Pekan Doa Wari VI : 2 Tawarikh 1 : 1-12

Invocatio        : “Tetapi Carilah KerajaanNya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu” (Lukas 12 : 31)

Renungan     : 2 Tawarikh 1 : 1-12

Thema          : Berdoa Meminta Hikmat

Kisah Salomo dalam perikop 2 Taw. 1:1-9:31 merupakan masa pemerintahan Salomo. Perikop yang menjadi pembahasan kita pada saat ini merupakan masa awal pemerintahan Salomo menjalankan tugasnya sebagai seorang raja. Hal yang menarik di awal pemerintahan Salomo ialah memohon petunjuk kepada Tuhan dengan pergi beribadah ke Kemah Pertemuan Allah di Gibeon. Jika dilihat di ayat 1, penulis sebenarnya telah menjelaskan bagaimana pemerintahan Salomo pada awalnya yaitu kekuasaannya luar biasa. Namun, kemegahan ini tidak meruntuhkan sikap kerendah hatian  Salomo untuk tetap meminta petunjuk kepada Tuhan agar Tuhan membimbingnya. Pada ayat 2-6 menerangkan jika seluruh pasukan bahkan seluruh Israel diperintahkannya untuk ikut pergi bersama ke Kemah Pertemuan Allah. Tindakan Salomo yang begitu menarik ini membuat kita dapat berefleksi bahwa ia tetap setia kepada Tuhan dengan membawa seluruh keluarga, bangsa dan bahkan pasukannya untuk ikut berbakti kepada Tuhan. Tentu ini tidak terlepas dari peran Daud sebagai seorang ayah di tengah-tengah keluarga yang menuntun dan mengarahkan anaknya untuk tetap setia kepada Tuhan (1 Raj. 2:1-4). Mengutamakan Tuhan adalah sebuah tindakan utama yang harus dilakukan dan semuanya berpangkal pada sikap rendah hati seperti yang telah dilakukan oleh Salomo.

Puncak dari pada kisah Salomo dalam perikop ini ialah terjadi pada ayat 7-13. Peristiwa ini menjadi momen yang penting dan sangat berpengaruh pada pemerintahan Salomo dalam jangka panjang. Sikap dan hatinya yang mengutamakan Tuhan ternyata membawa dia kepada sebuah peristiwa di mana Allah menampakkan diri kepadanya. Meminta bukanlah sebuah hal yang mudah sebab, banyak orang meminta berdasarkan apa yang sedang dia butuhkan tetapi jarang orang melihat apa yang akan dia butuhkan. Pertanyaan Tuhan kepada Salomo merupakan sebuah tantangan bagi komunitas gereja beserta dengan umatnya, apakah kita mampu menjawab pertanyaan ini. Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu? Pertanyaan ini secara tidak langsung dapat dipahami dalam Yoh. 15:7 bagaimana kita dapat melihat Salomo mampu meminta kepada Tuhan. Sebagai seorang raja, Salomo tidak terpikir untuk meminta kekuasaan yang tangguh, kekayaan dan kemegahan ataupun meminta agar pemerintahannya bertahan lama. Salomo memikirkan apa yang lebih penting yaitu hikmat dan pengertian. Mengenai apa itu hikmat kita dapat membandingkan Amsal 8:22-36 yang sekaligus dapat terkait dan dijelaskan pada Injil Yohanes 1:1-5. Jika merujuk pada Ams. 3:19-20, maka kita dapat memahami bahwa Salomo tidak meminta sesuatu hal yang instan ataupun yang dapat diterima bersih atau diterima jadi olehnya, melainkan Salomo meminta sebuah hal yang dapat memproses dirinya agar mampu memahami setiap hal dalam persoalan yang akan ia hadapi.

Sebagai orang Kristen cara kita memohon ataupun meminta kepada Tuhan ialah dengan berdoa. Jika kita hendak meneladani apa yang dilakukan Salomo, maka dalam setiap pergumulan ataupun dalam setiap perayaan yang kita alami atau bahkan dalam setiap aktivitas hidup kita seharusnya diawali dengan memohon petunjuk kepada Tuhan. Memohon petunjuk menandakan kita butuh proses dalam menjalaninya, sehingga dalam proses menjalani tersebut kita diberikan Tuhan hikmat dan pengertian secara berproses (discernment) bukan dengan cara yang instan. Mintalah hikmat, hiduplah didalam hikmat maka hikmat itu akan menuntun dan membimbing kita (Kol. 2:3).

Pdt Abel Sembiring

Runggun  GBKP Tambun 

Pekan Doa Wari V : Mazmur 72 : 1-7

Invocatio : “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat,

hendaklah ia memintakannya kepada Allah yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit-maka hal itu akan diberikan kepadanya” (Yakobus 1:5)

Renungan : Mazmur 72:1-7

Thema      : Ertoto Guna Pemimpin Bangsa.

Pemimpin atau pemerintah seperti apa yang paling didambakan oleh rakyat di seluruh belahan bumi? Tentu saja jawabannya adalah pemimpin yang adil, dapat dipercaya serta yang mengusahakan kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpin. Inilah sebabnya mengapa Zhou Enlai (1898-1976) sebagai seorang politikus sangat dicintai dan dihormati oleh rakyat China. Zhou Enlai dikenal sebagai orang yang paling berpengaruh dalam  penyatuan dan pembentukan Republik Rakyat China (RRC). Ia dikenal sebagai politikus yang berintegritas, ramah dan gigih dalam pekerjaan. Bukan saja dalam pekerjaan, tetapi dalam hidup rumah tangganya pun Zhou Enlai menjadi teladan kesetiaan (pada masa itu para politikus biasanya memiliki banyak istri, tetapi Zhou Enlai hidup setia hanya dengan istrinya yang bijak; Deng Yingchou) dan karena itu,ia menjadi sangat dipercaya oleh rakyat.  Seorang penulis (Kim Doo Eung) bahkan menyatakan dalam tulisannya: “Tidak ada orang China yang lebih dihormati lebih dari Zhou Enlai.” 

Ketika pemimpin atau pemerintah memiliki integritas dan dapat mengayomi rakyatnya, niscaya akan terjadi banyak hal-hal baik yang membawa kesejahteraan bagi seluruh Negara. Pada sisi lain, kita juga mesti mengakui bahwa pemimpin dan pemerintahan yang adil dan dapat dipercaya tidak sering kita jumpai hari-hari ini bukan?  Hal ini tertuang dalam salah satu kutipan Lord Acton yang diamini banyak orang mengatakan: “Kekuasaan cenderung menyimpang dan kekuasaan mutlak  pasti mutlak menyimpang.” Daud sendiri juga memahami hal itu dengan baik sehingga di ujung pemerintahannya dia menuliskan Mazmur 72 ini sebagai doa dan harapan bagi Salomo yang akan menggantikannya kelak. Dalam doa yang dia ungkapkan dalam Mamur 72 ini ada beberapa aspek yang disorot sebagia kriteria pemerintahan yang baik, yakni;

1.    Mau menegakkan hukum dengan keadilan serta mempergunakan hukum itu untuk membela yang tertindas (ay.2)

2.    Bekerja untuk membawa damai sejahtera dan kebenaran (ay.3). Dalam hal ini pemimpin dan seluruh jajarannya bekerja bersama mendatangkan kesejahteraan itu (gunung dan bukit adalah bahasa kiasan untuk menunjuk kepada pemerintah di bawah Raja)

3.    Berpihak kepada rakyat kecil (bdk. Ay.4; memberi keadilan kepada orang tertindas dan menolong yang miskin serta meremukkan pemeras)

4.    Rakyat hidup dalam ketaatan kepada pemerintah yang bekerja demi banyak orang (ay.5)

5.    Segala yang dikerjakan tujuannya membawa berkat bagi rakyat (ay.6). Pada ayat ini pemerintahan digambarkan sebagai “hujan atas padang rumput” dan “pancuran yang mengairi bumi”

6.    Terus berupaya dengan setia untuk membangun keadilan dan mendatangkan damai sejahtera (ay.7 bahkan menunjukkan rentang waktunya yakni sampai tidak ada lagi bulan)

Melalui hal-hal yang disoroti oleh Daud dalam Mazmur 72 : 1-6 ini hal yang ingin menyampaikan bahwa pemerintah adalah perwakilan Allah yang ditempatkan untuk memerintah dalam dunia dan sudah seharusnya perwakilan Allah itu memiliki sifat-sifat yang mewakili sifat Allah sendiri. Tidak dapat dipungkiri ketika kita melihat kriteria dan harapan itu kita menjadi kecil hati sebab sesungguhnya tidak ada pemerintahan yang akan mampu memenuhi semua ukuran pemerintahan yang ideal. Hanya pemerintahan Allah sendiri-lah yang dapat memenuhi semua kriteria yang ada dengan sempurna. Itulah sebabnya mengapa kita perlu terus berdoa bagi pemerintahan kita agar mereka dapat terus bekerja menuju ke arah yang tepat sesuai dengan firman Tuhan dalam Mazmur Daud ini.

Dalam konteks Negara Indonesia sendiri tentu tidak mudah bagi pemerintah untuk mewujudkan keadilan dan kebaikan di tengah-tengah tantangan keragaman, terlebih lagi tantangan pandemi Covid-19 yang menjadi pergumulan bersama di seluruh dunia. Sebagai orang percaya dan warga negara yang baik apa yang dapat kita lakukan bagi pemerintahan dan Negara kita dalam situasi sulit saat ini?

1.    Kita setia mengambil waktu untuk mendoakan pemerintah negara kita dalam “pukulan-pukulan” yang sedang dihadapi saat ini. Perang dagang AS-China yang berdampak pada ekonomi, penyebaran Covid-19 yang membutuhkan penanganan serius dan dana yang cukup besar, perlambatan ekonomi akibat pandemi, isu SARA, dan masih banyak lagi persoalan besar yang mesti dihadapi. Pemerintahan perlu dukungan doa kita sama seperti Daud berdoa bagi Salomo dan penerus-penerusnya yang akan memerintah Israel. Kita memohon dalam doa agar pemerintah kita menjadi pemerintah yang takut akan Tuhan dan sungguh-sungguh berjuang menerapkan keadilan Tuhan itu demi kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia.

2.    Selain mendoakan, kita juga harus memiliki ketaatan sebagai bentuk dukungan pada pemerintah. Banyak beredar foto-foto yang menunjukkan masyarakat tidak taat pada kebijakan yang diambil pemerintah khususnya dalam konteks pandemi Covid 19. Seruan untuk tinggal di rumah tidak ditanggapi dengan sungguh-sungguh oleh banyak orang dan hasilnya penyebaran virus yang semakin tidak terkendali. Doa tanpa dukungan kita tidak berarti apa-apa, karena itu mari kita mendukung pemerintah dengan tindakan yang konkrit. Tidak perlu kita menjadi penimbun ini dan itu dalam masa sulit sekarang ini, sebab semuanya itu tidak menambah sehasta pun jalan hidup kita. Ditengah kegaduhan informasi yang beredar, mari kita menularkan keteduhan. Mereka tularkan ketegangan, mari kita tularkan ketenangan. Di tengah kekuatiran, mari kita tularkan rasa percaya bahwa semua ini ada masanya dan akan berlalu.

3.    Bersikap kritis sangat diperlukan dalam upaya terus-menerus memperjuangkan keadilan Allah atas kehidupan orang banyak. Salah satu sikap kritis yang dapat kita lakukan adalah dalam era demokrasi ini mari kita memilih pemimpin yang memiliki rasa keadilan. Kita perlu menjadi pemilih-pemilih yang cerdas yang memilih pemimpin yang baik berdasarkan kinerjanya, bukan berdasarkan hubungan persaudaraan ataupun harta kekayaannya. Kita tidak mau menyesal dan menderita di kemudian hari karena kita memilih pemimpin yang salah bukan?

Satu hal yang diyakini Daud dan dituangkan dalam Mazmur 72:1-7 adalah keadilan hanya bersumber dari Allah dan tidak dapat bersumber dari diri kita sendiri. Sehebat apapun kita, kita sangat memerlukan tuntunan dan hikmat dari Tuhan untuk mendatangkan keadilan dalam kehidupan setiap hari. Pemerintah dan juga kita semua perlu menundukkan diri di bawah Allah sehingga dalam ketundukan kita terus menerus belajar kepada Allah, Sang Pemberi hukum sendiri. Invocatio dalam Yakobus 1:5 telah menyampaikannya kepada kita: mintalah hikmat kepada Tuhan dan ia akan memberikannya kepada kita. Dengan demikian kita dapat dijauhkan dari kesewenang-wenangan yang tidak berkenan dihadapanNya.

Pdt. Eden P.Funu-Tarigan S,si (Teol)

Perpulungen GBKP Kupan

Pekan Doa Wari IV : Kejadian 18 : 16 - 33

INVOCATIO    : Kukataken man  bandu maka i bas  wari pendungi e pagi, nahanken ukumnen si isehken Dibata man kota Sodom asangken man kota e. (Lukas 10:12)

Khotbah        : Kejadin 18:16-33,

TEMA            : ERTOTO GUNA KEJUAH-JUAHEN BANGSA/BERDOA UNTUK

  KESEJAHTERAAN BANGSA

Jemaat yang dikasihi Tuhan nas khotbah kita hari ini menceritakan tentang

perjumpaan Abraham dengan Allah (Kejadian 18:16-22). Awalnya para utusan

dari sorga itu telah menunaikan satu bagian dari tugas mereka, yang

merupakan perjalanan untuk menyampaikan kasih karunia bagi Abraham dan

Sara bahwa Sara akan melahirkan seorang anak di usianya yang sudah tua,

dan merupakan tugas yang yang mereka selesaikan terlebih dahulu.setelah menyampaikan kasih karunia Allah bagi Abraham dan Sara mereka menyampaikan kepada Abraham bahwa Sodom akan dibinasakan, dan mereka harus melakukannya (19:13). Dalam hal ini Allah memang Maha Kasih tetapi Allah juga adalah Allah yang berhak menghukum. Mereka memandang ke arah Sodom  dengan murka (ay. 16). Dalam hal ini kita dapat memahami bahwa meskipun sejak lama kelihatannya Allah membiarkan orang berdosa begitu saja, sehingga mereka berkata bahwa Allah tidak melihat dan tidak peduli, tetapi ketika hari kemurkaan-Nya tiba, Ia akan memandang kepada mereka.

Kepada Abraham Allah menyampaikan rencana-Nya untuk membinasakan Sodom. Dan bukan itu saja, melainkan Dia juga berbicara secara terbuka dengannya mengenai hal itu. Dengan mengikat Abraham melalui suatu kovenan dengan diri-Nya sendiri, secara lebih akrab daripada sebelumnya (ps. 17), di sini Dia mengizinkan Abraham memiliki suatu persekutuan yang lebih intim dengan diri-Nya sebagai orang yang dilibatkan dalam rencana-Nya.

Allah memberitahukan rencananya kepada Abraham bahwa Dia akan menghancurkan Sodom karena ia adalah sahabat dan orang yang disukai Allah, karena dia adalah seorang yang baginya Allah menyediakan kebaikan istimewa dan perkara-perkara besar, Karena dia akan menjadi sebuah bangsa yang besar, dan bukan itu saja, melainkan juga di dalam Mesias, yang akan berasal dari keturunannya, segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat. Allah memberitahu Abraham tentang rencanaNya karena Abraham harus tahu, supaya ia mengajar seisi rumahnya (ay. 19).

Tetapi setelah mendengar perkataan Allah bahwa Allah akan menghancurkan Sodom, maka sebagai salah satu sifat dan teladan Abraham yang sangat cemerlang adalah dia tidak hanya berdoa bersama seluruh keluarganya, tetapi juga mengajar mereka sebagai orang yang berpengetahuan. Tidak itu saja, ia mengajar mereka sebagai orang yang punya kuasa, dan merupakan nabi dan raja, sekaligus imam, di rumahnya sendiri.

Abraham tahu bahwa Lot, keponakannya ada di Sodom atas pilihannya sendiri. Abraham sudah pernah menyatakan belas kasihnya dengan menyelamatkan Lot dari bangsa yang menawannya (lihat pasal 14). Namun, Lot tetap memilih tinggal di situ. Rasa keadilan Abraham digugah, walau ia tahu Lot bukan lagi tanggung jawabnya sebagai paman. Lot sudah memilih jalannya sendiri, dan sebagai orang dewasa harus menerima akibat pilihannya tersebut. Namun, Abraham melihat dari perspektif lain. Abraham memperhitungkan nama Tuhan yang akan dihujat bila membiarkan orang benar dibinasakan bersama-sama orang fasik (ayat 23-25). Keadilan Tuhan harus ditegakkan. Abraham tergugah untuk bersyafaat demi kemuliaan Tuhan tetap dipertahankan.

Di dalam doa syafaat yang hebat untuk beberapa orang benar di Sodom, Abraham menunjukkan unsur-unsur yang lebih luhur dalam wataknya yakni kemurahan, kasih saying, kepekaan dan perhatiannya terhadap kebenaran di dalam Tuhan dan manusia. Dia menunjukkan bahwa  Allah mengampuni dan memberikan pembebasan sepenuhnya serta mau berurusan  dengan makhluk-makhluk  ciptaan-Nya sekalipun mereka itu jahat, menurut keadilan dan kebenaran yang telah dinyatakan. Abraham tahu bahwa Allah dapat diandalkan untuk bertindak dengan sifat kudus-Nya.

Setelah Abraham selesai berdoa syafaat, dia memperoleh janji Allah bahwa Allah akan membiarkan Sodom jika tedapat sepuluh orang benar di dalam kota itu. Namun ketika jumlah itu tidak bias dipenuhi, tidak ada lagi yang dapat mengalihkan malapetaka tersebut.

Tema kita BERDOA UNTUK KESEJAHTERAAN BANGSA. Dalam kamus Alkitab Doa adalah adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah. Orang Kristen berbakti kepada Allah jika ia memuja, mengakui, memuji dan mengajukan permohonan kepada-Nya dalam doa. Doa sebagai perbuatan tertinggi yg dapat dilakukan oleh roh manusia, dapat juga dipandang sebagai persekutuan dengan Allah, selama penekanannya diberikan kepada prakarsa ilahi. Seseorang berdoa karena Allah telah menyentuh rohnya. Dalam Alkitab doa bukanlah suatu 'tanggapan wajar dari manusia', karena 'apa yg dilahirkan dari daging adalah daging' (Yoh 4:24). Sebagai akibatnya, Tuhan tidak 'mengindahkan' setiap doa (Yes 1:15; 29:13).

Kesejahteraan atau damai sejahtera dalam kamus Alkitab berasal dari kata Ibrani syalom artinya sehat walafiat, utuh, keadaan baik. Kata Yunani eirene mempunyai makna syalom, dan hampir selalu mempunyai anti rohani. Bahwa kata itu mempunyai arti yg sangat luas yaitu selamat, persahabatan, jangan kuatir, damai, kesejahteraan, kemujuran, tenteram, keselamatan, damai sejahtera.

Jadi melalui tema ini kita sebagai orang beriman diajar untuk melakukan persekutuan dengan Allah untuk mengajukan permohonan kita agar Tuhan memberikan kesejahteraan atau keselamatan bagi bangsa. Dalam hal ini kita sesungguhnya sadar bahwa kita memiliki tanggungjawab untuk mendoakan sekeliling kita sekalipun sepintas kita tidak memiliki tanggungjawab apapun terhadap mereka. Seperti Abraham yang tetap mendoakan Lot keponakannya meskipun sesungguhnya Abraham bukan lagi bertanggungjawab sepenuhnya terhadap Lot karena Lot tinggal di kota yang masyarakatnya hidup dalam dosa atas keputusannya sendiri.

Tetapi doa syafaat senantiasa menunjukkan yang terbaik di dalam diri manusia. Perhatian yang tanpa pamrih untuk orang lain bersinar bagaikan permata yang indah. Di dalam mengajukan permohonannya kepada tuhan, Abraham dengan jelas menunjukkan kasih dan perhatian yang sungguh-sungguh. Melalui Kebaktian Pekan Doa ini marilah kita boleh sadar bahwa sebagai orang yang percaya kita memiliki tanggungjawab untuk mendoakan sekitar kita dan bangsa kita. Kita hendaknya senantiasa mau memberikan waktu kita untuk melihat orang-orang sekitar kita, bangsa kita dan mau memberikan waktu kita untuk mendoakannya agar senantiasa diberkati dan diselamatkan oleh Tuhan. Amin

Pdt. Jaya Abadi  Tarigan

GBKP Runggun Bandung Pusat

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate