Kebaktian Pekan Doa Wari III Tahun 2021 : Yohanes 1 : 1-9

Invocatio : “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Yesaya 46:4

Khotbah : Yosua 1 :1-9

Tema      : Ersikaplah kam (Bersiaplah engkau)

Saudara-saudara yang terkasih,

Mari kita belajar dari kisah Yosua, bagaimana dia dipilih untuk melanjutkan tugas dan tanggung jawab Musa. Siapakah Yosua? Nama Yosua muncul kali pertama di dalam Keluaran 17:8-16, dia adalah seorang jenderal yang memimpin tentara Israel dalam peperangan melawan orang Amalek. Yosua adalah abdi Musa atau asisten Musa (Keluaran 24:13). Yosua bin Nun digambarkan sebagai sosok yang masih muda (Keluaran 33:11). Di dalam Yosua 1, Yosua melihat dirinya sebagai abdi Musa, Musa yang pernah memimpinnya, Musa yang pernah berada di sampingnya. perjalanan melayani mengikut Tuhan. Sekarang di dalam moment yang dihadapi Yosua, Alkitab katakan “Musa, hamba Tuhan itu sudah mati…” (Yosua 1:1-2). Sekarang Yosua harus menghadapi satu krisis kepemimpinan di dalam hidupnya. Yosua harus menghadapi satu fakta realita, Musa yang pernah berada bersama dia melayani dan menemani Musa dalam menjalankan tugasnya, Musa yang mendampingi dia, sekarang Musa, hamba Tuhan itu sudah mati. Dan tanggng jawab dan tugas-tugas akan diteruskan kepada Yosua. kItra-kira bagaimana keadaan Yosua saat itu?

1)        "Yosua adalah seorang Kecil yang berada di bawah kesuksesan Orang Besar". Sesudah Musa hamba TUHAN itu mati, berfirmanlah TUHAN kepada Yosua bin Nun, abdi Musa itu, demikian: "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang.

2)        "Orang Kecil yang diberi kepercayaan dan tanggung jawab luar biasa besar"

Seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu. Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Kuberikan kepada kamu, seperti yang telah Kujanjikan kepada Musa.

3)        "Orang Kecil yang diberikan Janji yang luar biasa akan kemenangan: masuk ke Tanah Perjanjian"

Dari padang gurun dan gunung Libanon yang sebelah sana itu sampai ke sungai besar, yakni sungai Efrat, seluruh tanah orang Het, sampai ke Laut Besar di sebelah matahari terbenam, semuanya itu akan menjadi daerahmu. Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka. (Ayat 4-6)

Siapakah orang Het itu? Ulangan 7:1

"Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu,  Israel tak pernah 'sekelas' dengan mereka.
Bagaimana sikap dan jawaban Josua akan panggilan tugas ini?. Ini sama sekali bukan tugas yang ringan dan mudah. Yosua, mungkin hari itu merasa bahwa Tuhan memang sudah memberikan tanggungjawab yang sangat besar dalam mempercayai dirinya untuk melanjutkan "kesuksesan Orang Besar" seperti Musa dan membawa Israel menuju penggenapan janji Tuhan menuju
Kanaan. Ini  tugas berat dan mengerikan  Ada rasa takut pasti di sana, rasa tawar dan kecut hati, merasa diri bukan siapa-siapa ... ketika mendengar kepercayaan yang begitu besar disematkan dalam pundaknya.

Itulah sebabnya, dalam ayat kelanjutannya hingga ayat 9 dalam bahan pembacaan Alkitab kita hari ini, apa yang sedang dilakukan oleh Tuhan terhadap Yosua? Tuhan tidak menghendaki  pikiran negative, penakut, hati pengecut dalam diri Yosua.

Ada tujuh cara Tuhan menghilangkan pikiran negatif yang mungkin muncul dalam diri Yosua hari itu:

1. Kuatkanlah dan teguhkanlah hati/ Be strong and courageous (3x diulangi kalimat ini ayat 6,7 dan 9). Kuatkanlah (be strong : This is about your ability, your capability. God needs Joshua to have a strong will, a strong body and a strong mind, our potentials that God gave us. Be courages: Menjadi berani bagi Joshua adalah bahwa dia harus memiliki keberanian; dia harus bisa mengambil inisiatif. Menjadi berani berarti tidak peduli seberapa ganasnya musuh, Anda sepenuhnya fokus pada fakta bahwa Anda akan mengalahkan mereka dan Anda disibukkan dengan pikiran itu dan tidak ada yang lain. Seruan untuk keberanian adalah untuk memiliki rasa superioritas terhadap lawan. Joshua akan mendekati situasi perang dengan mengatakan: orang-orang ini murah untuk kita tangani terlepas dari pengaruh, amunisi, pengalaman, dan jumlah mereka.

2. Bertindaklah hati-hati.

3. Jangan menyimpang ke kanan atau kiri.

4. Perkatakanlah Firman Tuhan.

5. Renungkan Firman Tuhan siang dan malam.

6. Jangan kecut dan tawar hati.

7. Aku, Tuhan akan menyertaimu selamanya.

             Saudara-saudara yang terkasih,

Bagaimana keadaan saudara- saudara saat ini? Apakah sedang dalam sukacita dan keberanian besar ataukah sedang mengalami tawar hati, kita sama seperti Yosua yang mungkin memiliki ketakutan, kecut dan tawar hati bahkan sakit di hati ini, mengalami kegagalan dan kekalahan, keterpurukan, menghadapi dan membawa beban berat, keletihan bukan fisik dan pikiran, dibayangi maut, sakit penyakit dan sebagainya.

Pikiran negatif sering muncul, semangat yang patah. Namun Tuhan saat ini juga berbicara kepada kita seperti berbicara kepada Yosua yaitu agar kita tetap Bersiap sedia dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan kita (dalam keluarga, masyarakat, pekerjaan sehari-hari, maupun aktivitas lainnya). Tuhan akan menolong kita senantiasa

Dalam pekan doa ke 3 ini kita di ingatkan agar berani melangkah pasti Bersama Tuhan  dengan mengingat dan melakukan hal dibawah ini:

menguatkan dan meneguhkan hati, Jangan kecut dan tawar hati, bertindak hati-hati, Jangan menyimpang ke kanan dan ke kiri, Perkatakan firman Tuhan, renungkan Firman Tuhan siang dan malam, Tuhan Allah akan menyertai seperti janjiNYa dalam Yesaya 46:4 Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Sampai masa tua Tuhan akan tetap setia menyertai kita dan bahkan menggendong bahkan Tuhan sudah melakukannya bagi kita. Dia mau menanggung dan memikul beban kita. Melalui penebusan dan kematian TUHAN YESUS di kayu salib demi dosa-dosa kita. Untuk itu bersiap sedialah kita didalam hidup dalam menanggung segala kesulitan, menemui banyak masalah perlu hati yang berani, kita harus berpegang teguh pada iman. Tuhan bisa membebaskan kita jika belum membebaskan kita ada alasan Tuhan untuk menahan pembebabsannya dan Dia akan selalu memberi kekuatan serta menyertai kita selamanya, Apapun yang kita jalani mari kita selalu siap sedia berjalan dengan iman dan melibatkan Tuhan dalam setiap lini kehidupan kita. Tuhan memberkati kita selalu. Amin

Pdt. Rosliana Br Sinulingga, M.Si

GBKP Runggun Bumi Anggrek

Kebaktian Pekan Doa Wari II tahun 2021 ; Efesus 6 : 18-20

Invocatio      : “Tolonglah aku, ya TUHAN, Allahku, selamatkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu” (Mazmur 109:26).

Khotbah        : Efesus 6:18-20       

Tema              : Berjaga-jaga Dan Tekun Berdoa (Erjaga-jaga Dingen Tutus Ertoto)

PENDAHULUAN

Di Salah satu tulisan ilustrasi menyatakan, “Pada saat mengunjungi sebuah museum, saya terpesona oleh sebuah catatan yang memberikan uraian tentang sekelompok gladiator Romawi-orang Retiarii-yang bertarung, kerap kali sampai mati, hanya dengan menggunakan sebuah jaring dan trisula. Dari antara semua senjata menakutkan dan mematikan yang tersedia, orang-orang ini hanya diberi dua benda, yaitu sebuah jaring dan trisula. Saat memasuki arena, kelangsungan hidup mereka bergantung pada seberapa baik mereka menggunakan senjata”.

Dalam peperangan rohani kita sebagai orang kristiani, Allah telah memilihkan perlengkapan senjata bagi kita. Hal ini dijelaskan demikian: “Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng” (2 Korintus 10:3,4). Orang Kristen harus tetap berjaga-jaga dan tekun, tidak boleh lengah, oleh karena itu Doa adalah kekuatan yang memungkinkan prajurit Kristen memakai perlengkapan senjatanya dan menggunakan pedangnya. Kita tidak dapat berjuang dengan kekuatan kita sendiri, betapa pun kuatnya atau pandainya kita menurut ukuran kita. Doa adalah kekuatan untuk memperoleh kemenangan, tetapi bukan asal berdoa saja. Paulus memberitahukan bagaimana caranya berdoa jika kita ingin menang dalam peperangan rohani.

ISI/PENDALAMAN NATS

Efesus 6: 18-20 merupakan bagian dari Efesus 6: 1-20 berbicara tentang bagaimana iblis berusaha menjatuhkan orang-orang percaya, dan orang-orang percaya diberikan kapasitas untuk menang melalui alat-alat perlengkapan senjata rohani yang digunakan.

Dalam nats renungan Efesus 6:18-20 ini Paulus menjelaskan bahwa Peperangan orang Kristen melawan kekuatan Iblis menuntut kesungguhan dalam doa, yaitu berdoa "di dalam Roh", "setiap waktu", "dengan permohonan yang tak putus-putus", "untuk segala orang kudus", dan "berdoalah senantiasa". Doa jangan dipandang sebagai sekadar senjata yang lain, tetapi sebagai bagian dari peperangan itu sendiri, di mana kemenangan diperoleh bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekerja sama dengan Allah. Gagal berdoa dengan rajin, dengan permohonan yang tak putus-putus dalam segala situasi, berarti menyerah kepada musuh. Oleh karena itu perlu :

1.      Berdoa setiap waktu. Kata “berdoa setiap waktu” berarti juga “Kesempatan” yaitu suatu waktu tertentu saat terjadinya suatu pristiwa atau mungkin lebih jelas diterjemahkan:”Untuk itu berdoalah setiap kali kalian melakukan sesuatu”. Seorang Kristen harus berdoa setiap waktu, setiap kali melakukan sesuatu, karena ia selalu menjadi sasaran pencobaan dan serangan Iblis. Doa harus menjadi gaya hidup orang Kristen, menjadi sebuah model dan kebutuhan komunikasi kita yang terus menerus dengan Allah dan ini berarti kita tidak hanya berdoa ketika tercekam dengan kesulitan. Jangan berhenti berdoa pada saat Allah sudah memberikan semua kemenangan atas pergumulan, sebab masih akan ada banyak pergumulan lain yang menanti, dalam rangka proses pendewasaan iman kita.

2.      Berdoa di dalam Roh. Rumus doa dalam Alkitab ialah bahwa kita berdoa kepada Allah Bapa, melalui Allah Anak dan dengan kuasa Allah Roh Kudus. Roma 8: 26-27 mengatakan kepada kita bahwa hanya dengan kuasa Rohlah kita dapat berdoa sesuai kehendak Allah. Kalau tidak, doa kita bersifat mementingkan diri sendiri dan tidak sesuai dengan kehendak Allah.

