat kita tersadar siapa kita dihadapan Allah. Melihat bangunan-bangunan karya arsitektur manusia sendiripun kita kagum luar biasa, apalagi melihat karya Arsitek Agung kita akan dunia ini. Jadi langit dan bumi mengisahkan betapa agung dan dahsyat pekerjaan tanganNya.  Tidak hanya itu, Tuhan juga mengatur perputaran musim dan cuaca;  matahari, bulan dan bintang pun tunduk kepadaNya dan mengerjakan tugasnya masing-masing. Jika menyadari akan hal ini, siapakah kita ini di hadapan Tuhan?  Masihkah kita membangga-banggakan diri?  Kita harus sadar bahwa kita ini NOTHING (bukan apa-apa) di hadapanNya! Yohanes 1:3 “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.”

6.       Ada seorang astronom dari Amerika, Hugh Ross, menulis sebuah buku yang berjudul "The fingerprint of God: Recent Scientific Discoveries Reveal the Unmistakable Identity of the Creator". Dalam bukunya itu Ross menyebutkan sebuah prinsip: Prinsip Antropis. Prinsip in menyatakan bahwa setiap detail yang terdapat di alam semesta ini telah dirancang sedemikian rupa dengan ketepatan yang sempurna oleh Tuhan, yang memungkinkan kita bisa hidup di Bumi ini. Misal, satu contoh; Jarak antara Matahari ke Bumi. Jarak matahari ke bumi adalah 149.669.000 kilometer (atau 93.000.000 mil). Jarak ini dikenal sebagai satuan astronomi dan biasa dibulatkan (untuk penyederhanaan hitungan) menjadi 148 juta km. Dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kalinya. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Sinar matahari menempuh masa delapan menit untuk sampai ke Bumi.  Jika lebih jauh: planet bumi akan terlalu dingin bagi siklus air yang stabil. Jika lebih dekat: planet bumi akan terlalu panas bagi siklus air yang stabil

7.       Apa yang diberitahukan karya-karya ciptaan itu kepada kita. Semua ciptaan itu sangat bermanfaat dalam banyak hal bagi kita, tetapi tidak ada yang lebih utama selain ini, yaitu bahwa mereka mengumandangkan kemuliaan Allah dengan cara mempertontonkan pekerjaan tangan-Nya (ay. 2). Semua ciptaan itu dengan jelas menunjukkan bahwa mereka adalah pekerjaan tangan Allah, sebab mereka tidak bisa ada begitu saja sejak kekekalan. Segala urutan peristiwa dan pergerakan tentu saja harus ada awalnya. Mereka tidak bisa menciptakan diri sendiri, sebab hal itu berlawanan dengan keadaan mereka sendiri. Mereka tidak mungkin dihasilkan gara-gara benturan atom yang terjadi secara kebetulan, sebab hal itu sungguh tidak masuk akal dan lebih cocok untuk diperdebatkan daripada dipertimbangkan dengan nalar. Karena itulah, semua ciptaan tadi pastilah ada pencipta-Nya, yang tiada lain dari Pribadi dengan akal budi yang kekal, dengan hikmat tak terbatas, berkuasa dan baik. Dengan begitu, nyatalah bahwa semua itu merupakan pekerjaan Allah, buatan jari-Nya (Mzm. 8:4), dan karena itulah mereka mengumandangkan kemuliaan-Nya. Melalui kehebatan sebuah hasil karya, kita dapat dengan mudah menyimpulkan kesempurnaan tak terbatas dari Sang Pencipta yang agung. Dari kecemerlangan langit, kita dapat menyimpulkan bahwa Sang Pencipta adalah Terang. Kemahaluasan langit mewakili kebesaran-Nya. Ketinggiannya menggambarkan keagungan dan kedaulatan-Nya, sedangkan pengaruh langit terhadap bumi ini merupakan kekuasaan dan pemeliharaan-Nya, berkat-Nya bagi seluruh dunia: dan semuanya ini menceritakan kuasa-Nya yang mahadahsyat, yang oleh-Nya mereka diciptakan pada mulanya, dan masih terus berlanjut sampai saat ini sesuai dengan segala ketetapan yang telah diatur sejak awal penciptaan itu.

8.       Kita harus sadar bahwa kita bukan pemilik tetapi kita ini pengelola/pemelihara ciptaan Tuhan. Dan sebagai pengelola maka pertanggungjawaban kita bukan kepada manusia tetapi langsung kepada Allah. Adalah tugas kita, terkhusus sebagai anak-anak Tuhan, untuk mengelola bumi dan memanfaatkan sumber daya alamnya secara bertanggung jawab. Kita perlu memikirkan tidak hanya kepentingan sesaat saja, tetapi juga untuk berpikir ke depan, untuk anak-anak serta generasi-generasi yang akan datang supaya mereka tidak hidup di tengah-tengah dunia yang rusak akibat polutan-polutan yang telah kita tinggalkan serta sumber daya yang telah kita habiskan. Jadilah orang Kristen yang mencintai lingkungan.

9.       Alam atau lingkungan hidup telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita untuk digunakan dan dimanfaatkan demi kesejahteraan manusia. Manusia dapat menggunakan alam untuk menopang hidupnya. Dengan kata lain, alam diciptakan oleh Tuhan dengan fungsi ekonomis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tetapi bukan hanya kebutuhan manusia menjadi alasan penciptaan. Alam ini dibutuhkan pula oleh makhluk hidup lainnya bahkan oleh seluruh sistem kehidupan atau ekosistem. Alam ini berfungsi ekumenis (untuk didiami) oleh seluruh ciptaan lainnya. Alam ini rumah kita. Kata-kata "ekonomi", "ekumene", dan "ekologi" berakar dalam kata Yunani "oikos" yang artinya rumah. "Ekonomi" berarti menata rumah; itulah tugas pengelolaan kebutuhan hidup. "Ekumene" berarti mendiami rumah; itulah tugas penataan kehidupan yang harmonis. "Ekologi" berarti mengetahui/menyelidiki rumah; itulah tugas memahami tanggung jawab terhadap alam. Ingat! Di dunia ini bukan hanya manusia ciptaan Tuhan!!

      Pdt Dasma Sejahtara Turnip 

      GBKP PONTIANAK 

 

  

Suplemen Khotbah Minggu Tgl 01 Juli 2018 ; Mazmur 107 : 33-34

Khotbah Minggu 01 Juli 2018 (Setelah Trintasi)

Menabur/Merdang

 

Invocatio    : Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur

dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam (Kej. 8 : 22)

Bacaan       : Kejadian 26:12-18 (Tunggal)

Khotbah      : Mazmur 107:33-43 (Responsoria)

Tema         : Tuhan Menyediakan Tanah Yang Subur, Taburlah

Pendahuluan

Allah kita bekerja maka kita juga harus bekerja. Perintah kedua diberikan Tuhan kepada manusia  setelah beranakcucu dan betambahbanyaklah kepada manusia, yaitu penuhi bumi dan taklukkan isinya. Tuhan mnyediakan segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji  di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji, itulah yang akan menjadi makanan manusia (bd. Kej. 1:28-29).

Allah sudah memberi perintah kepada manusia untuk menanam biji-biji Tumbuhan dan biji-biji pepohonan-pepohonan  untuk mencukupkan keperluan hidup manusia. Dan Allah sendiri sudah mnciptakan bumi (tanah) tempat manusia -hidup dan  menanam biji-biji tanaman dan pepohonan, sehingga dunia yang Tuhan ciptakan sempurna (sungguh amat baik) terus terpelihara, dengan sentuhan tangan mansuia yang dikarunia akal, pikiran dan rasa (rupa dan gambar Allah) memberikan kehidupan di dunia tetapi serasa di surga.

Minggu ini kita mengikuti kebaktian “Minggu Menabur”, karena kita percaya siapa yang menabur akan menuai. Dan apa yang kita tabur itu juga yang kita tuai. Lahan untuk menabur sudah disiapkan oleh Tuhan, yaitu dunia ini.

Pendalaman Nats

Ay. 33-34 Sungai Menjadi Padang Gurun dan Tanah Subur Menjadi Padang Asin

Kita bersyukur sebagai Bangsa Indonesia, mempunyai tanah  yang subur, laut ynag dipenuhi dengan beranekaragam makhluk dan tumbuhan.  Syair lagu “bukan lautan tapi kolam susu” disana di gambarkan bagaimana keindahan bumi Indonesia  “tongkat dan jala bisa menghidupimu”. Terkhusus lagi Tanah Karo yang sering dijuluki dengan “Taneh Karo Si Malem” yang melambangkan tempat hudup yang nyaman, teduh, sejuk  dan indah.  Disana ada Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak sehingga ada semacam kata bijak “Sinabung-Sibayak” yang artinya “Yang menabung-Yang Kaya”.

Tetapi belakangan ini  kita melihat perubahan yang sangat luarbiasa, dulu kita sering mendengar hampir setiap pasar di derah-daerah istilah Kol Berastagi,  jeruk  Berasatagi, tomat berastagi, wortel berastagi, tetapi sekarang pasar-pasar di Indonesia tidak lagi di suplai dari tanah karo, bahkan bukan lagi dari salah satu daerah di Indonesai tapi justru dari luar negeri.

Melalui Firman Tuhan hari ini kita diingatkan lagi “apa yang salah” sehingga kesuburan tanah yang Tuhan sudah berubah menjadi tandus. Dulu sempat tersiar kabar, bahwa petani karo dibanjiri mobil, sehingga setiap rumah tangga hampir memiliki 2atau lebih mobil, sehingga  mobil ke ladang beda dengan mobil ke pesta, singkatnya sangat jaya, oleh karena kesuburan tanahnya.

Seperti yang dikatakan oleh pemasmur, sungai  menjadi padang, tanah subur menjadi asin oleh karena kejahatan orang yang tinggal didalamnya. Kita tidak menghakimi bahwa “orang karo melakukan kejahatan sehingga tanah yang subur menjadi tandus, sungai menjadi padang” tapi untuk mengingatkan kita, jika bukan karean kejahatan kita ya marilah kita tetap setia karena mungkin keadaan ini di ijinkan oleh Tuhan, tetapi kalau memang kita mengaku oleh karena “ketidaktaatan kita” marilah kita bertobat.

Hal ini juga berlaku bagi kita yang bekerja di kantoran, pedangang (wirausaha) dan juga angkutan, singkatnya apapun profesi kita, kalau  kita mengalami “kemunduran” mari kita introspeksi diri.

Ay. 35-38 Padang gurun menjadi Sungai, Diberkati  Mengeluarkan Buah  Sebagai Hasil

Pemazmur mangajak umat manusia untuk mekaukan hal-hal yang baik dalam hidup ini. Kita harus menghargai dunia yang sudah diciptakan oleh Tuhan. Mperlakukan segala yang diciptakan Tuhan dengan baik.  Mengolah tanah dengan baik, menanaminya dengan biji-bijian tanaman dan biji-bijian pepohonan.

Tanah yang Tuhan ciptakan adalah lahan yang subur, sehingga kalau kita mengolahnya dengan baik akan memberikan “penghidupan”  kepada kita. Tanah yang berbatu-batu sekalipun jika diolah dengan baik pasti memberikan hasil yang luarbiasa. Pengalaman perjalanan Mesir ke Yerusalem, secara umum tekstur alamnya sama,  tetapi sepanjang perjalanan  kita lihat Mesri  itu adalah tanah yang tandus, sangat berbeda dengan daerah Israel sepanjang perjalanan kita bisa melihat perkebunannya yang subur dan ternah-ternak yang gemuk.

Ay. 39-43 Pemeliharaan Tuhan

Dalam dunia milik Tuhan sering kita diperhadapkan dengan paham dualisme (Dualisme adalah ajaran yang menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang), baik –jahat,, terpandang-miskin, di kutuk –diberkati) . dalam mazmur ini kita juga melihat bahwa ada orang terkemuka (ay.40)  tetapi akan ditumpahkan Tuhan kepadanya kehinaan.  Menjadi terkemuka bukan dosa, tetapi jika yang terkemuka menjadi sombong , angkuh, semena-mena  pasti akan dihukum oleh Tuhan . Orang miskin (ay. 41) dibentengi  dari penindasan  mereka akan di gemjbalakan oleh Tuhan. Inilah cara Tuhan dalam menjalankan pemeliharaaNya terhadap ciptaanNya.  Orang benar akan melihat kebenaran dan keadilan Tuhan sehingga mereka akan bersukacita, tetapi segala  yang berbuat kecurangan akan bungkam ketika kebenaran dan keadilan Tuhan dinyatakan.  Siapa yang berhikmat   biarlah dia hidup dalam hikmat dan melihat segala kemurahan Tuhan.

Pointer Aplikasi

1.    Marilah kita menabur, agar kita menuia hasilnya sama seperti Isak semakin hari semakin kaya.

2.    Tanah yang diciptakan Tuhan itu sangat subur, jadi kalau kita menanam kebaikan kebaikan itu akan bertumbuh dengan subur, dan sebaliknya kalau kita menanam kejahatan, maka kejahatan itu juga akan tumbuh subur

3.    Apa yang kita tabur itu yang akan kita tuai

4.    Hidup ini mempunyai musim, menaburlah pada musim menabur sehingga akan tiba musim menuai,  semua ada musimnya jadi jangan biarkan musim-musim itu berlalu tanpa makna.

                                                                                           Pdt. Saul Ginting, S.Th.M.Div

                                                                                           GBKP Rg. Bekasi

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate