Suplemen PA Moria : kisah Para Rsul 16 : 13-15 : Tgl 30 Agustus s/d 05 September 2020
Bahan : Kis. 16: 13-15
Thema : Erdahin (Karir) Ras Ngelai
Tujun : Gelah Moria
: - Meteh ketutusen Lidia ibas erdahin ras ngelai
- Ngasup ndahiken erbage-bage pendahin janah tetap ngelai (multi peran)
Pengantar
Di daerah Boyle Heights yang terletak di Los Angeles Amerika tercatat sebuah kisah pelayanan ibu-ibu yang sangat berkesan. Pada tahun 1990-an terjadi perkelahian antar geng di daerah tersebut. Ada kurang lebih 8 geng yang terlibat dan setiap hari ada korban jiwa juga korban luka-luka. Tidak saja menimbulkan korban, tapi perkelahian ini juga membuat suasana menjadi tidak aman lagi bagi warga sekitar yang tinggal disana. Ada seorang ibu yang rajin membaca firman Tuhan di area tersebut dan ia merasa terganggu dengan situasi buruk itu lalu memikirkan tindakan apa yang kira-kira mereka bisa lakukan untuk mengakhiri perkelahian tersebut.
Malam itu juga 70 orang ibu-ibu yang tinggal di lingkungan itu melakukan perkunjungan dari satu geng ke geng yang lain. Mereka membawa makanan, gitar dan kasih kepada geng-geng yang mereka kunjungi. Mereka melakukan makan malam bersama lalu menyanyikan lagu-lagu indah bagi mereka. Para anggota geng yang
“berwatak keras” itu pun bingung sekaligus terkesima. Seketika itu pikiran mereka pun teralihkan dari kekerasan kepada kedamaian. Dalam berbagai situasi biasanya perempuan dianggap yang paling lemah, tapi Firman Tuhan ternyata bisa menginspirasi mereka untuk melakukan hal-hal biasa untuk menghadapi hal-hal luar biasa. Berkunjung, membawa makanan dan bernyanyi adalah hal-hal yang biasa. Firman Tuhan yang menuntun mereka untuk peduli dan membuat mereka mampu mendamaikan pihak-pihak yang berseteru. Karena hati yang tergugah, mereka memberikan diri dan waktu mereka, rela mengambil resiko yang mungkin mengancam mereka dan kepedulian itu pun terbayar saat geng yang berseteru itu pun berdamai. Dalam keseharian yang dijalani oleh moria, banyak diantara moria yang bekerja disamping menjalani peran sebagai istri dan ibu dalam keluarga. Diantara kesibukan yang dihadapi setiap hari masihkah kita menyisakan ruang yang cukup untuk turut dalam pelayanan bagi Tuhan dan sesama kita?
PENJELASAN TEKS
Rasanya tokoh Lidia yang diperlihatkan dalam bahan bacaan merupakan seorang tokoh yang cukup familiar bagi kita. Ia adalah sosok perempuan yang berasal dari Tiatira dan merupakan pengusaha dan pedagang kain ungu yang sukses. Kesuksesan dalam pekerjaan tidak lantas membuat Lidia menjadi pribadi yang hanya mempedulikan karir saja. Hal ini dapat kita lihat pada ay. 14 disebutkan dia adalah seorang yang beribadah kepada Allah. Tidak hanya sampai pada taraf beribadah, tetapi dia juga tidak “menghindar” ketika Tuhan membuka hatinya. Hal yang dilakukan Lidia ketika Tuhan membuka hatinya adalah dia memperhatikan perkataan Paulus. Memperhatikan disini dapat diartikan sebagai mendengarkan dengan cara memusatkan pikiran penuh.
Disamping itu sesuai dengan penyampaian teks, ketika Lidia memperhatikan perkataan Paulus, dia tidak hanya sibuk dengan pikiran, pekerjaan maupun rencananya sendiri. Ia memilih untuk berfokus dengan cara membuka diri untuk mendengar suara Tuhan melalui Paulus. Pilihan untuk mendengarkan suara Tuhan dipadukan dengan kemauan untuk membuka diri akhirnya membuat Lidia dan seisi rumah sungguh-sungguh menjadi pengikut Kristus. Lidia dan seisi rumahnya pun dibaptis bersama-sama. Tidak hanya sampai disitu, lebih lanjut lagi Lidia pun memberikan dirinya kesempatan untuk terus ikut melayani melalui apa pun yang bisa dia lakukan. Misalnya saja dalam teks sempat diperlihatkan tentang keramahan Lidia yang bersedia membuka pintu rumah bagi pelayan Tuhan yang mau menumpang dirumahnya (ay.15). Lebih jauh lagi Lidia terus setia melayani sampai nantinya dia pun ikut terlibat dalam perintisan pelayanan dan pengembangan jemaat di Filipi.
APLIKASI
1. Dalam kehidupan kita, khususnya antara karir dan pelayanan kita selalu perlu bertanya kepada diri kita sendiri apakah tujuan hidup kita? Siapakah yang menjadi tuan atas hidup kita? Benar bahwa pekerjaan/ karir kita memegang peran yang penting bagi kehidupan kita, dan kita ingin melakukan yang terbaik dalam pekerjaan kita. Meskipun demikian, tidak perlu sampai kita “menjual jiwa” dengan menganggap pekerjaan adalah segalanya sehingga kita memilih menenggelamkan diri dalam kesibukan yang tidak akan ada habis-habisnya. Kita menjadi lupa bahwa kita pun perlu memberi diri dan waktu kita turut dalam pelayanan. Dewasa ini seringkali alasan kesibukan pekerjaan dipakai untuk menghindari pelayanan. Bahkan yang sedang menjadi trend saat ini adalah acara berwisata bersama keluarga di akhir pekan yang disebut sebagai waktu untuk keluarga sehingga kebaktian minggu pun rela dilewatkan. Bukankah sudah sepatutnya kita menyediakan waktu untuk beribadah kepadaNya? Kalau kita perhatikan lebih dekat, kita akan menemukan begitu banyak hal sederhana yang bisa kita buat untuk menopang pelayanan di tengah-tengah gereja kita bila kita memiliki hati yang tergugah dan rindu melayaniNya.
2. Biarlah kita tidak hanya sibuk dengan pikiran dan rencana kita sendiri, tetapi kita pun memberi waktu untuk mendengarkan suara Tuhan bagi hidup kita. Ketika Lidia mau mendengarkan panggilan Tuhan dalam hidupnya, terjadi hal yang luar biasa bahwa jemaat Tuhan di Filipi bisa dirintis dan pelayanan itu semua juga tidak mengurangi kualitas pekerjaan maupun penghasilan Lidia. Dia tetap dikenal sebagai seorang yang sukses, ramah bahkan rendah hati. Lidia tidak pernah menunda-nunda waktu atau “menunggu saat yang tepat” untuk mengerjakan pelayanannya. Ketika kita mendengarkan suara Tuhan, kita juga akan dimampukan untuk mengerjakan bagian kita sembari melayaniNya.
Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S,si (Teol)
Perpulungen GBKP Kupang