3.      Berdoa dengan berjaga-jaga. Berdoa tidak pernah menggantikan tanggung jawab kita untuk menghadapi peperangan yang sesungguhnya. Tidak bisa hanya dengan berdoa memohon Tuhan mengampuni dosa orang yang sudah menyakiti kita tetapi kita sendiri tidak mau mengampuni. Berdoa harus dilakukan bersamaan dengan usaha aktif ‘menjaga’ hidup kita agar tidak kalah dalam peperangan rohani.

4.      Berdoa bagi segala orang kudus. Kita berdoa sebagai bagian dari suatu keluarga besar orang percaya, dan kita harus berdoa bagi anggota-anggota lain. Karena itu Paulus langsung melanjutkan nasihatnya dengan meminta dukungan doa dari jemaat bagi pelayanannya. Sama dengan poin no.2, doa yang benar pada akhirnya tidak pernah mementingkan diri sendiri, tetapi juga bagi anggota tubuh Kristus yang lainnya.

5. juga untuk aku (Paulus), supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil.” Dalam konteks ini, Paulus tidak minta didoakan untuk kepentingannya sendiri. Ia memang mengalami banyak kesulitan, penganiayaan dan penderitaan serta sering keluar masuk penjara. Namun ia memiliki jiwa yang memikirkan kehendak Allah. Itulah doa sejati di mana si pendoa rindu untuk mewujudkan isi hati Tuhan dalam kehidupannya di tengah dunia ini hingga terjadi kesamaan visi antara Bapa di Surga dengan dirinya. Paulus mengatakan demikian karena ia merasa belum sempurna, khususnya kegentarannya selama berada di dalam penjara. Namun doa sejati sanggup menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia.

APLIKASI

1.  Tema Berjaga-jaga dan tekun. Arti kata Berjaga-jaga (kbbi), tidak tidur semalam suntuk, bersiap-siap; bersiap sedia; berawas-awas; berhati-hati. Tekun (kbbi) rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Berjaga-jaga dan tekun mempunyai arti, Selalu bersiap-sedia, berawas-awas, tidak boleh lengah dan bersungguh-sungguh dalam doa untuk berperang melawan iblis. Orang Kristen harus selalu mengisi dirinya dengan bersungguh-sungguh meningkatkan spiritualitasnya dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun secara persekutuan.

2.  Invocatio menyatakan pemasmur berseru dan memohon kepada Tuhan agar Tuhan bertindak memberikan keselamatan baginya, karena hati pemasmur sangat sakit akibat fitnahan dan kutukan terhadap dirinya dari orang yang membencinya. Orang Kristen mengandalkan Tuhan dalam setiap tantangannya dengan berseru kepada Tuhan, terlebih ditengah situasi covid-19 yang sudah lebih 1 tahun dijalani, begitu juga bencana alam yang terjadi tentu banyak membawa dampak kesulitan dari berbagai aspek. Pemasmur mengajak kita, berseru dan memohon kepada Tuhan, andalkan Tuhan. Karena hanya Tuhan sumber segala kekuatan dan pengharapan yang penuh Kasih bagi semua orang yang berseru kepadaNya.

Pdt Nur Elly Tarigan

GBKP Karawang

Kebaktian Pekan Doa Wari I Tahun 2021 : Filipi 1 : 3-8

Invocatio : (Dan. 6:10?) Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya. (Daniel 6:11)

Khotbah   : Filipi 1:3-8

Thema      : Berdoa Dengan Suka Cita (Karo; Ertoto Alu Meriah Ukur)

Pengantar.

Mengucap syukur mudah di lakukan orang-orang tertentu saja, pada sebahagian orang mengucap syukur bukanlah hal yang mudah. Kemampuan mengucap syukur akan teruji ketika menghadapi pergumulan, keadaan sususah, gagal atau mengalami bencana dan lain lain. Menghadapi kesulitan biasanya orang akan mengeluh,  bersungut sungut, menyalahkan dan berputus asa. Tapi kali ini di dalam bahasan Firman Tuhan ini kita melihat hal yang berbeda dengan kebiasaan orang-orang tertentu seperti yang kami sampaikan di atas.

Pembahasan teks dan pemberitaan.

Rasul Paulus yang telah menyerahkan hidupnya sepenuhnya di dalam Tuhan memiliki kebahagiaan yang teguh yang sudah paten yang tidak luntur oleh segala situasi susah dan kesulitan.  Di dalam bahasan Firman Tuhan ini Rasul Paulus menuliskan suratnya yang disampaikannya dalam penuh bahagia, gembira dan suka cita walaupun pada saat itu ia sedang menghadapi “kegagalan” sebab oleh karena memberitakan injil ia dipenjarakan (Fil.1:13-14). Dari dalam penjara itu oleh karena mengingat kasih dan kesetiaan jemaat di Efesus kepada Kristus, bagaimana jemaat di Efesus telah menerima injil Yesus Kristus dan menjadi percaya, menjadi penghiburan besar bagi Rasul Paulus. Bukti kebahagiaan itu Rasul Paulus mengatakan Kristus adalah saksinya (hal ini menjelaskan betapa sulitnya memahami kebahagiaan di dalam menghadapi kesulitan terutama seperti keadaan Rasul Paulus yang dipenjarakan). Pertimbangan manusia sering mengecewakan tetapi Kristus bukan hanya menjadi saksi kesetiaan bagi Rasul Paulus tetapi di yakininya jika ia dipenjarakan berita injil akan diteruskan oleh Yesus Kristus yang bukan hanya menjadi saksi kebenaran tetapi juga yang akan meneruskan pelayanan itu di tengah tengah jemaat Filipi. Rasul Palus tidak mau penjara membelenggu sukacita dan syukurnya, ia terus bersyukur kepada Allah.

Setiap kali Rasul Paulus mengingat jemaat Filipi selalu saja membuatnya bersukacita, mengucap syukur kepada Allah, sebab jemaat ini ada di dalam hatinya oleh karena Rasul Paulus telah mendapatkan perhatian jemaat, bantuan dari jemaat seperti ketika Rasul Paulus di Tesalonika beberapa kali ia mendapatkan bantuan dari jemaat Filipi (Fil. 4:16), juga ketika ia di penjarakan (ayt. 7). Mungkin kita akan menduga sangat pantas Rasul Paulus berbahagia sebab semua orang juga akan berbahagia jika mendapatkan perhatian dan mengingat serta menyukai orang yang telah memberinya bantuan. Tetapi bukan kebaikan hati jemaat Filipi itu yang menjadi alasan satu satunya mengapa Rasul Paulus bersyukur setiap kali mengingat mereka dan setiap kali mendoakan mereka penuh dengan suka cita tetapi sesuai pengajarannya “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi ku katakana bersukacitalah!” (Fil. 4:4). Bagi Rasul Paulus semua situasi harus dibuat mendatangkan sukacita, sehingga keadaannya terpenjara tidak dibuatnya menjadi alasan menghentikan perhatiannya kepada penginjilan, tetapi ia meneruskan penginjilan itu dari penjara melalui surat. Ia yang terpenjara seharusnya menjadi perhatian jemaat untuk di dukung di dalam doa syafaat mereka tetapi justru dari penjara Rasul Paulus menjadi pendoa syafaat. Selama masih hidup apapun keadaannya tidak membuat alasan berhenti melayani sebab dalam semua keadaan bagi Rasul Paulus selalu masih dapat melayani jemaat melalui doa syafaat.

Tuhan Yesus mengajarkan  di dalam Matius 5:44 “Tetapi Aku berkata kepada kamu: Kasihilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” Tabiat “manusia duniawi” pada umumnya mengingat musuh musuhnya akan marah, mengutuk atau mencelakainya. Semakin mengingat musuh musuhnya maka hatinya semakin tidak tentram, semakin tidak damai, sehingga dapat membuat kambuh penyakitnya, stres, tensi tinggi, gula darah tinggi, susah tidur dan lain lain, hilang suka cita dan kedamaiannya. Perintah Tuhan Yesus supaya mengasihi musuh dan mendoakan orang yang menganiaya kita bukan hal yang mudah untuk di lakukan, tetapi mungkin di lakukan oleh orang-orang yang sungguh sungguh percaya dan mengalami hidup baru di dalam Tuhan Yesus maka keuntungannya sangat besar sebab membantu kita senantiasa bersukacita, tetap sehat dan sejahtera. Jika mendoakan musuh dan orang yang menganiaya kita pun kita sudah berbahagia, bersukacita oleh karenanya sunggut teramat bahagianya hanti Rasul Paulus mendoakan jemaat Filipi yang mendukung pelayanannya.

Kerinduan Rasul Paulus jemaat Filipi semakin hari semakin bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan segala pengertian, hidup semakin lebih baik, suci dan sempurna menjelang kedatangan Kristus. Untuk harapan yang mulia itu Rasul Paulus akan terus mendukung mereka di dalam doa doanya. Doa Rasul Paulus adalah doa yang digerakkan oleh kerinduan yang dalam akan persekutuan jemaat dengan Tuhan Yesus Kristus, karena itu pastilah setiap kali ia memanjatkan doanya untuk jemaat Filipi sukacitanya juga semakin melimpah. Rasul Paulus bukan hanya percaya kepada Yesus dan mengasihi jemaat Filipi tetapi dia tahu penderitaan karena dipenjarakan oleh karena injil yang dialaminya juga adalah panggilan imannya (Fil.1:29). Menyadari terpenjara juga adalah panggilan menderita untuk Kristus tentu akan membuat situasi hatinya tetap tentram dan damai melayani dengan doa meski terbelenggu di dalam penjara.

Penutup

Di dalam invocatio di katakan: “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.”( Daniel 6:11). Ketaatan Daniel ditunjukkannya dengan kesetiaannya berdoa kepada Tuhan Allah, meskipun raja Darius melarang menyembah Allah selain dirinya dan setiap pelanggar perintah raja itu akan di lemparkan ke dalam gua singa, namun Daniel dengan suka cita tanpa ras takut kepada perintah raja dan ancaman hukuman mati itu ia tetap setia dan penuh sukacita tiga kali sehari berdoa kepada Tuhan Allah seperti yang biasa di lakukannya. Doa bukan menjadi kebiasaan tetapi doa menjadi kebutuhan pokok untuk mendukung kehidupan yang penuh sukacita. Tidak ada alasan yang dapat di benarkan yang membenarkan orang percaya tidak melakukan doa syafaat.

Menjadi pendoa syafaat yang setiap kali berdoa penuh dengan sukacita terlebih dahulu  haruslah menjadi orang yang selalu memelihara kedamaian hati, cinta damai, pemaaf, tidak memelihara kemarahan, dendam dan kebencian supaya setiap orang baik lawan lawan yang memusuhi, yang menyakiti kita tetap dapat dibawa di dalam doa yang penuh sukacita. Jika mendoakan lawan lawan dan orang yang menganiaya kita sudah dapat kita lakukan dengan sukacita apalagi mendoakan orang orang yang selalu mendukung kita akan lebih membahagiakan lagi bagi kita melakukannya.

Penginjilan sering diperhadapkan dengan penolakan dan seperti perjalanan pengembaraan yang menemukan jalan buntu atau terjal. Pertanyaan bagi kita, apakah tugas penginjilan yang mulia itu harus berhenti sampai di situ saja? Tentu tidak, melayani dengan memanjatkan doa syafaat adalah pelayanan yang tidak dapat di hambat dengan cara apapun dan oleh siapapun, yang terpenting kesetiaan melakukan doa syafaat dan menjadikan doa sebagai pelayanan penguatan jemaat oleh persekutuan di dalam Yesus Kristus dan penyertaan Roh kudus.

Pdt Ekwin WGM

Ketua Klasis Bekasi-Denpasar

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate