Jadwal Kegiatan

Ibadah Umum - (08PM - 09PM)
Ibaadah Remaja - (09PM - 10PM)

Suplemen PA Moria : Yakobus 2 : 14-17 ; Tgl 20-26 September 2020

Bahan         : Yakobus 2: 14-17

Thema        : Kiniteken Ras Perbahanen Sendalanen

Tujun           : Gelah Moria

: -Ngidah maka kiniteken la arah perbahanen eme kiniteken simate

-      Nuduhken kinitekenta arah perbahanen

Pengantar

Seorang gadis kecil didapati Pdt Russel Cornell sedang menangis di teras ruangan sekolah Minggu di gereja tempat ia melayani. Saat itu kebaktian sekolah minggu tengah berlangsung dan gadis kecil yang berpenampilan kotor dan acak-acakan itu tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan sekolah minggu untuk ikut beribadah. Melihat penampilannya, Pdt. Russel Cornell pun mengerti mengapa kira-kira ia tidak diperbolehkan mengikuti ibadah bersama anak-anak yang lain. Dengan tenang dan ramah ia mengajak gadis kecil itu masuk ke dalam dan mencarikan tempat duduk kosong sehingga anak itu bisa mengikuti ibadah sampai selesai. Dua tahun kemudian ketika gadis kecil itu meninggal, ditemukan di bawah tempat tidurnya sebuah dompet kulit yang sudah usang. Isi dompet itu adalah uang receh sejumlah 57 sen dan sebuah surat yang ditulis oleh si gadis kecil. Dalam surat itu ia menyampaikan bahwa ia dengan sengaja mengumpulkan uangnya dengan tujuan uang tersebut hendak disumbangkan kepada gereja, agar gereja dapat membangun ruangan sekolah minggu yang lebih besar lagi dan dapat menampung lebih banyak anak untuk mengikuti ibadah minggu. Demikianlah iman gadis kecil ini kepada Yesus dia tunjukkan dalam perbuatan nyata bahkan dalam keterbatasannya sekalipun. Dalam konteks negara kita sendiri, kesalehan religius sangat terasa bahkan diagungkan, sungguh sayang kesalehan itu tidak dibarengi dengan kesalehan sosial juga. Orang-orang saleh dan rajin beribadah, tetapi pada saat bersamaan mereka juga  merupakan orang yang buas, radikal dan intoleran.  Itulah yang terjadi saat iman tidak dinyatakan (tidak  di-internalisasikan) dalam perbuatan sehari-hari.

 PENJELASAN TEKS

Kita sering mendengar salah satu pokok ajaran yang disampaikan oleh Paulus bahwa perbuatan bukanlah salah satu kriteria yang menentukan keselamatan kita sebab manusia diselamatkan karena iman/ percaya.  Menurut Paulus kita diselamatkan karena iman, bukan karena kepatuhan menjalankan sejumlah peraturan. Sementara dalam bacaan kita, kita menjumpai surat Yakobus menyampaikan bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang mati (ay.17). Bagaimana kita dapat mempertemukan kedua pandangan ini? Surat Yakobus ini berusaha menjelaskan bahwa iman memang hal yang esensial dalam hidup orang percaya. Tetapi yang perlu diingat, iman itu juga bukanlah sesuatu yang relatif/ tidak terukur. Karena itu iman yang ada dalam diri kita haruslah dapat dilihat dan dibuktikan oleh orang lain melalui buah-buah kehidupan yang kita hasilkan. Mengapa aspek perbuatan menjadi penting dalam surat Yakobus ini? Tidak lain karena ada orang-orang yang suka berlindung dibalik  kata “iman” dengan pemikiran kita toh sudah diselamatkan karena iman kita kepada Allah, jadi karena sudah diselamatkan maka kita tidak perlu lagi melakukan hal-hal lain. Oleh karena itu, terdapat golongan orang-orang yang mengaku beriman kepada Tuhan tetapi perbuatannya sama sekali tidak mencerminkan hidup orang beriman (bdk. Ay. 14).

Yakobus mau memperingatkan kita semua bahwa benar kita telah diselamatkan karena iman, tetapi seharusnya iman itu mendorong kita melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Tuhan. Apa saja yang dapat kita lakukan untuk menyenangkan hati Tuhan dan memperlihatkan kesungguhan iman kita?  Yaitu dengan memperlihatkan cinta kasih kepada saudara dan sesama kita (bdk. Ay.15), menolong orang lain yagn membutuhkan sesuai dengan kapasitas yang ada pada kita (bdk. Ay. 16) itulah perbuatan konkrit yang menunjukkan kita sungguh beriman dan mengasihi Yesus dalam kehidupan kita.  Yakobus hendak menyampaikan kepada kita bahwa iman adalah akar kehidupan dan perbuatan baik adalah buahnya. Karena itu dengan kata lain tidaklah cukup hanya dengan beragama untuk menyatakan iman percaya kita, tetapi kita perlu mendasarkan setiap kata dan perbuatan kita berdasarkan iman percaya yang kita anut.

APLIKASI

1.    Sebagai orang beriman maka kita perlu menghidupi nilai-nilai iman itu dalam keseharian kita. Banyak orang yang mengatakan dia hidup beriman tetapi sampai sekarang dia hidup dalam kemarahan dan pertengkaran. Bukankah kita mengaku percaya tetapi selalu panik luar biasa saat masalah datang dan akhirnya kita mencari jalan keluar dengan melakukan hal-hal yang justru melukai hati Allah? Memang, untuk membuat iman kita sejalan dengan perbuatan adalah proses yang terus berlangsung seumur hidup dan kita pun tidak pula dapat secara sempurna menjalaninya karena dosa, kesalahan dan keterbatasan kita. Tetapi setidaknya ada semangat juang untuk bergumul dalam proses itu, ada sebuah kerinduan untuk terus memperbaiki diri sehingga kita layak disebut sebagai pengikut Kristus. Orang yang demikian adalah orang yang selalu belajar dari kesalahannya dan setiap kelemahannya membuat dia semakin bergantung dan bertumbuh dalam Tuhan. 

2.    Wujud perbuatan nyata bahwa kita beriman kepada Yesus harus pula terlihat dalam persekutuan kita, melalui perbuatan cinta kasih kepada sesama. Perlakuan tidak membeda-bedakan orang harus nampak dalam perilaku keseharian gereja yang mau menyambut dan memperlakukan setiap orang dengan baik. Orang yang kaya dan yang miskin semuanya mendapatkan penghargaan yang sama. Bahkan sebagai persekutuan umat Allah kita pun bersedia membuka tangan dan menyambut orang yang dianggap pendosa. Itu adalah ungkapan iman kita kepada Tuhan yang terwujud dalam perbuatan kita. 

3.    Nilai-nilai keagamaan yang di-internalisasikan dalam hidup kita juga menolong kita untuk tetap konsisten dalam menghadapi tantangan kehidupan. Dengan konsistensi, tentu kita juga tidak akan terjerumus dalam pergaulan yang salah, penyimpangan kekuasaan, penggunaan Narkoba yang masih terus merajalela, dll. Iman yang sejalan dengan perbuatan membuat kita mampu menjaga kehidupan kita sekaligus menjadi kesaksian yang membuat orang lain mengenal siapa Tuhan dalam hidup kita. 

 Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S,si (Teol)

Perpulungen GBK Kupang

Suplemen PA Moria : Titus 2 : 1-5 : Tgl 13-19 September 2020

Bahan         : Titus 2: 1-5

Thema        : Nikapken Kegeluhen Gereja

Tujun           : Gelah Moria 

: - Ngidah pengajuk Paulus guna nehken pengajaren man   kerina anggota ibas perpulungen Kreta

-      Ikut nikapken kerina anggota perpulungen ngikuti dahin-dahin gereja 

Pengantar

Dibalik sosok Pandit Jawaharlal Nehru (1889-1964) yang sangat disegani dan dikenal sebagai pemimpin yang turut berperan dalam kemerdekaan India ada sosok seorang ibu yang membentuk pandangan dan prinsip-prinsip kehidupannya. Dia adalah  seorang wanita bertubuh mungil bernama Swaroop Rani. Sebagai seorang ibu, yang dia lakukan adalah hal-hal sederhana seperti memperkenalkan  dan membacakan bagian-bagian dari kitab suci kepada anaknya, membacakan kisah-kisah yang berisi ajaran moral kemanusiaan sebagai cerita pengantar tidur kepada anaknya. Tujuannya adalah agar dalam diri sang anak tertanam rasa kecintaan kepada Tuhan, dan nilai moral-kemanusiaan yang ada dalam cerita itu dapat tertanam kuat dalam pribadi anak yang mendasari segala keputusan dan pandangannya dalam kehidupan. Bagi Nehru sendiri, kisah-kisah moral dari kitab suci bukan sekedar pengantar tidur atau pelampiasan hobi baca belaka. Kisah-kisah itu menjadi inspirasi, motivasi dan energi moral untuk melakukan sesuatu bagi bangsanya. Kitab suci tidak hanya dijadikan sebagai identitas yang membakar semangat fanatisme-radikal, melainkan sebagai sumber kegairahan untuk sebuah perjuangan pembebasan India dari kungkungan kolonial. Dapat kita katakan Swaroop Rani adalah seorang ibu yang berhasil mempersiapkan dan membentuk anaknya menjadi salah satu pembebas bagi bangsa India.

 

PENJELASAN TEKS

Konteks penulisan surat Titus ini adalah pemerintahan Romawi dengan Kaisar Nero sebagai pemimpinnya yang sangat menentang kekristenan. Bahkan mereka mengupayakan segala cara untuk menekan segala aktivitas yang berbau kristiani. Dalam upaya menekan itu, salah satu cara yang dipergunakan adalah menjadikan orang-orang Kristen sebagai kambing hitam dalam hidup bermasyarakat. Dalam kondisi dipersalahkan seperti inilah orang-orang Kristen diajak untuk membuat impact (dampak) yang baik kepada orang-orang disekelilingnya. Rasul Paulus sebagai penulis dari surat kepada Titus ini memiliki kekhawatiran akan keberlangsungan pertumbuhan orang percaya bukan hanya pada generasi saat itu, tapi pun kepada generasi-generasi selanjutnya. Kekhawatiran Paulus ini hampir sama seperi kekhawatiran yang juga kita hadapi pada saat ini yakni bagaimana bisa bertahan dalam tantangan berat; bagaimana kita sebagai gereja dapat memperkenalkan Kristus dan menjadi saksi bagiNya? Oleh karena itu, melalui tulisannya, Rasul Paulus pun mempersiapkan para pelayan dan anggota jemaat untuk menghadapi situasi berat tersebut.

Titus sebagai pelayan yang dipersiapkan di tengah-tengah umat diminta untuk pertama-tama memberikan teladan yang baik kepada jemaat.  Selain meminta teladan dari Titus dan pelayan umat lainnya, kepada para anggota jemaat pun dimintakan hal yang sama yakni memperlihatkan dan membagikan ajaran yang sehat dan sesuai dengan Firman Tuhan. Kepada setiap golongan diberikan tugas masing-masing berupa:

1.    Ay. 2: laki-laki yang tua menempatkan diri sebagai orang yang berpikiran jernih (Yun:nephalios), dapat mengendalikan dirinya, mencintai kesederhanaan, memiliki karakter kristiani yang kuat.  Gaya hidup yang demikian hanya dapat terjadi saat seseorang terlebih dahulu menundukkan dirinya dalam pimpinan Tuhan. Perilaku yang demikian akan membawa orang lain tertarik untuk mengenal Tuhan.

2.    Ay.3 : kepada perempuan yang sudah tua diminta untuk mempertahankan kebiasaan- kebiasaan baik, sebagaimana layaknya orang yang rajin beribadah. Para perempuan diminta untuk mengembangkan pikiran-pikiran yang baik dan tidak tenggelam dalam kesenangan sendiri (Yun: sophron) Selain itu, ditekankan juga peran bagi perempuan dalam mengembangkan komunitas yaitu cakap sebagai pendidik untuk mengajarkan hal-hal yang baik.

3.    Ay. 4-5: kecakapan yang diajarkan para perempuan yang sudah tua menjadi bekal bagi para perempuan yang muda (generasi di bawahnya) untuk dapat mengatur dan mengasihi keluarganya. Bukan saja dalam hal mengasihi keluarga, tetapi didikan dan latihan yang  diberikan generasi sebelumnya membuat mereka yang masih muda dapat mewujudnyatakan nilai-nilai kebaikan bagi suami, anak-anak serta menyaksikan firman Tuhan kepada dunia.

APLIKASI

1.    Sebagai orang yang hidup dalam Tuhan dan juga aktif dalam kehidupan bergereja, patutlah kita memperhatikan firman Tuhan ini. Usia kita boleh bertambah tua tetapi hendaknya  inner-nya (karakter dan imannya) jangan sampai berhenti bertumbuh. Kita perlu dan harus terus berbuah dalam kehidupan kita untuk dapat mencerminkan kematangan dalam hidup dan dalam keimanan. Ketika generasi yang lebih tua pun tidak menunjukkan dampak dan teladan yang baik, bagaimana kita dapat mengharapkan generasi muda kita menjadi tertarik untuk hidup dalam Tuhan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan bergereja? Terlebih lagi dewasa ini kita dihadapkan dengan issue banyak orang muda yang meninggalkan kehidupan bergereja, bagaimana kita akan mempersiapkan dan melibatkan mereka dalam komunitas gereja? 

2.    Ada peran dan bagian yang dipercayakan kepada kita masing-masing. Seperti halnya jemaat dalam surat Titus yang diminta berperan, kita juga perlu mengambil inisiatif untuk terlibat dan ambil bagian dalam pelayanan gereja kita. Tuhan menginginkan kita bukan hanya sebagai penonton dan penikmat berkat Tuhan saja, kita pun perlu melakukan sesuatu yang memastikan kita meneruskan pengajaran Firman Tuhan dan mempersiapkan generasi selanjutnya untuk mengenal dan mengasihi Kristus dan gerejaNya. Kita dapat memulainya juga dari pendidikan dan kebiasaan-kebiasaan kristiani yang sederhana dalam keluarga kita masing-masing. Bila kita setia melakukannya bukan mustahil bila suatu ketika kita bahkan mampu menjangkau mereka  “yang tidak terjangkau” sehingga dapat  kembali menghayati keberadaan Tuhan dalam hidupnya. 

Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S,si (Teol)                                                                                                                                       Perpulungen GBKP Kupang

Suplemen PA Moria : Masmur 119 : 9-16 : Tgl 06 - 12 September 2020

Bahan         : Mazmur 119: 9-16

Thema        : Ngepkep Kegeluhen Permata (HUT PERMATA)

Tujun           : Gelah Moria

: - Meteh uga sekalak anak perana njagai geluhna arah ngikutken Kata Dibata

-      Nggit mereken dirina lako ngepkep Permata ibas pemaken IT sipayo 

Pengantar

Saat ini, menjaga tubuh dan penampilan merupakan hal yang dirasa semakin penting. Karena itu kita menjumpai  pusat-pusat kebugaran semakin menjamur dan seiring dengan itu, latihan-latihan pembentukan tubuh menjadi trend yang diminati banyak orang. Selain kebugaran, teknik estetika wajah dan tubuh juga semakin berkembang dan menarik minat banyak orang. Demi keindahan yang diinginkan, orang rela menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Tidak hanya berkorban materi, banyak orang bahkan rela mengorbankan jati dirinya demi mengejar penampilan yang didambakan. Begitu banyak orang yang mengejar keindahan fisik seolah-olah penampilan menjadi segalanya. Yang patut direnungkan, ketika banyak orang berlomba-lomba menjaga penampilan, apakah banyak orang juga yang berlomba-lomba menjaga sikap dan perilaku hidup? Lalu apakah keindahan penampilan yang dikejar itu dibarengi juga dengan keindahan sikap hidup dan keimanan yang baik? Menjaga tubuh dan penampilan tetap indah itu memang baik, tetapi yang lebih penting adalah menjaga sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan Firman Tuhan.

PENJELASAN TEKS

Mazmur 119 dikenal sebagai salah satu pasal yang terpanjang dalam kitab Mazmur. Mazmur ini adalah salah satu Mazmur yang digemari oleh banyak orang untuk dibaca karena keindahan isinya. Secara umum Mazmur 119 ingin berbagi mengenai penghayatan akan keagungan Firman Tuhan yang meliputi ajaran, perintah, pedoman , janji, kesaksian, hikmat, kebenaran dan keadilan. Bagian Mazmur ini ingin menekankan Firman Tuhan adalah keselamatan bagi jiwa kita serta merupakan sumber jawaban bagi orang percaya dalam setuasi sekarang maupun untuk menghadapi masa yang akan datang. 

          Dalam dunia yang penuh dengan tantangan dan perubahan apalagi dalam era digital sekarang, firman Tuhan adalah “pegangan” yang ideal bagi kita (dan bagi kaum muda). Firman Tuhan berfungsi sebagai rambu-rambu bagi kita untuk tetap mempertahankan kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan dan tidak jatuh dalam pusaran dunia ini. Ayat 9 dibuka dengan pertanyaan: “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Ada beberapa cara yang disampaikan untuk menjawab pertanyaan ini antara lain: dengan menjaga kelakuan sesuai Firman Tuhan (ay.9), tidak menyimpang dari perintah Tuhan (ay.10), menyimpan janji Tuhan dalam hati agar tidak jatuh dalam dosa (ay.11) dan mau belajar akan ketetapan-ketetapan Tuhan (ay.12). Dari jawaban-jawaban ini kita dapat menyimpulkan bahwa hanya dengan memegang Firman Tuhan kita dapat mempertahankan kelakuan hidup bersih dan berkenan padaNya. Firman Tuhan adalah kehendak dan jalan-jalan Tuhan yang tidak akan mendatangkan kejatuhan kepada orang yang menaatinya, malahan menjadikan kehidupan seseorang menjadi baik, jujur dan bersih. Tuhan rindu agar kita semua dan termasuk orang-orang muda Kristen (PERMATA) menjadi orang-orang yang berkualitas dalam iman dan memiliki kehidupan yang sungguh-sungguh berkualitas.

          Pengenalan akan Tuhan tentu saja harus diikuti dengan tekad untuk taat pada hukum dan ketetapan Tuhan. Saat dikatakan perlu bagi kita untuk berpegang pada Firman Tuhan  berarti dibutuhkan ketekunan dan kesediaan untuk menyaksikan bahwa Firman Tuhan itu kita lakukan dalam hidup sehari-hari (bdk. Ay.13). Kesediaan dan kemauan akan membuat Firman Tuhan yang kita taati dan hidupi menjadi sebuah kegembiraan dan bukan menjadi beban yang seolah-olah membatasi kehidupan kita. Seperti yang tertulis dalam ay. 14-15 dimana dikatakan petunjuk dan ketetapan Tuhan membuat kita bergemar, Firman Tuhan ibarat harta yang berharga. Merenungkan titah-titah Tuhan menjadi sebuah pola hidup yang membuat kita mendasari segala tindakan kita sehingga kita pun memiliki kehidupan yang bersih, berintegritas dan tentu saja berkenan bagi Tuhan. 

APLIKASI

1.    Kemajuan dan penggunaan teknologi menyediakan ruang-ruang privat/tersembunyi bagi penggunanya yang tidak dapat dilihat atau diketahui orang lain. Kita dapat menggunakan kunci, password, atau fitur keamanan lain yang membuat privasi kita terjaga. Di satu sisi, keamanan ini memang baik karena data pribadi kita tidak bocor, tapi disisi lain adanya ruang privat ini membuka pergumulan baru yaitu kita tidak sungguh-sungguh dapat mengontrol bagaimana cara anak-anak muda kita menggunakan IT. Mungkin sekali kita akan terkejut ketika kita tahu apa yang bisa dilakukan dan disembunyikan seseorang dalam ruang privat yang tersembunyi itu. Karena itulah, pendampingan orangtua memegang peranan yang penting untuk memberikan bimbingan kepada anak-anak muda kita. Tetapi yang lebih penting daripada itu, mari kita mengajar anak-anak kita melalui Firman Tuhan sehingga mereka memiliki kesadaran diri dan batasan-batasan yang diperlukan untuk menjaga perilaku penggunaan teknologi yang sehat dan berkenan bagi Tuhan. Ketika kita terbatas dalam mendampingi mereka, Firman Tuhan yang kita ajarkan pada mereka akan menjadi “pagar” yang menjaga pikiran dan perilaku mereka.

2.    Orangtua (Moria) perlu menunjukkan teladan bagi anak-anak muda kita. Ketika kita mengkritik dan mengeluh bahwa anak-anak kita kecanduan gadget, mari kita perlihatkan lebih dulu bahwa kita pun bisa mengatur diri dan mengatur waktu saat kita menggunakan teknologi. Jangan sampai bukan hanya anak-anak saja yang sulit dialihkan dari teknologi, orangtua sendiri pun banyak yang sulit menahan diri dalam menggunakan kemajuan teknologi yang ada. Disiplin menggunakan teknologi adalah kesaksian nyata orangtua kepada anak-anak muda yang membuat mereka pun mampu menyaksikan integritas mereka  menggunakan IT dalam lingkungan pergaulan mereka.

3.    Ketika teknologi semakin kreatif, para orangtua pun dituntut untuk terus bertumbuh menjadi orangtua yang kreatif. Bila sudah sempat terjadi bahwa anak-anak muda kita menjadi anak-anak yang kecanduan teknologi, mari kita dengan kreatif mencari jalan keluarnya. Terus belajar kepada Firman Tuhan tentu menjadi hal yang utama tapi di samping itu, kita perlu menerapkan cara ABC; A= Awasi, B= Batasi, C= Cari alternatif kegiatan lain. Waktu yang kita habiskan untuk stay at home karena pandemi yang masih terus berangsung jangan sampai hanya dihabiskan oleh anak-anak kita bermain gadget. Dengan begitu anak-anak kita pun terselamatkan dan teknologi menjadi berkat bagi kehidupan kita.  Selamat ulang tahun untuk PERMATA GBKP, Tuhan memberkati.

Pdt. Eden P. Funu-Tarigan, S,si (Teol)

Perpulungen GBKP Kupang

Info Kontak

GBKP Klasis Jakarta - Kalimantan
Jl. Jatiwaringin raya No. 45/88
Pondok Gede - Bekasi
Indonesia

Phone:
(021-9898xxxxx)

Mediate